Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PERADANGAN PADA JANTUNG DAN HIPERTENSI (HT)

Dosen Pembimbing :
Ilma, S.Kep, Ns, M.Kep

Anggota Kelompok 5 :
Agis Irham 32722001D18004
Aldi Muhammad Fauzi 32722001D18008
Ersa Yohana 32722001D18038
Liza Tasya Nurafifah Rachman 32722001D18054
Siti Sabila Suherman 32722001D18106
Sri Rahayu 32722001D18108
Tria Marini Camaru 32722001D18114

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Manajemen Patient Safety dengan judul “Peradangan Pada Jantung dan
Hipertensi (HT)”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
mahasiswa kesehatan.

Sukabumi, September 2019

Kelompok 5

2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………. 2
C. Tujuan…………………………………………………………... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Miokarditis…………………………………………. 4
B. Pengertian Perikarditis…………………………………………. 5
C. Pengertian Endokarditis……………………………………….. 6
D. Hipertensi………………………………………………………. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus…………………………………………………………… 8
B. Asuhan Kepereawatan………………………………………….. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 99
B. Saran …………………………………………………………… 23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
iii

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalammediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki
fungsi utama sebagai pemompa darah.Jantung merupakan salah satu organ
yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan
rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan
menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika
rangsang irama inimengalami gangguan dalam pembentukannya dan
penghantarannya, maka dapat terjadigangguan pada kinerja jantung.Rad ang
adalah reaksi tubuh yang normal terhadap luka atau infeksi. Ada beberapa
penyakit yang menyerang organ vital ini, diantaranya Endokarditis,
Miokarditis dan Perikarditis. Endokarditis yaitu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung.
Sedangkan Miokarditis yaitu radang otot jantung atau miokard. Dan
Perikarditis adalah peradangan perikard parietal, viseral atau keduanya.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan
utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung
mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. pada zaman
modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. baik di
negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah
gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk,
kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu
banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung
kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung.Apalagi ditambah
dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga,
danistirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.

5
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengertian Perikarditis
a. Definisi
b. Etiologic
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologis
e. Komplikasi
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Pelaksanaan
b. Pengertian Miokarditis
a. Definisi
b. Etiologic
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologis
e. Komplikasi
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Pelaksanaan
c. Endokarditis
a. Definisi
b. Etiologic
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologis
e. Komplikasi
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Pelaksanaan
d. Hipertensi
a. Definisi
b. Etiologi
c. Diagnosis
d. Pengobatan

6
1.3 Tujuan
a. Dapat Mengetahui Pengertian Perikarditis, Meliputi:
a. Definisi
b. Etiologic
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologis
e. Komplikasi
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Pelaksanaan
b. Dapat Mengetahui Miokarditis, Meliputi:
a. Definisi
b. Etiologic
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologis
e. Komplikasi
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Pelaksanaan
c. Dapat Mengetahui Endokarditis, Meliputi:
a. Definisi
b. Etiologic
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologis
e. Komplikasi
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Pelaksanaan
d. Dapat Mengetahui Hipertensi, meliputi:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Diagnosis
d. Pengobatan

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Perikarditis
1. Definisi
Perikarditis adalah inflamasi pericardium visceral dan parietal (akut
dan kronis). (Marylinn E. Doengoes, 2000: 129).
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis
dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang
baik bersifat transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen
dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Penyakit
perikarditis merupakan peradangan yang terjadi pada perikardium.
Perikardium itu sendiri merupakan selaput yang membungkus jantung dan
berfungsi untuk menahan jantung agar tetap berada di posisinya. Fungsi
perikardium tidak memiliki kaitan dengan aktivitas normal jantung, namun
bekerja sebagai pelindung organ tersebut. Perikardium dapat mengalami
iritasi atau peradangan karena beberapa penyebab. Saat terjadi peradangan
atau perikarditis, perlu dilakukan penanganan dengan segera. Jika
dibiarkan, kondisi ini dapat memicu terjadinya berbagai komplikasi serius
yang bahkan bisa mengancam nyawa penderitanya. Salah satu komplikasi
yang umum terjadi akibat perikarditis adalah tamponade jantung
atau cardiac tamponade. Komplikasi ini terjadi akibat adanya
penumpukan signifikan dari cairan di dalam perikardium. Kondisi ini
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis hingga
membahayakan jiwa. Perikarditis lebih banyak menyerang pria dengan
rentang usia 20–50 tahun, dibandingkan wanita dengan rentang usia yang
sama. Meski demikian, wanita tetap memiliki risiko terserang penyakit ini.

2. Etiologi
a. Penyebab idiopatik atau nonspesifik
b. Infeksi :
 Bakteri, (mis: streptococcus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus)

8
 Jamur (mis: riketsia, parasit)
 Virus (mis: coxsakie, influensa)
c. Kelainan jaringan ikat sistemik lupus eritematosus, demam rematik, artritis
rematik, poliarteritis.
d. Keadaan hipersensitivitas-reaksi imun, reaksi obat, serum sickness.
e. Penyakit struktur disekitarnya-infark miokardium , aneurisma dissecting,
penyakit pleura dan paru (pneumonia).
f. Penyakit neoplasia
 Sekunder akibat metastatis dari kanker paru , kanker payudara
 Leukemia
 Primer (mesotelioma)
g. Terapi radiasi
h. Trauma atau cedera dada
i. Gagal ginjal dan uremia
j. Tuberculosis

3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dada seperti ditusuk terutama bila bergerak/napas dalam, berkurang
bila duduk agak membungkuk.
b. Friction rub: positif.
c. Nyeri dada substernal/parasternal, menjalar ke bahu/leher dan lengan kiri.
d. Distensi vena jugularis.
e. Hepatomegali
f. Edema ekstremitas bawah.
g. Sesak napas, denyut jantung meningkat
h. Bunyi jantung lemah atau normal.
i. Temperature meningkat
j. Ewart’s sign ( perkusi pekak di bawah angulus scapula kiri bila ada efusi )
k. Rontgen toraks : bayangan jantung membesar.
l. Iso-Enzym Cardiac : meningkat
m. Pola EKG

9
 ST elevasi pada area yang rusak (strain) ttanpa diikuti perubahan di area
resiprokal.
 Kompleks QRS voltase rendah (amplitudo kecil)
 Atrium fibrilasi.

4. Patofisiologi
Adanya proses inflamasi dan sekunder dari fenomena infeksi pada
perikarditis akan memberikan respon. Terjadinya vasodilatasi dengan
peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskuler, sehingga
kandungan protein, termasuk fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan
meningkat. Peningkatan perpindahan leukosit dapat terjadi pada perikarditis
purulenta.
Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang
mungkin. Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya
jaringan parut dan perlengketan disertai kalsifikasi dari lapisan perikardium
viseral maupun parietal yang menimbulkan perikarditis konstriktif yang
apabila cukup berat akan menghambat pengembangan volume jantung pada
fase diastolik.
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium dimana
sekresi melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium.
Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik
jantung bisa menimbulkan tamponade jantung.

5. Komplikasi
1) Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah  keadaan yang mengancam nyawa, dimana
ditemukan penekanan pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan
(darah, nanah) atau gas diruangan perikardium (ruangan antara 2 selaput
pelapis jantung), yang disebabkan karena trauma atau robeknya otot
jantung, atau karena perembesan cairan (efusi). Hal ini dapat

10
menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara
optimal.
2) Perikarditiskonstriktif
3) Aritmi jantung
Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation,
atrial flutter, and atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi
karena gangguan listrik di atria dan/atau di AV node menyebabkan denyut
jantung yang cepat. BV2
4) Nyeri dada berulang-ulang

6.   Pemeriksaan diagnostik
a. Dapat terdengar bising gesekan ( friction rub ) dengan stetoskop akibat
kantong yang inflamasi bergesekan dengan jantung setiap kali jantung
berdenyut.
b. Tanda inflamasi sistemik ( demam, peningkatan laju endap darah, dan
peningkatan  hitung leukosit ) dapat terjadi.
c. Ekokardiografi , dapat mengindikasikan akumulasi cairan di kantong
pericardium , efusi pericardial, hipertrofi jantung, disfungsi katup dan
dilatasi ruang.
d. Pemeriksaan EKG menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduksi dan
disritmia.

7. Penatalaksanaan
Pengobatannya dengan memberikan obat yang dapat mengurangi
peradangan seperti aspirin atau ibuprofen sambil diawasi kemungkinan
terjadinya komplikasi (terutama tamponade jantung). Bila nyeri hebat dapat
diberikan opium seperti morfin atau golongan corticosteroid, tapi yang paling
sering digunakan adalah prednisone. Jika obat-obatan gagal maka dilakukan
dilakukan pembedahan pengangkatan perikardium.

11
2.2     Miokarditis
1. Definisi
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari
miokardium. (Marylinn E. Doengoes, 2000: 129).
Miokarditis adalah peradangan jantung yang tidak berkaitan
dengan penyakit arteri koroner atau infark miokard. Miokarditis paling
sering terjadi akibat infeksi virus pada miokardium, tetapi dapat juga
disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur yang sering diduga adalah
infeksi coxsackievirus. (Elizabeth J. Corwin, 2009: 502)
Peradangan yang terjadi pada otot jantung menyebabkan darah
tidak akan terpompa dengan baik, irama detak jantung yang menjadi
tidak teratur, nyeri dada hingga mengalami sesak nafas, pembekuan
darah pada arteri, kerusakan pada jantung, bahkan hingga timbulnya
penyakit lain seperti stroke. Miokarditis juga sering kali dikenal dengan
istilah inflamasi kardiomiopati, dan sebagian besar kasus ini tergolong
ringan namun juga tidak menutup kemungkinan kasus penyakit
miokarditis yang parah juga menyebabkan komplikasi yang serius.

2. Etiologi
a. Infeksi bakteri: dipteria tuberculosis, thypoid, tetanus, staphylococcus,
pneumococcus, dan gonococcus.
b. Keracunan zat kimia: alcohol
c. Infeksi cacing: trichinosis
d. Hipersensitif reaksi imun: reumatik fever dan postcardiotomi sindrom
e. Infeksi parasit: trypanosomiasis, toxoplasmosis
f. Terapi radiasi dosis besar

3. Manifestasi Klinis
1) Dada terasa berat dan sesak napas
2) Demam, denyut jantung meningkat/ takikardi
3) Anoreksia
4) Gallop’s, bunyi jantung lemah

12
5) Tanda-tanda gagal jantung kanan

4. Patofisiologi
Kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius ini dapat
melalui tiga mekanisme dasar, meliputi :
 Invasi langsung ke miokard
 Proses imunologis terhadap miokard
 Mengeluarkan toksin yang merusak miokard
Proses miokarditis viral ada dua tahap, tahap pertama (akut)
berlangsung kira-kira 1 minggu dimana terjadi invasi virus ke miokard,
replikasi virus, dan lisis sel. Setelah itu, terbentuk neutralizing antibody
dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan
makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Tahap kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radan dan
sistem imun akan diaktifkan, antara lain dengan terbentuknya antibodi
terhadapa miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh
virus. Tahap ini berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan dan diikuti dengan kerusakan miokardium dari yang minimal sampai
yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusak sel-
sel endotel. Terbentuknya antibodi endotel diduga sebagai penyebab
spasme mikrovaskuler. Walaupun etiologi kelainan mikrovaskuler belum
pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari imun atau kerusakan endotel
akibat infeksi virus.
Jadi, pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro menyebabkan
proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan
larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal
menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi
miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya
kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung.

13
5. Komplikasi
 Kardiomiopati
 Payah jantung kongresif
 Efusi pericardial
 AV block total
 Trobi kardiak
 Gagal jantung

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
Dijumpai leukosit dengan polimorfonuklear atau limfosit dominan,
bergantung pada penyebabnya. Pada infeksi parasit ditemukan
eosinofilia. Laju endap darah biasanya meningkat, enzim jantung dan
kreatin kinase atau laktat dehidrogenase (LDH) dpaat juga meningkat
tergantng pada luasnya nekrosis miokard. Pemeriksaan berkelanjutan
dapat juga menentukan progesivitas atau penyembuhan miokarditis.
b. Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan yang didapat bersifat sementara dan lebih sering ditemukan
dibandingkan kelainan klinis jantungnya. Temuan yang paling sering
adalah sinus takikardia, perumbahan segmen ST dan/ atau gelomabng
T, serta low voltage. Kadang-kadang ditemukan aritmia atrial atau
ventrikular, AV block, infra ventricular conduction defect, dan QT
memanjang. Pada penyakit Chaga sring didapatkan right bundle brach
block yang lengkap. AV block total sifatnya sementara dan hilang tanpa
bekas, tetapi kadang-kadang dapat sebagai penyebab kematian
mendadak pada miokarditis.
c. Foto Dada
Ukuran jantung sering membesar walaupun dapat juga normal. Kadang-
kadang disertai kongesti paru.

14
d. Ekokardiografi
Sering didapatkan hipokinesis kedua ventrikel walaupun kadang-
kadang bersifat regional, terutama di apeks. Dapat juga ditemukan
penebalan dinding ventrikel, trombus ventrikel kiri, pengisian diastolik
yang abnormal, atau efusi perikardial.

7. Penatalaksanaan
1. Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasar
(penisilin untuk streptokokus hemolitikus)
2. Pasien dibaringkan ditempat tidur untuk mengurangi beban jantung.
Bernaring juga dapat membantu mengurangi kerusakan miokardial
residual dan komplikasi miokarditis.
3. Fungsi jantung dan suhu tubuh harus selalu dievaluasi.
4. Bila terjadi gagal jantung kongestiv harus diberikan obat untuk
memperlambat frekuensi jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi.

2.3    Endokarditis
1. Definisi
Endokarditis adalah inflamasi lapisan endothelial jantung. (Marylinn E.
Doengoes, 2000: 129).
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan jantung.
Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi.
Terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam rematik
yang merupakan penyakit sistemik karena infeksi streptokokus. Endokarditis
infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi
langsung bakteri atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas
bilah katup. ( Muttaqin. 2009 )
Jika jantung bermasalah (terutama pada katupnya), bakteri dapat
menempel di lapisan dalam jantung dan akan menimbulkan infeksi. Kondisi
infeksi ini disebut dengan endokarditis. Endokarditis adalah penyakit yang
jarang ditemui, tetapi dapat menimbulkan komplikasi dapat menyebabkan

15
kematian jika tidak segera diobati. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah gagal jantung dan stroke.

2. Etiologi
a) Streptococcus β hemolitik group A
b) Staphylococcus aureus
c) Streptococcus viridian
d) Streptococcus fecalis
e) Candida
f) Aspergillus
g) Basil E. coli.

3. Manifestasi Klinis
 Hiperpireksia dan mengigil.
 Clubbing fingers.
 Ptechiae pada mukosa tenggorok, Roth’s Spot pada retina mata dan kulit
dada.
 Anemis/pucat.
 Splinter Hemorrhagic (emboli di bawah kuku dengan bentuk linier)
 Murmur/bising jantung (karena kerusakan katup jantung)
 Osler’s Nodes (nodul kemerahan, merah muda, atau kebiruan) di bagian
dalam jari, otot tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.
 Janeway Lession (nodul kemerahan, merah muda, atau kebiruan) di bagian
dalam jari, otot tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.
 Tanda dan gejala gagal jantung kanan (hepatomegali, edema, dan distensi
vena jugularis).

4. Patofisiologi
Patofisiologis terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsung
oleh demam rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi
streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua persendian,

16
menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran dan
merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.
Kerusakan jantung dan lesi bukan akibat infeksi, artinya jaringan
tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organisme
tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi, yang
terjadi sebagai respons terhadap Streptokokus hemolitikkus. Leukosit darah
akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan membentuk nodul, yang
kemudian akan diganti dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja terlibat
dalam proses inflamasi ini; artinya, berkambanglah miokarditis rematik, yang
sementara melemahkan tenaga kontraksi jantung. Demikian pula perikardium
juga terlibat; artinya, juga terjadi perikarditis rematik selama perjalanan akut
penyakit. Komplikasi miokardial dan pericardial tersebut biasanya tanpa
meninggalkan gejala sisa yang serius. Namun sebaliknya endokarditis rematik
mengakibatkan efek samping kecacatan permanen.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan
adanya tumbuhan kecil transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran
sebesar kepala jarum pentul, tersusun dalam deretan sepanajang tepi bilah
katup. Manik-manik kecil tadi tidak tampak berbahaya dan dapat menghilang
tanpa merusak bilah katup, namun yang lebih sering mereka menimbulkan
efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara
bertahap menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkannya menjadi memendek
dan menebal dibanding yang normal, sehingga tak dapat menutup dengan
sempurna. Terjadilah kebocoran, suatu keadaan yang disebut regurgitasi
katup. Tempat yang paling sering mengalami regurgitasi katup adalah katup
mitral.
Sedangkan endokarditis infeksi (endokarditis bacterial) adalah
infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh invasi
langsung bakteri atau organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah
katup. Mikroorganisme penyebab mencakup bakteri (streptokoki, enterokoki,
pneumokoki, stapilokoki) fungi, riketsia, dan streptokokus viridans.
Endokarditis infeksi terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat
penyakit katup jantung. Pasien yang beresiko tinggi adalah pasien dengan

17
penyakit jantung rematik atau prolaps mitral dan pernah menjalani
pembedahan katup prostetik.
Endokarditis infeksi biasanya terjadi pada manula, mungkin akibat
menurunnya respons imunologis terhadapt infeksi, perubahan metabolisme
akibat penuaan, dan meningkatnya prosedur diagnostik invasif. Khususnya
pada penyakit genitouriner. Terdapat insidensi tinggi endokarditis
stapilokokus diantara pemakai obat intravena, penyakit yang terjadi paling
sering pada orang-orang yang secara umum sehat.
Endokarditis yang didapat di rumah sakit terjadi paling sering pada
pasien dengan penyakit yang melemahkan, yang memakai kateter indweller,
dan yang menggunakan terapi intravena atau antibiotika jangka panjang.
Pasien yang diberi pengobatan imnunosupresif atau steroid dapat mengalami
endokarditis fungi.

5. Komplikasi
 Gagal jantung
 Aneurisme nekrotik (pada endokarditis infektif)

6. Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan darah :Peningkatan leukosit, sedimen eritrosit, anemia,
normositic normomocrom.
 Echocardiografi :Indentifikasi kerusakan katup.
 EKG : AF dan aritmia

7. Penatalaksanaan
 Bed rest
 Pertahankan intake cairan
 Pengobatan : antibiotik
 Persiapan oprasii pembedahan katup

18
2.4 Hipertensi
A. Pengertian
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana
tekanan darah meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan
darah saat menekan dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang
menghantarkan darah ke seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan

19
puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic mencapai
90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak
diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi
ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan
darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-
anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling
tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

B. Etiologi
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak
mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun
tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba,
misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-
tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala,
pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya
ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada
waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut

20
terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan
sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada diskus
optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal.
Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari,
pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda
hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnyadapat terjadi pada tekanan
darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan
seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing,
napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto,
2004).

C. Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat
Menggunakan sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih
dari satu kali pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk
di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi
lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan
tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman
yang dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan
tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih
lanjut yakni:
1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita Tujuan
pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh
mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas

21
atau tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan
lain-lain.
2. Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi
penyebab spesifiknya.
3. Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu
pencarian faktor-faktor risiko tambahan yang tidak boleh
diabaikan.
4. Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan
pemeriksaan dasar, seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium,
EKG (electrocardiography) dan rontgen.
D. PENGOBATAN HIPERTENSI
1. Umum
Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan
menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi
penatalaknaan dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor
risiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau
menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi
asupan garam serta rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang
telah terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita.
Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena,
spironolactone
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin

22
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine,
nifedipine
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa,
guanabens Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder
yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-
tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di
rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu
pemerikasaan dengan sarana yang canggih

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Seorang laki-laki 56 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
sesak saat beraktifitas. 3 bulan SMRS Tn. Os mengeluh sesak nafas, sesak
dipengaruhi aktivitas sehari-hari yaitu bila berjalan ke toilet tidak dipengaruhi
cuaca dan emosi dan tidak diikuti suara mengi, sesak berkurang bila duduk atau
istirahat. Os sering terbangun di malam hari karena sesak, os lebih nyaman tidur
menggunakan 3 bantal. Nyeri dada (-), palpitasi (+), batuk (-), dahak (-), demam
(-), mual (-), bengkak pada tungkai (+), nyeri sendi (-). BAB dan BAK tidak ada
keluhan dan OS lalu berobat ke RS A, tetapi tidak ada perubahan. Lalu Os berobat
ke RS X ini (rawat jalan).

Satu hari SMRS Os mengeluh sesak nafas semakin hebat, sesak saat
beraktivitas ringan seperti berjalan ke toilet, sesak hilang saat istirahat, sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca dan emosi. Os sering terbangun pada malam hari karena
sesak. Os lebih nyaman dengan posisi setengah duduk. Batuk (+), dahak (+),
Palpitasi (+), nyeri sendi (-), demam (+) hilang timbul, mual (+), muntah (-),
sembab pada mata (-), bengkak pada kedua tungkai (+), BAB dan BAK tidak ada
keluhan.

Os baru mengetahui kondisi darah tinggi sejak tahun 2013, tetapi os tidak
teratur minum obat dan os menyangkal adanya riwayat kencing manis dan
penyakit dengan gejala yang sama dalam keluarganya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa: keadaan umum tampak sakit


sedang, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 92 x/m reguler, isi dan tegangan
cukup, frekuensi pernafasan 40x/m, suhu 36,70C, pada pemeriksaan paru terdapat
ronkhi basah halus pada kedua basal paru, dan pada pemeriksaan jantung
didapatkan batas jantung membesar, yaitu batas jantung atas ICS 2 linea sternalis
sinistra, Batas jantung kanan ICS 5 linea parasternalis dekstra, batas jantung kiri
ICS VI linea aksilaris anterior sinistra dan pada auskultasi didapat HR= 92x/m,

24
pada inspeksi abdomen tampak datar, pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan
epigastrium. Hepar teraba 2 jbac, dan pada ekstremitas ditemukan edema pretibia.

Pada pemeriksaan EKG didapatkan sinus rhytme, axis normal, HR=106x/m,


gelombang P normal, PR interval 0,06 detik, R/S di V1 < 1, S di V1 + R di V5/V6
lebih >35, ST change (-), dan pada pemeriksaan Rontgen Thorak terdapat
Cardiomegali

3.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien gangguan obstruksi jalan nafas

A. Pengkajian

I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. Os
b. Umur : 56 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Status : Menikah
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : Swasta
h. Suku                                     : Jawa
i. Alamat                                      :-
j. Diagnosa medis : CHF (CONGESTIVE HEART
FAILURE)
k. No. RM :-
l. Tanggal masuk RS :-
m. Tanggal / Waktu pengkajian :-

II. Identitas Penanggung jawab klien


a. Nama :-
b. Umur :-

25
c. Pekerjaan :-
d. Alamat :-
e. Hubungan dengan pasien :-
III. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama
Pasien merasa sering sesak nafas

b. Keluhan tambahan
Pasien mengatakan sesak nafasnya saat beraktifitas.

c. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengeluh sesak nafas semakin hebat, sesak saat beraktivitas
ringan seperti berjalan ke toilet, sesak hilang saat istirahat, sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca dan emosi. Os sering terbangun pada malam
hari karena sesak. Os lebih nyaman dengan posisi setengah duduk.
Batuk (+), dahak (+), Palpitasi (+), nyeri sendi (-), demam (+) hilang
timbul, mual (+), muntah (-), sembab pada mata (-), bengkak pada
kedua tungkai (+), BAB dan BAK tidak ada keluhan.

d. Riwayat penyakit dahulu


mengeluh sesak nafas, sesak dipengaruhi aktivitas sehari-hari yaitu
bila berjalan ke toilet tidak dipengaruhi cuaca dan emosi dan tidak
diikuti suara mengi, sesak berkurang bila duduk atau istirahat.

e. Riwayat penyakit keluarga


Adanya riwayat kencing manis dan penyakit dengan gejala yang
sama.

3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmetis

26
c. Tanda-tanda vital : TD    : 140/90 mmHg
N      : 92 x/menit
S   : 36,70C
R      : 40 x/menit
2. Pemeriksaan Head To Toe
a. Paru-paru
Auskultasi : ronkhi basah halus pada kedua basal paru
b. Jantung
Palpasi : batas jantung membesar ICS 2 linea sternalis
sinistra, batas jantung kanan ICS 5 linea
parasternalis dextra, batas jantung kiri ICS 6 linea

aksilaris anterior sinistra


Auskultasi : HR 92x/menit
c. Abdomen
Infeksi : Abdomen tampak datar
Palpasi : adanya nyeri tekan epigastrium. Hepar teraba
2jbac
d. Ekstremitas : edema pretibia

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan EKG
Hasil EKG didapat sinus rhytme, axis normal, HR= 106x/menit,
gelombang P normal, PR interval 0,06 detik, R/S di V1<1, S di V1+R di
V5/V6 lebih > 35, ST change (-).
b. Pemeriksaan Rontgen
Terdapat Cardiomegali.

5. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Klien mengatakan Edema mukosa, Sekresi Ketidakefektifan

27
sesak nafas produktif, kontriksi otot jalan napas
polos meningkat
Do: - batuk disertai
Dahak Spasme otot polos sekresi
- Keadaan umum kelenjar bronkus
klien tampak
sakit sedang. Penyempitan/obstruksi
- TD = 140/90 proksimal bronkus pd
mmhg tahap ekspirasi dan
- Nadi = inspirasi
92x/menit
- RR = -mucus berlebih
40x/menit -batuk
- Suhu = 36,7oC -wheezing
-sesak napas

bersihan jalan nafas tidak


efektif

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret

7. INTERVENSI
No
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Tupan : setelah - Anjurkan klien -Membuka jalan
dilakukan tindakan posisi semi fowler nafas
keperawatan selama
1x24 jam, maslah - Latih nafas dalam -Mengeluarkan

28
dapat teratasi. dan batuk efektif secret
Tupen : setelah
dilakukan tindakan - Kolaborasi -Membuka jalan
keperawatan selama pemberian terapi nafas dan
1x24 jam, maslah obat mengeluarkan
dapat teratasi. Dengan sekret
kriteria hasil:
-RR = Normal
- Jalan nafas bersih
tidak terdapat ronchi
- klien tidak
mengeluh sesak

8. Implementasi dan Evaluasi


NO Implementasi Evaluasi
1 -Memposisikan klien semi S= Klien mengatakan sesaknya
fowler menurun
R) klien tampak nyaman O= RR normal
-Melatih nafas dalam dan Pernafasan masih terdengar
batuk efektif ronchi
R) Klien tampak batuk dan A= Masalah teratasi sebagian
mengeluarkan secret P= Intervensi dilanjutkan
-Kolaborasi pemberian obat
R) klien tampak tenang

29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena
akan tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas
pada fase pemulihan. Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi
sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati dan ada juga yang menjadi
penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara struktural
dianggap normal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu
yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah kita secara teratur.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah,
berdebar-debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada
bila disertai perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai
angina pektoris. Gejala yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak
sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi
yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.

4.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit
myocarditis karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu
perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka
faham dengan myocarditis dan bagaimana pengobatannya.

30
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardivaskular. Jakarta : Salemba
Medika
Ward, Jeremy ; Aaron, Phiilips. 2007. At a Glance Kardiovaskuler Sistem
Kardiovaskular
Corwin, Elizabeth J.. 2009. Buku Saku Patofisiologi (Ed.3). Jakarta: EGC
Kedokteran
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai