Oleh :
Rodhiatam Miftahul Jannah
1810306094
MAKALAH
Disusun oleh :
Tandatangan :
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………….3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ............................................................................................ .4
B. Anatomi Pericardium…...………………………..……………..…..4
C. Etiologi ............................................................................................ .6
D. Tanda dan Gejala…………………………………………………...6
E. Epidemiologi……………………………………………………….7
F. Factor Resiko………………………………………………………7
G. Patofisiologi .................................................................................... 7
H. Pathogenesis………………………………………………………..8
I. Komplikasi ...................................................................................... 8
J. Prognosis ......................................................................................... 9
K. Intervensi Fisioterapi ....................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Pericardium………………………………………………..6
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke
merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian
terjadi di negara berkembang akibat penyakit kardiovaskular dan semakin
banyak menimpa populasi umur produktif, di bawah 60 tahun. Kondisi ini
berdampak pada perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia (Rilantono,
2012).
Menurut data World Health Organization (WHO), 17,5 juta orang
meninggal disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan
penyakit lainnya pada tahun 2012, yaitu 46 % dari semua penyebab kematian
penyakit tidak menular. Sekitar 7,4 juta kematian disebabkan oleh Penyakit
Jantung Koroner (PJK), dan sekitar sepertiganya terjadi pada umur 30 sampai
70 tahun (WHO, 2015).
Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyakit jantung menduduki
peringkat ke tiga dengan prevalensi 7,2% dari semua penyakit tidak menular
di Indonesia. Dengan proporsi kematian 9,3% oleh PJK dan 7,5% oleh
penyakit jantung lainnya dari semua penyakit tidak menular (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan [BPPK], 2008).
Jantung merupakan salah satu rongga organ berotot yang memompa
darah ke pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di
sebelah kiri bagian dada diantara paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Massa
jantung kurang lebih 300 gram atau kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung
berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh dan kemudian kembali ke
jantung. Maka jika peredaran ini terganggu maka inilah yang disebut dengan
sakit jantung (Jatmiko dkk, 2013).
Pericardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan
selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan parietal dan visceral yang
bertemu dipangkal jantung membentuk kantung jantung, diantara dua lapisan
jantung ini terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar pergeseran
antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung.
Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan
1
2
yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan
darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria (eWinter
& Tischler, 2007).
Pericardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika,
radang, neoplasi, dan bawaan penyakit pericardium dinyatakan oleh
tumbunan cairan disebut efusi pericardium, radang yaitu pericarditis.
Pericarditis ialah penyakit sekunder dimanapun ditubuh contohnya
penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik, tetapi
kadang-kadang pericarditis terjadi sebagai kelainan primer. Pada pericarditis,
ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, pericarditis
non spesifik (viral), infark miokard dan uremia (eWinter & Tischler, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pericarditis?
2. Bagaimana anatomi pericardium?
3. Bagaimana etiologi dari pericarditis?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari pericarditis?
5. Bagaimana epidemiologi dari pericarditis?
6. Bagaimana factor resiko dari pericarditis?
7. Bagaimana patofisiologi dari pericarditis?
8. Bagaimana pathogenesis dari pericarditis?
9. Bagaimana komplikasi dari pericarditis?
10. Bagaimana prognosis dari pericarditis?
11. Bagaimana intervensi fisioterapi terhadap kasus pericarditis?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari pericarditis.
2. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi pericardium.
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari pericarditis.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala dari pericarditis.
5. Mahasiswa mampu mengetahui epidemiologi dari pericarditis.
6. Mahasiswa mampu mengetahui factor resiko dari pericarditis.
7. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari pericarditis.
8. Mahasiswa mampu mengetahui pathogenesis dari pericarditis.
9. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari pericarditis.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Definisi
Pericarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium
visceral, atau keduanya. Pericarditis dibagi atas pericarditis akut,
subakut, dan kronik. Pericarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi,
manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama
(Arif, M., 2009).
Pericarditis adalah peradangan pericardium viseralis, parietalis, dan
keduanya. Respons pericardium terhadap peradangan bervariasi dari
akumulasi cairan atau darah (efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi
jaringan fibrosa, pembentukan granuloma atau kalsifikasi. Itulah
sebabnya manifestasi klinis pericarditis sangat bervariasi dari yang tidak
khas sampai yang khas (Sudoyo dkk, 2009).
Klasifikasi klinis pericarditis sangat luas mulai dari pericarditis
akut, efusi perikard tanpa tanda tamponade, tamponade jantung, dan
pericarditis konstriktif (Sudoyo dkk, 2009).
Pericarditis adalah peradangan pericardium viseralis atau parietalis
dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga pericardium
baik bersifat transudat atau eksudat atau purulen dan disebabkan oleh
berbagai macam penyebab (Ngastiyah, 2005).
2. Anatomi Pericardium
Pericardium adalah kantong fibroserosa berdinding ganda yang
meliputi jantung dan pangkal pembuluh besar jantung. Kantong
pericardium yang berbentuk kerucut, terletak dorsal dari corpus sterni dan
cartilage costalis II sampai cartilage costalis VI, setinggi vertebra T5-T8.
Kantong pericardium mengalami pengaruh gerak jantung dan pembuluh
darah, sternum, dan diafragma karena pericardium fibrosus itu:
a. Melebar dengan tunica adventitia pembuluh besar yang memasuki
atau meninggalkan jantung.
4
5
10. Prognosis
Prognosis pada individu dengan pericarditis tergantung pada etiologi
kondisi ini, serta adanya efusi pericardial dan/atau tamponade. Idiopatik
dan etiologi virus biasanya memiliki program sendiri yang terbatas, tanpa
resiko evolusi menuju pericarditis konstriktif. Namun, pericarditis
berhubungan dengan infark yang lebih besar, dank arena itu, jangka
kematian dapat meningkat. Pasien dengan scleroderma atau anak-anak
dengan demam rematik dan pericarditis memiliki prognosis buruk, dan
keterlibatan pericardial purulent, tuberculosis,dan neoplastic memiliki
kursus lebih rumit dengan hasil yang buruk. Pericarditis purulent
berhubungan dengan angka kematian mendekati 100% untuk orang yang
tidak diobati dan tingkat kematian 12-40% untuk pasien yang diobati.
Tingkat mortalitas pada pericarditis TB mendekati 50% (Spangler, 2010).
Pericarditis uremik terus dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas
yang signifikan sesekali. Pasien dengan pericarditis uremik, 3-5% dapat
menjadi pericarditis hemoragik.
Untuk luka tembus, prognosis sangat tergantung pada identifikasi
cepat tamponade. Kematian dapat terjadi pada 3-5% kasus dihasilkan dari
tamponade jantung atau aritmia. Factor yang menguntungkan meliputi
perforasi kecil, terisolasi luka ventrikel kanan, tekanan darah sistolik lebih
dari 50 mmHg dan adanya tamponade (Spangler, 2010).
11. Intervensi Fisioterapi
a. Breathing Exercise
1) Definisi
Breathing exercise adalah teknik penyembuhan yang alami
dan merupakan bagian dari strategi holistic self-care untuk
mengatasi berbagai keluhan seperti fatigue, nyeri, gangguan tidur,
stress dan kecemasan. Secara fisiologis, breathing exercise akan
menstimulasi system saraf parasimpatik sehingga meningkatkan
produksi endorpin, menurunkan heart rate, meningkatkan
ekspansi paru sehingga dapat berkembang maksimal, dan otot-otot
menjadi rileks. Breathing exercise membuat tubuh kita
mendapatkan input oksigen yang adekuat dimana oksigen
10
c. Teknik
Teknik deep breathing exercise diantaranya meliputi:
1) Mengatur posisi klien dengan semi fowler/fowler di tempat
tidur/kursi.
2) Meletakkan satu tangan klien di atas abdomen (tepat di bawah iga)
dan tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan
dada dan abdomen saat bernafas.
3) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada
dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup
selama inspirasi, tahan nafas selama 2 detik.
4) Menghembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit
terbuka sambil mengencangkan (kontraksi) otot-otot abdomen
dalam 4 detik.
5) Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik
setiap pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit.
6) Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit (Smeltzer,
et al, 2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pericarditis adalah peradangan pericardium viseralis, parietalis, dan
keduanya. Pericarditis dibagi atas pericarditis akut, subakut, dan kronik.
Pericarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis,
pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. Pericardium adalah
kantong fibroserosa berdinding ganda yang meliputi jantung dan pangkal
pembuluh besar jantung. Kantong pericardium yang berbentuk kerucut,
terletak dorsal dari corpus sterni dan cartilage costalis II sampai cartilage
costalis VI, setinggi vertebra T5-T8. Penyebab pericarditis paling sering
karena infeksi virus. Tanda dan gejala pericarditis akut yang biasa ditemui
adalah nyeri dada prekordial maupun substernal, biasanya bergantung kepada
posisi (diperberat dengan tidur). Epidemiologi pada kejadian pericarditis
sering terjadi tanpa adanya gejala klinis. Lorell mencatat diagnosis
pericarditis akut terjadi sekitar 1 per 1000 pasien yang masuk rumah sakit,
terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan
segmen S-T elavasi. Factor resiko dengan kemungkinan besar didominasi
pria, dengan rasio pria-wanita 3:1 pada beberapa studi. Prognosis pada
individu dengan pericarditis tergantung pada etiologi kondisi ini, serta
adanya efusi pericardial dan/atau tamponade. Intervensi fisioterapi yang
diberikan berupa breathing exercise.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Bagi penderita diharapkan kerja sama yang baik dengan terapis
selama proses terapi berlangsung. Pasien diharapkan tetap selalu rutin
menjalani program-program terapi yang telah diberikan dan ditentukan
serta tetap menjalani home program seperti yang telah diedukasikan oleh
fisioterapis.
2. Bagi Keluarga
Kepada keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi kepada
pasien untuk latihan dan membantu dalam proses latihan dengan
12
13
[BPPK] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia-Tahun 2007. Jakarta (ID): Depkes RI.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Arif, Muttaqin. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan hematologi. Salemba Medika, Jakarta.
Basuki, Purnomo. 2008. Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis. Jakarta: EGC
eWinter MM, Tischler MD. 2007. Pericardial diseases. In: Bonow RO, Mann DL,
Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of
Cardiovascular Medicine
Jatmiko. Dkk, 2013. Teknis Biomedis Teori Aplikasi. Penyakit jantung dan
Penanganannya. Depok: FIK UI. Hal 31.
Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. EGC: Jakarta
Moore, L., Keith. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta
Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Rilantono, Lily l. 2012. 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.279-287
Sidney, Darren. 2012. Constrictive pericarditis.
(http://emedicine.medscape.com/article/157096-overview). Diakses tanggal 12
November 2012 pukul 7:57 WIB.
Spangler, Sean. 2 April 2019. Acute pericarditis.
(http://emedicine.medscape.com/article/156951-overview). Diakses tanggal 20
September 2019.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hincle, J.I., Cheever, K.H. (2008). Textbook of medical
surgical nursing; brunner & suddart. Eleventh edition, Lipincott Williams &
Wilkins, a Wolter Kluwer Business.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jil II Ed V. Interna
Publishing: Jakarta
Tincani A, Rebaioli CB, Taglietti M, et al. Heart involvement in systemic lupus
erythematosus, anti-phospholipid syndrome and neonatal lupus. Rheumatology
2006;45:iv8–iv13.
Tingle, LE; Molina, D; Calvert, CW (15 November 2007). "Acute
pericarditis". American family physician. 76 (10): 1509–14.
WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015.