Dosen Pengampu:
Ns. Mashudi S.Kep M.Kep
Disusun Oleh
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................1
Tujuan…...................................................................................................................2
Rumusan Masalah....................................................................................................3
Pengkajian Keperawatan..............................................15
Pemeriksaan Fisik…................................................................................................16
Pemeriksaan Penunjang................................................17
Diagnosa Keperawatan.................................................17
Rencana Tindakan…...................................................17
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
3
B. Tujuan
C. Manfaat
4
BAB II
Konsep Teoritis
1) Definisi
Akut Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan kematian jaringan otot jantung
akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi secara
mendadak. Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan pembuluh jantung,
sehingga terjadi gangguan aliran darah yang diawali dengan hipoksia miokard (Setianto,
et.al., 2003; dalam Kasron 2012).
Akut Miokard Infark (AMI) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri
koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri
koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya thrombosis, vasokontriksi, reaksi
inflamasi dan mikroembolisasi distal (Arif Muttaqin, 2009; dalam Wijaya dan Putri,
2013).
Akut Miokard Infark adalah nekrosis daerah miokardial yang biasanya
disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau berhenti terlalu lama dan manifestasi
klinis pertama adalah iskemia jantung, atau adanya riwayat angina pectoris (Sunaryo,
2015).
2) Klasifikasi
Menurut Rendi dan Margareth, (2012), jenis-jenis miokard infark terbagi menjadi
2 (dua) yaitu:
a. Miokard infark subendokardial
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka terhadap
iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial terjadi akibat aliran darah
subendokardial yang relatif menurun dalam waktu lama sebagai akibat
perubaha derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-
kondisi seperti hipotensi, perdarahan, hipoksia. Derajat nekrosis dapat
bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard misalnya
akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel.
b. Miokard infark transmural
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan dengan
thrombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arterioskleorotik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan,
termasuk disini misalnya perdarahan dalam plague arterioskleorotik dengan
hematom intramural, spasme yang umumnya terjadi ditempat
arterioskleorotik yang emboli koroner.
Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi hal ini
5
amat jarang.
Menurut Morton, 2012 (dikutip dalam Nurafif & Kusuma, 2015) yang termasuk didalam
Akut miokard infark :
1. Angina pectoris
Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri
dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri koronari,
pasien dapat menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremas,
berat atau nyeri. Angina pictoris disebabkan oleh iskemia myocardium
reversible dan sementara yang dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen myocardium dan suplai oksigen myocardium yang berasal
dari penyempitan arterosklerosis arteri koroner.
Klasifikasi angina :
a) Angina stabil (dikenal sebagai angina stabil kronis, angina pasif, atau
angina ekssersional). Nyeri yang dapat diprediksi, nyeri terjadi pada
saat aktivitas fisik atau stress emosional dan berkurang dengan
istirahat atau nitrogliserin.
b) Angina tidak stabil juga disebut angina pra-infark atau angina
kresendo yang mengacu pada nyeri dada jantung yang biasanya
terjadi pada saat istirahat.
c) Angina varian yang juga dikenal sebagai angina prinzmetal atau
angina vasospatik, adalah bentuk angina tidak stabil.
2. Akut Miokard Infark tanpa elevasi ST (NSTEMI), disebabkan oleh
penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen
miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
3. Akut Miokard Infark dengan elevasi ST (STEMI), umumnya terjadi jika
aliran dalam koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada
plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya . Ini disebabkan karena injuri
yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan
akumulasi lipid. Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri koroner
akibat arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau
thrombus. Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok
dan hemoragi. Pada setiap kasus terdapat ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen miokard (Rendi dan Margareth, 2012).
Menurut (Murwani, 2011) ada beberapa penyebab lain terjadinya AMI yaitu:
i. Sindroma klasik : sumbatan total yang terjadi secara tiba-tiba pada
arteri.
ii. Koronaria besar oleh thrombosis.
iii. Hiperkholesterolemia atau meningkatnya
6
3) Patofisiologis
Akut Miokard Infark sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih
faktor resiko seperti merokok, obesitas, hipertensi dan lain-lain. Faktor ini disertai
dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika intima yang dapat
menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cedera endotel
pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid
yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata
yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila ruptur dapat
terjadi trombus. Trombus yang dapat menyumbat pembuluh darah menyebabkan
aliran darah berkurang sehingga suplai oksigen yang diangkut darah ke jaringan
miokardium berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat yang
meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang menyebabkan
perubahan elektrofisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan
7
Menurut Kasron (2012) tanda dan gejala Akut Miokard Infark (TRIAGE
AMI) adalah :
1. Klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya di atas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini
merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke
bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NGT).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
8
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melanyang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(menumpulkan pengalaman nyeri).
2. Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung
A. CPK-MB/CPK (Creatine Phosphokinase), Isoenzim yang ditemukan pada
otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam,
kembali normal dalam 36-48 jam.
B. LDH/HBDH (Laktat Dehidrogenase), Meningkat dalam 12-24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal.
C. AST/SGOT (Serum Glutamic Oxsalotransamine Test), Meningkat (kurang
nyata atau khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam,
kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
3. EKG (Electrocardiogram)
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q atau QS yang menandakan adanya
kematian jaringan.
20
5) Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit Infark miokard akut antara lain (Rendi dan
Margareth, 2012):
• Gagal jantung kongesti
• Syok kardiogenik
• Disfungsi otot papilaris
• Defek sektum ventrikel
• Ruptura jantung
• Aneurisma ventrikel
• Tromboembolisme
• Perikarditis
• Aritmia
6) Penaktalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan AMI menurut (Kasron, 2012):
1. Diagnosa
Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/tanda-tanda EKG awal tidak
menentukan, hanya 24-60% dari AMI ditemukan dengan EKG awal yang
menunjukan luka akut (Acute injury).
2. Diet makanan lunak atau sering serta redah garam (bila ada gagal jantung).
3. Terapi Oksigen
a. Hipoksia menimbulkan metabolisme anaerob dan metabolik asidosis, yang
menurunkan afektifitas obat-obatan dan terapi elektrik (DC shock).
b. Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik.
c. Penolong harus siap dengan bantuan penafasan bila diperlukan.
d. Monitor EKG
Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama AMI. Penyebab utama
kematian beberapa jam pertama AMI adalah aritmia jantung 3. Elevasi segmen
ST > atau = 0,1 Mv pada 2 atau lebih hantaran dari area yang terserang
(anterior, lateral, inferior), merupakan indikasi adanya serangan miokard akut.
e. Pemberian obat
Obat-obatan yang digunakan pada pasien AMI diantaranya:
a. Obat-obatan trombolitik
Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali aliran pembuluh
darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih
lanjut. Obat-obat ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang
mnyumbat arteri koroner. Waktu paling efektif pemberianya adalah 1 jam
setelah timbul gejala pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam paska
serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien di atas 75 tahun
21
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Dermawan, 2012). Menurut Muttaqin, 2009 pengkajian pada pasien infark miokard
adalah :
1. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan pingsan.
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian penyakit saat ini yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara
PQRST yang meliputi :
a. Provoking Incident : Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
b. Quality of Paint : Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau diremas.
c. Region Radiation, Relief : Lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas
perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
d. Severity (Scale)of Paint Klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau
0-10 (visual analogue scale – VAS) dan klien akan menilai berapa berat nyeri
yang dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-
4 (skala 0-4) atau 7-9 (skala 0-10).
e. Time : Sifat mulai timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak
Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit.
Nyeri oleh infark miokard dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya
dirasakan lebih berat dan berlangsung lebih lama.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang masih relevan dengan obat-obat antiangina seperti nitrat dan penghambat
beta serta obat-obatan antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi
dimasa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul.
4. Riwayat Keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Penyakit
jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor
resiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keurunannya.
5. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkunyannya. Demikian pula
dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya
minum alkohol atau obat tertentu.
6. Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, kuatir tentang
24
keluarga, pekerjaan dan keuangan.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, klien AMI biasanya baik atau compos
mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perfusi sistem saraf pusat.
b. Breathing
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak
napas seperti tercekik. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan
curah jantung oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik.
c. Blood
• Inspeksi : Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien.
Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas
perikardium Penyebaran nyrei dapat meluas didada
• Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada AMI tanpa
komplikasi bisanya tidak ditemukan.
• Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup yang disebabkan AMI. Bunyi jantung tambahan
akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada AMI tanpa
komplikas
• Perkusi : Batar jantung tidak mengalami pergeseran
d. Brain
Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan sianosis perifer.
Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh,
menangis, merintih, menegang adanya nyeri dadi akibat infark pada miokard.
e. Bladder
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan klien.
Oleh karena itu perawat perlu monitor adanya oliguria pada klien dengan AMI
karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
f. Bowel
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada kepada keempat kuadran, penurunan peristaltik
usus yang merupakan tanda utama AMI.
g. Bone
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olah
raga tak teratur. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardi, dipsnea
pada saat istirahat maupun saat beraktifitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga
dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan, 2012).
Menurut Herdinan & Kamitsuru, 2015 diagnosa keperawatan utama pasien mencakup
yang berikut :
• Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam alveoli sekunder
25
kegagalan fungsi jantung.
• Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan
penurunan curah jantung.
• Nyeri akut berhubungan dengan
hipoksia miokard ( oklusi arteri
koroner ).
• penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan
laju, irama, dan konduksi elektrikal.
• Intoleran aktifitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara
suplay oksigen miokard dan
kebutuhan, adanya
iskemia/nekrosis jaringan miokard.
• Ansietas brehubungan dengan
perubahan kesehatan dan status
sosio-ekonomi
• Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit,
kesalahpahaman terhadap kondisi
medis atau terapi yang dibutuhkan,
ketidaktauan tentang sumber
informasi, serta kurangnya
kemampuan mengingat
3. Perencanaan
Tabel 3.1 Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan
dalam alveoli sekunder kegagalan fungsi jantung
NO Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah dilakukan tindakan Posisikan pasien untuk Melancarkan
keperawatan selama 3x24 memaksimalkan ventilasi pernafasan klien
jam diharapkan pasien
menunjukkan pola nafas Lakukan fisioterapi dada Merilekskan dada
tidak efektif yang dibuktika jika perlu untuk memperlancar
dengan status respirasi pernafasan klien
tidak terganggu
Kriteria Hasil :
Keluarkan sekret dengan Mengeluarkan sekret
1. Mendemonstrasik
batuk efektif yang menghambat
an peningkatan
jalan pernafasan
ventilasi dan
26
oksigenasi yang Monitoring respirasi dan Mengetahui status
adekuat status oksigen respirasi klien lancar
2. Memelihara ataukah ada
kebersihan paru gangguan
dan bebas dari
tanda
tanda distress
pernafasan
3. Tanda – tanda
vital dalam
rentang
normal
TD : 90/60 mmHg
sampai 120/80
mmHg
Nadi : 60 – 100
x/menit
RR : 16 – 24 x/menit
Tabel 3.2 Intervensi keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
penurunan curah jantung
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d hipoksia miokard ( oklusi arteri
koroner )
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan (Brunner and Suddarth, 2013) :
• Pasien menunjukan pengurangan nyeri
• Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas
• Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat
• Memperlihatkan berkurangnya kecemasan
BAB IV
Tinjauan Kasus
Pada bab ini akan disajikan kasus pasien dengan infark miokard
Ruang rawat/kelas : Maimunah Diagnosa Medis : Stemi Anterior
No. Rekam medis : 0021xxxx
A. Identitas klien
Klien adalah seorang laki - laki bernama Tn. R usia 50 tahun beragama islam, klien
tinggal di Bukit Tinggi, klien bekerja sebagai sopir dengan pendidikan terakhir SD, klien
menikah dengan Ny. T dan dikaruniai dua orang anak. Klien MRS pada tanggal 27
Desember 2019 di Ruang Maimunah RSUD Bukittinggi
B. Riwayat Penyakit
• Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
menjalar ke punggung.
2. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan saat dirumah
mengeluh nyeri dada sebelah kiri kemudian hilang saat
dipakai istirahat. Pada tanggal 27 Desember 2019 saat bekerja
pasien merasakan nyeri kembali dibagian dada sebelah kiri
dan sesak, pukul 20.00 WIB pasien dibawa ke IGD RSUD
Bukittinggi dan diberikan tindakan pemasangan masker
NRBM 10 Lpm. Pukul 21.00 WIB pasien dipindahkan ke
ruang maimunah. Pada saat pengkajian pasien mengatakan
nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung seperti diremas–
remas dengan skala 6, dan nyeri hilang timbul.
• Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Riwayat Kesehatan yang lalu pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
penyakit seperti HT dan DM, tidak pernah melakukan operasi, dan tidak memiliki
alergi makanan atau obat.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
Ket :
= Perempuan = Pasien
= Tinggal serumah
G. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum : Lemah
B. Tanda Vital :
A. Tensi : 130/80 mmHg
B. Suhu : 36ºC
C. Nadi : 100 x/menit
D. Respirasi : 28 x/menit
• Respirasi (B1)
Bentuk dada normal chest, tidak ada skoliosis pada susunan ruas tulang belakang,
irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi otot bantu pernafasan,
perkusi thorax sonor, getaran sama kanan kiri pada vokal premitus, menggunakan alat
bantu nafas NRBM 10 Lpm, dan terdapat suara nafas wheezing, pasien mengatakan
sesak dan letih setelah beraktivitas.
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas dan Intoleransi Aktivitas
• Kardiovaskuler (B2)
Terdapat nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordis teraba kuat pada ICS V
Midclavicula, dunyi jantung S1 dan S2 Tunggal, CRT <3 detik, tidak terdapat sianosis,
tida terdapat clubbing finger, dan tidak ada pembesaran JVP.
P = Nyeri timbul saat beraktivitas
Q = Nyeri seperti diremas – remas
R = Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 6
T = Nyeri hilang timbul
Lain-lain :
Hasil Lab CK-MB 366,3 mg/dL, Troponin I 11,400 ng/mL, dan pada
hasil EKG terdapat ST Elevasi pada V2 dan V3
Masalah keperawatan : Nyeri Akut dan Resiko Penurunan Curah Jantung
• Persyarafan (B3)
Kesadaran composmentis dengan GCS 456, orientasi baik, tidak terdapat kaku kejang
dan kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada kelainan nervus cranialis.
Istirahat dirumah ± 6 Jam, saat di RS ± 7 Jam, dan sering terbangun.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
• Genetourinaria (B4)
Bentuk alat kelamin normal dan bersih, terpasang kateter dengan jumlah 1300/24 Jam
dengan warna kuning dan bau khas.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
• Pencernaan (B5)
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat caries, dan saat di RS tidak
menggosok gigi tetapi melakukan oral hygiene menggunakan listerine. Pasien tidak
mengalami kesulitan menelan dan tidak ada pembesaran tonsil. Tidak ada nyeri
abdomen, tidak kembung dan peristaltik usus 10 x/menit. Pasien mengatakan saat
dirawat di RS belum BAB.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
• Muskuloskeletal Dan Integumen (B6)
Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral pucat, turgor kulit baik, tidak ada
oedema, dan kekuatan otot
5 5
5 5
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
• Pengindraan (B7)
Pada mata tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pasien bisa melihat dengan
jelas, konjungtiva anemis, sklera putih. Ketajaman penciuman normal, tidak ada sekret
dan mukosa hidung lembab. Pada telinga tidak ada keluhan. Perasa normal ( bisa
merasakan manis, pahit, asam, asin )
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
• Endokrin (B8)
Pada pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada pembesaran kelenjar
parotis. Tidak terdapat luka gangren.
H. Data Psikososial
Pasien mengatakan merasa bangga terhadap tubuhnya, karena pasien merasa sempurna
dengan apa yang diberikan Allah SWT. Pasien sebagai kepala keluarga dan sebagai kakek
merasa sangat puas terhadap status dan posisinya didalam keluarga. Pasien sudah mampu
menjadi ayah dari anak- anaknya, tetapi saat sakit tidak bisa mencari uang. Harapan
pasien ingin cepat sembuh dan bisa cepat pulang untuk berkumpul dengan anggota
keluarganya, dan menganggap bahwa penyakit yang dideritanya merupakan ujian dari
Allah dan memasrahkan semua kepada tim medis untuk melakukan yang terbaik bagi
kesembuhan pasien. Selama di RS pasien sering dijenguk oleh keluarga dan hubungan
pasien dengan keluarga sangat baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
I. Data Spiritual
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien adalah pemeluk agama islam yang taat
beribadah selama di rumah dan dirumah sakit, dan pasien yakin akan sembuh dari
penyakitnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
J. Data Penunjang
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki – Laki
Alamat : Gempol – pasuruan
Tanggal Pemeriksaan : 08-08-20
Diagnosa Klinis : Stemi Anterior
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboraturium pada Tn. R dengan diagnosa medis Infark
Miokard Akut (Stemi Anterior) di Ruang Maimunah
NILAI KET
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Neutrofil 9,0
Limfosit 2,5
Monosit 1,0
Eosinofil 0,1
Basofil 0,1
KIMIA KLINIK
LEMAK
FAAL GINJAL
PEMERIKSAAN
PATOLOGI KLINIK
JANTUNG
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
GULA DARAH
Terapi
Tanggal : 08-08-20
Nama pasien : Tn. R
Umur : 50 Th
NO RM : 0021xxxx
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus spesifik berfokus
pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat
diatasi dengan tindakan keperawatan.
Daftar Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas.
Nyeri akut.
Intoleransi aktivitas.
Resiko penurunan curah jantung.
Menyusun rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Tanggal : 27 – 12 - 2019
Nama pasien : Tn. R
Dx. Medis : Stemi Anterior
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d iskemia jaringan miokard
No Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan Bina hubungan saling Untuk meningkatkan
tindakan keperawatan percaya kepercayaan pasien
selama 2x24 jam Lakukan pengkajian nyeri kepada perawat
diharapkan nyeri secara komprehensif termasuk Untuk mengetahui tingkat
berkurang lokasi, karakteristik, nyeri pasien
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas, dan
Untuk mengetahui tingkat
1. Mampu mengontrol faktor presipitasi
ketidaknyamanan yang
nyeri (tahu Observasi reaksi nonverbal
dirasakan oleh pasien
penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
Untuk mengurangi tingkat
mampu Kontrol lingkungan yang
ketidaknyamanan yang
menggunakan tehnik dapat mempengaruhi nyeri
dirasakan oleh pasien
non farmakologi untuk seperti suhu ruangan,
Agar pasien mampu
mengurangi nyeri ) pencahayaan, dan
menggunakan teknik non
2. Pasien tampak tidak kebisingan
farmakologi dalam
memegangi daerah Ajarkan tentang teknik non
memanagement nyeri
yang farmakologi seperti distraksi
yang dirasakan
nyeri dan relaksasi
Pemberian analgetik dapat
3. Skala nyeri menjadi 1- Kolaborasi pemberian
mengurangi rasa nyeri
3 (ringan) analgetik untuk
pasien
4. Pasien tampak rileks mengurangi nyeri
Tanda – tanda
vital dalam
rentang normal
(tekanan darah,
nadi, pernafasan )
TD : Sistolik
(130–139
mmHg), diastolik
(85–
89 mmHg)
N:60–70x/menit
RR:16-24x/menit
Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot
pernafasan
2. Setelah dilakukan 3 a. Mengumpulkan dan
tindakan keperawatan Ob menganalisis data pasien
selama 2 x 24 Jam ser untuk memastikan
diharapkan pasien vas kepatenan jalan nafas
menunjukkan pola i dan pertukaran gas yang
nafas efektif yang fre adekuat
dibuktikan dengan ku b. Adanya suara nafas
status respirasi tidak ens tambahan yang abnormal
terganggu. i, menentukan intervensi
Kriteria Hasil : ke yang akan dilakukan
dal selanjutnya oleh perawat
1. Mendemonstr
am c. Membantu ekspansi
asi kan
an paru dan pernafasan
latihan nafas
per normal
dalam secara
naf d.Meningkatkan
mandiri
asa kekuatan otot pernafasan
2. Menunjukkan
n, dan fungsi ventilasi paru
jalan nafas
da serta memperbaiki
yang paten
n oksigenasi jaringan
(pasien
eks e. Mengumpulkan dan
tidak merasa
pa menganalisis data
tercekik, irama
nsi
nafas, frekuensi
da
pernafasan dalam
da
4
Au
sk
ult
asi
sua
ra
naf
as,
cat
at
ada
ny
a
sua
ra
ta
mb
aha
n
5
Po
sisi
ka
n
pas
ien
unt
uk
me
ma
ksi
ma
lka
n
ve
ntil
asi
( p
osi
si
se
mi
fo
wl
er
)
6
Aj
ark
an
unt
uk
me
lak
uk
an
de
ep
br
eat
hin
g
ex
erc
is (
lati
ha
n
naf
as
dal
am
)
sec
ara
ma
ndi
ri
7 Pantau TTV tiap jam
rentang normal, kardiovaskuler,
tidak ada suara pernafasan dan suhu
nafas tambahan) tubuh pasien untuk
3) Tanda – tanda menentukan dan
vital dalam mencegah komplikasi
rentang normal ( 6. Kolaborasi pemberian 6. Meningkatkan pola
tekanan darah, O2 masker 10 Lpm pernafasan spontan yang
nadi, pernafasan optimal sehingga
) TD : Sistolik memaksimalkan
(130–139 pertukaran oksigen
mmHg), dalam tubuh
diastolik (85–89
mmHg)
N : 60–70
x/menit
RR : 16-24
x/menit
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan
antara suplay oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan
miokard
NO Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
3. Setelah dilakukan tindakan 3 C 1) Menent
keperawatan selama 2x24 jam ata ukan respon
diharapkan pasien mampu t pasien
bertoleransi dengan aktivitas de terhadap
Kriteria Hasil : ny aktivitas
a. Berpartisipasi dalam ut dan sapat
aktivitas fisik tanpa da mengindikasikan
disertai peningkatan n kekurangan oksigen
tekanan darah, nadi, rit pada miokard,
dan RR m sehingga harus
b. Mampu melakukan e mengurangi tingkat
aktivitas sehari-hari ja aktivitas, bedrest,
(ADLs) secara mandiri nt perubahan regimen
c. Mampu berpindah : un pengobatan, atau
dengan atau bantuan g, penggunaan oksigen.
alat ser 2) Mengu
d. Status respirasi : ta rangi beban
pertukaran gas dan pe kerja miokard
ventilasi adekuat ru dan konsumsi
e. Sirkulasi status baik ba oksigen, serta
ha mengurangi
n risiko
te komplikasi,
ka misalnya
na perparahan
n infark
da miokard.
ra Pasien tanpa
h komplikasi infark
miokard didorong
se untuk terlibat dalam
be aktivitas yang ringan
lu diluar tempat tidur,
m, termasuk jalan-jalan
sel kecil 12 jam setelah
a kejadian.
m
a,
da
n
set
ela
h
ak
tiv
ita
s
se
su
ai
in
di
ka
si.
N
ye
ri
da
da
da
n
se
sa
k
na
fas
m
un
gk
in
ter
ja
di.
4 M
oti
va
si
pa
sie
n
un
tu
k
m
ela
ku
ka
n
tir
ah
ba
rin
g.
Ba
tas
i
ak
tiv
ita
s
ya
ng
m
en
ye
ba
bk
an
ny
eri
da
da
ata
u
res
po
ns
ja
nt
un
g
ya
ng
bu
ru
k.
Be
rik
an
ak
tiv
ita
s
pe
ng
ali
ha
n
ya
ng
be
rsi
fat
no
nst
res
.
3.Instruksikan pasien 3. Kegiatan yang
untuk menghindari memerlukan untuk
peningkatan tekanan menahan nafas dan
abdominal, misalnya mengejan, misalnya
mengejan saat buang manuver valsava,
air besar. dapat mengakibatkan
bradikardia sehingga
terjadi penurunan
curah jantung dan
selanjutnya
mengalami
takikardia dengan
peningkatan tekanan
darah.
1) Jelaska 1. Kegiatan progresif
n pola memberikan beban
peningkatan yang terkontrol pada
tingkat jantung. Serta
aktivitas, meningkatkan
misalnya kekuatan dan
bangun untuk mencegah kelelahan.
pergi ke toilet
atau duduk
dikursi, 2. Palpitasi, denyut
ambulasi tidak teratur,
progresif, dan peningkatan nyeri
beristirahat setelah dada, atau dispnea
makan. mungkin
2) Evaluasi menunjukkan
tanda dan gejala kebutuhan untuk
yang perubahan latihan
mencerminkan atau obat.
intoleransi 3. Progra
terhadap m rehabilitasijantung
tingkat aktivitas memberikan
yang ada dukungan dan
atau pengawasan
memberitahukan tambahan, serta
pada perawat atau mendorong
dokter. partisipasi dalam
3) Kolabo proses pemulihan.
rasi dengan
tenaga
kesehatan lain
dalam merujuk
ke program
rehabilitasi
jantung.
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan
laju, irama, dan konduksi elektrikal
NO Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
4 Setelah dilakukan tindakan 1)Lakukan 1. Hipotensi dapat
keperawatan selama 2x24 jam pengukuran terjadi akibat
diharapkan tidak terjadi tekanan disfungsi ventrikular,
penurunan curah jantung darah. hipoperfusi
Kriteria Hasil : Bandingkan miokardium, dan
1. Tanda vital dalam rentang hasil pada stimulasi vagal.
normal ( Tekanan Darah, Nadi, setiap lengan, Namun, hipertensi
Respirasi ) saat duduk, juga dapat terjadi
2. Dapat mentoleransi aktivitas, berbaring, akibat nyeri, ansietas,
tidak ada kelelahan dan berdiri. pelepasan
3. Tidak ada edema paru, perifer katekolamin, dan
dan tidak ada asites memiliki masalah
4. Tidak ada penurunan kesadaran pembuluh darah
sebelumnya.
Hipotensi ortostatik (
postural ) mungkin
berhubungan dengan
komplikasi infark,
misalnya gagal
jantung.
2. S3 biasanya
berhubungan dengan
2) Auskul gagal jantung,
tasi bunyi namun adanya
jantung. insufisiensi mitral
Catat adanya (regurgitasi) dan
gallop S3 dan overload ventrikel
S4, murmur, kiri yang dapat
serta rub. menyertai infark
parah juga dicatat.
S4 mungkin
berhubungan dengan
iskemia miokard,
kekakuan ventrikel,
dan hipertensi
pulmonal atau
sistemik.
Murmur
mengindikasikan
adanya gangguan
aliran darah pada
jantung, misalnya
gangguan pada
katup, defek septum,
atau getaran otot
papilaritas dan korda
tendinea (komplikasi
infark miokard)
Rub
mengindikasikan
adanya infark yang
disebabkan oleh
peradangan,
misalnya efusi
1. Auskultasi suara perikardial dan
nafas perikarditis.
4. Krakels
menandakan adanya
kongesti pulmonal,
yang mungkin
berkembang karena
2. Pantau denyut dan
penurunan fungsi
ritme jantung.
miokard.
Dokumentasikan
5. Denyut dan ritme
disritmia melalui
jantung berespon
telemetri.
terhadap medikasi,
aktivitas, dan
perkembangan
komplikasi.
Disritmia terutama
kontraksi ventrikular
yang prematur atau
progressive heart
blocks, dapat
mempengaruhi
3. Berikan makanan
fungsi jantung atau
yang kecil dan
meningkatkan
mudah dicerna.
kerusakan iskemik.
Batasi asupan kafein,
6. Makanan besar
misalnya kopi,
dapat meningkatkan
cokelat, dan cola.
beban kerja miokard
dan menyebabkan
stimulasi vagal, yang
mengakibatkan
bradikardia atau
denyut ektopik.
Kafein merupakan
stimulan langsung
pada jantung yang
dapat meningkatkan
denyut jantung.
6. Kolaborasi dengan 6. Disritmia biasanya
tenaga kesehatan lain diobati sesuai
dalam pemberian dengan gejalanya.
obat – obatan sesuai Terapi
indikasi, misalnya ACE inhibitor
obat antidisritmia. sebagai pengobatan
awal, khususnya
pada infark miokard
anterior yang besar,
aneurisma ventrikel,
atau gagal jantung,
dapat meningkatkan
keluaran vemtrikel,
meningkatkan
kelangsungan hidup,
dan mungkin
memperlambat
perburukan gagal
jantung.
a. Tindakan Keperawatan
frekuensi.
menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 6
Pencahayaan
x/menit
Frekuensi
S = Skala nyeri 4
N = 98 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,1º C
= 26 x/menit
4. 28 – 12 – 05.50
2018
Frekuensi
09.30
1-5 hitungan, selanjutnya menghembuskan
udara secara lambat melalui mulut.
Mengauskultasi suara nafas
2018
b. Evaluasi Keperawatan
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
4. Wajah Tampak rileks
5.Pasien sudah tidak memegangi daerah
dada yang nyeri
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
5. Kulit lembap
6. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
68
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani Reny Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
EGC
Bulecheck, et al. Nursing Intervention Clasification (NIC). Edisi 6. 2016.
Elsevier: Singapore
Herdman T Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatannya.
Yogyakarta: Nuha Medika
Moorhead, et al. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5. Elsevier: Singapore.
Muttaqin A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:
2009.
Nurarif Amin H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Edisi Revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
Suzane C Smeltzer & Brenda G Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Tri Sunaryo, Siti Lestari, Sunaryo, 2014. Pengaruh Relaksasi Benson terhadap Penurunan
Skala Nyeri Dada Kiri pada Pasien ACUTE MYOCARDIAL INFARC DI RS
Dr.MOEWARDI SURAKARTA Tahun
2014. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Vol. 4 No. 2
Wijaya Andra S & Putri Yessie P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh ASKEP. Yogyakarta: Nuha Medika