Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HENTI JANTUNG

Disusun oleh :
Anastasya Puspita Marta 183112420150016
Daebi Tiara 183112420150099
Dara Syifa Aulia 183112420150101
Fitri Nur Indriati 183112420150029
Yesica Damayanti Manalu 183112420150132

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa yang
telah melimpahkan karunia nikmat bagi umatnya. Atas ridho nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai
“Asuhan Keperawatan Dengan Klien Henti Jantung” yang kami susun secara
sistematis dan materi yang disajikan kami ambil dari sumber-sumber yang
terpecaya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan kritis yang diampu oleh : Ns. Tommy JF. Wowor, S.Kep, MM. Lalu
makalah ini tidak akan terwujud jika tidak ada dorongan dan dukungan dari
berbagai pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Besar harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi
belajar dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya dalam masalah yang
disajikan dalam makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada semua
pihak untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya
makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, 18 April 2021

Penulis,
Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………........i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………...…1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………2
1.3 Sistematika Penulisan…………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Fisiologi Jantung…………………………………………….3
2.2 Pengertian Henti Jantung…………………………………………...…6
2.3 Etiologi Henti Jantung……………………………………………...…7
2.4 Menifestasi Klinik Henti Jantung…………………………………......7
2.5 Patofisiologi/Pathway Henti Jantung……………………………….…8
2.6 Pemeriksaan Penunjang Henti Jantung………………………………10
2.7 Komplikasi Henti Jantung……………………………………………11
2.8 Penatalaksanaan Henti Jantung………………………………………12
2.9 Diagnosa Keperawatan Henti Jantung………………………….....…14
2.10 Nurse Care Plan dan Rasional Henti Jantung…………………….…14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………..…19
3.2 Saran…………………………………………………………………19

LAMPIRAN………………………………………………………………….…20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), Cardiovaskuler Diseases
(CVDs) merupakan penyebab nomor satu kematian secara global, disebutkan
juga lebih banyak orang meninggal setiap tahunnya akibat CVDs
dibandingkan penyakit lain. Diperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena
CVDs pada tahun 2016, mewakili 31% dari semua kematian global. Dari
kematian ini, 85% disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. CVD sendiri
merupakan penyebab awal terjadinya cardia arrest (henti jantung).
Untuk jumlah prevalensi penderita henti jantung di Indonesia tiap tahunnya
sekitar 10.000 warga (Depkes, 2016). Menurut penelitian Dwihardoyo (2016)
telah diperoleh data sebanyak 57 kasus henti jantung di Kota Malang dan
diantaranya terdapat 6 korban yang disebabkan karena tenggelam.
Henti jantung merupakan hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba guna
mempertahankan sirkulasi normal darah yang berfungsi untuk menyuplai
oksigen ke otak dan organ vital lainnya, yang ditandai dengan tidak ditemukan
adanya denyut nadi akibat ketidakmampuan jantung untuk dapat berkontraksi
dengan baik. Kematian cardiac arrest terjadi ketika jantung secara tiba-tiba
berhenti bekerja dengan benar (Muthmainnah, 2019).
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pola hidup sehat dan
tidak adanya pemaparan tentang pertolongan pertama pada kasus henti jantung
dapat menyebabkan kematian pada penderita.
Berdasarkan uraian dari data di atas maka sebagai bagian dari tugas
penulisan makalah, kami tertarik membuat makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Henti Jantung” agar lebih memahami materi
terkait henti jantung.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar memahami gambaran pengetahuan tentang henti jantung dan
Asuhan Keperawatan pada klien dengan henti jantung.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar memahami Anatomi Fisiologi dari Henti Jantung
2. Agar memahami Pengertian dari Henti Jantung
3. Agar memahami Etiologi dari Henti Jantung
4. Agar memahami Manifestasi klinis dari Henti Jantung
5. Agar memahami Patofisiologi dari Henti Jantung
6. Agar memahami Pemeriksaan Penunjang dari Henti Jantung
7. Agar memahami Komplikasi dari Henti Jantung
8. Agar memahami Penatalaksanaan dari Henti Jantung
9. Agar memahami Diagnosa Keperawatan dari Henti Jantung
10. Agar memahami Rencana Keperawatan dari Henti Jantung

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan, dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari : Anatomi Fisiologi, Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinik,
Patofisiologi, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan,
Diagnosa Keperawatan, Nurse Care Plan dan Rasional.
BAB III PENUTUP
Terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Jantung

Gambar 2.1
Jantung terletak di rongga thorax anterior, tepat di belakang sternum
(gambar 2.1). beberapa organ terletak di belakang jantung, termasuk esofagus,
aorta, vena cava, dan kolumna vertebra. Posisi jantung di dalam dada
sedemikian rupa sehingga ventrikel kanan menyumbang mayoritas dari
permukaan anterior dan dinding inferiror. Ventrikel kiri membentuk
permukaan anterolateral dan posterior.
Rata-rata ukuran jantung manusia adalah sebesar genggaman tangan
individu masing-masing. Pada orang dewasa, rata-ratanya adalah panjang 12
cm dan 8-9 cm untuk lebar pada basisnya. Pada pria dewasa, rata-rata berat
jantung adalah 310 gram, dan pada wanita adalah 255 gram. Walaupun tidak
ada perbedaan yang signifikan pada ketebalan dindin ventrikel pada pria dan
wanita.

3
Jantung memiliki 4 lapisan berbeda dari jantung, yaitu :
1. Pericardium
Jantung dan pangkal dari pembuluh darah besar dikelilingi oleh dua
lapis kantung yang disebut pericardium, yang berfungsi untuk
menahan jantung pada posisi yang tepat dan untuk memberikan
pertahanan terhadap infeksi. Lapisan terluar (pericardium parietal),
kaku atau tidak elastis. Lapisan pericardial dalam (visceral
pericardium), fleksibel dan berlipat mengikuti kontur jantung; lapisan
ini sering juga dinamai epicardium. Ruang antara kedua lapisan ini
normalnya berisi sejumlah sedikit cairan pericardial (kira-kira 30-50
ml) yang disekresikan dan direabsorbsi dan bertindak sebagai pelumas
di antara dua lapisan tersebut.
2. Epicardium
Epicardium melekat kuat pada jantung dan pangkal dari pembuluh
darah besar, dan juga disebut sebagai visceral pericardium. Arteri
coroner berada di atas epicardium
3. Myocardium
Lapisan ini merupakan lapisan yang tebal dan muskuler. Termasuk
dalam lapisan ini semua serat otot atrium dan ventrikel yang
dibutuhkan untuk kontraksi. Serat myocardium di seluruh dinding
ventrikel tidak memiliki ketebalan yang saa. Serat di ventrikel kiri jauh
lebih tebal daripada serat di ventrikel kanan atau di atrium. Susunan
serat tersebut sedemikian rupa sehingga kekuatan kontraksi yang
paling efisien untuk gerakan memompa darah. Myocardium adalah
otot yang akan rusak akibat serangan jantung.
4. Endocardium
Lapisan paling dalam adalah endocardium, yang merupakan lapisan
tipis dari endhotelium dan jaringan yang tersusun didalam jantung.
Gangguan pada endothelium akibat operasi, trauma, atau kelainan
kongenital dapat menjadi penyebab infeksi endocardium. Kondisi ini
merupakan penyakit yang merusak yang jika dibiarkan dapat mengarah
kepada kerusakan katup atau sepsis dan kematian.

4
Jantung manusia memiliki 4 ruangan, yaitu : atrium kanan dan kiri,
ventrikel kanan dan kiri. Atrium merupakan ruangan yang berdinding tipis dan
bertekanan rendah. Mereka berfungsi menerima darah dari vena cava dan arteri
pulmonal dan untuk memompa darah ke ventrikel masing-masing. Kontraksi
atrium menyambung 30% darah aorta untuk mengisi ventrikel, dimana 70%
sisanya datang secara pasif selama diastole.
Ventrikel meruakan kekuatan pompa primer jantung. Ventrikel kanan
tebalnya sekitar 3 mm, sementara ventrikel kiri tebalnya sekitar 10-13 mm.
ventrikel kanan memompa darah ke sirkulasi pulmonal yang bertekanan rendah,
yang memiliki tekanan normal sekitar 15 mmHg. Ventrikel kiri harus memiliki
kekuatan besar untuk memompakan darah menuju aorta (tekanan normal berkisar
100 mmHg). Karena ketebalan ventrikel kiri dan besarnya kekuatan yang harus
dihasilkannya, ventrikel kiri dianggap sebagai pompa utama dari jantung. Ketika
otot ventrikel kiri mulai menipis dikarenakan dilatasi atau penyakit, keefektifan
tekanan pompa akan menurun, yang akan mengarah pada meningkatnya tekanan
atrium kiri, kongesti vaskuler pulmonal, dan yang lebih parah, kongesti vena
sistemik.
Katup jantung terbangun atas jaringan fibrosa yang fleksibel. Struktur
katup memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah. Membuka dan
menutupnya katup tergantung pada gradien tekanan relatif pada sisi katup lainnya.
Jantung memiliki 4 katup, semuanya pentuk untuk fungsi jantung yang efektif,
yaitu :
1. Katup Atrioventrikular
Kedua katup atrioventrikular (AV) dinamakan sesuai lokasinya diantara
atrium dan ventrikel. Yaitu katup tricuspid (3 pintu) yang ada di sebelah
kanan, dan katup mitral (2 pintu) yang ada di sebelah kiri. Katup AV
mencegah kembalinya aliran darah ke atrium selama kontraksi ventrikel.
Chordae tendinae dan papillary muscle, yang melekat pada katup tricuspid
dan mitral, memberikan kestabilan pada katup dan mencegah katup
membuka kea rah berlawanan selama systole. Disfungsi dari chordae
tendinae atau dari sebuah papillary muscle dapat menyebabkan penutupan
katup AV yang tidak sempurna, yang akan menghasilkan murmur. Sebagai

5
contoh, setelah serangan IMA, papillary muscle berada dalam risiko
rupture sebagai akibar inadekuatnya suplai darah dari sirkulasi koroner.
Ketika sebuah papillary muscle di ventrikel kiri rupture, daun katup mitral
tidak akan menutup sempurna. Secara klinis, ini akan menyebabkan
regurgitasi mitral dan murmur yang dapat diauskultasi dengan stetoskop.
2. Katup Semilunar
Katup semilunar, “katup pulmonal dan aorta” masing-masing memiliki
daun katup yang berbentuk mangkok. Katup-katup ini memisahkan
ventrikel dari aliran arteri masing-masing. Selama systole ventricular,
katup semilunar membuka, dan darah akan mengalir keluar dari ventrikel.
Ketika systole berakhir dan tekanan dari aliran arteri melebihi aliran dari
ventrikel, katup semilunar akan menutup ini mencegah regurgitasi darah
kembali ke dalam ventrikel. Pada mayoritas, katup aorta memiliki 3 daun
katup, walaupun ada beberapa orang yang memiliki kelainan
kongenital.berupa katup bicuspid (2 daun katup), yang lebih
memungkinkan mereka mengalami endocarditis dan membuat mereka
membutuhkan pengganti katup aorta prematur.

2.2 Pengertian
Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang di diagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart
Association, 2010).
Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak dan
sangat tiba-tiba, ditandai dengan terjadinya henti napas dan henti jantung
(Pusbankes 118, 2010)
Henti jantung merupakan keadaan dimana terjadinya penghentian
mendadak sirkulasi normal darah ditandai dengan menghilangnya tekanan
darah arteri. Henti jantung dapat mengakibatkan asistol, fibrilasi ventrikel dan
takikardia ventrikel tanpa nadi (Hardisman, 2014)

6
Henti jantung adalah ketika jantung tidak dapat memompa dengan efektif
atau bahkan tidak memompa sama sekali, disertai tidak adanya denyut nadi
yang teraba. Jantung tidak menunjukan kontraksi yang halus atau lancar,
melainkan muncul tipe aktivitas yang berbeda, yang paling sering adalah
sentakan-sentakan yang tidak terkoordinasi yang disebut ventrikel fibrilasi
(Tony Suharsono, 2017)

2.3 Etiologi
1. Serangan jantung : aritmia jantung, khususnya fibrilasi ventrikel dan
ventrikel tachycardia tanpa nadi
2. Sumbatan jalan napas oleh benda asing
3. Tenggelam
4. Stroke / CVA
5. Overdosis obat-obatan
6. Tercekik
7. Trauma inhalasi
8. Tersengat listrik
9. Reaksi alergi yang hebat (anafilaksis)
10. Trauma hebat misal kecelakaan kendaraan bermotor
11. Keracunan
Korban henti jantung karena sebab diatas mempunyai angka
keberlangsungan hidup lebih baik jika mendapatkan bantuan segera dengan
melakukan resusitasi jantung paru di lokasi kejadian sampai dengan petugas
kesehatan datang untuk memberikan bantuan lebih lanjut.

2.4 Manifestasi Klinik


Tanda-tanda cardiac arrest menurut Pusbankes 18 (2010) yaitu :
1. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara,
tepukan di pundak ataupun cubitan
2. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika
jalan pernafasan dibuka
3. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis)

7
2.5 Patofisiologi/Pathway Henti Jantung
Terjadinya gangguan kelistrikan jantung yang menyebabkan denyut
jantung tidak beraturan (aritmia) dan selanjutnya akan menyebabkan
gangguan pompa jantung, sehingga jantung tidak dapat memompa darah ke
otak, paru-paru dan organ tubuh lainnya. Akibatnya, organ-organ tersebut
akan mulai berhenti berfungsi. Hipoksia serebral akan menyebabkan pasien
kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas secara normal. Kerusakan otak
mungkin terjadi jika henti jantung tidak ditangani dalam 4 menit dan
selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit.
Awalnya Venticular Tachycardia (VT) dan Ventricular Fibrillation (VT) di
duga merupakan penyebab utama dari henti jantung mendadak, namun dari
studi terkini, aktivitas listrik tanpa nadi (Pulseless Electrical Activity) dan
asistol lebih sering dijumpai sebagai penyebab henti jantung mendadak.
Diperkirakan 50% pasien awalnya teridentifikasi sebagai asistol, sementara
23% pasien teridentifikasi dengan PEA. Fibrilasi Ventrikular (VF) adalah
kondisi dimana aktivitas listik jantung terlalu cepat dan sangat ireguler
sehingga jantung kehilangan fungsi kontraksinya dan hanya mampu bergetar
saja. Fibrilasi Ventrikular ditandai dengan gelombang elektrokarfiografi yang
bervariasi dengan laju ventrikel >300 per menit dan panjang tiap siklus < 200
ms.
Patofisiologi VF belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa
faktor yang berkaitan dengan patofisiologi VT dan VF, yaitu
ketidakseimbangan tekanan otonom jantung (pada tingkat organ), reentry,
wave, break, dan action potential duration alternans (pada tingkat jaringan),
triggered activity dan automaticity (pada tingkat seluler), abnormal aktivasi
atau deaktivasi dari saluran ion (pada tingkat subseluler). Berdasarkan
penelitian, terdapat tiga proses penting dalam progresivitas dari VF yaitu fase
inisiasi, transisi, dan rumatan.
Takikardi Ventrikular (VT) dipicu oleh gangguan konduksi impuls di
jantung. Normalnya, depolarisasi kedua ventrikel jantung terjadi secara
simultan dan cepat melalui berkas His dan serat Purkinje. Adanya aktivasi
miokardium di ventrikel secara langsung akan membuat depolarisasi

8
melambat dan tampak sebagai QRS yang melebar. Frekuensi nadi yang cepat
akan menyebabkam fase pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya
pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan
menurun. Salah satu penyebab tersering dari VT adalah oklusi arteri koroner.
Pada VT dengan keadaan hemodinamik yang stabil, pemilihan terapi
medikamentosa lebih diutamakan. Pada kasus VT dengan gangguan
hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi
defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan RJP adalah pilihan utama.
Pulseless Electrical Activity (PEA) atau aktivitas elektrik tanpa nadi
merupaka suatu kondisi dimana aktivitas listrik jantung tidak menghasilkan
kontraktilitas yang adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan
nadi tidak teraba. Ada beberapa penyebab PEA yang diketahui, termasuk
hipoksia yang signifikan, asidosis, hipovolemia berat, tension pneumothorax,
ketidakseimbangan elektrolit, overdosis obat, sepsis, infark miokard, emboli
paru massif, tamponade jantung, hipoglikemia, hipotermia, dam trauma.
Asistol ditandai dengan tidak terdapatnya aktivitas listrik pada ventrikel
dan/atau atrium, dimana pada monitor, irama yang terbentuk adalah seperti
garis lurus.

9
Pathway Henti Jantung

Penyakit Jantung Kelainan Bawaan Obat-obatan


(Hipertensi, Infark Miokard,
Aritmia)

Aritmia
Penurunan Curah ↓
Jantung Cardiac Arrest

Gangguan Perfusi
Suplai O2 ↓
Jaringan Serebral

Hipoksia Serebral
Risiko Jalan Napas ↓
Tidak Efektif Penurunan Kesadaran
↓ Pola Napas Tidak
Henti Nafas Efektif

Jantung mati mendadak
(Sudden Cardiac Death)

Kematian jika tidak ditangani
selama 10 mnt

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Elektrokardiogram (EKG)
Tes EKG dilakukan untuk mendeteksi dan merekam aktivitas
listrik jantung. Tes EKG, dapat mengetahui seberapa cepat jantung
berdetak serta keteraturan ritmenya. Tes EKG juga dapat merekam
kekuatan dan waktu aliran listrik yang berada di jantung. Penyakit
seperti serangan jantung dan jantung iskemik dapat diketahui.
2. Ekokardiogram
Tes ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk
menciptakan gambar jantung. Ekokardiogram dapat melihat ukuran,
bentuk, dan seberapa baik kinerja katup jantung.

10
3. Tes Multiple Gated Acquisition (MUGA)
Pada tes Multiple Gated Acquisition, dokter akan menganalisis
seberapa baik jantung memompa darah. Akan disuntikan cairan
radiokatif ke pembuluh darah, yang akan mengalir menuju jantung.
Cairan tersebut mengeluarkan energi yang nanti akan terdeteksi oleh
kamera. Kamera tersebut akan menghasilkan foto-foto jantung secara
detail.
4. MRI Jantung
Prosedur ini menggunakan gelombang magnet dan radio untuk
menghasilkan gambar yang detail dari jantung untuk memeriksa
struktur dan fungsi jantung.
5. Katerisasi Jantung atau Angiogram
Katerisasi jantung dilakukan dengan cara memasukkan tabung ke
dalam pembuluh darah, bisa melalui pangkal paha, leher, atau lengan
untuk mendiagnosis lebih akurat, terhadap masalah masalah pada
jantung.
6. Tes Darah
Beberapa aspek seperti kadar kalium, magnesium, hormone, dan
zat kimia lainnya akan dicek dalam darah.

2.7 Komplikasi
1. Hipoksia
Apabila jantung berhenti memompa, maka aliran darah ke seluruh
tubuh akan berhenti, begitu pula suplai oksigen yang diangkut oleh
darah ke seluruh tubuh juga berkurang sehingga terjadi hipoksia
jaringan.
2. Asisdosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan medis dimana penurunan respirasi
(hypoventilation) menyebabkan peningkatan darah karbondioksida dan
penurunan pH.

11
3. Edema Paru Akut
Merupakan timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
interstisial maupun dalam alveoli
4. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi ketika jantung tidak mampu
mempertahankan kardiak output yang cukup untuk perfusi jaringan.
5. Repture Miokard
Repture miokard sangat jarang terjadi tetapi, dapat terjadi bila
terdapat infark miokardium, proses infeksi, penyakit infeksi, penyakit
pericardium atau disfungsi miokardium lain yang membuat otot
jantung menjadi lemah.
6. Kerusakan Otak
Henti Jantung mendadak membuat sel-sel otak kekurangan
oksigen. Akibatnya, sel-sel tersebut akan mati. Beberapa sel-sel otak
yang masih dapat bertahan akan mengalami disfungsi sensorik jangka
panjang dan korteks serebral.
7. Kematian
Kematian terjadi ketika sistem kelistikkan jantung menjadi tidak
berfungsi dengan baik dan menghasilkan irama jantung yang tidak
normal yaitu hantaran listrik jantung menjadi cepat (ventricular
tachycardia) atau tidak beraturan (ventricular fibrillation).

2.8 Penatalaksanaan
1. Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR)
Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) merupakan teknik
pertolongan utama yang digunakan untuk menolong pasien henti
jantung. CPR dilakukan dengan cara melakukan kompresii dada dan
bantuan ventilasi dengan rasio 30:2. Kompresi dada dilakukan dengan
melakukan penekanan dengan kedalaman sekurang-kurangnya 5 cm
dan kecepatan minimal 100 kali kompresi permenit. Bantuan ventilasi
dilakukan dengan memberikan dua kali tiupan volume tidak melalui
mulut pasien. Bila pasien cardiac arrest ditemukan oleh orang awam,

12
maka ia harus mengaktivasi EMS (Emergency Medical Service) dan
melakukan hands-only CPR hingga ada penolong yang datang
mengambil alih pertolongan atau hingga denyut nadi pasien teraba,
atau jika ia merasa kelelahan. Apabila pasien cardiac arrest ditemukan
oleh tenaga kesehatan, maka penolong harus mengaktivasi Rapid
Response Team (RRT) dan meminta defibrillator untuk menolong
pasien untuk mencegah kematian.
2. Defibrilasi
Defibrilasi adalah terapi dengan cara memberikan aliran listrik
yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda
yang ditempatkan pada permukaan dada pasien dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan aktivitas listrik jantung dan mekanisme
pemompaan, ditunjukkan dengan membaiknya cardiac output, perfusi
jaringan dan oksigenasi. Tindakan defibrilasi diberikan secepat
mungkin saat pasien mengalami gambaran Ventical Tachycardi atau
Ventical Fibrilasi yaitu antara waktu 3 sampai 5 menit.
3. Penatalaksanaan lanjutan
- Obat-obatan
Obat yang direkomendasikan untuk yang mengalami henti jantung
hamper sama dengan obat aritmia, seperti beta-blocker (penekan
kolesterol) dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors,
dan calcium channel blockers.
- Angioplasti Koroner
Prosedur untuk membuka arteri koroner yang tersumbat agar aliran
darah kembali lancar. Dokter akan menggunakan kateter berujung
balon ke pembuluh darah dan mungkin menempatkan stent (ring
jantung).
- Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)
Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) merupakan alat yang
ditempatkan pada tulang selangka sebelah kiri yang satu atau lebih
kabelnya mengalir melalui pembuluh darah jantung. Guna untuk

13
memonitori sekaligus mengirimkan kejutan energi rendah jika ada
perubahan pada irama jantung.
- Prosedur Operasi Jantung
Penanganan Cardiac Arrest ini meliputi operasibypass jantung,
ablasi kateter jantung, dan operasi korektif untuk mengembalikan
aliran darah dan irama jantung tetap normal.

2.9 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa
jantung menurun.
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
suplai O2 ke otak.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 tidak
adekuat.

2.10 Nursing Care Plan dan Rasionalisasi


Intervensi Keperawatan Henti Jantung
1) Diagnosa keperawatan I :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa
jantung menurun.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan curah jantung meningkat dengan Kriteria hasil :
- Kekuatan nadi perifer meningkat (5)
- Cardiac index meningkat (5)
- Left venticel stroke work index meningkat (5)
- Palpitasi menurun (5)
- Bradikardia menurun (5)
- Takikardia menurun (5)
- Gambaran EKG menurun (5)
Intervensi keperawatan :
Perawatan Jantung (1.02075)

14
Tindakan
Observasi :
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitasi yang menurangi nyeri)
Terapeutik :
- Posisikan pasien semi-flower atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis.batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi :
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output
cairan harian.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung.

15
2) Diagnosa Keperawatan II
Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
suplai O2 ke otak.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan sirkulasi darah pasien dapat kembali normal sehingga
transport O2 kembali lancar dengan Kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat (5)
- Tekanan intra kranial menurun (5)
- Sakit kepala menurun (5)
- Tekanan darah sistolik membaik (5)
- Tekanan darah diastolic membaik (5)
- Refleks saraf membaik (5)

Intervensi Keperawatan :
Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (1.09325)
Tindakan
Observasi :
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan
metabolisme, edema serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)
- Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)

Terapeutik :
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang

16
- Berikan posisi semi Fowler
- Cegah terjadi nya kejang
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu

3) Diagnosa Keperawatan III


Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 tidak
adekuat.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan sirkulasi darah pasien kembali normal sehingga pertukaran
gas dapat berlangsung membaik dengan Kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat (5)
- Dispnea menurun (5)
- Napas cuping hidung menurun (5)
- PCO2 membaik (5)
- PO2 membaik (5)
- Takikardia membaik (5)
- pH arteri membaik (5)
- Pola napas membaik (5)

Intervensi Keperawatan :
Pemantauan Respirasi (1.01014)
Tindakan
Observasi :
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

17
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik :
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumtasikan hasil pemantauan

Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Henti jantung merupakan suatu keadaan dimana ketika jantung
tidak dapat memompa dengan efektif atau bahkan tidak memompa
sama sekali, disertai tidak adanya denyut nadi yang teraba. Jantung
tidak menunjukkan kontraksi yang halus atau lancar, melainkan
muncul tipe aktivitas yang berbeda, yang paling sering adalah
sentakan-sentakan yang tidak terkordinasi yang disebut ventrikel
fibrilasi (Tony Suharsono, 2017).
Etiologi dari Henti jantung diantaranya yaitu; serangan jantung,
sumbatan jalan napas oleh benda asing, tenggelam, stroke/CVA,
overdosis obat-obatan, tercekik, dan lain-lain. Apabila terjadi kegawat
daruratan segera lakukan CPR.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan
dapat melakukan pertolongan pertama dengan benar pada kasus Henti
Jantung dan juga diharapkan dengan adanya makalah ini masyarakat
dapat lebih mengerti tindakan apa yang harus dilakukan ketika sedang
dihadapkan dengan kasus Henti Jantung, mengingat bahwa resusitasi
dapat memberikan petolongan awal pada kasus Henti Jantung.

19
LAMPIRAN

20
DAFTAR PUSTAKA
Alaa, F. A. (2021, Januari 22). Cardiopulmonary Arrest In Adults. Retrieved April
19, 2021, from ncbi.nlm.nih.gov/books/:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563231/
Allison, G. S. (2020, agustus 12). Sudden Cardiac Death. Retrieved April 19,
2021, from ncbi.nlm.nih.gov/books/:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507854/
Doddy, T. N. (2019). Implementasi Early Warning Score pada Kejadian Henti
Jantung di Ruang Perawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang
Ditangani Tim Code Blue Selama Tahun 2017. Jurnal Anestesi
Perioperatif [JAP.2019;7(1):33-41], 34.
Kevin, P. J. (2020, November 18). Cardiac Arrest. Retrieved April 2021, 19, from
ncbi.nlm.nih.gov/books/:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534866/
National Heart, L. a. (2020, November 13). Cardiac arrest treatment that uses life
support machine boosts survival. Retrieved April 19, 2021, from
nhlbi.nih.gov: https://www.nhlbi.nih.gov/news/2020/cardiac-arrest-
treatment-uses-life-support-machine-boosts-survival
Ocsitaocsitul. (2017, Maret 05). Komplikasi dan algoritma cardiac arrest.
Retrieved April 19, 2021, from scribd:
https://www.scribd.com/document/341013906/TUGAS-VINDA-
Komplikasi-dan-algoritma-cardiac-arrest-pdf
Pokja, P. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
Pokja, P. D. (2019). Standar Luar Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
Savitri, N. (2018). Konsep Dasar Cardiac Arrest. Retrieved April 13, 2021, from
repository.poltekkes-denpasar: http://repository.poltekkes-

21
denpasar.ac.id/1302/3/skripsi%20BAB%20II.pdf
Shinta A.A., N. M. (2017). PENGARUH SIMULASI TINDAKAN RESUSITASI
JANTUNG PARU (RJP) TERHADAP TINGKAT MOTIVASI SISWA
MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG DI SMA NEGERI 9
BINSUS MANADO. e-Journal Keperawatan (e-Kp) volume 5 Nomor 1,
Februari 2017, 2.
Sovari, A. E.-C. (2020). Sudden cardiac death. Retrieved April 19, 2021, from
emedicine.medscape: https://emedicine.medscape.com/article/151907-
overview#a1
Tony, S. d. (2017). Penatalaksanaan Henti Jantung Di Luar Rumah Sakit Sesuai
dengan Algoritma AHA 2010. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Zaqila, G. (2017, Juli 02). MAKALAH HENTI JANTUNG. Retrieved April 13,
2021, from scribd:
https://www.scribd.com/document/352709210/MAKALAH-HENTI-
JANTUNG

22

Anda mungkin juga menyukai