Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN TUGAS AKHIR

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA Tn. L DENGAN AMI (AKUT MIOKARD INFARK) ANTERIOR
DISERTAI ANCAMAN SERANGAN JANTUNG
DI RUANG ICVCU RS Dr. MOEWARDI

Oleh :
Ni Wayan Eka Astini
070112b054

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung di Indonesia masih merupakan penyakit nomor

satu yangmendorong angka kematian cukup tinggi, akibat kurangnya

pengetahuan masyarakatmengenai bahaya penyakit tersebut. Saat ini, angka

kejadian masuk ke rumah sakitakibat Sindrom Koroner Akut (SKA) berupa

Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS)maupun Infark Miokard Akut (IMA)

semakin meningkat disertai dengan angkamortalitas yang masih tinggi

(Andersonet al., 2007). Data statistik American Heart Association (AHA)

2008 melaporkan bahwa dalam tahun 2005, penderita yangmenjalani

perawatan medis di Amerika Serikat akibat SKA hampir mencapai 1,5 juta

orang. Laporan tersebut menyebutkan, kira-kira 1,1 juta orang

(80%)menunjukkan kasus APTS atau infark miokard tanpa elevasi ST

(NSTEMI),sedangkan 20% kasus tercatat menderita infark miokard dengan

elevasi ST(STEMI) (Kolansky, 2009).

Data epidemiologis pada tingkat nasional yaitu diantaranya,

laporan studimortalitas tahun 2001 oleh Survei Kesehatan Nasional

(SurKesNas, 2001cit Jamal,2004) menunjukkan bahwa penyebab utama

kematian di Indonesia adalah penyakitsistem sirkulasi (jantung dan pembuluh

darah) sekitar 26,39%. Adapun berdasarkandata rekam medis Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita (Sulastomo., 2010), penderita IMA yang berusia di

bawah 45 tahun berjumlah 92 orang dari 962 penderita IMA (10,1%) pada

tahun 2006 dan angka ini menjadi 10,7% yaitu 117 penderita IMA usia muda

dari 1.096 seluruh penderita IMA pada tahun 2007.

2
Salah satu faktor risiko yang fundamental pada kejadian penyakit

jantungadalah kolesterol dan lemak dalam darah (Soeharto, 2004 & Jamal,

2004). Hampir pada semua kasus penyakit jantung didapatkan plak

aterosklerosis pada dindingarteri akibat substansi ini. Komplikasi utama

terbentuknya plak aterosklerosiskoroner adalah iskemia miokard (angina) dan

infark miokard akibat insufisiensialiran darah koroner (Santoso & Setiawan,

2005).

Infark akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) dapat terjadi akibat

adanya penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen

miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena

thrombosis akut atauvasokonstriksi koroner, dengan presentasi gejala yang

sering ditemukan adalah Nyeri dada pada lokasi khas substernal atau kadang

kala di epigastrium dengan ciriseperti diperas, perasaan seperti diikat,

perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan. Apabila tidak

mendapatkan penanganan yang cepat dan tepatmaka berbagai komplikasi

dapat terjadi. Untuk itu, alangkah baiknya kita semuamemelihara kesehatan

dengan diantaranya menciptakan gaya hidup yang sehatdimulai dari diri

sendiri. Dengan demikian diharapkan kita dapat terhindar dari berbagi

penyakit, diantaranya penyakit jantung.

3
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan

asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan Akut Miokard Infark

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui dan memahami Pengertian dari Akut Miokard

Infark.

b. Mampu mengetahui dan menyebutkan Penyebab dari Akut Miokard

Infark.

c. Mampu mengetahui dan menjelaskan Tanda dan Gejala dari Akut

Miokard Infark.

d. Mampu mengetahui dan menjelaskan Patofisiologi dari Akut

Mionkard Infark.

e. Mampu mengetahui dan menjelaskan Pathway dari Akut Miokard

Infark.

f. Mampu mengetahui dan menyebutkan Pemeriksaan Diagnostik dari

Akut Miokard Infark.

g. Mampu mengetahui dan menjelaskan Penatalaksanaan Medik dari

Akut Miokard Infark.

h. Mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan

gawat darurat dari penyakit Akut Miokard Infark.

i. Mampu mengetahui dan memahami laporan hasil asuhan

keperawatan pada klien dengan penyakit Akut Miokard Infark.

4
C. Manfaat Penulisan

1. Bagi klien

Mengetahui bagaimana seharusnya cara menangani panyakit Akut

Miokard Infark.

2. Bagi Institusi Akademik

Dapat dijadikan informasi akademik untuk kegiatan belajar mengajar atau

sebagai sumber pengetahuan tentang Ilmu Keperawatan.

3. Bagi Perawat

Sebagai bahan dalam penyusunan intervensi keperawatan, untuk

mengatasi penyakit Akut Miokard Infark baik dirumah sakit, dirumah,

maupun komunitas.

4. Bagi Mahasiswa

Memberikan pengalaman nyata untuk melaksanakan tugas akhir, dalam

rangka mengembangkan diri dan melaksanakan fungsi perawat sebagai

peneliti (researcher) dibidang Ilmu keperawatan, khususnya keperawatan

gawat darurat

D. Sistimatika penulisan

BAB I : Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,

metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II : Menguraikan tentang tinjauan teroritas meliputi : konsep dasar

Angina pectoris berupa pengertian, etiologi, gambaran klinik

anatomi fisiologi serta tinjauan teoritas asuhan keperawatan pada

5
klien Angina pectoris berupa : pengkajian, Diagnosa keperawatan

dan perencanaan.

BAB III : Menguraikan tentang tinjauan kasus

BAB IV : Pembahasan dari kasus

BAB V : Menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

6
DAFTAR ISI

BAB. I PENDAHULUAN

B. Latar Belakang ......................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan .................................................................... 2

E. Sistematika penulisan .............................................................. 4

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit/Gangguan/Trauma ................................... 6

1. Pengertian .......................................................................... 6

2. Penyebab .......................................................................... 7

3. Tanda dan Gejala ............................................................... 7

4. Patofisiologi ....................................................................... 7

5. Pathway ............................................................................. 8

6. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................... 9

7. Penatalaksanaan Medik ...................................................... 10

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat ................... 18

1. Pengkajian Emergency & Kritis ....................................... 18

2. Diagnosa Keperawatan Emergency & Kritis .................... 18

3. Tujuan & Rencana Tindakan Keperawatan ...................... . 19

BAB. III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ................................................................................ 21

B. Analisa Data ............................................................................. 29

7
C. Diagnosa Keperawatan............................................................. 30

D. Intervensi Keperawatan ............................................................ 30

E. Implementasi Keperawatan ...................................................... 32

F. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 33

BAB. IV PEMBAHASAN. 35

BAB. V PENUTUP 37

A. Simpulan .................................................................................. 37

B. Saran ......................................................................................... 37

Daftar Pustaka. 38

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit/Gangguan/Trauma

1. Pengertian

Akut miokard infark (AMI) kematian jaringan miokard yang

disebabkan oleh kerusakan aliran darah koroner miokard (penyempitan

atau sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau

penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan) ( Smeltzer and

Bare, 2002).

Akut miokard infark didefinisikan sebagai formasi suatu infark

yang terjadi bila sirkulasi ke daerah jantung tersumbat dan timbul

nekrosis, biasanya ditandai dengan nyeri hebat, sering kali disertai pucat,

berkeringat, mual, sesak nafas, dan pusing (Rokhaeni, 2002). Penyakit

ini biasanya berupa serangan mendadak umumnya pada pria 35-55

tahun, tanpa gejala pendahuluan (Suyono, 2001). Sedangkan old

miokard infark (OMI) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh

karena sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 2007). Sumbatan

terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner,

sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.

Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang

dimana lesi lemak yang disebut plak ateromatosa timbul pada

permukaan dalam dinding arteri sehingga mempersempit bahkan

9
menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagian distal (Hudak & Gallo;

2007).

Dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa akut miokard

infark (AMI) adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh

kerusakan aliran darah koroner miokard yang berkembang cepat oleh

karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot-otot

jantung sehingga mengakibatkan sirkulasi ke daerah jantung tersumbat

dan timbul nekrosis.

2. Penyebab

Menurut Kasuari 2002 ada beberapa penyebab terjadinya akut

miokard infark yaitu :

a. Faktor penyebab

1) Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang disebabkan

oleh tiga faktor antara lain :

a) Faktor pembuluh darah.

(1) Aterosklerosis.

(2) Spasme.

(3) Arteritis.

b) Faktor sirkulasi

(1) Hipotensi.

(2) Stenosis aorta.

(3) Insufisiensi.

c) Faktor darah

(1) Anemia.

10
(2) Hipoksemia.

(3) Polisitemia.

2) Curah jantung yang meningkat antara lain:

a) Aktivitas yang berlebihan.

b) Makan terlalu banyak.

c) Emosi.

d) Hipertiroidisme.

3) Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:

a) Kerusakan miokard.

b) Hipertropimiokard.

c) Hipertensi diastolik.

b. Faktor Predisposisi

1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat di rubah :

a) Umur lebih dari 40 tahun

Orang dengan usia 40 tahun ke atas mengalami

penurunan fungsi dari organ-organ termasuk jantung,

arteri-arteri koroner mengalami vasokontriksi sehingga

terjadi gangguan aliran darah ke miokardium.

b) Jenis kelamin

Insiden pria lebih tinggi sedangkan pada wanita

meningkat setelah menopause.

c) Hereditas

11
Anak yang orang tuanya menderita penyakit

kardiovaskuler lebih besar kemungkinannya untuk

mendapatkan penyakit tersebut.

d) Ras

Insiden pada kulit hitam lebih tinggi.

2) Faktor resiko yang dapat di rubah antara lain :

a) Mayor

(1) Hipertensi

Hipertensi meningkatkan beban jantung yang akan

membuat dinding jantung menebal, jantung makin

lama makin besar dan lemah. Hal ini dapat

menimbulkan resiko stroke dan serangan jantung.

(2) Merokok

Resiko serangan jantung bagi perokok tiga sampai

empat kali lebih besar dari pada yang bukan

perokok. Merokok merupakan faktor resiko yang

paling tinggi penyebab terjadinya kematian

mendadak akibat penyakit jantung dan perokok pasif

juga mempunyai resiko penyakit jantung infark

miokard.

(3) Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah

Resiko penyakit jantung infark miokard akut,

meningkat sesuai dengan peningkatan kadar

kolesterol. Jika kadar kolesterol di atas 250/100cc

12
dalam serum darah dapat terjadi seperti kekakuan,

keras, penyempitan pembuluh darah akibat

pengendapan dan penggelembungan yang berisi

cairan kolesterol, sehingga aliran darah dapat

berkurang bahkan berhenti dan terjadilah kerusakan

pada jaringan.

(4) Obesitas

Orang yang berat badannya berlebihan

kemungkinan terkena penyakit jantung dan stroke

yang lebih tinggi.

(5) Kurangnya aktifitas fisik

Kurangnya aktifitas fisik merupakan resiko penyakit

jantung. Olahraga yang teratur meskipun dengan

intensitas yang rendah dapat mengontrol kolesterol

darah, diabetes mellitus, obesitas juga tekanan

darah.

(6) Diabetes Melitus

Diabetes mellitus yang serius dapat meningkatkan

resiko penyakit jantung infark miokard, lebih dari

20% penderita diabetes mellitus meninggal karena

beberapa bentuk penyakit jantung dan pembuluh

darah.

13
(7) Stres

Stres dapat mempengaruhi faktor resiko lainnya

misalnya orang stres mulai merokok bahkan

merokoknya lebih dari biasanya dan malas untuk

beraktivitas.

Sedangkan old miokard infark disebabkan oleh karena

atherosclerosis atau penyumbatan total atau sebagian oleh emboli dan

atau thrombus.

3. Manifestasi Klinis

Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda

jelas infark miokardium (suatu serangan jantung tersamar), biasanya

timbul manifestasi klinis yang bermakna:

a. Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering

digambarkan memiliki sifat meremukan dan parah. Nyeri dapat

menyebar kebagian atas tubuh mana saja, tapi sebagian besar

menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang. Nitrat dan istirahat

dapat menghilangkan iskemia di luar zona nekrotik dengan

menurunkan beban kerja jantung. Nyeri berlangsung lebih lama

dari angina pektoris biasa. Sedangkan nyeri pada old miokard

infark biasanya nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri,

leher kiri dan lengan atas kiri, kebanyakan lamanya 30 menit

sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan,

tertindik.

14
Skala Pengkajian Nyeri :

b. Nafas pendek.

c. Timbul mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri

yang hebat.

d. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke

otot-otot rangka.

e. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokontriksi simpatis.

f. Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal

serta peningkatan aldosteron dan ADH.

g. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.

h. Keadaan mental berupa rasa cemas disertai perasaan mendekati

kematian.

i. EKG ( rekaman gelombang listrik jantung)= Q patologis, ST

elevasi, dan inversi gelombang T.

j. Pemeriksaan enzim : peningkatan kadar LDH, CPK, CKMB,

SGOT (Corwin, 2009).

15
AMI biasanya disertai nyeri dada substernum yang parah dan terasa

menekan, yang mungkin menyebar keleher, rahang, epigastrium,

bahu, atau lengan kiri. Pada sekitar 50% pasien, AMI didahului

oleh serangan-serangan angina pektoris. Namun, berbeda pada

nyeri dada angina pektoris, nyeri dada AMI biasanya berlangsung

beberapa jam sampai hari dan tidak banyak berkurang dengan

nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan pasien sering

mengalami diaforesis. Sering timbul sesak dan hal ini diakibatkan

oleh gangguan kontraktilitas miokardium yang iskemik, yang

menyebabkan kongesti dan edema paru. Pada AMI masif yang

mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri, timbul syok kardiogenik.

Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%), AMI tidak

menimbulkan nyeri dada. AMI silent ini terutama terjadi pada

pasien dengan diabetes melitus dan hipertensi serta pada pasien

berusia lanjut. (Kumar, Cortan, & Robins, 2007).

k. Takhikardi.

l. Keringat banyak sekali.

m. Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan

reflek vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke

trakus gastro intestinal.

n. Dispnea.

o. Abnormal Pada pemeriksaan EKG.

16
p. Trias AMI

1) Nyeri dada

2) Pemeriksaan laboratorium/Pemeriksaan enzim jantung

a. Creatinin Kinase (CKMB)

b. Cardiac Troponin I (cTnI)

3) Abnormal pada pemeriksaan EKG

4. Patofisiologi

Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium,

diakibatkan oleh iskemia pada miokard yang berkepanjangan yang

bersifat irreversible. Waktu diperlukan bagi sel-sel otot jantung

mengalami kerusakan adalah iskemia selama 15-20 menit. Infark

miokard hampir selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata

mengurangi fungsi ventrikel kiri, makin luas daerah infark, makin

kurang daya kontraksinya. Secara fungsional, infark miokard

menyebabkan : berkurangnya kontraksi dengan gerak dinding

abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya volume

denyutan, berkurangnya waktu pengeluaran dan meningkatnya tekanan

akhir-diastole ventrikel kiri. Gangguan fungsi tidak hanya tergantung

luasnya infark, tetapi juga lokasinya karena berhubungan dengan

pasokan darah.

Infark juga dinamakan berdasarkan tempat terdapatnya seperti

infark subendokardial, infark intramural, infark subepikardial, dan

infark transmural. Infark transmural meluas dari endokardium sampai

17
epikardium. Semua infark miokard memiliki daerah daerah pusat yang

nekrotik/infark, dikelilingi daerah cedera, diluarnya dikelilingi lagi

lingkaran iskemik. Masing-masing menunjukkan pola EKG yang khas.

Saat otot miokard mati, dilepaskan enzim intramiokard, enzim ini

membantu menentukkan beratnya infark. Jaringan otot jantung yang

mati, diganti jaringan parut yang dapat mengganggu fungsinya (Dr.

Jan Tambayong, 2000).

Tabel 9.3 Hubungan antara lesi miokard dan infark yang

diakibatkan.

Arteri Koroner yang Persen Kasus Daerah Infark

terkena

Left anterior 40-50% Bagian anterior

descending ventrikel kiri anterior

septum interventrikuler.

Right coronary artery 30-40% Dinding posterior

ventrikel kiri bagian

posterior septum

interventrikuler.

Left circumflex 15-20% Dinding lateral ventrikel

kiri.

Tabel 9.4 Perubahan Enzim Serum pada Infark Miokard

Enzim katan Pening Puncak Periode Tempat

peningkatan Pembentukan

18
CPK (Kreatinin 4-8 jam 12-36 jam 72 jam

fosfokinase)

Isoenzim 0 0 0 Diproduksi

CPK I (BB) paling banyak

oleh otak.

CPK II (MB) 4-8 jam 12-36 jam 72 jam diproduksi

paling banyak

oleh jantung.

CPK III (MM) 0 0 0 Diproduksi

paling banyak

oleh otot

rangka.

SGOT (serum

glutamikoksalo

asetat

transaminase);

juga disebut

aspartat

aminotransferase

(AST)

LDN (laktat 12-24 24-96 jam 8-14 hari jantung, hati,

dehidrogenase) jam otot, erotrosit.

Isoensim 12-24 24-96 jam 8-14 hari diproduksi

jam paling banyak

19
oleh jantung

dan eritrosit.

LDN 1

LDN 2 0 0 0 diproduksi

paling banyak

oleh sistem

fagosit

mononuklear.

LDN 3 0 0 0 diproduksi

paling banyak

oleh paru dan

jaringan.

LDN 4 0 0 0 diproduksi

oleh plasenta,

ginjal,

pankreas.

LDN 5 0 0 0 diproduksi

oleh hati dan

otot rangka.

a. Creatinine Kinase (CKMB)

Pemeriksaan infrak miokard terdiri dari tiga pemeriksaan atau

yang disebut dengan triple cardiac marker yaitu CK-MB, Myoglobin,

dan Troponin I. pemeriksaan ini dapat dilakukan secara bersamaan

20
sehingga sensitivitas dalam menetapkan diagnosis infrak miokard

semakin tinggi. CK (creatinie kinase) merupakan suatu enzim yang

mengidentifikasi adanya AMI (Acute Myocard Infrak) akan tetapi

pemeriksaan CK ini tidak terlalu spesifik untuk kerusakan otot miokard

karena enzim CK juga terdapat dalam paru-paru, otot skelet, dan otak

sehingga jika terjadi kerusakan pada organ tersebut CK akan mengalami

peningkatan. CK dibagi menjadi tiga, yaitu MM, MB, dan BB. CK-MM

paling banyak terdapat di skelet, CK-MB di miokardium (jantung),

sedangkan CK-BB ditemukan maksimum di otak. CK-MM dan CK-MB

akan mengalami peningkatan dalam suatu keadaan seperti cedera otot,

injeksi intra muskular, dan infrak miokard. Pemeriksaan CK dilakukan

dengan mengambil serum/plasma vena, pengambilan ini dilakukan

sebelum injeksi intra muskular karena jika dilakukan setelah injeksi intra

muskular akan memberikan nilai yang positif palsu seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, sample juga harus bebas dari hemodialisis, jika

sample tidak langsung diperiksa maka harus disimpan dalam keadaan

beku. Kadar normal CK dalam suhu 300C pada laki-laki yaitu 5-35 g/ml

atau 30-180 IU/l, pada wanita 5-25 g/ml atau 25-150 IU/l, neonates 65-

580 IU/l, anak laki-laki 0-70 IU/l, anak perempuan 0-50 IU/l.

CK-MB merupakan bagian dari CK yang sebagian besar berada di

otot jantung/miokardium. CK-MB adalah isoenzim yang khusus pada

jantung yang merupakan enzim yang khas untuk mengidentifikasi AMI.

Distribusi CK-MB didalam tubuh paling banyak terdapat di miokardium

dan hanya sekitar 20% berada di skelet dan CK-MM juga ada di

21
miokardium akan tetapi jumlahnya sangat sedikit yaitu kurang dari 1%.

Nilai normal dari CK-MB adalah kurang dari 10 U/l. CK-MB akan

meningkat pada keadaan infrak miokard, angina pektoris, operasi jantung

dan hipoteroidisme. Pemeriksaan CK-MB sama dengan pemeriksaan CK.

Sensitivitas CK-MB terhadap infrak miokard sebesar 100% sedangkan

spesivitasnya sangat rendah. CK-MB akan meningkat dalam 3-12 jam

setelah onset infrak, puncaknya 18-24 jam dan kembali normal dalam

24/48-72 jam dengan pola pengambilan sample setelah onset nyeri tiap

12 jam x 3. Keuntungan dari pemeriksaan CK-MB adalah alat diagnostik

yang established, Indikator AMI yang sensitive dan spesifik berguna

untuk diagnosis reinfrak yang terjadi 48 jam setelah AMI awal,

sedangkan kekurangannya adalah peningkatan kadar dipengaruhi oleh

kerusakan oto skeletal, gangguan atau trauma termasuk kardioversi dan

pembedahan, dan kadar serum akan meningkat 6-8 jam setelah iskemik

serta jendela diagnostic sampai 72 jam setelah AMI.

b. Cardiac Troponin I (cTnI)

Troponin I hanya petanda terhadap jejas miokard, tidak

ditemukan pada otot skeletal selama pertumbuhan janin, setelah trauma

atau regenerasi otot skeletal. Troponin I sangat spesifik terhadap jaringan

miokard, tidak terdeteksi dalam darah orng sehat dan menunjukkan

peningkatan yang tinggi diatas batas atas pada pasien dengan IMA.

Troponin I lebih banyak didapatkan pada otot jantung daripada CK-MB

dan sangat akurat dalam mendeteksi kerusakan jantung. Troponin I

meningkat pada kondisi-kondisi seperti myokarditis, kontusio kardiak

22
dan setelah pembedahan jantung. Adanya cTnI dalam serum

menunjukkan telah tejadinya kerusakan miokard.

Troponin I mulai meningkat 3 sampai 5 jam setelah jejas

miokard, mencapai puncak pada 14 sampai 18 jam dan tetap meningkat

selama 5 sampai 7 hari. Troponin I mempunyai sensitivitas 100% pada 6

jam setelah IMA (Dr. Jan Tambayong, 2000).

Mekanisme Nyeri Pada AMI

Hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk

melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan

asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti

histamine, kinin, atau enzim proteolitik seluler merangsang ujung-ujung syaraf

reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat saraf aferen

simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat saraf aferen,

dan dipersepsikan nyeri. Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan

menyebabkan :

a. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga

menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal (takikardi).

b. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.

c. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun,

akumulai cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga

merangsang rasa mual/muntah.

d. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, sehinga aliran balik darah vena ke

atrium kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.

23
5. Pathway

Aterosklerosis
Thrombosis
6. koroneria
Kontriksi arteri

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi turun

Jaringan miokard iskemik

Nekrosis lebih dari 30 menit

Suplai dari kebutuhan oksigen ke jantung


tidak seimbang mbang

Suplai oksigen ke miokard turun

Metabolisme Pengosongan ventrikel kiri Seluler Hipoksia


anaerob tidak maksimal

Integritas membran
Timbunan asam
Nyeri sel berubah
laktat meningkat Bendungan atrium kiri
naik

Fatique Cemas Kontraktilitas turun

Tekanan vena
pulmonalis naik COP turun Kegagalan
Intoleransi
Aktivitas pompa jantung

Kapiler paru
meningkat Resiko tinggi Resiko kelebihan
terhadap perfusi volume cairan
Kerusakan Edema paru jaringan ekstravaskuler
Pertukaran Gas

24
7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik

jantung. Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama

jantung, besarnya jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot

jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK.

b. Tes Treadmill atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan

bebean)

Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering

dilakukan untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita

penyakit jantung dan juga untuk menstratifikasi berat ringannya

penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat dipakai untuk

mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.

c. Echocardiography (Ekokardiografi)

Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara

ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga

dapat menilai fungsi jantung.

d. Angiografi korener

Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang

disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat

adanya penyempitan diarteri koroner.

e. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)

CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar

X yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh

25
detektor yang mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke

sistem komputer untuk diolah menjadi tampilan irisan organ-organ

tubuh.

f. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)

Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu

kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh

dengan gelombang radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar

0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan penampang (irisan)

tubuh.

g. Radionuclear Medicine

Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien,

kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau

kamera positron, sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan

pola organ yang memancarkan sinar gamma. (Kabo, 2008).

8. Penatalaksanaan Medis

a. Medis

Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan

jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya

komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera

mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai

oksigen jantung. Terapi obat-obatan ,pemberian O2, tirah baring

dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung.

Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplay O2,

sementara tirah baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2.

26
Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa kebutuhan dan

suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian

aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung membatasi

luas kerusakan.

b. Farmakologi

Tujuan dari theraphy/tindakan penanganan pada infrak miokard

adalah menghentikan perkembangan serangan jantung,

menurunkan beban kerja jantung (memberikan kesempatan untuk

penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut dan

memperkecil kerusakan jantung sehingga memperkecil

kemungkinan terjadinya komplikasi.

1) Memberikan oksigen karena persediaan oksigen yang

melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja

jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L/menit apabila pasien

tidak mengalami penyakit paru sedangkan diberikan 2 L/menit

untuk pasien dengan penyakit paru.

2) Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang

mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca

serangan.

3) Pasien dalam kondisi bedrest dapat menurunkan kerja jantung

sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut.

Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan pada

sel-selnya untuk memulihkan diri.

27
4) Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberian obat-

obatan dan nutrisi yang diperlukan dengan komposisi Nacl 0,9

% atau Dextrosa 5%.

5) Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark

seharusnya mendapatkan aspirin untuk mencegah pembekuan

darah. Sedangkan bagi pasien yang alergi terhadap aspirin

dapat diganti dengan clopidogrel

Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan Infark miokard

acut :

1) Obat-obatan trombolitik : obat ini ditunjukkan untuk

memperbaiki kembali aliran darah koroner, sehingga referfusi

dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obat ini

digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat

arteri koroner. Ada tiga macam jenis obat tombolitik yaitu :

a) Streptokinase adalah obat yang efektif secara sistemik pada

mekanisme pembekuan darah. Namun, obat ini juga dapat

menyebabkan terjadi potensial pendarahan sistemik dan

alergi dan hanya efektif jika diinjeksikan langsung ke arteri

koroner.

b) Aktivaktor plasminogen tipe jaringan ini berbeda dengan

sterptokinase yaitu mempunyai kerja spesifik dalam

melarutkan bekuan darah sehingga resiko pendarahan

sistemik bisa dikurangi.

28
c) Anistreplase adalah obat trombolitik spesifik bekuan darah

mempunyai efektifitas yang sama dengan streptokinase dan

t-PA (tisue plasminogen aktivator).

d) Beta Blocker : obat ini dapat menurunkan beban kerja

jantung. Bisa juga untuk mengurangi nyeri dada atau

ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung

tambahan.

2) Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) : Inhibitors obat ini

menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot

jantung.

3) Antikoagulan : heparin untuk memperpanjang waktu bekuan

darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan

trombus dan heparin adalah antigulan pilihan untuk membantu

memepertahankan integritas jantung.

4) Antiplatelet : obat ini dapat menghentikan platelet untuk

membentuk bekuan yang tidak diinginkan.

5) Analgetik : pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien

yang tidak efektif diobati dengan nitrat dan antigulan.

6) Vasodilator. Untuk mengurangi nyeri jantung diberi

nitrogliserin (NTG) intravena. Nitrogliserin menyebabkan

dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan

darah di perifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang

kembali ke jantung dan mengurangi beban kerja jantung. Obat

ini lebih baik diberikan dengan sublingual. Obat ini juga dapat

29
menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik. Dosis

ditentukan berdasar berat badan dan diukur berdasarkan

miligram per kilogram berat badan. (Smeltzer & Bare,2002).

30
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

1. Pengkajian Emergency & Kritis

a. Primary Survey

1) Circulation

(a) Nadi lemah/tidak teratur.

(b) Takikardi.

(c) TD meningkat/menurun.

(d) Edema.

(e) Gelisah.

(f) Akral dingin.

(g) Kulit pucat atau sianosis.

(h) Output urine menurun.

2) Airway

(a) Sumbatan atau penumpukan secret.

(b) Gurgling, snoring, crowing.

3) Breathing

(a) Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.

(b) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.

(c) Ronki,krekels.

(d) Ekspansi dada tidak maksimal/penuh.

(e) Penggunaan obat bantu nafas.

4) Disability

(a) Penurunan kesadaran.

(b) Penurunan refleks.

31
5) Eksposure

Nyeri dada spontan dan menjalar.

b. Secondary Survey

1) TTV

(a) Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural

di catat dari tidur sampai duduk/berdiri.

(b) Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat

kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur

(disritmia).

(c) RR lebih dari 20 x/menit.

(d) Suhu hipotermi/normal.

2) Pemeriksaan fisik

(a) Pemakaian otot pernafasan tambahan.

(b) Nyeri dada.

(c) Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas

(bersih, krekels, mengi), sputum.

(d) Pelebaran batas jantung.

(e) Bunyi jantung ekstra; S3 atau S4 mungkin menunjukkan

gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplain

ventrikel.

(f) Odem ekstremitas.

3) Pemeriksaan selanjutnya

(a) Keluhan nyeri dada.

(b) Obat-obat anti hipertensi.

32
(c) Makan-makanan tinggi natrium.

(d) Penyakit penyerta DM, Hipertensi

(e) Riwayat alergi.

c. Tertiary Survey

1) Pemeriksaan Laboratorium

(a) CPKMB, LDH, AST

(b) Elektrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi).

(c) Sel darah putih (10.000-20.000).

(d) GDA (hipoksia).

2) Pemeriksaan Rotgen

Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung di duga

GJK atau aneurisma ventrikuler.

3) Pemeriksaan EKG

T inverted, ST elevasi, Q patologis.

4) Pemeriksaan lainnya

(a) Angiografi koroner

Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.

(b) Pencitraan darah jantung (MVGA)

Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum,

gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).

33
2. Diagnosa Keperawatan Emergency & Kritis

a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap

sumbatan arteri ditandai dengan :

1) nyeri dada dengan / tanpa penyebaran

2) wajah meringis

3) gelisah

4) delirium

5) perubahan nadi, tekanan darah.

Tujuan :

Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di

Rumah Sakit.

Kriteria Hasil:

1) Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke

2) ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang

3) tidak gelisah

4) nadi 60-100 x / menit,

5) TD 120/ 80 mmHg

b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.

Tujuan :

Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama di Rumah Sakit.

Kriteria Hasil :

34
1) Tidak ada edema

2) Tidak ada disritmia

3) Haluaran urin normal

4) TTV dalam batas normal

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik,

kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh

darah arteri koronaria ditandai dengan :

1) Daerah perifer dingin

2) EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu

3) RR lebih dari 24 x/ menit

4) Kapiler refill lebih dari 3 detik

5) Nyeri dada

6) Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif

paru ( tidak selalu )

7) HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80 AGD dengan : pa O2 <

80 mmHg, pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg

8) Nadi lebih dari 100 x/ menit

9) Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL

Tujuan :

Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama

dilakukan tindakan perawatan di RS.

Kriteria Hasil:

1) Daerah perifer hangat

2) Tidak sianosis

35
3) Gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark

4) RR 16-24 x/ menit

5) Tidak terdapat clubbing finger

6) Kapiler refill 3-5 detik

7) Nadi 60-100x / menit

8) TD 120/80 mmHg

d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan

dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air ,

peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.

Tujuan :

Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama

dilakukan tindakan keperawatan di RS

Kriteria Hasil :

1) Tekanan darah dalam batas normal

2) Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen

3) Paru bersih

4) Berat badan ideal ( BB ideal TB -100 - 10 %)

e. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran

darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran

alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema

paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :

1) Dispnea berat

2) Gelisah

3) Sianosis

36
4) Perubahan GDA

5) Hipoksemia

Tujuan :

Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (Pa O2 < 80

mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.

Kriteria hasil :

Tidak sesak nafas

Tidak gelisah

GDA dalam batas Normal ( Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45

mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis

jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung,

tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan

umum.

Tujuan :

Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan

tindakan keperawatan selama di RS

Kriteria Hasil :

1) Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien

2) Frekuensi jantung 60-100 x/ menit

3) TD 120-80 mmHg

37
g. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas

biologis.

Tujuan :

Cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama di RS.

Kriteria Hasil :

1) Klien tampak rileks

2) Klien dapat beristirahat

3) TTV dalam batas normal

38
3. Tujuan & Rencana Tindakan Keperawatan Emergency & Kritis
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Beri O2 sesuai terapi
dengan iskemia tindakan keperawatan Rasional :
jaringan sekunder selama ....X 24 jam Pemberian O2 dapat menambah
terhadap sumbatan diharapkan nyeri supply O2 miokard.
arteri. berkurang atau bahkan 2. Beri posisi semifowler
hilang dengan kriteria Rasional :
hasil : Posisi semifowler dapat
1) Nyeri dada meningkatkan ekspansi dada dan
berkurang sirkulasi darah meningkat.
misalnya dari 3. Berikan terapi tirah baring (bedrest)
skala 3 ke 2, atau selama 24 jam pertama post serangan.
dari 2 ke 1. Rasional :
2) ekpresi wajah Tirah baring dapat mengurangi
rileks / tenang, tak konsumsi O2 miokard.
tegang. 4. Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
3) tidak gelisah. a. Antiangina, contoh nitrogliserin

39
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
4) nadi 60-100 x / Rasional :
menit, TD 120/ 80 Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
mmHg dengan efek vasodilatasi koroner
yang meningkatkan aliran darah
koroner dan perfusi miokardia.
b. Penyekat , contoh atenolol
(Tenormin), pindolol (visken),
propanolol (inderal).
Rasional :
Agen penting kedua untuk
mengontrol nyeri melalui efek
hambatan rangsang simpatis
dengan begitu menurunkan FJ, TD
sistolik dan kebutuhan oksigen
miokard.
5. Anjurkan dan bimbing pasien untuk
tarik nafas dalam (teknik relaksasi),

40
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
telnik distraksi, dan bimbingan
imajinasi.
Rasional :
Teknik relaksasi dibutuhkan untuk
meminimalkan konsumsi O2 miokard
dan meningkatkan supply O2 jaringan
,teknik distribusi dan imajinasi
membantu mengalihkan fokus
perhatian dari rasa nyeri.
6. Lakukan pemeriksaan ECG tiap hari
dan saat nyeri dada timbul.
Rasional :
Pemeriksaan ECG tiap hari dan saat
nyeri dada timbul berguna untuk
mendiagnosa luasnya infark.
2 Resiko penurunan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya bunyi tambahan pada
curah jantung tindakan keperawatan Auskultasi.

41
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
berhubungan dengan selama ....X 24 jam Rasional:
perubahan faktor-faktor diharapkan curah Bunyi S3 biasanya dihubungkan
listrik, penurunan jantung membaik / dengan kelebihan kerja ventrikel kiri
karakteristik miokard. stabil dengan kriteria dan S4 berhubungan dengan ischemik
hasil : miokard. Murmur menunjukkan
1) Tidak ada edema gangguan aliran darah normal pada
2) Tidak ada disritmia jantung.
3) Haluaran urin 2. Auskultasi bunyi nafas
normal Rasional :
4) TTV dalam batas Crecies menunjukkan kongesti paru
normal akibat penurunan fungsi miokard.
3. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
Rasional :
Meningkatkan jumlah sediaan
oksigen untuk kebutuhan miokard,
menurunkan iskemia dan disritmia

42
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
lanjut.
4. Pertahankan cara masuk IV /heparin-
lok sesuai indikasi.
Rasional :
Jalur yang paten penting untuk
pemberian obat darurat pada adanya
disritmia atau nyeri dada.
5. Ukur dan catat tanda vital tiap jam.
Rasional :
Adanya nekrose/ kematian
otot jantung dapat menyebabkan
gangguan sistim konduksi dan
penurunan curah jantung.
6. Observasi perfusi jaringan :Acral,
kelembaban kulit dan perubahan
warna kulit dan ujung-ujung jari dan
nilai Capilary RefillTime (SPO2).

43
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
Rasional :
Penurunan cardiac output dapat
mempengaruhi sirkulasi darah
(perifer).
7. Pantau data laboratorium contoh
enzim jantung, GDA, elektrolit.
Rasional :
Enzim memantau perbaikan/perluasan
infark.
3 Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Selidiki perubahan tiba-tiba tau
jaringan berhubungan tindakan keperawatan gangguan mental kontinu contoh
dengan , iskemik, selama ....X 24 jam cemas, bingung, letargi, pingsan.
kerusakan otot jantung, diharapkan gangguan Rasional :
penyempitan / perfusi jaringan Perfusi serebral secara langsung
penyumbatan berkurang / tidak sehubungan dengan curah jantung
pembuluh darah arteri meluas dengan kriteria dan juga dipengaruhi oleh
koronaria hasil : elektrolit/variasi asam basa, hipoksia,

44
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
1) Daerah perifer atau emboli sistemik.
hangat 2. Pantau pernapasan, catat kerja
2) Tidak sianosis pernapasan
3) Gambaran EKG Rasional :
tak menunjukan Pompa jantung gagal dapat
perluasan infark mencetuskan distres pernapasan.
4) RR 16-24 x/ 3. Pantau data laboratorium contoh
menit GDA, BUN, Kreatinin, elektrolit
5) Tidak terdapat Rasional :
clubbing finger Indikator perfusi/fungsi organ.
6) Kapiler refill 3-5 4. Berikan obat sesuai indikasi :
detik a. Heparin/natrium warfarin
7) Nadi 60-100x / (Coumadin)
menit Rasional :
8) TD 120/80 Dosis rendah heparin mungkin
mmHg diberikan secara profilaksis
pada pasien risiko tinggi dapat

45
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
menurunkan risiko
tromboflebitis atau pembekuan
trombus mural.
b. Simetidin , ranitidin, antasida
Rasional :
Menurunkan atau menetralkan
asam lambung, mencegah
ketidaknyamanan dan iritasi
gaster, khususnya adanya
penurunan sirkulasi mukosa.
5. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit
dingin/lembab. Catat kekuatan nadi
perifer.
Rasional :
Vasokontriksi sistemik diakibatkan
oleh penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan

46
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
perfusi kulit dan penurunan nadi.
4 Resiko kelebihan Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi napas untuk
volume cairan tindakan keperawatan adanya krekels
ekstravaskuler selama ....X 24 jam Rasional :
berhubungan dengan diharapkan Dapat mengindikasikan edema
penurunan perfusi keseimbangan volume paru sekunder akibat
ginjal, peningkatan cairan dapat dekompensasi jantung.
natrium / retensi air , dipertahankan dengan 2. Pertahankan masukan total cairan
peningkatan tekanan kriteria hasil : 2000 ml/24 jam dalam toleransi
hidrostatik, penurunan 1) Tekanan darah kardiovaskuler
protein plasma. dalam batas Rasional :
normal Memenuhi kebutuhan cairan
2) Tak ada distensi tubuh orang dewasa tetapi
vena perifer/ vena memerlukan pembatasan pada
dan edema adanya dekompensasi jantung.
dependen 3. Kolaborasi : pemberian diet
3) Paru bersih rendah natrium, berikan diuretik.

47
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
4) Berat badan ideal Rasional :
( BB ideal TB - Natrium meningkatkan retensi
100 - 10 %) cairan dan harus dibatasi.
4. Ukur masukan / haluaran, catat
penurunan , pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan
cairan.
Rasional :
Penurunan curah jantung
mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan haluaran urine.
5. Timbang BB tiap hari
Rasional :
Perubahan tiba-tiba pada berat
badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan.

48
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
5 Kerusakan pertukaran Setelah dilakukan 1. Tinggikan kepala / tempat tidur
gas berhubungan tindakan keperawatan sesuai kebutuhan / toleransi pasien.
dengan gangguan aliran selama ....X 24 jam 2. Lakukan tindakan untuk
darah ke diharapkan Oksigenasi memperbaiki / mempertahankan
alveoli atau kegagalan dengan GDA dalam jalan nafas misalnya , batuk,
utama paru, perubahan rentang normal (Pa O2 penghisapan lendir dll.
membran alveolar- < 80 mmHg, Pa CO2 > 3. Auskultasi paru untuk mengetahui
kapiler ( atelektasis , 45 mmHg dan Saturasi penurunan / tidak adanya bunyi nafas
kolaps jalan nafas/ < 80 mmHg ) dengan dan adanya bunyi tambahan misal
alveolar edema kriteria hasil : krakles, ronki dll.
paru/efusi, sekresi 1) Tidak sesak 4. Catat frekuensi & kedalaman
berlebihan / perdarahan nafas pernafasan, penggunaan otot bantu
aktif ). 2) Tidak gelisah pernafasan.
3) GDA dalam 5. Kaji toleransi aktifitas misalnya
batas Normal ( keluhan kelemahan/ kelelahan
Pa O2 < 80 selama kerja atau tanda vital
mmHg, Pa CO2 berubah.

49
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
> 45 mmHg
dan Saturasi <
80 mmHg )

6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pentingnya tirah


berhubungan dengan tindakan keperawatan baring (bedrest).
ketidakseimbangan selama ....X 24 jam Rasional :
antara suplai oksigen diharapkan terjadi Menambah pengetahuan
miokard dan peningkatan toleransi pasien,bahwa tirah baring dapat
kebutuhan, adanya pada klien dengan mengurangi konsumsi oksigen
iskemik/ nekrosis kriteria hasil : miocard sehingga pasien dapat
jaringan miokard 1) Klien kooperatif selama perawatan.
ditandai dengan berpartisipasi 2. Hentikan aktivitas saat pasien
gangguan frekuensi dalam aktifitas mengeluh nyeri dada, sesak,sakit
jantung, tekanan darah sesuai kemampuan kepala, pusing, keringat dingin.
dalam aktifitas, klien Rasional :
terjadinya disritmia, 2) Frekuensi jantung Istirahat dibutuhkan untuk

50
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
kelemahan umum. 60-100 x/ menit mengurangi kebutuhan oksigen
3) TD 120-80 mmHg miokard.
3. Bantu pasien dalam memenuhi
ADL.
Rasional :
Kebutuhan ADL pasien dapat
terpenuhi dengan bantuan perawat
untuk mengurangi beban jantung
pasien.
4. Evaluasi respon pasien saat
setelah aktivitas terhadap
nyeridada, sesak, sakit
kepala,pusing, keringat dingin.
Rasional :
Adanya tanda-tanda tersebut
merupakan tanda adanya
ketidakseimbangan supply dan

51
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
kebutuhan oksigen miokard.
5. Jelaskan akibat jika pasien banyak
beraktivitas selama 24 jam
pertama post serangan.
Rasional :
Pada fase akut supply oksigen
menurun oleh karena adanya
sumbatan pada miokard,
aktivitasdapat memperburuk
hemodinamik.
7 Cemas berhubungan Setelah dilakukan 1. Berikan periode istirahat/waktu
dengan ancaman aktual tindakan keperawatan tidur tidak terputus , lingkungan
terhadap integritas selama ....X 24 jam tenang, dengan tipe kontrol
biologis. diharapkan Cemas pasien, jumlah rangsang eksternal.
hilang / berkurang Rasional :
dengan kriteria hasil : Penyimpanan energi dan
1) Klien tampak meningkatkan kemampuan

52
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
rileks koping.
2) Klien dapat 2. Berikan privasi untuk pasien dan
beristirahat orang terdekat.
3) TTV dalam batas Rasional :
normal Memungkinkan waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi.
3. Berikan anticemas/hipnotik sesuai
indikasi contoh diazepam,
flurazepam, lorazepam.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan rasa cemas.
4. Dorong pasien/orang terdekat
untuk mengkomunikasikan
dengan seseorang, berbagai

53
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/Na
Keperawatan Hasil ma
pertanyaan dan masalah
Rasional :
Berbagi informasi membentuk
dukungan dan dapat
menghilangkan tegangan terhadap
kkhawatiran yang tidak
diekspresikan.
5. Berikan periode istirahat,
lingkungan tenang, dengan tipe
control pasien jumlah rangsang
eksternal.
Rasional :
Penyimpanan energi dan
meningkatkan kemampuan
koping.

54
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA Tn. S DENGAN UNSTABLE ANGINA PEKTORIS
DI RUANG ICVCU RSUD. Dr. MOEWARDI

A. PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 23 Februari 2014

Tanggal Pengkajian : 24 Februari 2014

1. Identitas Klien

Nama : Tn. L

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Nusukan, Surakarta

Diagnosa Medis : Akut Miokard Infark Anterior

No. RM : 00.95.72.63

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. M

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : laki - laki

Alamat : Nusukan, Surakarta

Hub. dgn klien : Anak Kandung

55
2. Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung.

3. Alasan Masuk ICVCU

Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit jantung. Klien juga

mengatakan seminggu sebelum masuk rumah sakit klien klien baru selesai

control di Poli Klinik RSUD Dr. Moewardi. Namun pada tanggal 23 Februari

2014 klien mengalami nyeri dada bagian kiri yang tidak tertahankan disertai

dengan sesak nafas. Kemudian oleh keluarga klien langsung dibawa ke

RSUD Dr. Moewardi, sesampainya di IGD RSUD Dr. Moewardi dan setelah

dilakukan pemeriksaan oleh dokter klien di diagnosa mengalami AMI

anterior seingga oleh dokter klien dianjurkan untuk mondok di ruang ICVCU

karena membutuhkan perawatan yang intensif.

4. Riwayat Penyakit sekarang

Klien mengatakan 5 jam sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan

nyeri dada menjalar ke bagian punggung dan sesak nafas, Kemudian oleh

keluarga klien segera berobat ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sesampai di

IGD klien diberikan terapi infus RL 20 tpm dan dilakukan pemeriksaan EKG

dengan hasil tidak normal (T inverted) seminggu sebelum masuk rumah

sakit, klien sudah memeriksakan kesehatannya ke poli jantung RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Tetapi pada tanggal 23 Februari 2014, klien merasa

nyeri hebat dan akhirnya keluarga membawa klien ke RSUD Dr. Moewardi

Surakarta, sesampai di IGD klien diberikan terapi kanul O2 3 liter/menit,

injeksi ranitidin 25 mg, Antasid syrup 1 sendok makan, dan infus RL 20 tpm.

56
Setelah 2 jam di IGD dokter menganjurkan klien untuk rawat inap di

Ruang ICVCU karena ada masalah pada jantung, sampai di ruang di ICVCU

klien dipasang bedside monitor untuk monitor TD, HR, RR, suhu, SpO2 dan

gambaran EKG klien dan langsung diberikan terapi O2 3 liter/menit, Infus RL

60 cc/jam, Heparin drip 17.500 iu dalam spuit 50cc kecepatan 2,1/ jam, CPG

75 mg, apilet 80 mg, captopril 12,5 mg, ISDN 10 mg, alprazolam 0,5 mg dan

injeksi ranitidin 50 gr. Pada saat dilakukan pengkajian kepada klien pada

tanggal 24 Februari 2014 klien terpasang infuse RL dengan infuse pump

kecepatan 60cc/jam, heparin 17.500 unit/50cc kecepatan 2,1 cc/jam dan klien

mengeluh nyeri dada tengah menjalar ke punggung.

5. Riwayat Penyakit Terdahulu

Klien mengatakan sebelumnya memliki riwayat penyakit darah tinggi

kurang lebih 2 tahun yang lalu, klien mengetahui memiliki penyakit

hipertensi yaitu dari dokter puskesmas. Sebelumnya klien sudah pernah

mondok yaitu pada bulan Januari 2013 dengan keluhan tipes hipertensi.

Upaya yang dilakukan klien untuk menurunkan tekanan darahnya yaitu

dengan mengkonsumsi obat captopril yang diberikan oleh dokter. Klien

mengatakan tidak memiliki alergi obat-obatan maupun makanan.

6. Primary Survey
a. Circulation
Nadi : teraba
Nadi : 59 x/menit, Irama nadi : tidak teratur
Perdarahan : tidak ada
Perfusi/CRT : < 3 detik, akral hangat
Sianosis : tidak
Tekanan darah : 150/80 mmHg

57
Lain lain :
Tidak ditemukan keluhan yang lain.

b. Airway
Look ( melihat obstruksi jalan napas)
Obstruksi jalan napas : tidak ada obstruksi jalan napas
Listen ( mendengar suara jalan napas)
Suara jalan napas bersih
Feel (meraba)
Hembusan udara : dari hidung
Lain lain :
Tidak ditemukan keluhan yang lain.

c. Breathing
Look (lihat pergerakan dada)
Pengembangan dada : simetris
Listen ( mendengarkan suara pernapasan)
Suara napas vesikuler
Feel ( meraba)
Tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Lain lain :
Tidak ditemukan keluhan yang lain.

d. Disability
Kesadaran : alert
Kesadaran : composmentis
GCS : 15
Mata : 4 , Motorik : 6, Verbal : 5
Pupil : isokor
reaksi terhadap cahaya : normal, pupil mengecil terkena cahaya
papil edema : tidak ada

58
lain lain :
tidak ditemukan keluhan yang lain.

e. Exposure
Jejas : tidak ada
Lesi : tidak ada
Kelainan bentuk : tidak terdapat kelainan bentuk
Nyeri : ada
P : klien mengatakan nyeri timbul saat klien beraktivitas atau jika
ingin duduk.
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat, terasa
cekot - cekot
R : klien mengatakan nyeri terasa di dada tengah dan menjalar ke
punggung.
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul kurang lebih 30 menit

f. Folley Cateter
Klien tampak terpasang selang pipis dengan warna urin kekuningan seperti
teh, bau khas urin, dengan volume urin 1000

g. Gastric Tube
Klien tidak menggunakan selang nasogastric tube / NGT

h. Heart Monitoring Dan Oxymetri


Klien menggunakan heart monitoring maupun oxymetri

59
7. Secundary Survey

a. Anamnesa

1) A (Alergy)

Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun

obat obatan. Klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki

riwayat alergi terhadap faktor lingkungan seperti dingin, panas, atau

debu.

2) M (Medication)

Klien mengatakan sedang tidak mengkonsumsi obat apapun sebelum

masuk rumah sakit. Karena obat yang di peroleh saat kontrol sudah

habis dan klien tidak pernah kontrol lagi.

3) P (Past illness)

Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit darah tinggi sejak

kurang lebih 5 tahun yang lalu. Klien tidak memiliki riwayat penyakit

kencing manis.

4) L (Last Meal)

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien makan bubur.

5) E (Event)

Klien mengatakan pada saat tiduran klien tiba-tiba nyeri timbul dan

nyeri dada sebelah kiri bertambah sampai tembus ke belakang.

b. Tanda Tanda Vital


Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,5 o

60
Nyeri : ada, nyeri dada tengah menjalar ke punggung
P : klien mengatakan nyeri timbul saat klien beraktivitas atau jika
ingin duduk.
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat, terasa
cekot - cekot
R : klien mengatakan nyeri terasa di dada tengah dan menjalar ke
punggung.
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul kurang lebih 30 menit

c. Kulit dan Kuku


Inspeksi :
Warna Kulit : sawo matang
Lesi kulit : tidak tampak lesi pada kulit
Jaringan parut : tidak tampak jaringan parut
Distribusi rambut : tidak tampak rambut pada kulit kaki dan tangan
Kebersihan kuku : kuku tampak bersih
Sudut kuku : normal
Kelainan pada plat kuku : tidak terdapat kelainan pada plat kuku
Palpasi :
Tekstur kulit : tekstur kulit kasar, elastis
Turgor kulit : elastis, buruk, kulit lembab
Pitting edema : tidak ada edema di ekstremitas bawah
Capilarry refill time : < 3 detik
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

d. Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala : mesochepal
Warna rambut : sudah sedikit beruban
Kulit kepala : tidak ada lesi, tampak bersih
Distribusi rambut : merata

61
Rambut rontok : tidak ada
Benjolan di kepala : tidak ada
Palpasi :
Nyeri tekan : tidak ada
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

e. Mata
Inspeksi :
Kelopak mata mengalami ptosis : tidak ada
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : putih
Iris : kecoklatan
Kornea : jernih
Pupil : isokor
Ketajaman penglihatan : mengalami penurunan ketajaman penglihatan
Gerak bola mata : normal, mampu bergerak ke kanan, kiri, ke atas
maupun ke bawah
Medan penglihatan : masih maksimal
Buta warna : tidak ada
Palpasi :
Kelopak mata : tidak nyeri
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

f. Hidung
Inspeksi :
Bentuk hidung : tidak ada kelainan bentuk hidung
Warna kulit hidung : sama dengan warna kulit wajah dan warna kulit
yang lain
Lubang hidung : tidak ada obstruksi, tidak ada perdarahan, terpasang O2
nasal kanul 3 liter/menit
Palpasi :
Mobilitas septum hidung : tidak ada nyeri tekan

62
Sinusitis : tidak ada sinusitis
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

g. Telinga
Inspeksi :
Bentuk telinga : tidak ada kelainan bentuk telinga
Lesi pina : tidak ada
Kebersihan telinga luar : tampak bersih
Kebersihan lubang telinga : tampak bersih, tidak ada serumen yang
keluar, tidak ada perdarahan maupun obstruksi
Membran timpani : dapat mendengar dengan baik, tidak ada kelainan
pada membran
Tes arloji : masih dapat mendengar suara detak arloji 5 cm baik dari
telinga kiri maupun kanan
Tes bisikan bilangan : masih mampu menyebutkan bilangan yang di
bisikan
Tes Weber : masih normal, tidak ada lateralisasi
Tes Rinne : kanan dan kiri positif, masih mampu mendengar dengan baik
Tes Swabach : kanan dan kiri sama masih normal
Palpasi :
Daun telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Prosesus mastoideus : tidak ada kelainan dan tidak ada nyeri tekan
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain.

h. Mulut
Inspeksi :
Warna bibir : tampak merah muda
Bibir pecah pecah : tidak ada
Mukosa bukal : lembab
Mukosa : lembab
Kebersihan gigi : bersih, warna gigi kekuningan
Gigi berlubang : tidak ada

63
Gusi berdarah : tidak ada
Kebersihan lidah : tampak bersih, warna merah muda
Pembesaran tonsil : tidak ada
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

i. Leher
Inspeksi :
Kesimetrisan leher (muskulus strenokleidomastoideus) :
Bentuk leher tampak simetris, tidak ada kelainan pada bentuk leher
Palpasi :
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

j. Dada dan Tulang Belakang


Inspeksi :
Bentuk dada : simetris
Kelainan bentuk dada : tidak ada kelainan bentuk dada
Kelainan tulang belakang : tidak ada kelainan tulang belakang
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

k. Thorak
Inspeksi :
Pengembangan dada : tidak simetris
Pernapasan cepat/dangkal : tidak
Retraksi Interkosta : tidak
Cuping hidung : tidak ada
Palpasi :
Taktil fremitus : tidak teraba sama antara kanan dan kiri
Perkusi :
sonor

64
Auskultasi :
vesikuler
Suara Tambahan : tidak ada suara tambahan
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

l. Jantung
Inspeksi :
Titik impuls maksimal : tak tampak
Palpasi :
Titik impuls maksimal : teraba di intercosta VI
Katup aorta : tak teraba
Katup pulmonal : tak teraba
Katup trikuspidal : tak teraba
Katup bikuspidal : tak teraba
Perkusi :
Batas jantung : .terjadi pelebaran batas jantung lateral
Auskultasi :
Bunyi jantung : terdengar S1 dan S2 irreguler
Temuan yang lain : tidak ditemukan keluhan yang lain

m. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk abdomen : datar, tidak ada asites, tidak ada kelian bentuk
abdomen
Auskultasi :
Periltaltik usus : terdengar 14 kali/menit
Perkusi :
Ginjal : redup
Hati : redup, tidak ada pelebaran batas hati
Limpha : redup
Abdomen : tympani
Usus : tympani

65
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan

n. Genitalia
Inspeksi : tampak sedikit kotor, terpasang selang kateter
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

o. Rektum
Tidak ada perdarahan, dan tidak ada hemoroid

p. Ekstremitas
Inspeksi :
Lesi kulit : tidak ada
Palpasi :
Tonus otot eks atas : baik
Tonus otot eks bawah : baik
Kekuatan otot ekstremitas atas : 5 5 5 5 / 5 5 5 5
Kekuatan otot ekstremitas bawah : 5 5 5 5 / 5 5 5 5
Refleks Bisep : kanan positif kiri positif
Refleks Trisep : kanan positif kiri positif
Refleks Patella : kanan positif kiri positif
Refleks Achilles : kanan positif kiri positif

q. Neurologi
NC I : maupun mencium bau dengan baik, menyebutkan bau kopi
dan susu
NC II : terjadi penurunan ketajaman penglihatan 2 meter, lapang
pandang maksimal
NC III : gerakan bola mata ke kiri dan ke kanan baik, kelopak mata
membuka menutup, pupil isokor
NC IV : gerakan bola mata baik, mampu bergerak ke bawah dan ke atas

66
NC V : gerakan wajah baik, tersenyum simetris, kemampuan mengunyah
baik
NC VI : gerakan mata ke samping baik, mampu bergerak ke kiri dan ke
kanan
NC VII : mampu membedakan rasa asin dan manis, gerakan bibir baik,
mata menutup dengan baik
NC VIII : terjadi penurunan ketajaman pendengaran, tes arloji 5 cm
baik dari telinga kiri maupun kanan
NC IX : mampu berkata ah, gerakan menelan masih baik
NC X :
NC XI :
NC XII : gerakan lidah baik, artikulasi bicara jelas

r. Pengkajian Pola Fungsional


a. Pola bernapas
Sebelum sakit :
Klien mengatakan bernapas dengan normal tanpa alat bantu
pernapasan seperti selang oksigen.
Selama sakit ;
Klien mengatakan nafasnya sesak, RR 26 x /menit, klien
menggunakan kanul oksigen 3 liter/menit

b. Pola nutrisi metabolik


Sebelum sakit :
Klien mengatakan makan 3x dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore
terkadang malam dengan komposisi makan seadanya nasi, lauk dan
sayur jika ada.
Selama sakit :
Klien mengatakan selama dirawat klien mengatakan mendapatkan
makan dari tim gizi berupa bubur, makan 3 kali dalam sehari, klien
tidak menghabiskan porsi makannya karena klien tidak terbiasa
makan bubur.

67
c. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Sebelum sakit ;
Klien mengatakan minum dengan normal klien memiliki kebiasaan
minum air putih lebih dari 7-8 gelas perhari.
Selama sakit :
Klien mengatakan bahwa minumya dibatasi karena penyakit yang
dideritanya. Klien hanya minum air putih kurang lebih 500 ml dan
mendapatkan cairan infus 1000ml / hari.

d. Pola eliminasi BAK dan BAB


Sebelum sakit :
Klien mengatakan BAK dan BAB dengan normal tanpa ada gangguan
Selama sakit :
Klien BAK dengan mengguanakan foley cateter 1000 ml /hari dengan
warna kuning, bau khas amoniak, tidak ada endapan, dan BAB 1 x
dalam sehari dengan konsistensi sedikit keras berwarna kekuningan
bau khas feses.

e. Pola aktivitas dan latihan


Sebelum sakit :
Klien mengatakan klien bekerja sebagai petani dan klien dapat
beraktivitas dengan normal dengan mandiri tanpa ada gangguan.
Selama sakit :
Klien mengatakan cepat lelah, klien hanya terbaring lemah di tempat
tidur karena sakit yang dideritanya, aktivitas sehari-hari klien
terganggu dan harus dibantu oleh keluarganya.

f. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit :
Klien mengatakan dapat beristirahat dengan tenang dan klien
memiliki kebiasaan tidur siang 1 jam dan tidur malam biasanya jam
21.00 WIB dan bangun jam 04.00 WIB klien dalam sehari tidur 7 jam.

68
Selama sakit :
Klien mengatakan tidur tidak teratur, tidur hanya sebentar terbangun
kemudian terbangun lagi. Klien sehari tidur 7-8 jam per hari

g. Faktor seksual- reproduksi


Sebelum sakit :
Klien mengatakan sudah berusia 60 tahun, klien sudah memiliki 2
orang anak.
h. Pola peran- berhubungan
Klien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga. Klien memiliki
hubungan baik dengan saudara maupun tetangga terlihat dari orang
orang yang menjenguk klien banyak.

i. Kebutuhan personal hygiene


Sebelum sakit :
Klien mengatakan mandi 2x dalam sehari pagi dan sore, dan keramas
3 x dalam seminggu, mengganti baju 2x dalam sehari, dan menggosok
gigi 1 x dalam sehari.
Selama sakit :
Klien mengatakan hanya disibin 1 x dalam sehari dan mengganti baju
1x dalam sehari, selama di rumah sakit klien hanya diberi bedak dan
disisir.

j. Ketidaknyamanan
Klien mengatakan nyeri dada tembus sampai ke belakang :
P : klien mengatakan nyeri timbul saat klien beraktivitas atau jika
ingin duduk.
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat, terasa
cekot - cekot
R : klien mengatakan nyeri terasa di dada tengah dan menjalar ke
punggung.
S : skala nyeri 5

69
T : hilang timbul kurang lebih 30 menit

9. Tertiary Survey
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 23 Februari 2014
Pemeriksaaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12.3 g/dl 13.5- 17.5
Hematokrit 27 % 33 45
Leukosit 8,3 Ribu/uL 4,5 11,0
Trombosit 425 Ribu/uL 150 450
Eritrosit 3,05 Ribu/uL 4,10 5,10
Hemostasis
PT 13.2 Detik 10,0 15,0
APTT 109.8 Detik 20,0 40, 0
INR 0.980
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 103 mg/dL 60 140
SGOT 16 u/l 0 - 30
0 - 45
SGPT 12 u/l
3,2 4,6
Albumin 4,2 g/dl
2.4-6.1
Asam urat 6.4 mg/dl
50-200
Cholesterol total 157 mg/dl
100-224
Cholsterol LDH 96 mg/dl
38-92
Cholesterol HDL 33 mg/dl
<150
trigliserida 90 mg/dl
Elektrolit
132 146
Natrium darah 134 mmol/L
3,7 5,4
Kalium Darah 5.5 mmol/L
98 106
Chlorida darah 102 mmol/L
Serologi
Hepatitis
Nonreactive
HbSAg Nonreactive
0.00-0.50

70
Serologi Tropin I 1.29 ug/L
<2.9
CKMB 25.3 ng/ml

c. Pemeriksaan EKG
Tanggal 24 Februari 2014
Sinus rhytme 88x/menit, normoaxis
ST elevasi pada V1-V4
Q Patologis pada V1-V4
T infertid pada V5 dan V6

10. Terapi
Tanggal 24/02/2014
Infus RL 500 ml 60cc/jam
Injeksi Ranitidin 50 mg / 12 jam
Obat Per oral :
ISDN 3 x 10 mg
Aspilet 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Simvastatin 1 x 20 mg
Antasid 3 x 1 sendok
Bisoprolol 1 x 5 mg
Heparin 17.500 unit/50cc kecepatan 2,1/jam

71
B. Analisa Data
No Hari/tgl Data Masalah Etiologi
1. Senin, DS : Nyeri Akut Iskemia Jaringan
24/02/2014 - Klien mengatakan Sekunder terhada
nyeri dada tengah sumbatan arteri
dan tembus sampai koroner
belakang.
P : klien mengatakan
nyeri timbul saat
klien beraktivitas
atau jika ingin
duduk.
Q : klien mengatakan
nyeri seperti ditekan
benda berat, terasa
cekot cekot
R : klien mengatakan
nyeri terasa di dada
tengah dan menjalar
ke punggung.
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul
kurang lebih 30 menit

DO :
- Klien tampak
meringis merasakan
nyeri.
- Klien tampak
mengungkapkan
rasa nyeri.
- Klien tampak

72
memegangi dada
sebelah kiri.
- TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 26 x/menit
S : 36,5 o
- EKG : Sinus ritme
HR80x/menit.

2. Senin, DS : Resiko Perubahan


24/02/2014 - Klien mengatakan penurunan frekuensi, irama,
nyeri dada bagian curah konduksi elektrik,
tengah dan jantung. dan kontraktilitas
mengeluh cepat miokard
lelah dan lemas.
DO :
- Klien tamapak
memegagi bagian
dadanya.
- Klien tampak lemas
- TD : 150/80 mmHg
- HR : 80x/menit
- Hasil EKG : Sinus
ritme HR80x/menit.
3. Senin, DS : Intoleransi Ketidakseimbangan
24/02/2014 Klien mengatakan bila aktivitas suplai O2 miokard
beraktivitas cepat lelah dengan kebutuhan
dan klien mengeluh tubuh.
lemas.
DO :
- Klien tampak lemas.

73
- Klien tampak
bedreast
- Konjungtiva tidak
anemis.
- TD : 150/80 mmHg.

C. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Iskemia Jaringan Sekunder terhada
sumbatan arteri koroner
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan
frekuensi, irama, konduksi elektrik, dan kontraktilitas miokard
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan suplai O2
miokard dengan kebutuhan tubuh

74
D. Tujuan & Rencana Tindakan Keperawatan Emergency & Kritis
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
1 24/02/2014 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Beri O2 sesuai terapi
Pukul 09.00 wib iskemia jaringan sekunder tindakan keperawatan Rasional :
terhadap sumbatan arteri. selama .3 X 24 jam Pemberian O2 dapat menambah
diharapkan nyeri supply O2 miokard.
berkurang atau 2. Beri posisi semifowler
bahkan hilang dengan Rasional :
kriteria hasil : Posisi semifowler dapat
5) Nyeri dada meningkatkan ekspansi dada dan
berkurang sirkulasi darah meningkat.
misalnya dari 3. Berikan terapi tirah baring
skala 3 ke 2, atau (bedrest) selama 24 jam pertama
dari 2 ke 1. post serangan.
6) ekpresi wajah Rasional :
rileks / tenang, Tirah baring dapat mengurangi
tak tegang. konsumsi O2 miokard.
7) tidak gelisah. 4. Berikan obat sesuai indikasi,

75
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
8) nadi 60-100 x / contoh :
menit, TD 120/ a. Antiangina, contoh nitrogliserin
80 mmHg Rasional :
Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
dengan efek vasodilatasi koroner
yang meningkatkan aliran darah
koroner dan perfusi miokardia.
b. Penyekat , contoh atenolol
(Tenormin), pindolol (visken),
propanolol (inderal).
Rasional :
Agen penting kedua untuk
mengontrol nyeri melalui efek
hambatan rangsang simpatis
dengan begitu menurunkan FJ, TD
sistolik dan kebutuhan oksigen
miokard.

76
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
5. Anjurkan dan bimbing pasien
untuk tarik nafas dalam (teknik
relaksasi), telnik distraksi, dan
bimbingan imajinasi.
Rasional :
Teknik relaksasi dibutuhkan untuk
meminimalkan konsumsi O2
miokard dan meningkatkan supply
O2 jaringan ,teknik distribusi dan
imajinasi membantu mengalihkan
fokus perhatian dari rasa nyeri.
6. Lakukan pemeriksaan ECG tiap
hari dan saat nyeri dada timbul.
Rasional :
Pemeriksaan ECG tiap hari dan
saat nyeri dada timbul berguna
untuk mendiagnosa luasnya

77
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
infark.
2 Resiko penurunan curah Setelah dilakukan 1. Kaji adanya bunyi tambahan pada
24/02/2014 jantung berhubungan tindakan keperawatan Auskultasi.
Pukul 09.00 wib dengan perubahan faktor- selama 3 X 24 jam Rasional:
faktor listrik, penurunan diharapkan curah Bunyi S3 biasanya dihubungkan
karakteristik miokard. jantung membaik / dengan kelebihan kerja ventrikel kiri
stabil dengan kriteria dan S4 berhubungan dengan ischemik
hasil : miokard. Murmur menunjukkan
5) Tidak ada edema gangguan aliran darah normal pada
6) Tidak ada disritmia jantung.
7) Haluaran urin 2. Auskultasi bunyi nafas
normal Rasional :
8) TTV dalam batas Crecies menunjukkan kongesti paru
normal akibat penurunan fungsi miokard.
3. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
Rasional :

78
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
Meningkatkan jumlah sediaan
oksigen untuk kebutuhan miokard,
menurunkan iskemia dan disritmia
lanjut.
4. Pertahankan cara masuk IV /heparin-
lok sesuai indikasi.
Rasional :
Jalur yang paten penting untuk
pemberian obat darurat pada adanya
disritmia atau nyeri dada.
5. Ukur dan catat tanda vital tiap jam.
Rasional :
Adanya nekrose/ kematian
otot jantung dapat menyebabkan
gangguan sistim konduksi dan
penurunan curah jantung.
6. Observasi perfusi jaringan :Acral,

79
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
kelembaban kulit dan perubahan
warna kulit dan ujung-ujung jari dan
nilai Capilary RefillTime (SPO2).
Rasional :
Penurunan cardiac output dapat
mempengaruhi sirkulasi darah
(perifer).
7. Pantau data laboratorium contoh
enzim jantung, GDA, elektrolit.
Rasional :
Enzim memantau perbaikan/perluasan
infark.

80
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
3 24/02/2014 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pentingnya tirah
Pukul 09.00 wib berhubungan dengan tindakan keperawatan baring (bedrest).
Ketidakseimbangan suplai selama 3x24 jam Rasional :
O2 miokard dengan diharapkan terjadi Menambah pengetahuan
kebutuhan tubuh peningkatan toleransi pasien,bahwa tirah baring dapat
aktivitas pada klien mengurangi konsumsi oksigen
dengan KH: miocard sehingga pasien dapat
- Klien dapat kooperatif selama perawatan.
beraktivitas sesuai 2. Hentikan aktivitas saat pasien
kemampuan klien. mengeluh nyeri dada, sesak,sakit
- HR : 60- kepala, pusing, keringat dingin.
100x/menit Rasional :
- TD :120/80 Istirahat dibutuhkan untuk
mmHg mengurangi kebutuhan oksigen
- Klien tidak miokard.
tampak lemas. 3. Bantu pasien dalam memenuhi
- Tak ada keluhan ADL.

81
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
saat aktivitas. Rasional :
Kebutuhan ADL pasien dapat
terpenuhi dengan bantuan perawat
untuk mengurangi beban jantung
pasien.
4. Evaluasi respon pasien saat setelah
aktivitas terhadap nyeridada, sesak,
sakit kepala,pusing, keringat
dingin.
Rasional :
Adanya tanda-tanda tersebut
merupakan tanda adanya
ketidakseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen miokard.
5. Jelaskan akibat jika pasien banyak
beraktivitas selama 24 jam pertama
post serangan.

82
No Hari/Tgl/Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan TTD/
Hasil Nama
Rasional :
Pada fase akut supply oksigen
menurun oleh karena adanya
sumbatan pada miokard,
aktivitasdapat memperburuk
hemodinamik.

83
84
E. IMPLEMENTASI

No Hari/Tgl/Ja TTD/Nam
Implementasi Respon & Hasil
Dx m a
1 Senin , 1. Mengobservasi karakteristik, Ds:
24/02/2014 lokasi, waktu, dan perjalanan rasa Klien mengatakan nyeri dada.
09.wib nyeri dada . P: klien mengatakan nyeri timbul saat klien
beraktivitas atau jika ingin duduk.
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda
berat, terasa cekot - cekot
R : klien mengatakan nyeri terasa di dada tengah dan
menjalar ke punggung.
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul kurang lebih 30 menit

Do:
- Klien tampak meringis merasakan nyeri.
- Klien tampak mengungkapkan rasa nyeri.
- Klien tampak memegangi dada sebelah kiri.

85
1 09.15 wib 2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas DS: Klien mengatakan belum tahu melakukan teknik
dalam dan melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
distraksi.
DO:
- Klien tampak melakukan teknik relaksasi nafas
dalam.
- Klien tampak mendengarkan anjuran perawat.

1 09.30 wib 3. Memonitor tanda-tanda vital klien( DS: Respon klien kooperatif
Nadi dan Tekanan darah ) DO:
- TD : 159/79 mmHg
- N : 59x/menit

1 10.00 wib 4. Mempertahankan O2 nasal kanul 3 DS:


lpm . Klien mengatakan mau memakai alat bantu
pernafasan dengan selang.
DO:
klien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm .

86
1 10.15 wib 5. Memonitor tanda-tanda vital klien( DS: -
Nadi dan Tekanan darah ) DO :
- TD : 161/78 mmHg
- N : 63x/menit

1 10.30 wib 6. Melakukan kolaborasi dengan tim DS:


kesehatan dalam pemberian obat Klien mengatakan mau minum obat.
oral ISDN 5 mg & Captopril 12,5 DO:
mg. - Klien tampak minum obat ISDN 5 mg & Captopril
12,5 mg

DS: -
DO :
1 10.45 wib 7. Memonitor tanda-tanda vital klien( - TD : 173/82 mmHg
Nadi dan Tekanan darah ) - N : 58x/menit

2 11.00 wib 8. Mempertahankan tirah baring. DS:

87
Respon klien kooperatif.
DO:
Klien tampak tiduran diatas tempat tidur.

2 11.15 wib 9. Memantau EKG klien. DS: -


DO:
- Hasil EKG sinus bradaikardi
42x/menit,normoaxis

2 11.30 wib 10. Memantau tanda-tanda vital klien. DS: respon klien kooperatif.
DO:
- TD : 169/82 mmHg
- N : 60x/menit

2 11.45 wib 11. Memberikan makanan sesuai DS:


diitnya . Klien mengatakan mau makan .
DO:
Klien tampak makan bubur .
3 12.00 wib 12. Menganjurkan klien istirahat ( DS:

88
diatas tempat tidur ) Respon klien kooperatif.
DO :
- Klien tampak tiduran diatas tempat tidur.

3 12.15 wib 13. Jelaskan pola peningkatan bertahap DS: -


dari tingkat aktivitas . DO:
- Klien tampak mendengarkan apa yang
dijelaskan.

3 13.00 wib 14. Memantau tanda-tanda vital klien. DS: -


DO:
- TD : 169/82 mmHg
- N : 60x/menit

1 Selasa, 1. Mengobservasi karakteristik, Ds:


25/02/2014 lokasi, waktu, dan perjalanan rasa Klien mengatakan nyeri dada sudah berkurang.
14.30 wib nyeri dada klien mengatakan nyeri timbul saat klien beraktivitas
atau jika ingin duduk.

89
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda
berat, terasa cekot - cekot
R : klien mengatakan nyeri terasa di dada tengah dan
menjalar ke punggung.
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul kurang lebih 15 menit
Do:
- Klien tampak meringis merasakan nyeri.
- Klien tampak mengungkapkan rasa nyeri.
- Klien tampak memegangi dada sebelah kiri.

1 15.00 wib 2. Mengajarkan kembali teknik DS:


relaksasi nafas dalam dan Klien mengatakan masih ingat cara melakukan teknik
melakukan teknik distraksi. relaksasi nafas dalam.

DO:
- Klien tampak melakukan teknik relaksasi nafas
dalam.

90
- Klien tampak mendengarkan anjuran perawat.

1 15.15 wib 3. Memonitor tanda-tanda vital klien( DS: Respon klien kooperatif
Nadi dan Tekanan darah ) DO:
- TD : 149/73 mmHg
- N : 58x/menit

1 15.30 wib 4. Mempertahankan O2 nasal kanul 3 DS:


lpm . Klien mengatakan mau memakai alat bantu
pernafasan dengan selang.

- DO: klien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm .

1 15.45 wib 5. Memonitor tanda-tanda vital klien( DS: -


Nadi dan Tekanan darah ) DO :
- TD : 149/73 mmHg
- N : 70x/menit

91
- HR : 84x/menit

1,2,3 15.40 wib 6. Memberikan makanan sesuai DS:


diitnya. Klien mengatakan mau makan .
DO:
Klien tampak makan bubur .

1 16.00 wib 7. Melakukan kolaborasi dengan tim DS:


kesehatan dalam pemberian obat Klien mengatakan mau minum obat.
oral ISDN 5 mg & Captopril 12,5 DO:
mg. - Klien tampak minum obat ISDN 5 mg & Captopril
12,5 mg

1 17.00 wib
8. Memonitor tanda-tanda vital klien( DS: -
Nadi dan Tekanan darah ) DO :
- TD : 160/75 mmHg
- N : 64x/menit

92
- HR : 80x/menit

2 19.00 wib 9. Mempertahankan tirah baring. DS:


Respon klien kooperatif.
DO:
Klien tampak tiduran diatas tempat tidur.

2 19.30 10. Memantau EKG klien. DS: -


DO: Hasil EKG sinus ritme 80x/menit,normoaxis

2 21.00 wib 11. Memantau tanda-tanda vital klien. DS: respon klien kooperatif.
DO:
- TD : 143/56 mmHg
- N : 57x/menit

1 Rabu , 1. Mengobservasi karakteristik, Ds:


26/02/2014 lokasi, waktu, dan perjalanan Klien mengatakan nyeri dadanya sudah berkurang.

93
09.wib rasa nyeri dada . P: klien mengatakan nyeri timbul saat klien
beraktivitas atau jika ingin duduk.
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda
berat, terasa cekot cekot sudah berkurang.
R : klien mengatakan nyeri terasa di dada tengah dan
menjalar ke punggung.
S : skala nyeri 1
T : hilang timbul kurang lebih 5 menit

Do:
- Klien tampak meringis merasakan nyeri.
- Klien tampak mengungkapkan rasa nyeri.
- Klien tampak memegangi dada sebelah kiri.

1 09.15 wib 2. Mengajarkan teknik relaksasi DS: Klien mengatakan belum tahu melakukan teknik
nafas dalam dan melakukan relaksasi nafas dalam.
teknik distraksi.
DO:
- Klien tampak melakukan teknik relaksasi nafas

94
dalam.
- Klien tampak mendengarkan anjuran perawat.

1 09.30 wib 3. Memonitor tanda-tanda vital DS: Respon klien kooperatif


klien( Nadi dan Tekanan darah ) DO:
- TD : 159/79 mmHg
- N : 59x/menit

1 10.00 wib 4. Mempertahankan O2 nasal kanul DS:


3 lpm . Klien mengatakan mau memakai alat bantu
pernafasan dengan selang.
DO:
klien terpasang O2 nasal kanul 3 lpm .

1 10.15 wib 5. Memonitor tanda-tanda vital DS: -


klien( Nadi dan Tekanan darah ) DO :

95
- TD : 161/78 mmHg
- N : 63x/menit

1 10.30 wib 6. Melakukan kolaborasi dengan tim DS:


kesehatan dalam pemberian obat Klien mengatakan mau minum obat.
oral ISDN 5 mg & Captopril 12,5 DO:
mg. - Klien tampak minum obat ISDN 5 mg & Captopril
12,5 mg

1 10.45 wib 7. Memonitor tanda-tanda vital DS: -


klien( Nadi dan Tekanan darah ) DO :
- TD : 173/82 mmHg
- N : 58x/menit

2 11.00 wib 8. Mempertahankan tirah baring. DS:


Respon klien kooperatif.

96
DO:
Klien tampak tiduran diatas tempat tidur.

2 11.15 wib 9. Memantau EKG klien. DS: -


DO:
- Hasil EKG sinus bradaikardi
42x/menit,normoaxis

2 11.30 wib 10. Memantau tanda-tanda vital DS: respon klien kooperatif.
klien. DO:
- TD : 169/82 mmHg
- N : 60x/menit

2 11.45 wib 11. Memberikan makanan sesuai DS:


diitnya . Klien mengatakan mau makan .
DO: Klien tampak makan bubur .
3 12.00 wib 12. Menganjurkan klien istirahat ( DS:
diatas tempat tidur ) Respon klien kooperatif.

97
DO :
- Klien tampak tiduran diatas tempat tidur.

3 12.15 wib 13. Jelaskan pola peningkatan DS: -


bertahap dari tingkat aktivitas . DO:
- Klien tampak mendengarkan apa yang
dijelaskan.

3 13.00 wib 14. Memantau tanda-tanda vital DS: -


klien. DO:
- TD : 169/82 mmHg
- N : 60x/menit

98
E. CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/ Tanggal / Jam Catatan Perkembangan TTD
1 Senin, 24/02/2014 S: Klien mengatakan nyeri masih merasakan nyeri pada dadanya.
14.00 WIB O:
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak masih sedikit merasakan nyeri.
- Klien agak gelisah
- Skala nyeri 5 .
- Nadi :80x/menit
- TD : 150/84 mmHg
- RR = 26x/menit

A: Masalah nyeri belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji karakteristik nyeri .
2. Anjurkan klien menghentikan aktivitas selama ada serangan dan

99
istirahat.
3. Pertahankan O2 nasal kanul ( 2-4 Lpm )
4. Monitor tanda-tanda vital tiap jam .
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik da
antihipertensi.

2 Senin, 24/02/2014 Klien mengatakan masih lemas dan dada bagian tengah masih terasa
14.00 WIB nyeri.
O:
- Nadi : 80x/menit
- TD : 150/84 mmHg
- RR : 26x/menit
- S : 36,5
- Hasil EKG : sinus ritme
A: Masalah resiko penurunan curah jantung belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji dan pantau EKG tiap hari.
2. Auskultasi pernafasan dan jantung sesuai indikasi

100
3. Berikan makanan sesuai diitnya.
4. Hindari valsava manufer atau mengejan.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan anti angina.

3 Senin, 24/02/2014 S: Klien mengatakan masih lemas dan jika aktivitas cepat lelah .
14.00 WIB O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak diatas tempat tidur.
- Nadi : 80x/menit
- TD : 150/80 mmHg
- RR : 26x/menit
- ADL dibantu keluarga dan perawat.
A:
Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan
sesudah aktivitas.
2. Tingkatkan istirahat ( ditempat tidur )

101
3. Batasi aktivitas pada dasar nyeri dan berikan aktivitas sensori
yang tidak berat.
1 Selasa, 25/02/2014 S: Klien mengatakan nyeri dadanya sudah mulai berkurang.
20.00 WIB O:
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak masih sedikit merasakan nyeri.
- Klien agak gelisah
- Klien kadang-kadang masih tampak meringis.
- Skala nyeri 3 .
- Nadi :80x/menit
- TD : 130/84 mmHg
- RR :24x/menit
A: Masalah nyeri teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji karakteristik nyeri .
2. Anjurkan klien menghentikan aktivitas selama ada serangan dan
istirahat.
3. Pertahankan O2 nasal kanul ( 2-4 Lpm )

102
4. Monitor tanda-tanda vital tiap jam .
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
2 Selasa, 25/02/2014 S:
20.00 WIB Klien mengatakan masih lemas dan dada bagian tengah masih terasa
sedikit nyeri.
O:
- Nadi : 80x/menit
- TD : 130/84 mmHg
- RR : 24x/menit
- S : 36,5
- Hasil EKG : sinus ritme

A: Masalah resiko penurunan curah jantung teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
6. Kaji dan pantau EKG tiap hari.
7. Auskultasi pernafasan dan jantung sesuai indikasi
8. Berikan makanan sesuai diitnya.
9. Hindari valsava manufer atau mengejan.

103
10. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan anti angina.

3 Selasa, 25/02/2014 S:
20.00 WIB Klien mengatakan masih lemas dan jika duduk masih terasa sedikit nyeri.
O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak diatas tempat tidur.
- Nadi : 80x/menit
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 24x/menit
- ADL dibantu keluarga dan perawat.
A:
Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi
1. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan
sesudah aktivitas.
2. Tingkatkan istirahat ( ditempat tidur )
3. Batasi aktivitas pada dasar nyeri dan berikan aktivitas sensori

104
yang tidak berat.

1 Rabu, 26/02/2014 S:
13.00 WIB Klien mengatakan nyeri dadanya sudah berkurang.
O:
- Klien masih tampak lemas.
- Klien sudah tidak gelisah
- Klien kadang-kadang masih tampak meringis.
- Skala nyeri 1
- Nadi :80x/menit
- TD : 130/80 mmHg
- RR :24x/menit
A: Masalah nyeri teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji karakteristik nyeri .
2. Anjurkan klien menghentikan aktivitas selama ada serangan dan

105
istirahat.
3. Pertahankan O2 nasal kanul ( 2-4 Lpm )
4. Monitor tanda-tanda vital tiap jam .
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
2 Rabu, 26/02/2014 S:
13.00 WIB Klien mengatakan masih sedikit lemas dan dada bagian tengah sudah
tidak terasa nyeri.
O:
- Nadi : 80x/menit
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 24x/menit
- S : 36,5
- Hasil EKG : sinus ritme

A: Masalah resiko penurunan curah jantung teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji dan pantau EKG tiap hari.
2. Auskultasi pernafasan dan jantung sesuai indikasi

106
3. Berikan makanan sesuai diitnya.
4. Hindari valsava manufer atau mengejan.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan anti angina.

3 Rabu, 26/02/2014 S:
13.00 WIB Klien mengatakan masih sedikit lemas dan jika duduk dadanya sudah
tidak nyeri lagi.
O:
- Klien masih tampak sedikit lemas
- Klien tampak diatas tempat tidur.
- Nadi : 80x/menit
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 24x/menit
- ADL dibantu keluarga dan perawat.
A:
Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
1. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan
sesudah aktivitas.

107
2. Tingkatkan istirahat ( ditempat tidur )
3. Batasi aktivitas pada dasar nyeri dan berikan aktivitas sensori
yang tidak berat.

108
BAB IV
PEMBAHASAN

Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah

koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total

arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak

stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis

ringan (50-60%). Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium,

menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat

terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh

dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner.

Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian

dalam dinding ventrikel.

Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi

hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat

akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan

ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir

distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat

tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg

yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru

(gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena

daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih

relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan

rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan

akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.

109
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang

bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark

kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan

hemodinamik akan minimal.Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus

berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir

diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantungterjadi. Sebagai akibat IMA

sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung

ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut

menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi

ventrikel dan timbulnya aritmia.

Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA

makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini

disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.

Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk

jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi.

Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan

atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,

regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal

hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada

menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh

perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan

terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap

terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus

110
parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan

peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi

kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.

Mekanisme terjadinya nyeri pada AMI yaitu diawali terjadinya

hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk melakukan

metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat

dan juga merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti histamine,

kinin, atau enzim proteolitik seluler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor

nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat saraf aferen

simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat saraf aferen,

dan dipersepsikan nyeri.

Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan

meningkatnya kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga

menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal (takikardi),

merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan, menekan

kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan di

saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsang rasa

mual/muntah dan asokonstriksi pembuluh darah perifer, sehinga aliran balik

darah vena ke atrium kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.

Sehingga pada kasus ini Tn. L mendapatkan terapi obat oral yaitu

ISDN 10 mg karena Tn. L mengalami nyeri dada. ISDN ( Isosorbia Dinitrat)

adalah suatu obat golongan nitrat yang digunakan secara farmakologis sebagai

vasodilator (pelebar pembuluh darah) khususnya pada kondisi angina pectoris

juga pada CHF, yaitu kondisi ketika jantung tidak maupun memompa cukup

111
darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Disini ISDN lebih bermanfaat untuk

tujuan pencegahan serangan angina, dan pemberian O2 harus tetap diberikan

untuk mengoptimalkan kebutuhan O2 dalam tubuh yang tidak dapat terpenuhi

sehingga nyeri yang dirasakan oleh Tn. L dapat terkontrol.

Selain pencegahan nyeri Tn. L juga mendapatkan obat antihipertensi

yaitu captopril 12.5 mg karena Tn. L mengalami pusing jika bangun dari tempat

tidur dan sulit untuk beraktivitas dan mengalami peningkatan tekanan darah

yaitu 150/80 mmHg. Captopril merupakan obat yang digunakan untuk

mengobati tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi menambah beban kerja

jantung dan arteri, jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan

fungsi jantung dan arteri menurun, sehingga dapat menyebabkan rusaknya

pembuluh darah otak, jantung dan ginjal yang dapat mengakibatkan terjadinya

stroke.

Captopril bekerja dengan cara menghambat enzim dalam tubuh yang

menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh darah mengencang, sehingga

dapat menurunkan tekanan darah, serta meningkatkan pasokan darah atau

oksigen ke jantung. Pemberian atau durasinya 6-12 jam, dengan dosis dewasa

untuk hipertensi awal yaitu 12,5 mg 2 kali sehari, sedangkan untuk mengontrol

hipertensi ini dapat dilakukan pengukuran tekanan darah dan istirahat.

112
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa akut miokard

infark (AMI) adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan

aliran darah koroner miokard yang berkembang cepat oleh karena

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot-otot jantung

sehingga mengakibatkan sirkulasi ke daerah jantung tersumbat dan timbul

nekrosis.

Mekanisme terjadinya nyeri pada AMI yaitu diawali terjadinya

hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk

melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan

asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti

histamine, kinin, atau enzim proteolitik seluler merangsang ujung-ujung syaraf

reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat saraf

aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat saraf

aferen, dan dipersepsikan nyeri.

Sehingga pada kasus ini Tn. L mendapatkan terapi obat oral yaitu

ISDN 10 mg karena Tn. L mengalami nyeri dada. ISDN ( Isosorbia Dinitrat)

adalah suatu obat golongan nitrat yang digunakan secara farmakologis sebagai

vasodilator (pelebar pembuluh darah) khususnya pada kondisi angina pectoris

juga pada CHF, yaitu kondisi ketika jantung tidak maupun memompa cukup

darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Disini ISDN lebih bermanfaat untuk

113
tujuan pencegahan serangan angina, sehingga nyeri yang dirasakan oleh Tn. L

dapat terkontrol.

Selain pencegahan nyeri Tn. L juga mendapatkan obat antihipertensi

yaitu captopril 12.5 mg. Captopril bekerja dengan cara menghambat enzim

dalam tubuh yang menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh darah

mengencang, sehingga dapat menurunkan tekanan darah, serta meningkatkan

pasokan darah atau oksigen ke jantung. Pemberian atau durasinya 6-12 jam,

dengan dosis dewasa untuk hipertensi awal yaitu 12,5 mg 2 kali sehari,

sedangkan untuk mengontrol hipertensi ini dapat dilakukan pengukuran

tekanan darah dan istirahat.

B. Saran

1. Klien harus mengurangi aktifitas berat yang dapat menimbulkan kelelahan

sehingga nyeri dada tidak timbul kembali.

2. Pemberian O2 harus tetap diberikan untuk mengoptimalkan kebutuhan O2

dalam tubuh yang tidak dapat terpenuhi sehingga nyeri yang dirasakan

oleh klien dapat terkontrol.

3. Pasien harus dalam kondisi bedrest, ini bertujuan untuk menurunkan kerja

jantung sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut.

Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada sel-

selnya untuk memulihkan diri.

114
DAFTAR PUSTAKA

Halim Danukusantoso.2005. Buku Saku Ilmu Penyakit kardiovaskuler. Jakarta :


Penerbit Hipokrates.
Hudak & Gallo.2005. Buku Ajar Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I. Jakarta :
EGC.
Ngastiyah. 2007. Perawatan pada klien Sakit. Jakarta : EGC.

Smeltzer, C . Suzanne,dkk. 2005. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8


Vol 1. Jakarta : EGC.
Soeparman & Waspadji. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : BP
FKUI.
Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.4.
Jakarta : EGC.
Tucker S. Martin 2008. Standart Perawatan Pasien Intensif, Jilid 2. Jakarta :

EGC.

115

Anda mungkin juga menyukai