Dosen Pembimbing :
R. Siti Jundiah, S.Kep., Ners., M.Kep.
Disusun oleh :
Allya Azzahra AKX 18002
Fina Apriliani AKX 18011
Maelani Setiawati AKX 18015
Mila Amalia AKX 18018
Regita Pratiwi AKX 18028
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami masih diberi kesehatan.
Makalah yang berjudul “Teori Asuhan Keperawatan Infark Miokard” ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Trend Issue Gawat
Darurat di Fakultas Keperawatan Prodi D3 Keperawatan Universitas Bhakti
Kencana.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena
itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan semoga
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para
mahasiswa dan pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
2
3
4
1. Aterosklerosis
Kolesterol dengan jumlah yang banyak dapat berangsur menumpuk di
bawah lapisan intma arteri, yang akan menimbulkan plak aterosklerotik
dan menonjol ke dalam pembuluh darah sehingga menghalangi sebagian
atau seluruh aliran darah.
2. Penyumbatan koroner akut
Plak aterosklerotik menyebabkan suatu bekuan darah setempat atau
thrombus yang akan menyumbat arteria. Karena plak tersebut
menimbulkan permukaan yang tidak halus bagi darah, trombosit mulai
melekat, fibrin mulai menumpuk dan sel-sel darah terjaring dan
menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan tersebut terlepas dari
tempat melekatnya (pada plak ateroklerotik) dan mengalir ke cabang
arteria koronaria yang lebih perifer pada arteri yang sama.
3. Sirkulasi kolateral di dalam jantung
Bila arteria perlahan-lahan meyempit dalam periode bertahun-tahun,
pembuluh-pembuluh kolateral dapat berkembang pada saat yang sama
dengan perkembangan arterosklerotik. Tetapi, pada akhirnya proses
sklerotik berkembang di luar batas-batas penyediaan pembuluh kolateral
untuk memberikan aliran darah yang diperlukan. Bila ini terjadi, maka
hasil kerja otot jantung menjadi sangat terbatas, sehingga jantung tidak
dapat memompa jumlah aliran darah normal yang diperlukan.
3. Sesak, dispnea
4. Pusing, dan lemah
5. Diaphoresis
6. Kulit dingin dan lembab, Pucat
7. Pengeluaran urine berkurang karena penurunan aliran darah gijal serta
peningkatan aldosterol dan ADH.
8. Aritmia Cardiac
9. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung
10. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menoton,
jadwal olah raga tidak teratur.
Tanda : Tachikardi, dispnoe pada saat istirahat dan aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat sebelumnya arteri coroner, gagal jantung koroner,
masalah tekanan darah (TD), Dibetes Melitus.
Tanda :
a. Tekanan darah : dapat naik, turun; perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri.
b. Nadi : dapat normal; penuh/tak kuat, atau lemah/kuat kualitasnya
dengan pengisisan kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin
terjadi.
c. Bunyi jantung : Murmur, bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot papilar.
d. Irama jantung : dapat teratur/tidak teratur.
e. Edema : distensi vena jugularis
3. Integritas Ego
Gejala : Menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal Sudah
dekat, marah pada penyakit, khawatir tentang keluarga, kerja/keuangan
Tanda : Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, Gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri/nyeri.
9
4. Eliminasi
Tanda : normal atau bunyi usus menurun.
5. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu
hati/terbakar
Tanda : Penurunan turgor kulit : kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6. Hygiene
Tanda/ Gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun, duduk dan
istirahat
Tanda : Perubahan mental, kelemahan.
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak, tidak hilang dengan
istirahat, lokasi tipikal pada dada anterior, substernal, dapat menyebar ke
tangan, rahang dan wajah, epigastrium.
a. Kualitas : Chrusing, menyempit, berat, menetap, tertekan,
b. Intensistas : Skala 1-10
Tanda : Wajah meringis kesakitan, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, menggeliat, menarik diri.
9. Pernafasan
Gejala : Dispnea dengan/tampa kerja, dispnoe noktural, batuk, penyakit
pernafasan kronik.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat
pucat/sianosis Bunyi nafas : bersih atau krekels/mengi
10. Interaksi Sosial
Gejala : Stress saat ini: contoh; kerja, keluarga kesulitan koping dengan
stressor yang ada.
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (marah
terus-menerus, takut) menarik diri dari keluarga.
10
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga penyakit jantung/IM, Diabetes, Struk, hipertensi,
penyakit vascular perifer, penggunaan tembakau.
Pertimbangan rencana pengulangan : bantuan pada persiapan makan,
belanja, transportasi, perawatan rumah/memelihara tugas, susunan fisik
rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Intoleran aktivitas b.d. kelelahan atau dispneu akibat turunnya curah
jantung
3. Ansietas b.d. kesulitan nafas dan kegelisahan akibat oksigen yang tidak
adekuat
4. Penurunan curah jantung
5. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung
6. Kelebihan volume cairan
C. Intervensi
1. Nyeri akut
Gangguan rasa nyeri akut dapat terjadi sehubungan dengan kurangnya
suplai oksigen ke otot jantung sekunder karena oklusi arteri coronaria.
Kondisi ini ditandai, dengan rasa nyeri dada hebat dengan menjalar ke
lengan kiri, leher, punggung belakang dan epigastrium. Disamping itu
ekspresi wajah tampak kesakitan, kelelahan, lelah, perubahan kesadaran,
nadi dan tekanan darah.
Intervensi :
a. Monitor dan catat karakteristik nyeri : lokasi nyeri, intensitas nyeri,
durasi/lamanya nyeri, kualitas dan penyebaran nyeri.
b. Kaji apakah pernah ada riwayat nyeri dada sebelumnya.
c. Atur lingkungan tenang dan nyaman, jelaskan bahwa pasien harus
istirahat.
d. Ajarkan tehnik relaksasi seperti : nafas dalam,dll.
11
e. Ukur atau periksa tanda tanda vital sebelum dan sesudah pengobatan
analgetik.
f. Kolaborasi
1) Pemberian tambahan oksigen dengan " nasal canule " atau
masker.
2) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi, anti angina (Nitroglycerin
seperti ; nitro-disk, nitro-bid), Beta blockers, propanolol (indera),
pindolol (vitlen), altenolol (tenormin), analgesic (seperti ;
morphine/meperidine/demoral), ca-antagonis (seperti ;
nifedipine/adalat)
12
3. Ansietas b.d. kesulitan nafas dan kegelisahan akibat oksigen yang tidak
adekuat.
Rasa cemas dapat terjadi berkaitan dengan perubahan status menjadi sakit,
ancaman kematian, kegagalan. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah
meningkat, wajah tampak cemas/tegang, perhatian hanya pada diri sendiri.
Intervensi :
a. Lakukan komunikasi terapeutik dengan caara membina hubungan
saling percaya dan dengarkan keluhan klien dengan sabar
b. Damping klien, cegah tindakan destruktif dan konfrontatif
c. Jelaskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan
d. Jawab pertanyaan klien dengan konsisten
e. Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
f. Kolaborasi : pemberian sedative, misalnya diazepam (valium),
flurazepam hydrochloride (dalmane), lorazepam (ativan).
13
2) Pengobatan : Heparin, Cemitidin (Tagamet), Panitidine (Zantac)
dan Antasida.
14
f. Kolaborasi :
1) pemberian garam/ minum dan diuretic, misalnya furosemide
(Lasix).
2) Gizi :makanan cair atau lunak 1300 kalori rendah garam
danrendah lemak setelah puasa 8 jam kemudian di ulang setelah
24 jam.
3) Sanitasi Surveilan : recording dan reporting
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
SDKI DPP PPNI, Tim Pokja. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat.
17