Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER KASUS INFARK MIOKARD
AKUT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Kardiovaskuler
Dosen Ibu Yuyun Solihatin, M.Kep

Disusun:
Anisa Nuroftavia C2214201017
Muhammad Rizki Maulana C2214201102
Neng Dila Sri Puspita Sari C2214201050
Nuri Qudrotillah C2214201138
Pemi Luliana Somantri C2214201089
Rafi Fauzi Ramdhani C2214201117
Risna Resthiana C2214201040
Salma Wulandari C2214201009
Tri Setiawan C2214201062

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler kasus Infark Miokard ini dengan lancar.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terutama kepada dosen pembimbing kami ibu Yuyun Solihatin yang telah sangat
membantu kelancaran proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini dengan memberikan sumbangkan baik materi maupun pikirannya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Kasus Infark Miokard ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman serta memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Tasimalaya, 19 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................1
1.3 Metode Penelitian................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Definisi Infark Miokard.......................................................................3
2.2 Etiologi................................................................................................3
2.3 Pencegahan primer, sekunder, tersier..................................................6
2.4 Pengkajian Keperawatan.....................................................................7
2.5 Masalah Keperawatan, hasil yang dicapai, intervensi keperawatan,
rasional.......................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................17
3.1 Pengkajian...........................................................................................17
3.2 Rumusan Masalah/Analisa Data .........................................................17
3.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................17
3.4 Intervensi Keperawatan ......................................................................18
3.5 Implemetasi Keperawatan ..................................................................23
3.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................25
4.1 Pengkajian...........................................................................................25
4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................26
4.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................26
4.4 Implementasi keperawatan..................................................................26
4.5 Evaluasi keperawatan..........................................................................28

ii
BAB V PENUTUP...........................................................................................29
5.1 Kesimpulan.................................................................................................29
5.2 Saran...........................................................................................................29

iii
0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Infark Miokard Akut merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler
yang memberikan sumbangsi kematian secara tiba-tiba yang cukup banyak.
Kejadian infark miokard akut dapat terjadi berulang yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Pasien yang pernah mengalami serangan infark
miokard akut 50% kemungkinan akan mengalami infark miokard akut
recurrent akibat pasien tidak patuh mengontrol faktor resiko kardiovaskuler.
Infark miokard akut (IMA) juga merupakan penyakit akibat
berkurangnya pasokan darah karena arteri koroner mengalami penyempitan
karena adanya aterosklerosis atau sumbatan arteri oleh emboli atau thrombus
secara total membuat suplai dan kebutuhan oksigen jantung tidak sesuai.
Apabila dibandingkan penyakit jantung lainnya infark miokard akut (IMA)
merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien infark
miokard (IMA) dengan masalah nyeri akut di ruang penyakit dalam.
2.2.1 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut di ruang penyakit dalam.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada Infark Miokard Akut
(IMA) dengan masalah nyeri akut di ruang penyakit dalam.
3. Menyusun perencaaan keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut di ruang penyakit dalam.
4. Melakukan evaluasi pada klien Infark Miokard Akut (IMA) dengan
masalah nyeri akut di ruang penyakit dalam.

1
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini bisa menjadi referensi
untuk penelitian lain yang serupa.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi
mahasiswa dan pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
tentang proses keperawatan padakasus Infark Miokard Akut (IMA).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infark Miokard


Infark Miokard Akut merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler
yang memberikan sumbangsi kematian secara tiba-tiba yang cukup banyak.
Kejadian infark miokard akut dapat terjadi berulang yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Pasien yang pernah mengalami serangan infark
miokard akut 50% kemungkinan akan mengalami infark miokard akut
recurrent akibat pasien tidak patuh mengontrol faktor resiko kardiovaskuler.
Infark miokardium akut (IMA) juga merupakan penyakit akibat
berkurangnya pasokan darah karena arteri koroner mengalami penyempitan
karena adanya aterosklerosis atau sumbatan arteri oleh emboli atau thrombus
secara total membuat suplai dan kebutuhan oksigen jantung tidak sesuai.
Apabila dibandingkan penyakit jantung lainnya infark miokard akut (IMA)
merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

2.2 Etiologi
Infark miokard disebabkan karena rupturnya plak aterosklerosis dan
adanya thrombus. Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis pembuluh
koronaria dapat disebabkan karena emboli arteri koronaria, anomali arteri
koronaria kongenital, spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan
hematologik dan berbagai penyakit inflamasi sistemik (Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, dkk, dalam Haniastri 2015).
Infark miokard juga dapat disebabkan oleh:
1. Jenis kelamin
Hasil studi didapatkan bahwa frekuensi tertinggi penderita
IMA adalah perempuan yakni sebanyak 34 orang (54,8%). Hal ini
menegaskan perempuan lebih beresiko mengalami IMA. IMA lebih
berisiko terjadi pada perempuan daripada laki-laki karena didukung
oleh faktor aktifitas fisik dan pola makan. Perempuan cenderung

3
memiliki aktifitas fisik lebih rendah dibandingkan laki-laki yang
memicu kerja jantung lebih sedikit pula.
2. Sosial Ekonomi
Kasus IMA di Indonesia dikaitkan dengan adanya perubahan
gaya hidup yang didukung dengan meningkatnya status sosial dan
ekonomi masyarakat. Tingkat pendapatan merupakan salah satu
faktor kejadian penyakit jantung karena tingkat pendapatan yang
tinggi membuat responden mudah mengakses makanan yang tinggi
akan kolesterol dan lemak. Perilaku mengkomsumsi makanan
seafood pada responden masih sangat tinggi.
3. Tempat tinggal (pedesaan/perkotaan)
Masyarakat di daerah perkotaan memiliki faktor risiko IMA
lebih besar daripada masyarakat di daerah pedesaan. Banyak
masyarakat kota mengalami penyakit jantung dibandingkan
masyarakat desa disebabkan karena ada perbedaan gaya hidup
seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang. Masyarakat
perkotaan banyak bekerja di perkantoran dan memanfaatkan
fasilitas publik yang membuat kurangnya aktivitas fisik. Selain itu,
terdapat pola konsumsi penduduk pedesaan dengan perkotaan yang
belum memenuhi sarat kesehatan sehingga dapat beresiko
menimbulkan penyakit jantung. Masyarakat perkotaan mudah
dalam berpindah karena transportasi yang mendukung sehingga
kurangnya aktifitas fisik mereka. Selain itu pola konsumsi juga
turut berpengaruh karena mudahnya ditemukan penjual makanan
baik junk food maupun fast food sebagai bentuk kepraktisan yang
belum terjamin kesehatannya yang dapat beresiko menimbulkan
penyakit hipertensi sebagai salah satu faktor risiko penyakit IMA.
4. Hipertensi
Tekanan tinggi pada darah membuat ventrikel kiri tinggi
melawan gradient tekanan saat memompa darah. Pasokan
kebutuhan oksigen pada jantung meningkat disebabkan tekanan

4
darah yang tinggi secara terus menerus. Jantung dipaksa keras
pompa darah tanpa suplai yang memicu hipertropi ventrikel dan
payah jantung memicu peluang serangan infark miokard akut
tinggi. Peneliti berasumsi bahwa hipertensi pada responden yang
memicu terjadinya IMA sudah dialami sejak lama, sehingga
jantung pompa darah dengan kandungan oksigen rendah secara
keras. Hal ini yang akan memicu terjadinya payah jantung dalam
waktu lama yang memicu terjadinya arterosklerosis yang dapat
menimbulkan terjadinya IMA.
5. Obesitas
Obesitas membuat menignkatnya lemak dan memicu jantung
bekerja secara lebih keras memompa darah. Dalam jangka waktu
lama jantung akan mengalami kelelahan dan memicu terjadinya
IMA.
6. Hiperkolesterol
Kolesterol dapat menyebabkan infark miokard yang
dibuktikan melalui penelitian dimana responden kadar kolesterol
tinggi (> 150) berisiko 3 kali untuk terjadi infark mikoard.
Hiperkolsterol memberikan efek tidak baik pada tubuh karena
menyempitkan pembuluh darah arteri. Dengan penyempitan arteri
coroner membuat aliran darah berkurang atau berhenti ke otot
jantung dan memicu terjadi IMA.
7. Rokok
Kebiasaan menghisap rokok adalah salah satu faktor risiko
terjadi penyakit kardiovaskular termasuk IMA. Zat-zat toksik rokok
memicu menyempitnya pembuluh darah. Zat toksik rokok
membuat darah kental sehingga memicu pembekuan darah.
Meningkatnya platelet dan fibrinogen yang membuat terjadinya
trombosis kapan saja pembuluh koroner yang mengalami
penyempitan. Rokok juga mengurangi kadar HDL dan oksidasi
LDL dan membuat rusaknya endotel karena adanya stres oksidatif

5
pada kandungan rokok. Nikotin rokok merangsang saraf simpatis
dan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.

2.3 Pencegahan primer, sekunder, tersier


2.3.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer mengacu pada langkah-langkah yang diambil
oleh seseorang untuk mencegah timbulnya penyakit. Pencegahan primer
mengacu pada langkah-langkah yang diambil oleh seseorang untuk
mencegah timbulnya penyakit. Hal ini dicapai dengan menjaga pilihan
gaya hidup sehat seperti pola makan dan olahraga.
2.3.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada pengurangan dampak
penyakit dengan diagnosis dini sebelum terjadi kerusakan kritis dan
permanen. Hal ini membantu menghindari situasi yang mengancam
jiwa dan gangguan jangka panjang akibat suatu penyakit. Pencegahan
tersier digunakan ketika efek jangka panjang terjadi, dengan membantu
pasien mengatasi rasa sakit, meningkatkan harapan hidup, dan
meningkatkan kualitas hidup.
2.3.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berasal dari dua faktor. Faktor pertama adalah
biaya dimana biaya pencegahan sekunder jauh lebih kecil dibandingkan
dengan pencegahan tersier. Kedua, berdampak pada kualitas hidup
pasien. Pencegahan tersier melibatkan prosedur besar yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien serta mengganggu
aktivitas sehari-hari, sedangkan pencegahan sekunder berfokus.pada
perawatan yang tidak terlalu intens yang mencakup obat-obatan dan
perubahan gaya hidup. Oleh karena itu, menciptakan kesadaran
mengenai pencegahan sekunder dapat menciptakan dampak positif pada
kehidupan individu dan juga pada tingkat makroekonomi.

6
2.4 Pengkajian Keperawatan
2.4.1 Riwayat Keperawatan
1. Keluhan: serangan nyeri dada seperti rasa tertekan, berat, atau
seperti diremas yang timbul secara mendadak atau hilamg timbul
(residif). Nyeri di anterior, prekordial, atau substernal yang
menjalar ke lengan, wajah, rahang, leher, punggung, dan
epigastrum. Nyeri tidak berkurang walaupun klien istirahat,
mengubah posisi atau menarik napas dalam (mengatur napas).
Kadang tidak terasa nyeri atau nyeri tidak hebat yang disertai
pingsan tiba-tiba pada klien dengan diabetes melitus tak terkontrol;
disertai gejala penyakit lain seperti gagal jantung atau CHF,
thrombosis otak dan syok yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Dapatkan tanda-tanda disritmia, hipotensi, syok mual, muntah, atau
gagal jantung.
3. Klien menunjukan gejala dan tanda lain seperti fever, dispnea,
pucat, diaforesis, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND).
4. Keadaan lain yang memberikan gambaran adanya faktor presipitasi
atau nyeri hebat oleh karena penyakit non-jantung yang juga
menimbulkan nyeri dada.
5. Asupan makanan atau minuman: lemak jenuh, gula, garam, kafein,
alkohol, cairan.
6. Pola eliminasi: oliguria mengindikasikan retensi cairan (congestive
heart failure) atau konstipasi.
7. Kebiasaan merokok: cara, jumlah (batang per hari), dan jangka
waktu merokok.
8. Keluhan nyeri verbal dan non-verbal: cemas, gemetar, tampak
lelah, serta posisi tubuh atau grimace.

7
9. Riwayat penyakit sebelumnya yang menunjang infark miokard:
hipertensi, angina, disritmia, kerusakan katup, bedah jantung,
diabetes melitus, dan trombosis.
10. Riwayat medikasi: toleransi, ketergantungan, alergi, dan jenis obat
yang didapat saat ini.
11. Riwayat insomnia, kecemasan, kegelisahan, rasa takut kronis, dan
tipe kepribadian.
12. Riwayat penyakit keluarga: hipertensi, stroke, diabetes melitus,
penyakit jantung, dan penyakit vaskular.
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
1. Tinggi badan, berat badan, letargi, warna kulit, edema, dan
temepratur.
2. Respirasi: pola pernapasan, frekuensi, adanya suara napas
abnormal, seperti rales, ronkhi, whezzing.
3. Jantung: bunyi jantung (BJ1, BJ2, BJ3, /BJ4 atau irama Gallop’s,
bising, friction rub, disritmia, lokasi apeks, tekanan darah, distensi
vena jugular, dan denyut nadi perifer.
4. Cek toleransi klien terhadap aktivitas, hepatojugular refluks, serta
clubbing fingers.
5. Kulit pucat, sianosis, dingin, lembap, berkeringat, atau diaphoresis.
2.4.3 Studi Diagnostik
1. Sel darah putih: leukositosis (10.000 - 20000 mm) muncul hari
kedua setelah serangan infark karena inflamasi
2. Sedimentasi meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang
menunjukkan adanya inflamasi
3. Kardiak iso-enzim: menunjukkan pola kerusakan khas untuk
membedakan kerusakan otot jantung dengan otot lain
a. CPK (creatinine Phospokinase) > 50 u/L
b. CK – MB (creatinine Kinase – MB) > 10 u/L
c. LDH (Lactate Dehidrognase) > 240 u/L
d. SGOT (Serum Glutamic Oxalo Transaminase) > 18 u/L

8
e. Cardiac Tropinin positif,
4. Tes fungsi ginjal: peningkatan kadar BUN (Blood Urea
Nitrogen) dan Kreatinin karena penurunan laju filtrasi
glomerulus (glomerulus filtrasi rate/GFR) terjadi akibat
penurunan curah jantung
5. Analisis Gas Darah (Blood Gas Analysis, BGA:) menilai
oksigen jaringan hipoksia dan perubahan keseimbangan asam-
basa darah
6. Kadar elelktrolit: menilai abnormalitas kadar natrium kalium
atau kalsium yang membahayakan kontraksi otot jantung
7. Peningkatan kadar serum kolesterol atau trigliserida dapat
meningkatkan resiko arteriosclerosis (Coronary Artery Disease)
8. Kultur darah: mengesampingkan septkemia yang mungkin
menyerang otot jantung.
9. Level obat menilai derajat toksisitas obat tertentu (seperti
digoxin)
10. EKG
a. Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanya injury
miokard
b. Gelombang T inversi (arrow head)menunjukkan adanya
iskemia miokard
c. Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard
11. Radiologi
a. Thorax rontgen: menilai kardiomegali (dilatasi sekunder)
karena gagal jantung kongestif.
b. Echocardiogram: menilai struktur dan fungsi otot dan katup
jantung.
c. Radioactive isotope menilai area iskemia serta non perfusi
koroner dan miokard.

9
2.5 Masalah Keperawatan, hasil yang dicapai, intervensi keperawatan,
rasional
2.5.1 Masalah Keperawatan:
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ditandai dengan sesak napas
2.5.2 Kriteria Hasil:
Subjektif: : Keluhan sesak napas, batuk, dan nyeri dada hilang
Objekif : Sianosis hilang; bunyi dan pola napas normal; tanda-tanda
kesulitan bernapas hilang; nilai analisis gas darah dalam
batas normal; EKG normal: gelombang P di lead II dan VI
positif 0.10 detik dan amplitudo 0,25 mV.

Intervensi Rasional
1. Atur posisi tidur klien fowler atau high 1. Posisi fowler/semifowler
fowler. memfasilitasi ekspansi paru.
2. Bed rest total dan batasi aktivitas 2. Istirahat dan pembatasan aktivitas
selama periode sesuai napas, berikan menurunkan konsumsi oksigen
bantuan saat mengubah posisi (bila miokard.
perlu).
3. Observasi bunyi napas, respiratory rate 3. 3-5. Terdengarnya cracles, pola
dan kedalaman respirasi naps setiap 1 – napas PND atau othopnea, sianosis,
4jam. peningkatan PAWP
mengindentifikasikan kongesti
pulmonal,akibat peningkatan
tekanan jantung sisi kiri.
4. Tanda dan gejala hipoksia
mengidentifikasikan tidak
adekuatnya perfusi jaringan akibat
kongesti pulmonal dampak dari
gagal jantung kiri.
4. Monitor tanda dan gejala,edema
pulmonal (sesak napas saat
aktivitas ;batuk ; PND atau othopnea;

10
takipnea; sputum:bau, jumlah, warna,
viskositas; menurutnya suara napas;
ronkhi/crackles di basal paru;
peningkatan pulmonary artery wedge
pressure).
5. Monitor tanda dan gejala hipoksia
(perubahan nilai analisis gas
darah ;takikarda; peningkatan tekanan
sistolik; gelisah, bingung, pusing, nyeri
dada, sianoisis di bibir dan membran
mukosa).
6. Kolaborasi tim medis untuk terapi atau a. Terapi oksigen dan meningkat suplai
tindakan. oksigen miokardium jika saturasi
a. Terapi oksigen melalui nasal kanul oksigen kurang dari normal.
4 -6 liter per menit (kecuali bila b. Dekongesten menurunkan kongesti
klien mengalami hypoksia kronis), pulmonal.
kemudian 2 liter per menit. c. Dieuretik menurunkan tekanan
Observasi reaksi klien dan efek hidrostatik vaskuler, mengurangi
pemberian oksigen (cek nilai kongesti pulmonal. Suplemen kalium
analisi gas darah). mencegah hipokalemia akibat terapi
b. Bronkodilator/dekongensten (bila diuretik.
ada indikasi). Natrium bicarbonate memperbaiki
c. Dieuretik, suplemen kalium (bila keseimbangan asam basa darah.
ada indikasi).
7. Natrium bicarbonate (bila ada indikasi).
8. Observasi intake dan output cairan d. 7-8. Over load cairan memperberat
(terutama per infus) dan timbang berat kongesti pulmonal
badan (bila klien tidak sesak).
9. Batasi jumlah asupan cairan oer pral.
10. Monitor efek yang diharapkan, efek e. Efek samping obat yang dapat
samping dan toksisitas dari obat – membahayakan kondisi klien harus
obatan yang diberikan. Laporkan dikaji dan dilaporkan.
kepada dokter bila didapatkan tanda –
tanda toksisitas atau komplikasi yang

11
lain.

Sumber: Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan kardiovaskular. Jakarta


Selatan: Salemba Medika.

1. Masalah Keperawatan:

Ketidak efektifan perfusi jaringan kardiopolmuner, otak, ginjal, dan perifer


berhubungan dengan penurunan curah jantung.

2. Kriteria Hasil:

Subjektif : Keluhan nyeri dada, mual, muntah sesak napas, serta


pusing berkurang atau hilang.
Objektif : Diaforesis hilang, tidak pucat, akral hangat, tekanan darah,
dan frekuensi nadi dalam batas normal; BJ1 tunggal dan
kuat; irama Gallop's hilang kadar kardiak isoenzim normal;
EKG normal (ST isoelektris, gelombang T positif,
gelombang Q patologis tidak muncul atau hanya terdapat di
lead yang bersangkutan), irama sinus; produksi urine >30
ml/jam; respons verbal baik
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda vital setiap 1-4 jam, ukur 1. 1-9 Data tentang perubahan kondisi fisik klien
tekanan hemodinamik dan curah bermanfaat dalam diagnosis gagal jantung kiri.
jantung sesuai program terapi Infark mokard menurunkan kontraktilitas dan
pengembangan miokard serta mengakibatkan
disritmia. Penurunan curah jantung
mengakibatkan penurunan tekanan darah dan
perfusi jaringan/ organ. Peningkatan denyut
jantung sebagai mekanisme kompensasi untuk

12
mempertahankan curah jantung.
Terdengarnya suara BJ3 atau BJ4 Gallop's
adalah akibat dari penurunan pengembangan
ventrikel kiri dampak dari infark miokard.
Disfungsi otot papiler dapat mengakibatkan
regurgitasi mitral. penurunan volume
sekuncup, dan menimbulkan gagal jantung
kiri.
Terdengarnya crackles (rales) di basal paru
mengindikasikan kongesti paru akibat
peningkatan tekanan di jantung sisi kiri.
2. Monitor tanda dan gejala penurunan
perfusi kardiopulmoner (nyeri dada.
disritmia, takikardia, takipnea,
hipotensi penurunan curah jantung).
3. Monitor bunyi dan irama jantung
secara kontinu, catat dalam kertas
EKG tiap 4 jam atau lebih sering bila
ireguler, catat adanya denyut prematur
ventrikel atau ekstrasistole
4. Palpasi denyut nadi perifer guna
mengkaji adanya denyutan prematur.
5. Observasi tanda dan gejala penurunan
curah jantung (pusing, sakit kepala,
pucat. diaforesis, pingsan, akral
dingin) selama timbulnya disritmia
dan catat reaksi klien.
6. Monitor tanda dan gejala gangguan
perfusi renal (produksi urine <30
ml/jam. peningkatan kadar BUN dan
kreatinin edema perifer, tidak adanya
reaksi diuretik).
7. Monitor tanda dan gejala yang
menunjukkan penurunan perfusi

13
jaringan (kulit dingin. pucat, lembap,
berkeringat, sianosis, denyut nadi
lemah, edema perifer).
8. Kurangi tekanan pada satu titik atur
posisi baring setiap 2 jam;
menyilangkan kaki, menggerakkan
tangan dan kaki secara pasif dan aktif
setiap 1 jam (bila kondisi klien
memungkinkan): lepaskan stocking
anti emboli selama 15 menit tiap 8 jam
(kaji kulit kaki sebelum dipasang lagi),
jangan meletakkan bantal di bawah
lutut.
9. Monitor tanda dan gejala yang
menunjukkan penurunan perfil otak
(gelisah, bingung. apatis, somnolen).
10.Rekam pola EKG secara periodik Pemeriksaan EKG periodik berguna untuk
selama periode serangan dan catat menentukan diagnosis perluasan area iskemia,
adanya diaritmis stau perluasan injuri, dan infark miokard
iskemia atau infark miokard

Sumber: Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan kardiovaskular. Jakarta Selatan:


Salemba Medika.

1. Masalah Keperawatan:

Nyeri akut berhubungan dengan iskemia dan injuri miokard

Subjektif : Keluhan nyeri dada, mual, pusing, sesak napas, dan lelah
berkurang atau hilang.

Objektif : Pola EKG: irama sinus, ST isoelektris, gelombang T positif, Q


patologis hanya di lead yang bersangkutan atau tidak terbentuk;
kardiak isoenzim normal; tanda vital normal; mampu beraktivitas
sesuai kemampuan (exercise HR < 20 bpm di atas resting HR,

14
denyut nadi meningkat 3 denyutan dari setiap 6 resting pulse,
sistolik meningkat <40 mmHg dan diastolik < 20 mmHg setelah
aktivitas).

Intervensi Rasional
1. Monitor nyeri dada (awal serangan, sifat, 1-2. Data tersebut bermanfaat dalam
lokasi, penjalaran, lamanya, faktor pencetus menentukan penyebab dan efek nyeri dada,
dan paliatif), tanda sesak napas, diaforesis, serta menjadi dasar perbandingan dengan
kelelahan. gejala dan tanda pasca terapi. Nyeri dada
disertai tanda/gejala tersebut
mengindikasikan iskemik dan injuriy
miokard.
2. Anjurkan kepada klien untuk segera minta
bantuan perawat atau dokter bila merasakan
serangan nyeri kembali.
3. Upayakan lingkungan tenang. Batasi 3-5. Lingkungan tenang mendukung
aktivitas selama serangan nyeri dada, istirahat dan tidur nyaman sehingga
sebelum dan sesudah makan atau latihan mengurangi konsumsi oksigen miokard.
aktivitas. Bantu mengubah posisi klien. Aktivitas setelah makan akan meningkatkan
konsumsi oksigen miokard.
4. Upayakan rencana tindakan dan latihan
aktivitas yang tidak mengganggu periode
tidur dan istirahat klien.
5. Berikan latihan rentang gerak sendi (Range
of Motion/ROM) pada lengan kiri setelah
fase akut mereda (pada minggu 1).
6. Nilai respons klien terhadap aktivitas yang 6-7. Aktivitas yang disertai tenda dan gejala
dilakukan: catat adanya ST elevasi, disritmia, tersebut mengindikasikan tidak adekuatnya
dispnea, diaforesis, kelelahan, sianosis, sirkulasi koroner yang mengakibatkan
penurunan kesadaran. pucat, pusing, dan iskemik dan injuri miokard.
nyeri dada.

15
7. Menilai tanda-tanda vital saat istirahat dan
setelah aktivitas (segera dan 3 menit
kemudian).
8. Kolaborasi dengan dokter. a. Nilai faal hemostasis menentukan
keputusan terapi fibrinolitik dan
a. Cek faal hemostasis (PPT dan APTT) antikoagulan.
pre- dan pasca- terapi fibrinolitik atau b. Fibrinolitik melarutkan bekuan
antikoagulan. fibrin sehingga membebaskan
b. Terapi fibrinolitik (Streptokinase) untuk oklusi dan menghambat
infark miokard fase hiperakut (ST terbentuknya trombus di arteri
elevasi, gelombang T tinggi). koroner.
c. Antikoagulan atau anti-platelet (heparin, c. Antikoagulan menghambat
darah. Asam salisilat, simvastatin atau pembekuan darah
LMWH- Low Molecular Weight d. Menurunnya intensitas nyeri
Heparin seperti Lovenor) menurunkan konsumsi oksigen
d. Analgesik (omeprazole) atau narkotik miokard.
jika ada indikasi klinis (morphin e. Terapi oksigen dapat meningkatkan
sulphate atau pethidine HCI). suplai oksigen miokardium jika
e. Oksigenasi secara kontinu pada hari ke saturasi oksigen kurang dari
1-2 dan konsentrasinya ditingkatkan normal.
selama 30 tent setelah makan dan
latihan gerak pasif (ROM)
9. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan 9. Efek samping obat yang membahayakan
setelah pemberian obat-obatan, serta calat harus dikaji dan dilaporkan sehingga dapat
reaksi yang timbul (efek yang diharapkan, dilakukan intervensi yang tepat sesuai
efek samping, intoksikasi). perubahan kondisi klien.

Sumber: Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan kardiovaskular. Jakarta Selatan:


Salemba Medika.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Keluhan : Pasien mengeluh sesak, sesak bertambah pada malam hari
atau pada saat tidur dengan posisi telentang, dada
berdebar, pasien mengatakan cepat lelah, batuk dan
gelisah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien adalah
perokok aktif, bisa menghabiskan 2 bungkus rokok per
hari.
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak pucat, tekanan vena jugularis meningkat, CRT 4 detik,
bengkak pada kedua kaki, bunyi jantung S3, TD 140/80 mmHg,
frekwensi nadi 60 x/ menit, frekwensi napas 20 x/ menit, Hasil EKG
menunjukan ST Elevasi pada lead II, III, aVf, Ejection fraktion 35%.
3.2 Rumusan Masalah/Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Aliran darah Nyeri akut
- Klien mengeluh sesak koroner menurun
- Klien mengatakan sesak
bertambah apabila pada Sulpai oksigen
malam hari atau pada menurun
saat tidur dengan posisi
telentang Penimbunan asam
DO: laktat
- TD 140/80 mmHg,
- frekwensi nadi 60 x/ Nyeri
menit
- frekwensi napas 20 x/
menit

17
18
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Jantung gagal Ketidak efektifan
- Klien mengeluh sesak memompa darah perfusi jaringan
- Klien mengatakan cepat perifer
lelah, batuk, gelisah, dan Penurunan curah
dada berdebar jantung
DO:
- TD 140/80 mmHg, Suplai oksigen
- frekwensi nadi 60 x/ sistemik menurun
menit
- frekwensi napas 20 x/ Penurunan curah
menit jantung
- CRT 4 detik
- Ejection fraktion 35%
- Pasien tampak pucat

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut b.d iskemia dan injuri miokard t.d sesak dan gelisah
b. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d dengan penurunan curah
jantung t.d CRT 4 detik dan warna kulit pucat
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d iskemia dan injuri miokard t.d sesak dan gelisah
No Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Untuk
tindakan keperawatan saling percaya meningkatkan
selama 2x24 jam 2. Lakukan pengkajian kepercayaan
diharapkan nyeri nyeri secara klien kepada
berkurang dengan komprehensif perawat
kriteria hasil: termasuk lokasi, 2. Untuk
1. Mampu karakteristik, durasi, mengetahui
mengontrol frekuensi, kualitas, tingkat nyeri
nyeri (tahu dan faktor presipitasi klien
penyebab 3. Observasi reaksi 3. Untuk
nyeri, mampu nonverbal dari mengetahui
menggunakan ketidaknyamanan tingkat
tehnik non 4. Kontrol ketidaknya
18
farmakologi lingkungan yang manan yang
dapat
untuk dirasakan
mempengaruhi
mengurangi nyeri seperti oleh klien
suhu ruangan,
nyeri) 4. Untuk
pencahayaan,
2. Klien tampak dan kebisingan mengurangi
5. Ajarkan tentang
tidak tingkat
teknik non
menunjukan farmakologi ketidaknya
seperti distraksi
lokasi/bagian manan yang
dan relaksasi
nyeri 6. Kolaborasi dirasakan
pemberian
3. Klien tampak oleh klien
analgetic untuk
rileks mengurangi 5. Agar pasien
nyeri
4. Tanda-tanda mampu
vital dalam menggunak
rentang normal an teknik
(TD: non
120/80mmHg, farmakologi
N: 60x/menit dalam
R: 16-24x/menit memanage
ment nyeri
yang
dirasakan
6. Pemberian
analgetik
dapat
mengurangi
rasa nyeri
klien

7. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d dengan penurunan curah


jantung t.d CRT 4 detik dan warna kulit pucat
N Tujuan/kriteria Intervensi Rasional
o hasil
Setelah dilakukan 1. Lihat pucat, sianosis, kulit 1. Vasokonstriksi
tindakan dingin, lembab, catat sistematik
keperawatan kekuatan nadi perifer. diakibatkan oleh

18
selama 3x24 jam 2. Pantau pemasukan haluaran penurunan curah
diharapkan mampu urine jantung yang
mempertahankan 3. Rekam pola EKG scara ditandai dengan
curah jantung periodik selama periode penuurunan perfusi
adekuat guna serangan dan catat adanya kulit dan penurunan
meningkatkan distrimia atau perluasan nadi
perfusi jaringa iskemia atau infark miokard.
otak, paru, ginjal,
jantung, dan
ektremitas
Kriteria Hasil: 2. Kolaborasi tim medis untuk 2. Penurunan
1) Tekanan terapi dan tindakan: pemasukan dapat
systole dan a. Anti disritmia: Lidocaine, mengakibatkan
diastole Amiodaron (bila ada penurunan volume
dalam indikasi klinis) sirkulasi yang
rentang b. Vasodilator: nitrogliserin berdampak negatif
yang (inosrobid dinitrat /ISDN), pada perfusi dan
diharapkan ACE inhibitor (captopril) fungsi organ
2) Tidak ada c. Inotropic: Dopamin atau 3. Pemeriksaan EKG
ortostatik Dobutamin (jika tekanan periodik berguna
hipertensi darah turun) untuk menentukan
3) Tidak ada d. Oksigenasi per nasal kanul diagnosis perluasan
tanda – atau masker sesuai area iskemeik, injuri,
tanda indikasi dan infark miokard.
peningkata e. Pemasangan pacemaker a. Distrimia
n tekanan atau kateter atau kateter menunjukan curah
intracranial Swaganz (bila ada AV jantung secara
(tidak lebih blok komplet atau total) ekstrem dan
dari 15 f. CABG (Coronary Artery perufusi jaringan
mmHg Bypass Grafiting) jika ada yang
indikasi klinis mambahayakan
g. PTCA jiwa
(PercutaneuosTranslumin b. Nitrat
al Coronary Aangioplasty) merelaksasikan

21
atau Coronary Artery otot polos vaskuler
Stenting jika ada indikasi (vasodilatasi) vena
klinis dan arteri sehingga
5. Observasi reaksi atau efek menurunkan
terapi, efek samping, preload
toksisitas. Laporkan kepada 3. Dengan dosis yang
dokter bila didapatkan tanda tepat dan
– tanda toksisitas meningkatkan
6. Hindari respon valsapa yang kontraktilitas
merugikan (saat BAB). Atur miokard dan
diet yang diberikan meningkatkan
perfusi jaringan
a. Terapi okisgen
dapat
meningkatkn
suplai oksigen
miokard jika
saturasi oksigen
kurang dari
normal
b. Pacemaker
membantu
memeperbaikiiram
a jantung sehingga
meningkatkan
curah jantung dan
perfusi jaringan
c. Memperbaiki
sirkulasi coroner,
meningkatkan
suplai oksigen dan
perfusi miokard
d. Memperbaiki
sikulasi koroner,

22
meningkatkan
suplai oksigen dan
perfusi miokard
4. Efek samping obat
yang dapat
membahayakan
kondisi pasien
harus dikaji dan
dilaporkan
5. Respon valsava
menurunkan
kotraktilitas
miokard

3.5 Implemetasi Keperawatan


1. Nyeri akut b.d iskemia dan injuri miokard t.d sesak dan gelisah
Implementasi
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi
- Mengajarkan peggunaan teknik non farmakologi dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyaman dengan cara membatasi pengunjung dan
membatasi pencahayaan
- Melakukan kolaborasi dengan memberikan analgesik tambahan jika
diperlukan untuk meningkatkan efek pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3x5mg

2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d dengan penurunan curah jantung t.d
CRT 4 detik dan warna kulit pucat
Implementasi
- Mengidentifikasi adanya kondisi pucat, sianosis, kulit dingin, lembab, dan
mencatat kekuatan nadi perifer.
- Memantau pemasukan haluaran urine
- Merekam pola EKG scara periodik selama periode serangan dan mencatat

23
adanya distrimia atau perluasan iskemia atau infark miokard.
- Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan tindakan
oksigenasi per nasal kanul atau masker sesuai indikasi
- Mengobservasi reaksi atau efek terapi, efek samping, toksisitas.

3.6 Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Evaluasi


Nyeri akut b.d iskemia S: - Klien mengatakan sesak sudah berkurang dan tidak
dan injuri miokard merasakan nyeri lagi saat tidur dalam posisi terlentang
O: - TD: 130/80mmHg
- N: 60x/menit
- RR: 20X/menit
- Wajah tampak rileks
- Klieb tidak menunjukan daerah/lokasi nyeri
Ketidak efektifan A: Masalah keperawatan teratasi
perfusi jaringan perifer P: Pertahankan intervensi
b.d dengan penurunan S: - Klien mengatakan sesak sudah berkurang
curah jantung - Klien mengatakan batuk sudah berkurang
O: - TD: 125/80mmHg
- N: 60x/menit
- RR: 20X/menit
- CRT 2 detik
- Ejection fraktion 60%
- Klien tampak segar kembali
- Klien tampak berenergi
A: Masalah Keperawatan teratasi
P: Pertahankan intervens

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada
dasarnya dalam memberikan asuhan keperawatan, proses keperawatan merupakan
alatnya, dimana melalui pengkajian pada pasien akan diperoleh data-data (data
primer atau data yang diperoleh dari pasien maupun data sekunder yang diperoleh
dari keluarga), baik yang bersifat obyektif maupun yang bersifat subyektif. Data-
data yang diperoleh melalui pengkajian selanjutnya dianalisa untuk menemukan
adanya masalah kesehatan. Tentunya data yang dimaksudkan adalah data yang
menyimpang dari nilai normal yang pada umumnya mencirikan penyakit yang
sedang dialami oleh pasien. Setelah masalah keperawatan diangkat lalu diagnosa
keperawatan pun ditegakkan dimana komponen penyusunannya terdiri atas
problem, etiologi, sign dan symptom (diagnosa aktual), problem dan etiologi
(diagnosa potensial) dan komponen problem (diagnosa risiko / risiko tinggi).
Intervensi / perencanaan pun disusun berdasarkan diagnosa yang ada. Tujuan
pencapaian dari setiap intervensi untuk setiap diagnosa ditetapkan saat menyusun
perencanaan. Perencanaan yang telah ditentukan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah-masalah yang telah teridentifikasi. Keberhasilan dari setiap tindakan
untuk tiap diagnosa dinilai atau dievaluasi, dengan demikian rencana perawatan
selanjutnya dapat ditetapkan lagi.
4.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang didapatkan pada pasien mengatakan ia
mengeluh sesak, sesak bertambah pada malam hari atau pada saat tidur
dengan posisi telentang, dada berdebar, pasien mengatakan cepat lelah, batuk
dan gelisah. Hasil pemeriksaan fisik: pasien tampak pucat, tekanan vena
jugularis meningkat, CRT 4 detik, bengkak pada kedua kaki, bunyi jantung
S3, TD 140/80 mmHg, frekwensi nadi 60 x/ menit, frekwensi napas 20 x/
menit, Hasil EKG menunjukan ST Elevasi pada lead II, III, aVf, Ejection
fraktion 35%.

25
Menurut (Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2011)) pengkajian pada
pasien dengan penyakit jantung iskemik/koroner meliputi Sistem
kardiovaskuler, pengkajian dengan tekhnik inspeksi apakah pasien meringis
atau lemas, auskultrasi bunyi napas dan bunyi jantung, palpasi, dan perkusi
perawat melakukan pengukuran tekanan darah; suhu; denyut jantung dan
iramanya; pulsasi prifer; dan tempratur kulit. Auskultasi bunyi jantung dapat
menghasilkan bunyi gallop S3 sebagai indikasi gagal jantung atau adanya
bunyi gallop S4 tanda hipertensi sebagai komplikasi. Peningkatan irama
napas merupakan salah satu tanda cemas atau takut.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada Kasus Tn X diagnosa yang didapatkan adalah Nyeri akut
berhubungan dengan iskemia dan injuri miokard Ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer b.d dengan penurunan curah jantung. Pada kasus ini tidak
semua diagnosa dapat ditegakan, diagnosa yang tidak ditegakan adalah
Ansietas b.d perubahan kesehatan dan status sosiso ekonomi diakrenakan
pasien tidak mengalami putus asa dan kesedihan yang mendalam. Diagnosa
Keperawatan pada pasien dengan Infark Miokard Akut meliputi Nyeri akut,
Gannguan pertukaran gas, dan keidakefektidan perfusi jaringan perifer.
4.3 Intervensi Keperawatan
Dalam intervensi ini melihat dan menyesuaikan dengan tingkat
pengetahuan,kemampuan,sumber atau fasilitas yang dimiliki oleh
keluarga.Hal ini dilakukan sehingga Tindakan yang di berikan dapat
membantu mengatasi masalah yang di hadapi Tn X tanpa menambah beban
keluarga setelah itu merencanakan sesuai dengan teori yang ada dalam cara
penyuluhan dan memotivassi keluarga sesuai dengan masalah yang di
temukan seperti:
a. Pengertian tentang penyakit IMA (infark miokard akut)
b. Penyebab penyakit IMA
c. Tanda dan gejala penyakit

26
4.4 Implementasi keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan ini penulis berorientasi pada rencana tindakan
Yang telah dibuat sebelumnya :
1. Risiko kekambuhan penyakit infark miokard pada Tn “ X ” berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, tindakan yang
dilakukan adalah :
a. Memberi penjelasan tentang pengertian
b. Menjelaskan kepada keluarga kemungkinan penyebab penyakit
infark miokard
c. Menjelaskan tanda gejala serta penangan Tindakan tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa keluarga belum
memahami tentang penyakit infark miokard, perawatan serta
pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga.
Penulis mengharapkan agar keluarga mendapatkan pelayanan
kesehatan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
2. Penurunan kesehatan Tn “X” dengan infark miokard berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit, adapun
tindakan yang dilakukan adalah
a. Menjelaskan kepada keluarga kemungkinan penyebab infark
miokard.
b. Menganjurkan keluarga minum obat tambahan seperti obat
tradisional.
c. Mengajarkan dan mendemonstrasikan cara penggunaan obat
tradisional.
3. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang dibuat.
b. Melakukan pendokumentasian tentang tindakan yang dilakukan.

27
c. Memberikan motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.
d. Dilakukan dalam rangka ahli tekhnologi.
4.5 Evaluasi keperawatan
Setelah menyelesaikan tahap pelaksanaan/implementasi, maka penulis
memilih bahwa masalah yang dihadapi oleh keluarga yaitu masalah belum
teratasi.
1. Masalah pertama : Keluarga mampu mengenal masalah dengan
pencegahannya
a. Tn“X” mengerti tentang penyakit infark miokard
b. Tn “X” sudah mengetahui tentang perawatan infark miokard
c. Tn“X” mampu mengatasi penyakit infark miokard dengan tidak
banyak melakukan aktivitas.

28
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Infark miokardium akut (IMA) juga merupakan penyakit akibat
berkurangnya pasokan darah karena arteri koroner mengalami penyempitan
karena adanya aterosklerosis atau sumbatan arteri oleh emboli atau thrombus
secara total membuat suplai dan kebutuhan oksigen jantung tidak sesuai.
Apabila dibandingkan penyakit jantung lainnya infark miokard akut (IMA)
merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
5.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa lebih paham pada penyakit infark
miokard beserta cara pencegahan dan pengobatannya sehingga dapat
menjalankan penanganan awal apabila terjadi kasus penyakit di sekitar kita.

29
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5964583/

https://stikesks-kendari.e-journal.id/JIKK/article/download/624/324

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj/article/view/4480

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/7110/4/Chapter2.pdf

Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan kardiovaskular. Jakarta Selatan: Salemba


Medika.

29

Anda mungkin juga menyukai