Disusun Oleh :
Kelompok 8
T.A 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas asuhan keperawatan pada pasien
dengan infark miokard akut pada mata kuliah keperawatan gawat darurat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Infark Miokard Akut (IMA) ……………………. 3
2.2 Etiologi Infark Miokard Akut (IMA)................................... 3
2.3 Manifestasi klinis Infark Miokard Akut (IMA)................... 4
2.4 Klasifikasi Infark Miokard Akut (IMA)……...................... 4
2.5 Patofisiologi Infark Miokard Akut (IMA).............. ……… 5
2.6 Pemeriksaan penunjang Infark Miokard Akut (IMA)………. 6
2.7 Penatalaksanaan Infark Miokard Akut (IMA)……………… 6
2.8 Komplikasi Infark Miokard Akut (IMA)…………………… 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian…………………………………………………… 8
3.2. Diagnosa…………………………………………………….. 11
3.3. Intervensi……………………………………………………. 12
3.4. Implementasi………………………………………………… 14
3.5. Evaluasi……………………………………………………… 14
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan………………………………………………….. 15
4.2. Saran........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….... ... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dari hal tersebut kiranya perlu adanya penanganan yang komprehensif
dan menyeluruh dari petugas kesehatan dalam hal ini perawat, dalam
memberikan asuhan keperawatan secara biopsikososial. Dengan asuhan
keperawatan yang komprehensif ini diharapkan nantinya dapat mengurangi
mortalitas akibat penyakit jantung khususnya penyakit Infark Miokard Akut
ini.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Infark Miokard Akut (IMA).
2. Untuk mengetahui etiologi dari Infark Miokard Akut (IMA).
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Infark Miokard Akut (IMA).
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Infark Miokard Akut (IMA).
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Infark Miokard Akut (IMA).
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Infark Miokard Akut
(IMA).
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Infark Miokard Akut (IMA).
8. Untuk mengetahui komplikasi dari Infark Miokard Akut (IMA).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Infark Miokard Akut ialah nekrosis miokardium yang disebabkan oleh
tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan pada arteri koroner
(Muttaqin, 2012, hal. 73).
Infark Miokard Akut adalah suatu proses dimana jaringan miokard
mengalami kerusakan (nekrosis) dalam region jatung yang mengurangi suplai
darah adekuat karena penurunan aliran darah koroner (Rendi & Margareth,
2019, hal. 200).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard
yang cepat disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis
antara aliran darah dan kebutuhan darah miokard. (M.Widiastuti
Samekto,13 : 2001).
Beradasarkan pengertian diatas dapat simpulkan Infark Miokard
Akut adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau nekrosis otot
jantung disebabkan oleh tidak adekuatnya suplai darah akibat sumbatan arteri
koroner.
2.2. Etiologi
Menurut (Udjianti, 2012, hal. 82) etiologi dari Infark Miokard Akut ialah :
1. Coronary Arteri Disease : aterosklerosis, artritis, trauma pada koroner,
penyempitan arteri koroner karena spasme.
2. Coronary Arteri Emboli : infective endokarditis dan arteriography
koroner.
3. Kelainan kongenital : anomali arteri koronaria.
4. Ketitadakseimbangan sulai oksigen dan kebutan miokard : hipotensi,
keracuanan karbondioksida, stenosis atau insuifiensi aorta.
5. Gangguan hematologi : anemia, trombosis, trombositosis dan
3
2.3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan IMA berasal dari iskemia
otot jantung dan penurunan fungsi serta asidosis yang terjadi. Manifestasi
klinis utama dari IMA adalah nyeri dada yang serupa dengan angina pectoris
tetapi lebih parah dan tidak berkurang dengan nitrogliserin. Nyeri dapat
menjalar ke leher, rahang, bahu, punggung atau lengan kiri. Nyeri juga dapat
ditemukan di dekat epigastrium, menyerupai nyeri pencernaan. IMA juga
dapat berhubungan dengan manifestasi klinis yang jarang terjadi berikut ini.
(M.Black, Joyce, 2014 : 346)
Menurut (Asikin & Nuralamsyah, 2017, hal. 59) manifestasi klinis yang
terdapat pada klien Infark Miokard Akut antara lain :
1. Nyeri dada yang berlangsung terus menerus pada bagian retrosternal dan
menjalar ke leher, bahu, rahang, dan lengan kiri. Nyeri yang dirasakan
seperti tertekan, terbakar atau bahkan tajam
2. Mual dan muntah
3. Sesak napas dan batuk
4. Gelisah
5. Keringat dingin
2.4. Klasifikasi
1) Infark Miokard Subendokardial
Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah
subendokardial yang relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai
akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh
kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia (Rendy &
Margareth, 2012 : 87).
2) Infark Miokard Transmural
Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan
dengan trombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang
mengalami penyempitan arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang di
temukan (Rendy & Margareth, 2012 : 87).
4
2.5. Patofisiologi
Infark Miokard merupakan proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Rendi &
Margareth, 2019, hal. 201). Penurunan suplai darah tersebut disebabkan oleh
terbentuknya aterosklerosis yang kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh
darah. Aterosklerosis ditandai dengan formasi bertahap pada fatty plaque di
dalam dinding arteri. Lama-lama plak ini terus tumbuh dalam lumen sehingga
diameter lumen menyempit. Sehingga menyebabkan terganggunya aliran
darah ke distal (Bararah & Jauhar, 2013, hal. 111).
Ketika jantung tidak mendapat suplai darah dan oksigen, sel jantung akan
menggunakan metabolisme anaerobic, menciptakan lebih sedikit adenosine
trifosfat (ATP) dan produksi asam laktat meningkat (Black & Hawks, 2014,
hal. 179). Sehingga mempengaruhi reseptor nyeri (Bagiari, 2015).
Kontraktilitas juga akan berkurang, sehingga menurunkan kemampuan jatung
untuk memompa darah (Farissa, 2012). Saat sel otot jantung
mengalami nekrosis, enzim intraseluler akan akan dilepaskan kedalam aliran
darah, yang dapat dideteksi dengan pengujian laboratorium (Black & Hawks,
2014, hal. 179).
Dalam beberapa jam area nekrotik akan meregang dalam suatu proses
yang disebut ekspansi infark. Ekspansi ini didorong oleh aktivasi
neurohormonal dan terjadi peningkatan denyut jantung, dilatasi ventrikel dan
aktivasi sistem renin-angiotensin akan meningkatkan preload selama IMA
untuk menjaga curah jantung (Black & Hawks, 2014, hal. 179). Apabila
terjadi iskemia yang berlangsung lebih dari 20-45 menit akan terjadi
kerusakan ireversibel dan menyebabkan kematian seluler serta nekrosis
jaringan (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016, hal. 1164). Lokasi terjadinya
IMA paling sering pada dinding anterior ventrikel kiri didekat apeks, yang
terjadi akibat trombosis dari cabang desenden arteri koroner (Black & Hawks,
2014, hal. 179).
5
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1) EKG : Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q
patologis
2) Enzim Jantung : CPKMB, LDH, AST.
3) Elektrolit : Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, misal hipokalemi, hyperkalemia.
4) Sel darah putih : Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari
ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
5) Kecepatan sedimentasi : Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah IMA,
menunjukkan inflamasi.
6) Kimia : Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi
organ akut atau kronis
7) GDA : Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
8) Kolesterol atau Trigliserida serum : Meningkat, menunjukkan
arteriosclerosis sebagai penyebab IMA.
9) Foto dada : Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung
diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10) Ekokardiogram : Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan
katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
2.10Penatalaksanaan
1) Rawat ICCU, puasa 8 jam
2) Tirah baring, posisi semi fowler.
3) Monitor EKG
4) Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5) Oksigen 2 – 4 lt/menit
6) Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7) Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8) Bowel care : laksadin
9) Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
10) Diet rendah kalori dan mudah dicerna
6
11) Psikoterapi untuk mengurangi cemas
2.11Komplikasi
Menurut (Homenta, 2016, hal. 16) komplikasi penyakit Infark Miokard
Akut yaitu :
1. Aritmia
2. Kematian jantung mendadak
3. Syok kardiogenik
4. Ruptur dinding ventrikel
5. Infark ventrikel kanan
6. Efusi perikardial dan perkarditis
7. Gagal jantung kongestif
8. Aneurisma ventrikel kiri
9. Trombus mural emboli.
BAB III
7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer, meliputi :
a) Airway
Sumbatan atau penumpukan secret
Wheezing atau krekles
Kepatenan jalan nafas
b) Breathing
Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
Ronchi, krekles
Ekspansi dada tidak penuh
Penggunaan otot bantu nafas
c) Circulation
Nadi lemah, tidak teratur
Takikardi
TD meningkat / menurun
Edema
Gelisah
Akral dingin
Kulit pucat, sianosis
Output urin menurun
d) Disability
Keasadaran pasien pada umumnya composmentis (4-5-6) sesuai
tingkat gangguan perfusi saraf pusat (Muttaqin, 2012, hal. 162), pupil
isokor, respon cahaya spontan, tidak terdapat gangguan motorik dan
sensorik pada pasien Infark Miokard Akut (Yudayana, 2018, hal. 14).
e) Exposure
8
Keadaan kulit, seperti turgor / kelainan pada kulit dan keadaan
ketidaknyamanan (nyeri) dengan pengkajian PQRST.
2. Pengkajian sekunder
1) Aktifitas
Data Subyektif :
Kelemahan
Kelelahan
Tidak dapat tidur
Pola hidup menetap
Jadwal olahraga tidak teratur
Data Obyektif :
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aktifitas
2) Sirkulasi
Data Subyektif :
Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Data Obyektif :
Tekanan Darah
Dapat normal / naik / turun, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri.
Nadi
Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
Friksi : dicurigai Perikarditis
Edema
9
Distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa atau bibir.
3) Integritas Ego
Data Subyektif :
Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir
tentang keuangan, kerja, keluarga.
Data Obyektif :
Menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma, nyeri.
4) Eliminasi
Data Obyektif : normal, bunyi usus menurun
5) Makanan atau cairan
Data Subyektif : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau
terbakar.
Data Obyektif : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan.
6) Hygiene
Data subyektif dan data obyektif : kesulitan melakukan tugas
perawatan.
7) Neurosensori
Data Subyektif : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat).
Data Obyektif : perubahan mental, kelemahan.
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Data Subyektif :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
10
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan,
seperti dapat dilihat.
Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi,
diabetes mellitus, hipertensi, lansia.
9) Pernafasan
Data Subyektif:
Dispnea tanpa atau dengan kerja.
Dispnea nocturnal.
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum.
Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Data Obyektif :
Peningkatan frekuensi pernafasan.
Nafas sesak / kuat.
Pucat, sianosis.
Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum.
10) Interaksi sosial
Data Subyektif :
Stress
Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit,
perawatan di RS
Data Obyektif :
Kesulitan istirahat dengan tenang
Respon terlalu emosi (marah terus menerus, takut)
Menarik diri
3.1. Diagnosa
11
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (SDKI : D. 0077)
2. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan irama jantung (SDKI : D.
0011)
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (SDKI : D. 0056)
3.2. Intervensi
12
1) Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan
pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
2) Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
3) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
4) Monitor saturasi oksigen
5) Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
6) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan
7) Berikan dukungan emosional dan spiritual
8) Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
9) Anjurkan menghindari manuver (mis. Mengedan saat BAB atau
batuk)
10) Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
11) Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (SDKI : D. 0056)
Kriteria Hasil (SLKI) :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Saturasi oksigen meningkat
3) Keluhan lelah menurun
4) Dyspnea saat aktivitas menurun
5) Dyspnea setelah aktivitas menurun
6) Tekanan darah membaik
7) EKG iskemia membaik
Intervensi (SIKI) :
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
3) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
4) Monitor pola dan jam tidur
5) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
6) Anjurkan tirah baring
13
7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
3.3. Implementasi
3.4. Evaluasi
Perencanaan evaluasi menurut kriteria hasil dari proses tindakan
keperawatan. Keberhasilan dari proses keperawatan dapat dilihat dengan cara
membandingkan antara proses keperawatan dengan rencana keperawatan
tersebut. Tercapainya tindakan dapat dilihat dari cara membandingkan antara
tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari-hari serta tingkat kemajuan
klien dengan tujuan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan (Desta,
2016).
BAB IV
14
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
Website. https://askep-nursing.blogspot.com/2014/10/laporan-
pendahuluan-akut-miocard-infark.html?m=1. Diakses pada Tgl 01
Oktober 2020.
Nur Rahmat R.
https://www.academia.edu/10667737/ASKEP_INFARK_MIOKA
RD_AKUT. Diakses Tgl 30 September 2020.
16