Anda di halaman 1dari 100

Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Laporan Seminar Kasus Departemen Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “A “DENGAN DIAGNOSIS


“HIDROPNEUMOTORAKS” DI RUANGAN INFECTION CENTER
RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh:

Kelompok II

Baharuddin, S.Kep

Wahyuni,S.Kep

Indriani Saputri, S.Kep

Nurul Fuadah Sofyanto, S.Kep

Irnawati Lahadi, S.Kep

Ratnasari, S.Kep

Masturi, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018

1
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang paling pantas penulis panjatkan selain puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak
terhingga sehingga penulis masih diberi kesempatan dan nikmat kesehatan untuk
menyelesaikan suatu hasil karya berupa laporankasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. “A “dengan diagnosis “Hidropneumotoraks” di ruangan
Infection Center RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW sebagai Sang Rahmatan Lil Alamin dan para sahabat, yang
telah berjuang untuk menyempurnakan akhlak manusia di atas bumi ini.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penyusun telah banyak dibantu oleh
berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penyusun menghaturkan
terimakasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor UIN Alauddin Makassar beserta seluruh jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Dr.dr. H. Andi

Armyn Nurdin.,M.Sc Wakil Dekan, Seluruh staf termasuk staf akademik yang

mengatur pengurusan surat dan pengumpulan berkas serta memberikan

bantuan yang berarti kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

3. Dr. Anwar Hafid, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua program Studi Ilmu

Keperawatan.

4. Fatima, S.Kep., Ns. M.Kep. dan Wahdaniah, S.Kep., Ns., M.Kes. sebagai

dosen pembimbing departemen KMB serta seluruh dosen pembimbing

institusi dan Ibunda Herliana, S.Kep, Ns. Dan Ibunda Hasniar, S.Kep.,Ns.

sebagai preceptor lahan pada departemen KMB ini.

2
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan kekurangan

dalam laporan kasus ini, baik dalam hal sistematika, pola penyampaian, bahasa,

materi dan sebagai akumulasi pengalaman penyusun dalam membaca, mengamati,

mendengar dan berbicara isi laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dari segenap pembaca, penyusun mengharapkan kritik dan saran

untuk lebih meningkatkan mutu penulisan selanjutnya.

Wabillahi Taufik Wal Hidayah

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Desember 2018

Penyusun,

Kelompok II

3
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR KASUS

Laporan ini telah kami setujui untuk diajukan pada seminar kasus di hadapan
pembimbing departemen keperawatan medical bedah Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Jurusan Profesi Ners Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Laporan ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. “A “dengan
diagnosis “Hidropneumotoraks” di ruangan Infection Center RSUP. DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar” memandang laporan ini memenuhi syarat-syarat dan
dapat disetujui untuk diajukan keseminar kasus.

Demikian pengesahan ini untuk diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Makassar, Desember 2018

Tim Pembimbing

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

Herliana, S.Kep., Ns. Wahdaniah, S.Kep.,Ns., M.Kes.

Diketahui,

Penanggung Jawab Departemen KMB


FKIK UIN Alauddin Makassar

Maria Ulfah Azhar, S.Kep., Ns., M.Kep.

4
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidropneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat udara

dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan

paru. Pleura secara anatomis merupakan satu lapis sel mesotelial, ditunjang

oleh jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening.

Rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial yaitu pleura

parietalis dan pleura visceralis. Pleura parietalis melapisi otot-otot dinding

dada, tulang dan kartilago, diafragma dan mediastinum yang sangat sensitif

terhadap nyeri. Pleura visceralis melapisi paru dan menyusup ke dalam semua

fisura dan tidak sensitif terhadap nyeri. Rongga pleura yang normal hanya

berisi cairan 10-20ml sebagai pelumas diantara kedua lapisan pleura. Namun

bila rongga pleura berisikan udara dan cairan yang lebih banyak maka hal

itulah yang disebut dengan hidropneumotoraks (Hisyam, B., & Budiono, E.

:2006).

Belum terdapat penelitian mengenai seberapa besarnya insiden dan

prevalensi hidropneumotoraks, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks

didapatkan berkisar 2,4 - 17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Perbandingan

prevalensi insiden pneumotoraks laki-laki dengan perempuan yaitu 5:1 dan

ada pula peneliti yang mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih sering

ditemukan pada hemitoraks kanan daripada hemitoraks kiri. Kemungkinan

5
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

berulangnya pneumotoraks menurut James dan Studdy 20% untuk kedua

kali,dan 50% untuk yang ketiga kali (Alsagaff, H., & Mukty, A :2010).

Tanda dan gejala yang timbul pada hidropneumotoraks tergantung

pada besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya

komplikasi penyakit paru. Gejala-gejala hidropneumotoraks yang umumnya

terjadi adalah nyeri dada, sesak, dan kadang-kadang disertai dengan batuk.

Sesak yang terjadi biasanya akan bertambah berat dan nyeri dada kadang-

kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan scapula(Alsagaff, H., &

Mukty, A :2010).

Hidropneumotoraks hingga saat ini merupakan salah satu masalah

kesehatan yang utama di dunia dan belum ada satu negarapun yang bebas dari

tuberkulosis.Di negara maju sekalipun, yang pada mulanya kejadian

hidropneumotoraks telah menurun, belakangan ini naik kembali sehingga

hidropneumotoraks disebut salah satu Reemerging Disease

(Kumboyono,2011).

Pencegahan adalah upaya kesehatan yang dimaksudkan agar setiap

orang terhindar dari terjangkitnya suatu penyakit dan dapat mencegah

terjadinya penyebaran penyakit (Yulfira, 2011).Upaya pencegahan yang

dilakukan adalah hidup sehat (makan makanan bergizi, istirahat cukup, olah

raga teratur) dan hindari (rokok, alkohol, obat bius dan hindari stres), bila

batuk mulut ditutup, berperilaku hidup bersih dan sehat, berobat sesuai

aturan, jangan meludah di sembarang tempat serta menerapkan strategi

DOTS(Nugroho, 2010). Pencegahan penyakit hidropneumotoraks juga tidak

6
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

lepas dari aspek sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.Disamping itu

para petugas kesehatan seperti dokter diharapkan selalu menambah

pengetahuan dan keterampilan agar dapat lebih sempurna untuk mendeteksi

serta mendiagnosa penyakit hidropneumotorakspada stadium dini (Manalu,

2010).Selain dilakukannya upaya pencegahan dilakukan juga upaya

penanggulangan hidropneumotoraks melalui penyuluhan kesehatan karena

akan membantu memperjelas informasi yang disampaikan oleh tenaga

kesehatan (Kumboyono, 2011).

Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah

diperlukan terutama dalam bentuk promotif, preventif, diagnosis, kuratif dan

rehabilitasi ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian,

membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke

daerah lain serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya,

khususnya pada pelayanan keperawatan individu, perawat berperan

memperbaiki kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut

pada orang dengan hidropneumotoraks.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas

kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan PadaTn. “A“dengan diagnosis

“Hidropneumotoraks” di ruangan Infection Center RSUP. DR. Wahidin

Sudirohusodo Makassar”sebagai kasus pada seminar kali ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka kami merumuskan

permasalahan,bagaimanaAsuhan Keperawatan PadaTn. “A“dengan diagnosis

7
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

“Hidropneumotoraks” di ruangan Infection Center RSUP. DR. Wahidin

Sudirohusodo Makassar?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk

mengetahui Asuhan Keperawatan PadaTn. “A“dengan diagnosis

“Hidropneumotoraks” di ruangan Infection Center RSUP. DR. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep dasar medis pada penyakit

Hidropneumotoraks.

b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien

Hidropneumotoraks yang terdiri dari :

1) Pengkajian

2) Diagnosa keperawatan

3) Intervensi dan rasional

c. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.”A” mengenai

Hidropneumotoraks.

d. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.”A” mengenai

Hidropneumotoraks.

e. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.”A”

mengenai Hidropneumotoraks.

8
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

f. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn.”A”

mengenaiHidropneumotoraks sesuai dengan intervensi yang telah

disusun sebelumnya.

g. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Tn.”A”

mengenai Hidropneumotoraks.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Menambah kepustakaan dan memberi sumbangan pemikiran bagi

perkembangan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Memberi pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

pembuatanlaporan kasus serta mengetahui konsep dasar

Hidropneumotoraksdan mampu memberikan dan meningkatkan

kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

klien khususnya pada penderita Hidropneumotoraks, serta mampu

melakukan asuhan keperawatan kepada klien sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur.

b. Bagi Institusi Pendidikan keperawatan

Laporan kasusini diharapkan akan menjadi bahan bacaan yang menarik

dan berguna bagi mahasiswa tingkat pemula.

c. Bagi Rumah Sakit

9
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Sebagai data dasar bagi pengelola rumah sakit dan perawat sehingga

dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama dalam hal

penyuluhan atau edukasi pada pasien dasar Hidropneumotoraks

sehingga bisa meningkatkan kualitas hidupnya baik secara biologis,

fisik, psikologis maupun spiritual.

10
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Anatomi Dan Fisiologi Pleura

Pleura adalah suatu membran serosa yang melapisi permukaan dalam

dinding toraks kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafragma kanan

dan kiri, melapisi mediastinum kanan dan kiri yang semuanya disebut pleura

parietalis. Kemudian pada pangkal paru, membran serosa ini berbalik

melapisi paru dan disebut pleura visceralis yang berinvaginasi mengikuti

fisura yang membagi tiap lobusnya.

Di antara pleura parietal dan viseral terdapat ruang yang disebut

rongga pleura yang didalamnya terdapat cairan pleura seperti lapisan film

karena jumlahnya sangat sedikit yang hanya berfungsi memisahkan pleura

parietal dan viseral. Cairan pleura masuk ke dalam rongga pleura dari dinding

dada yaitu bagian pleura parietalis dan mengalir meninggalkan rongga pleura

menembus pleura visceralis untuk masuk ke dalam aliran limfa. melumasi

permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan tersebut

pada saat pernafasan. Arah aliran cairan pleura tersebut ditentukan oleh

tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik di kapiler sistemik.

11
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Proses inspirasi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer.

Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya

volume paru diakibatkan oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga

dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor thoracal dan abdominal. Faktor

thoracal (gerakan otot-otot pernafasan pada dinding dada) akan memperbesar

rongga dada ke arah transversal dan anterosuperior, sementara

faktorabdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar diameter vertikal

rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan negatif pada

kavum pleura, paru-paru menjadi terhisap sehingga mengembang dan

volumenya membesar, tekanan intrapulmoner pun menurun. Oleh karena itu,

udara yang kaya O2 akan bergerak dari lingkungan luar ke alveolus. Di

alveolus, O2 akan berdifusi masuk ke kapiler sementara CO2 akan berdifusi

dari kapiler ke alveolus.

Sebaliknya, proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih

besar dari tekanan atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma

akan mengakibatkan rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga

tekanan pada kavum pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru.

Akibatnya, tekanan intrapulmoner akan meningkat sehingga udara yang kaya

CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer (Alsagaff &Hood, 2010).

B. Definisi

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara

dancairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan

12
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

paru.Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini

dinamakan dengan piopneumotoraks. Sedangkan pneumotoraks itu sendiri

ialah suatukeadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang

juga mengakibatkan kolaps jaringan paru (Alsagaff &Hood, 2010).

Hidropneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara

pada kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara

sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara

dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :

1. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari

alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut

sebagai closed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis

berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan

dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara

semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah

kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.

2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan

antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih

besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati

lubang tersebut dibanding traktusrespiratorius yang seharusnya. Pada saat

inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar

masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada

paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya

13
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini

disebut sebagai open pneumothorax (British Thoracic Society, 2003).

Menurut Hudak & Gallo, (2006) hidropneumotoraks dapat dibagi

berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :

a. Berdasarkan kejadian

1) Pneumotoraks Spontan Primer

Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya

tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Umumnya disebabkan oleh

pecahnya suatu bleb sub pleura yang biasanya terdapat di daerah

apeks paru. Factor resiko utama adalah merokok. Pada beberapa

kasus faktor herediter juga memegang peranan, umumnya

penderita berpostur tinggi dan kurus

2) Pneumotoraks Spontan Sekunder

Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya

telah menderita penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari

pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma kistafibrosis dan

karsinoma bronkus. Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru

dasarnya (underlying lung disease). Beberapa penyakit yang sering

menjadi penyebab pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema

dan tuberkulosis paru

3) Pneumotoraks traumatika

Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis

maupunpleura parietalis sebagai akibat dari trauma.

14
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

4) Pneumotoraks artifisialis

Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke

dalamrongga pleura, dengan demikian jaringan paru menjadi

kolaps sehingga dapat beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks

artifisialis sering dikerjakan untuk terapi tuberkulosis paru.

b. Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru

1) Pneumotoraks totalis, apabila seluruh jaringan paru dari satu

hemitoraks mengalami kolaps.

2) Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan paru yang kolaps hanya

sebagian. Derajat kolaps paru pada pneumothorak totalis dapat

dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut

Rumus mengukur volumenya: (A x B) – (a x b) X 100%

(A x B)

c. Berdasarkan jenis fistel

1) Pneumotoraks ventil. Di mana fistelnya berfungsi sebagai ventilasi

sehingga udara dapat masuk kedalam rongga pleura tetapi tidak

dapat ke luar kembali. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga

pleura makin lama makin tinggi dan dapat mendorong

mediastinum kearah kontra lateral.

2) Pneumotoraks terbuka. Di mana fistelnya terbuka sehingga rongga

pleura mempunyai hubungan terbuka dengan bronkus atau dengan

dunia luar; tekanan di dalam rongga pleura sama dengan tekanan di

udara bebas.

15
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

3) Pneumotoraks tertutup. Di mana fistelnya tertutup udara di dalam

rongga pleura, terkurung, dan biasanya akan diresobsi

spontan.Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis fistelnya ini

sewaktu-waktu dapatberubah. Pneumotoraks tertutup sewaktu-

waktu dapat berubah menjadi pneumotoraks terbuka, dan dapat

pula berubah menjadi pneumotoraks ventil.

C. ETIOLOGI

Hidropneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau kista

kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah permukaan

pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah apeks lobus superior dan inferior.

Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya perembesan udara dari alveoli yang

dindingnya ruptur melalui jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat yang berada

di bawah pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum diketahui

dengan pasti, tetapi diduga ada dua faktor sebagai penyebabnya.

1. Faktor infeksi atau radang paru. Infeksi atau radang paru walaupun minimal

akan membentuk jaringan parut pada dinding alveoli yang akan menjadi titik

lemah.

2. Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan. Mekanisme

ini tidak dapat menerangkan kenapa hidropneumotoraks spontan sering

terjadi pada waktu penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang

terdapat di bawah pleura viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga

pleura dan terbentuklah fistula bronkopleura. Fistula ini dapat terbuka terus,

dapat tertutup, dan dapat berfungsi sebagai ventil

16
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

3. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari

alveolus akan memasuki kavum pleura. Hidropneumothorax jenis ini disebut

sebagai closed hidropneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis

berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat

keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama

semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan

menyebabkan terjadinya tension hidropneumothorax.

4. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan

antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih

besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang

tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi,

tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke

kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru

ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara

dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai

open hidropneumothorax (Darmanto, Djojodibroto, 2009).

Hidropneumotoraks bisa disertai dengan nanah yang sering disebut dengan

piopneumotoraks. Piopneumotoraks diakibatkan oleh infeksi yang berasal dari

mikroorganisme yang membentuk gas, dari robekan septik jaringan paru atau

esofagus ke arah rongga pleura. Kejadian terbanyak terjadi dari robekan abses

subpleura yang membuat fistula bronkopleura. Jenis kuman yang sering didapat

adalah Stafilokokus Aureus, Klebsiela, micobakterium tuberkulosa. Beberapa

17
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

penyebabhidropneumotoraksadalah trauma, thoracentesis, operasi,esofaguspecah,

danempiema(Alsagaff &Hood, 2010).

D. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala yang timbul pada hidropneumotoraks tergantung pada

besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya komplikasi

penyakit paru. Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba - tiba

bersifat unilateral diikuti sesak napas. Gejala ini lebih mudah ditemukan bila

penderita melakukan aktivitas berat. Tapi pada sebagian kasus gejala – gejala

masih dapat ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu istirahat. Selain itu

terdapat gejala klinis yang lain yaitu suara melemah, nyeri menusuk pada dada

waktu inspirasi, kelemahan fisik. Pada tahap yang lebih berat gejala semakin

lama akan semakin memberat, penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum

dapat mendorong kesisi kontralateral. Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi

yang sakit fungsi respirasi menurun, sianosis disertai syok oleh karena aliran

darah yang terganggu akibat penekanan oleh udara, dan curah jantung menurun :

1. Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-tiba,

nyerinya tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada.

2. Nafas yang pendek

3. Nafas yang cepat

4. Batuk

5. Lemas

6. Pada kulit bisa ada keluhan sianosis

E. PATOFISIOLOGI

18
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Keadaan fisiologi dalam rongga dada pada waktu inspirasi tekanan

intrapleura lebih negatif dari tekanan intrabronkial, maka paru mengembang

mengikuti gerakan dinding dada sehingga udara dari luar akan terhisap masuk

melalui bronkus hingga mencapai alveol. Pada saat ekspirasi dinding dada

menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada

tekanan udara alveol atau di bronkus akibatnya udara akan ditekan keluar melalui

bronkus (Sadhyo, M. 2010).

Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran

pernafasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk, bersin atau

mengejan. Peningkatan tekanan intrabronkial akan mencapai puncak sesaat

sebelum batuk, bersin, dan mengejan. Apabila di bagian perifer bronki atau alveol

ada bagian yang lemah, maka kemungkinan terjadinya robekan bronki atau alveol

akan sangat mudah (Sadhyo, M. 2010).

Dengan cara demikian dugaan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskan

yaitu jika ada kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau

pleura yang pecah. Bagian yang robek tersebut berhubungan dengan bronkus.

Pelebaran alveoli dan septa-septa alveol yang pecah kemudian membentuk suatu

bula yang berdinding tipis di dekat daerah yang ada proses non spesifik atau

fibrosis granulomatosa. Keadaan ini merupakan penyebab yang paling sering dari

pneumotoraks(Sadhyo, M. 2010).

Pneumotoraks merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum

pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru

19
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

dapat leluasa mengembang dalam rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini

dapat ditimbulkan oleh :

a. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari

alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumotoraks jenis ini disebut

sebagai closed pneumotoraks. Apabila kebocoran pleura visceralis

berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan

dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara

semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum ke arah

kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumotoraks.

b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan

antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih

besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati

lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat

inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar

masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada

paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya

udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini

disebut sebagai open pneumotoraks.

Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Tekanan

negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps (elastis recoil) dan

dinding dada yang cenderung mengembang. Bilamana terjadi hubungan antara

alveol atau ruang udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla) dengan rongga

udara pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveol ke rongga

20
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

pleura sampai terjadi keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup.

sama halnya dengan mekanisme diatas, maka bila ada hubungan antara udara luar

dengan rongga pleura melalui dinding dada, udara akan masuk ke rongga pleura

sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup (Sadhyo, M.

2010).

Pada kasus Pneumotoraks ditemukan juga sedikit cairan dalam pleuranya,

cairan biasanya bersifat serosa atau kemerahan ( berdarah ) Hidrotoraks timbul

dengan cepat setelah terjadinya Pneumotoraks pada kasus – kasus trauma /

perdarahan intrapleural.Ada beberapa kemungkinan komplikasi pneumotoraks,

suatu katup bola yang bocor yang menyebabkan tekanan pneumotoraks bergeser

ke mediastinum. Sirkulasi paru dapat menurun dan mungkin menjadi fatal.

Apabila kebocoran tertutup dan paru tidak mengadakan ekspansi kembali dalam

beberapa minggu , jaringan parut dapat terjadi sehingga tidak pernah ekspansi

kembali secara keseluruhan. Pada keadaan ini cairan serosa terkumpul di dalam

rongga pleura dan menimbulkan suatu hidropneumotoraks (Sadhyo, M. 2010).

Hidropneumotoraks spontan sekunder bisa merupakan komplikasi dari TB

paru dan pneumotoraks yaitu dengan rupturnya fokus subpleura dari jaringan

nekrotik perkejuan sehingga tuberkuloprotein yang ada di dalam masuk rongga

pleura dan udara dapat masuk dalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat

keluar paru ketika proses ekspirasi, semakin lama tekanan udara dalam rongga

pleura akan meningkat melebihi tekanan atmosfer, udara yang terkumpul dalam

rongga pleura akan menekan paru sehingga sering timbul gagal napas(Sadhyo, M.

2010).

21
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks.

Pneumotoraks paling baik digambarkan dengan ketajaman rendah.Pada rontgen

foto toraks PA akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut.

Apabila pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura

(hidropneumotoraks), akan tampak gambaran garis datar yang merupakan batas

udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi

maksimal (Patel, P. R.2006).

Gambaran radiologi pada pneumotoraks terlihat garis putih pada tepi paru

pleura visceral, tidak adanya corakan paru antara tepi paru dan dinding dada,

terjadi pergeseran mediastinum pada pneumotoraks tension.Gambaran

radiologi hidropneumotoraks merupakan perpaduan antara gambaran radiologi

dari efusi pleura dan pneumotoraks. Pada hidropneumotoraks, cairan pleura

selalu bersama-sama udara, maka meniscussign tidak tampak. Pada foto lurus

akan dijumpai air fluid level meskipun cairan sedikit. Pada foto tegak terlihat

garis mendatar karena adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada

hidropneumotoraks adalah terdapat ruang pleura yang sangat translusen dan

tidak terdapat gambaran pembuluh darah paru, biasanya tampak garis putih

tegas membatasi pleura visceralis yang membatasi paru yang kolaps, tampak

gambaran semiopak homogen menutupi paru bawah, dan penumpukan cairan

22
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

di dalam cavum pleura yang menyebabkan sinus costofrenikus menumpul

(Sjahriar rasad, 2009).

a. Chest X-Ray

Gambar 1.The above three images show a hidropneumotoraks in three different


views. The PA, lateral, and right decube reveal a layering out of the air and
fluid. The right decube film demonstrates a right hidropneumotoraks. Note the
pleural air/fluid level demonstrated by the horizontal air/fluid interface (arrows).

Gambar 2.Hidropneumotoraks was seen at posterior-anterior (PA) and lateral views


of chest X-ray.Hidropneumotoraks is a pneumotoraks with an accompanying pleural
effusion appearing as a horizontal edge (See figures A and B). Hidropneumotoraks is
a common chest radiograph finding.On an erect (PA) chest radiograph, recognition
of hidropneumotoraks can be rather easy - and is clasically shown as an air-fluid
level. There is a left subpulmonic air fluid level consistent with hidropneumotoraks
with air collecting in the apical pleural space

23
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Gambar 3. A hidropneumotoraks with white arrow point to the pulmonary pleura

24
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Gambar 4. Air in pleural cavity. Lung margin visible . Bilateral fluid level: Any time you see a
horizontal fluid level, it means that there is air and fluid in the pleural space .

Gam
bar
5.A
left-
sided
hidro
pneu
motor
aks
(white
arrow
) with
compl
ete
collap
se of
the
left
lung
(black
arrow
s)

25
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Gambar 6.Chest radiograph shows right hydropneumothorax. Horizontal line in lower


right hemithorax is interface between air and liquid in pleural space. Arrows point to
visceral pleura above level of effusion. There is air in pleural space between visceral
pleura and chest wall.

b. USG (Ultrasonography)

Gambar 7. Normal lung on thoracic ultrasonography. The Gambar 8. Hydropneumothorax on thoracic ultrasonography.
pleural stripe (solid arrow) and comet-tail (open arrow) The area of fluid (solid arrow) is adjacent to the pneumothorax
appearances are shown (open arrow)—a featureless opacity that obscures underlying
structures and lacks the lung sliding and comet-tail signs

26
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Gambar 9. Lung sliding (on M-Mode sonography). P, pleura. Panel (A) shows the granular ‘sea-shore’
appearance of normal lung sliding. Panel (B) shows the horizontal ‘bar-code’ appearance that occurs with loss of
lung sliding.

Gambar 10. Sonogram of a hydropneumothorax. Notice the gas–fluid and


fibrin interface (arrow) between the bright hyperechoic line dorsally
representing the pneumothorax and the ventral fluid and fibrin.

27
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

c. CT Scan

Gambar 14.CT chest: Arrow A- air, B- Fluid.


Large hydro-pneumothorax, unilocular, some
pleural thickening. Appearance suggestive of
empyema. Associated collapse of right lung. Air in
this patient is iatrogenic, from introduction of
previous chest drain. Permission obtained from
patient.
d. X-ray dan CT scan pada

pasien yang sama

28
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

e. MRI

29
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

30
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tindakan pengobatan hidropneumotoraks tergantung dari luasnya

permukaan hidropneumotoraks. Tujuan dari penatalaksanaan ini yaitu untuk

mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru bisa kembali

mengembang. Pada hidropneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu

dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang

serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap. British Thoracic Society dan

American College of Chest Physicians telah memberikan rekomendasi


penanganan hidropneumotoraks adalah :

1. Observasi dan pemberian tambahan oksigen.

Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari

hemitoraks. Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura telah menutup,

udara dalam rongga pleura perlahan-lahan akan diresorbsi. Laju resorbsinya

diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks perhari. Laju resorbsi tersebut

akan meningkat jika diberikan tambahan oksigen. Observasi dilakukan dalam

beberapa hari (minggu) dengan foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2 hari

bisa dilakukan dengan atau tanpa harus dirawat dirumah sakit. Jika pasien

dirawat dirumah sakit dianjurkan untuk memberikan tambahan oksigen.

Pasien dengan luas pneumotoraks kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala

diperbolehkan berobat jalan dandalam 2-3 hari pasien harus control lagi

31
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi

dengan atau tanpa pleurodesis.

Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks

yang luasnya>15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara drongga

pleura (dekompresi).Tindakan dekompresi ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura,

sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran kontra ventil, yaitu

dengan :

1) Jarum infuse set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk rongga

pleura, kemudian ujung pipa plastik dipangkal saringan tetesan

dipotong dan dimasukkan ke dalam botol berisi air kemudian klem

dibuka, maka akan timbul gelembung-gelembung udara didalam

botol.

2) Jarum abbakoth no 14 ditusukkan ke rongga pleura dan setelah

mandarin di cabut, dihubungkan dengan pipa infuse set, selanjutnya.

3) Water sealed drainage (WSD)

Apabila penderita datang dengan sesak nafas, apalagi kalau

sesak nafas makin lama makin bertambah kita harus segera

mengambil tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan ialah

pemasangan WSD (Water Seal Drainage). Apabila penderita sesak

sekali sebelum WSD dapat dipasang, pasien harus segera ditusukkan

jarum ke dalam rongga pleura. Tindakan sederhana ini akan dapat

menolong dan menyelamatkan jiwa penderita. Bila alat-alat WSD

tidak ada, dapat digunakan infus set, dimana jarumnya ditusukkan ke

dalam rongga pleura ditempat yang paling sonor waktu diperkusi.

32
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Sedangkan ujung selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam

botol yang berisi air.

Hidropneumotoraks tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang

dari 20% paru yang kolaps) dapat dirawat secara konservatif, tetapi

pada umumnya untuk mempercepat pengembangan paru lebih baik

dipasang WSD. Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara

konservatif dengan mengusahakan penutupan fistula dengan cara

memasukkan darah atau glukosa hipertonis kedalam rongga pleura

sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang mengobati pneumotoraks

terbuka dengan memasang WSD disertai penghisap terus menerus.

Pipa khusus (kateter urin) yang steril dimasukkan kerongga

pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit. Sebelum trokar

dimasukkan ke rongga pleura, terlebih dahulu dilakukan insisi kulit

pada ruang antar sela iga ke enam pada linea aksilaris media. Insisi

kulit juga bisa dilakukan pada ruang antar iga kedua pada linea mid

klavikula. Sebelum melakukan insisi kulit, daerah tersebut harus

dibersihkan cairan disinfektan dan dilakukan injeksi anastesi local

dengan lidokain atau prokain 2% dan kemudian ditutup dengan kain

duk steril. Setelah trokar masuk kedalam rongga pleura, pipa khusus

(kateter urin) segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian

trokar dicabut sehingga hanya pipa khusus itu yang masih tinggal di

ruang pleura.

Pemasukan pipa khusus tersebutdiarahkan ke bawah jika

lubang insisi kulitnya ada diruang antar iga kedua. Pipa khusus atau

kateter tersebut kemudian dihubungkan dengan pipa yang lebih

panjangdan terakhir dengan pipa kaca yang dimasukkan ke dalam air

33
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

di dalam botol. Masuknya pipa kaca ke dalam air sebaiknya 2 cm dari

permukaan air, supaya gelembung udara mudah keluar. Apabila paru

sudah mengembang penuh dantekanan rongga pleura sudah negative,

maka sebelum dicabut dilakukan uji coba dengan menjepit pipa

tersebut selama 24 jam.

Dan adapun Tindakan selanjutnya adalah melakukan evaluasi

dengan foto dada, apakah paru mengembang dan tidak mengempis

lagi atau tekanan rongga pleura menjadi positif lagi. Apabila tekanan

rongga pleura menjadi positif lagi maka pipa tersebut belum dapat

dicabut. Bilaparu sudah mengembang maka WSD dicabut.

Pencabutan WSD dilakukan saatpasien dalam keadaan ekspirasi

maksimal.

WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna.

Untuk mengetahui paru sudah mengembang adalah dengan meminta

penderita untuk batuk, apabila di selang WSD tidak tampak lagi

fluktuasi permukaan cairan, kemungkinan besar paru telah

mengembang dan juga disesuaikan dengan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk mengetahui secara pasti paru telah mengembang dilakukan

Rontgen foto toraks.

Setelah dipastikan bahwa paru telah mengembang sempurna,

sebaiknya WSD jangan langsung dicabut tapi diklem dulu selama 3

hari. Setelah 3 hari klem dibuka. Apabila paru masih tetap

mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut. Selang WSD

dicabut pada waktu penderita Ekspirasi maksimal.

c. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya

bleb/bulla4.
d. Torakotomi
34
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

H. Prognosis

Pasien dengan hidropneumotoraks spontan hampir separuhnya mengalami

kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube

thoracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien hidropneumotoraks

yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaanya cukup

baik, umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien hidropneumotoraks spontan

sekunder tergantung penyakit paru yang mendasarinya, misalkan pada pasien PSS

dengan COPD harus lebih berhati-hati karena sangat berbahaya (Hisyam, B., &

Budiono, E. 2006).

35
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a) secondary survey

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan sesak seringkali datang mendadak dan semakin lama

semakin berat, nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat

dan tertekan, terasa lebih nyeri pada gerakan pernafasan.

Selanjutnya dikaji apakah ada riwayat trauma yang mengenai

rongga dada seperti peluruh yang menembus rongga dada dan

paru, ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan

terjadi tekanan di dada yang mendadak menyebabkan tekanan

dalam paru meningkat, kecelakaan lalulintas biasanya

menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda tajam

langsung menembus pleura.

2. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah klien pernah

menderita penyakit TB paru, PPOM, kanker dan tumor metastase

ke pleura.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga perlu ditanyakan apakan

pernah keluarga klien pernah menderita penyakit yang sama.

4. Riwayat Psikososial Meliputi perasaan klien terhadap

penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana

prilaku klien pada tindakan yang dilakukan terhadap dirinya


36
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

5. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Pernapasan : Sesak napas? Nyeri, batuk-batuk.?

Terdapat retraksi klavikula/dada? Pengambangan paru tidak

simetris? Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang

lain? Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor / hipersonor /

timpani, hematotraks (redup)? Pada asukultasi suara nafas

menurun, bising napas yang berkurang / menghilang? Pekak

dengan batas seperti garis miring / tidak jelas? Dispnea dengan

aktivitas ataupun istirahat? Gerakan dada tidak sama waktu

bernapas.

b. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada meningkat karena

pernapasan dan batuk? Takhikardia, lemah, Pucat, Hb turun /

normal, Hipotensi atau hipertensi.

c. Sistem Perkemihan.

Kaji ada dan tidak adanya nya oliguri merupakan tanda pre

shock dan kaji ada tidaknya kelainan pada system perkemihan.

d. Sistem Pencernaan

Akibat sesak napas klien mungkin akan mengalami mual

muntah dan penurunan nafsu makan dan berat badan.

e. Sistem Muskuloskeletal

Integumen Kemampuan sendi terbatas? Ada luka bekas

tusukan benda tajam atau tidak? Terdapat kelemahan atau

37
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

tidak ada? Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya

kripitasi subkutan.

f. Sistem Endokrine : Terjadi peningkatan metabolisme?

Kelemahan.

g. Sistem Sosial / Interaksi. Tidak ada hambatan.

h. Spiritual Kaji adanya ansietas, gelisah, bingung, pingsan

Primary

b) Primary Survey (Afif Muttaqin, 2008)

1. Airway

 Assessment

Perhatikan patensi airway dengan, Kaji dan pertahankan

jalan nafas, lakukan head tilt, chin lift jika perlu, gunaka

alat bantu jalan nafas jika perlu, pertimbangkan untuk

merujuk ke ahli anastesi untuk dilakukan intubasi jika tidak

mampu mempertahankan jalan nafas, dengar suara napas,

perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan

dinding dada

 Management

Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan

chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi

jalan napas, observasi dan Pemberian O2 apabila fistula

yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah

menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura

38
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

tersebut akan diresorbsi, laju resorbsi tersebut akan

meningkat apabila diberikan tambahan O2, Observasi

dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap

12-24 jam pertama selama 2 hari, tindakan ini terutama

ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka re-

posisi kepala, pasang collar-neck lakukan

cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /

nasal)

2. Breathing

 Assesment

Periksa frekwensi napas, perhatikan gerakan respirasi,

palpasi toraks, auskultasi dan dengarkan bunyi napas, Kaji

saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,

pertahankan saturasi > 92%, berikan oksigen dengan aliran

tinggin melalui non re-breath mask, pertimbangkan untuk

menggunakan bag-valve-mask ventilation, periksakan gas

darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2, kaji

respiratory rate, periksa sistem pernafasan, cari tanda

deviasi trachea, deviasi trachea merupakan tanda tension

pneumothorak

39
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

 Management:

Lakukan bantuan ventilasi bila perlu, lakukan tindakan

bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks,open

pneumotoraks, hemotoraks, flail chest.

3. Circulation

 Assesment

Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi, periksa

tekanan darah, pemeriksaan pulse oxymetri, periksa vena

leher dan warna kulit (adanya sianosis), kaji heart rate dan

rhytem, catat tekanan darah, lakukan pemeriksaan EKG,

lakukan pemasangan IV akses, lakukan pemerikasaan darah

vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

 Management Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines,

torakotomi emergency bila diperlukan, operasi eksplorasi

vaskular emergency

4. Disability Lakukan pengkajian tingkat kesadaran dengan

menggnakan pendekatan GCS.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI (2016) beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai

dengan kondisi klinis terkait hidropneumotoraks yaitu :

1. pola napas tidak efektif berhubungan dengan trauma thoraks

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penyakit paru

obstruksi kronis, infeksi saluran napas

40
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring / imobilitas,

nyeri kronis, kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen

4. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan Trauma, fisik

lemah

5. Resiko infeski berhubungan dengan efek prosedur invasif

C. Rencana Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif

Tujuan : (Domain II kelas E) outcomes yang menggambarkan

kondisi paru-paru, sirkulasi, atau status jaringan perfusi individu.

(NOC, 2016)

Kriteria hasil : Pola napas tidak efektif membaik

Intervensi (NIC, 2016)

a. Observasi

Monitor frekuensi pernapasan pasien

Rasional : Mengetahui kondisi pasien

b. Terapeutik

Posisikan pasien semi fowler

Rasional : Posisi yang tepat akan membantu

c. Edukasi

41
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai rasionalisasi

dan sensasi yang diharapkan

Rasional : Informasi yang memadai meningkatkan

partisipasi pasien dalam menjalankan terapi

d. Kolaborasi

Kolaborasi dengan professional kesehatan lainnya dalam

memilih jenis ventilator non invasive

Rasional : Ketetapan memilih ventilator non invasive

mencegah kerusakan pada kulit

2. Gangguan pertukaran Gas

Tujuan : ( Domain II kelas E ) outcomes yang menggambarkan

kondisi jantung,paru-paru,sirkulasi atau status jaringan perfusi

individu ( NOC,2016)

Intervensi : ( NIC,2016)

a. Observasi

Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas

Rasional : untuk menjaga keadekuatan ventilasi

b. Terapeutik

Posisikan pasien miring ke samping sesuai indikasi unuk

mencegah aspirasi

Rasional : untuk memaksimalkan potensial ventilasi

c. Edukasi

42
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai rasionalisasi

dan sensasi yang diharapkan

Rasional : Informasi yang memadai meningkatkan

partisipasi pasien dalam menjalankan terapi

d. Kolaborasi

Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen

3. Intoleransi aktivitas

Tujuan : (Domain I kelas A) outcomes yang menggambarkan

peremajaan energy, individu, konservasi, dan penggunaan energy

(NOC, 2016)

Kriteria hasil/outcomes : intoleransi aktivitas membaik

Intervensi : (NIC, 2016)

a. Observasi

Identifikasi status fisiologis pasien yang menyebabkan

kelelahan

Rasional : Mengetahui kondisi pasien

b. Terapeutik

Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal

mengenai keterbatasan yang dialami

Rasional : Membantu pasien memilih proses kemajuan terapi

dengan benar

43
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

c. Edukasi

Bantu pasien untuk memahami prinsip konservasi energy

(misalnya, kebutuhan untuk membatasi aktivitas dan tirah

baring)

Rasional : Memahami penjelasan dan dilakukan dengan

benar akan memberikan efek yang baik

d. Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : Mengetahui cara meningkatkan asupan energy

dari makanan

4. Gangguan mobilitas fisik

Tujuan: ( Domain 1 kelas C ) outcomes yang menggambarkan

mobilitas fisik individu dan gejala sisa dari pergerakan yang

dibatasi ( NOC,2016)

Kriteria/Hasil : Gangguan mobilitas membaik

Intervensi : ( NIC,2016)

a. Observasi

Identifikasi kemampuan secara fungsional dengan cara yang

teratur klasifikasikan melalui skala 0-4.

Rasional : untuk mengidentifikasikan kelemahan dan dapat

memberikan informasi mengenai pemulihan.

b. Terapeutik

44
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan

bisa lebih sering.

Rasional : menurunkan terjadinya terauma atau iskemia

jaringan.

c. Edukasi

Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seperti

meninggikan bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk

di sisi tempat tidur.

Rasional : membantu melatih kembali jaras

saraf,meningkatkan respon proprioseptik dan

motorik.

d. kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli fisiotrapi.

Rasional : program yang khusus dapat di kembangkan


untuk menemukan kebutuhan klien
5. Resiko infeksi

Kriteria Hasil :

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,

Intervensi ( NIC 2016)

a. Observasi
45
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase

Rasional : Luka adalah port de enteri mikroorganisme

Tanda-tanda terjadinya inflamasi/infeksi

b. Terapeutik

Pertahankan teknik aseptik Cuci tangan setiap sebelum dan

sesudah tindakan keperawatan

Rasional : Menghindari terjadinya infeksiMencegah

terjadinya penularan dan penyebaran infeksi

c. Edukasi

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Rasional : Menambah pengetahuan pasien dan keluarga

mengenai infeksi

d. Kolaborasi

Berikan terapi antibiotic

Rasional : Mengurangi terjadinya infeksi dan membunuh

bakteri penyebab infeksi

46
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

BAB IV

KASUS KEPERAWATAN

A. Identitas

Nama : Tn “A”

Umur : 76 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Suku : Bugis

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Dusun Salu Sappang

Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga

Ruang Rawat : Infection Center Lt 2

No. Rekam Medik : 858938

Tgl/Jam Masuk : 11 Oktober 2018

Tgl/Jam Pengambilan Data : 29 Oktober 2018

Diagnosa Masuk : Emfisema Subcutis

Cara masuk : Brankar

Kiriman dari Poliklinik : RS Masamba

Pindahan Dari : IGD

B. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : Sesak Napas

47
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Keluhan Saat Ini : Sesak napas dan klien mengatakan nyeri dibagian

dada sebelah kanan, tampak pemasagan selang

WSD yang tertutup verban Pasien Pernah Opname

dengan sakit Tuberculosis Paru di RS Masamba,

mengalami batuk darah tahun 2013. Pasien Pernah

Mendapat Pengobatan OAT 6 bulan tuntas

C. Keadaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4V5M6

Pasca operasi : ya, post op pemasangan WSD

Pasien mengerti tentang penyakitnya : Ya, pasien mengerti tentang

penyakitnay

D. Kebutuhan Dasar

1. Rasa nyaman nyeri

Suhu : 37,40 C

Skala nyeri : skala 2 NRS

Gmbaran Nyeri : Nyeri dirasa seperti dicubit pada luka insersi WSD

Lokasi Nyeri : Chest tube pada hemithorax kanan

Frekwensi : hilang timbul

Respon Emosional : meringis

Cara mengatasi nyeri : berbaring

2. Nutrisi

TB : 160 Cm

48
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

BB : 50 kg

IMT : 19.5

Kebiasaan makan : 3 X/hari (Teratur)

Keluahan saat ini : tidak ada

Pembesaran tiroid : tidak ada

Hernia/Massa : tidak ada

Holitosisi : tidak ada Kondisi

gigi/gusi : gigi sudah tidak lengkap

Penampilan lidah : warna merah jambu pucat

BisingUsus : 12 X/menit

Porsi makan yang dihabiskan : pasien menghabiskan porsi makanan yang

diberikan

3. Kebersihan Perorangan

Kebiasaan mandi : 2 X/hari sebelum sakit

Selama sakit : 1 X/hari

Cuci rambut : 1 X/hari

Kebiasaan gosok gigi : 2 X/hari

Kebersihan badan : Bersih

Keadaan rambut : Bersih

Keadaan kulit kepala : Bersih

Keadaan kuku : panjang

Keluhan saat ini : tidak ada

Integritas kulit : Drainase

49
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

4. Cairan

Kebisaan minum : ± 1500 CC/hari .

Jenis : air putih

Turgor kulit : Kering

Punggung kuku : normal

Warna : kemerah-merahan

Pengisian kapiler : < 2 detik

Mata cekung : Tidak Ka/Ki

Konjungtiva : Tidak anemis

Edema : Tidak ada edema pada ekstremitas

Distensi vena jugularis : tidak ada

Asites : Tidak

Spider Neavi : Tidak

Minum per NGT : Tidak

Terpasang infuse : Ya, Ringer Laktat 20 tetes/menit

5. Aktivitas dan Latihan

Aktivitas waktu luang : istirahat

Aktivitas/Hoby : menonton TV

Kesulitan bergerak : Tidak

Kekuatan otot : 5 5

5 5

Tonus otot : Lemah

Postur : tegap

50
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Tremor : tidak

Keluahan saat ini : sesak nafas ketika beraktivitas, terutama

ketika berjalan ke kamar mandi

Penggunaan alat bantu : pasien tidak menggunakan alat bantu

Pelaksanaan aktivitas : Parsial

Jenis aktifitas yang perlu dibantu : naik/turun ketempat tidur dan ke kamar

mandi

6. Eliminasi

Kebisaan BAB : 1 X/hari BAK : 4 X/hari

Menggunakan laksan : tidak

Menggunakan diuretic : tidak

Keluahan BAK Saat ini : tidak ada keluhan

Peristaltik usus : normal 12 X/menit

Abdomen : tidak ada nyeri tekan

Massa : tidak ada

Terpasang kateter urine : Tidak

Penggunaalcohol : tidak

7. Oksigenasi

Nadi : 88 X/menit

Pernafasan : 28 X/menit

TD : 90/60 mmHg

BunyiNafas : Bronchovesikuler

Kedalaman : dangkal

51
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Fremitus : terdengar

Sputum : tidak ada

Sirkulasi oksigenasi : 3 liter

Dada : terdapat retraksi pada dinding dada

Okseginasi : terpasang oksigen tgl 11 oktober 2018

WSD : terpasang WSD tgl 11 oktober 2018

Riwayatpenyakit : Tuberkulosis dan pneumonia

Perokok : Ya Pak/hari : 1 bungkus perhari

8. Tidur dan istirahat

Kebiasaan tidur : Malam

Lama tidur : 8 jam

Pencegahan terhadap bahaya

Refleksi : Mampu menggerakkan ekstremitas secara spontan

Penglihatan : Visus 3/3, tidak ada masalah penglihatan

Pendengaran : telinga simetris, tidak ada tuli sensori / konduktif

Penciuman : Lubang hidung simetris, tidak ada secret

Perabaan : Klien masih mampu merasakan sentuhan pada kulit

9. Neurosensoris

Rasa Ingin Pingsan/Pusing : tidak

Stroke (gejala sisa) : tidak

Kejang : tidak

Status Mental : terorientasi

Kesadaran : Compos Mentis

52
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Memori : normal

Kacamata : tidak

kontak lensa : tidak

Alat bantu dengar : tidak menggunakan alat bantu

Ukuran/reaksi pupi : isokor

Facial drop : tidak

Genggaman tangan/lepas : baik

Kernig sign : negatif

Babinsky : kaki kiri negatif, fleksi normal, kaki kanan

negatif

Chaddock : jempol ekstensi (normal)

Brudinsky : fleksi normal

10. Keamanan

Perubahan sistem imun : Tidak ada keluhan

Transfusi darah : Tidak ada

fraktur/ dislokasi : tidak ada fraktur/dislokasi

Arthritis/sendi tidak stabil: tidak ada nyeri sendi

Masalah punggung : kemerahan

Kekuatan umum : lemah

Cara berjalan : parsial

ROM : tidak ada keluhan

11. Seksualitas

Tidak dikaji

53
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

12. Keseimbangan dan peningkatan Hubungan resiko serta interaksi sosial

Malasah-masalah kesahatan/stress : cemas dengan kondisinya

Cara mengatasi stress : diskusi dengan keluarga

Orang pendukung lain : istri

Peran dalam struktur keluarga : kepala keluarga

Pskologis : baik

Keputusasaan : tidak ada keluhan

Sosiologis : komunikasi lancar

Spiritual : sholat

Kegiataan keagamaan : sholat dan berdzikir

E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN

1. Bahasa dominan : Bahasa Indonesia

2. Informasi yang telah disampaikan

a. Pengaturan jam besuk

b. Tim/petugas yang merawat

c. Hak dan kewajiban pasien

3. Masalah yang telah dijelaskan

a. Perawatan diri dirumah sakit

b. Obat-obatan yang diberikan

Obat Dosis Waktu Diminum tujuan

teratur

Laxadine 30 cc 24 jam oral Obat pencahar, untuk

syrup melancarkan BAB

54
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

omeprazol 40 mg 12 jam Intravena Obat yang mampu

menurunkan kadar asam

yang diproduksi didalam

lambung

combivent 20 mg 8 jam inhaler Obat yang digunakan untuk

mengatasi penyakit saluran

pernafasan.

4. Faktor Resiko keluarga

a. Tuberculosis

55
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

DATA GENOGRAM

Keterangan
: laki- laki : Menikah

: Perempuan : Keturunan

: Meninggal : Pasien

G1 : orang tua dari ayah dan ibu pasien (generasi dari kakek dan

nenek pasien) telah meninggal dunia dengan penyebab yang tidak

diketahui

G2 : generasi dari orangtua pasien (ayah dan ibu) telah meninggal

dunia dengan penyebab yang tidak diketahui

G3 : pasien berusia 76 tahun, menderita hidropneumothoraks, TB paru

56
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (diagnostic &laboratorium)

Tanggal : 30-10-2018 10:47:21

Nama : Agus Salim

Tgl lahir/J. Kelamin : 12-6-1942/Laki-laki

Jenis pemeriksaan : Foto Thoraks PA/AP

Foto Thoraks PA:

- Terpasang chest tube pada hemithorax kanan dengan tip setinggi ICS V kanan

depan

- Tampak hiperlucent avaskular pada hemithorax dextra dengan perselubungan

homogen dibawahnya yang menutupi sinus dan diafragma dextra

- Tampak bercak berawan pada lapangan atas dan tengah kedua paru

- Cor : kesan normal, aorta dilatasi

- Sinus dan diafragma kiri baik

- Tulang-tulang intak

- Tampak bayangan luscent pada jaringan lateral hemithorax

Kesan : Terpasang chest tube pada hemithorax kanan dengan tip setinggi

ICS V kanan depan

Hydropneumothorax dextra

TB Paru aktif lesi luas

Dilatatio aortae

Emfisema subcutis

57
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik

Tanggal 29 Oktober 2018

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

KIMIA DARAH

Glukosa

GDS 208 140 mg/dL

Fungsi Ginjal

Ureum 17 10-50 mg/dL

Kreatinin 0,70 L(<1.3);P(<1.1) mg/dL

Fungsi Hati

SGOT 14 <38 U/L

SGPT 9 <41

U/L

ELEKTROLIT

Natrium 138 136-145 mmol/l

Kalium 3.3 3.5-5.1 mmol/l

Klorida 104 97-111 mmol/l

58
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DASAR

KATEGORI DAN SUB KATEGORI DATA SUBJELTIF DAN OBJEKTIF

RR : 28x/menit

Hasil Foto Thoraks: Hydropneumothoraks


RESPIRASI
Dextra

Teraba adanya krepitasi subkutan

TD : 90/60 mmHg

SIRKULASI Nadi : 88 x/menit

BB sekarang : 45 kg

NUTRISI DAN GDS : 208 mg/dL

CAIRAN Pasien mengatakan makan 3x sehari tapi


FISIOLOGI
dengan porsi sedikit

Ureum : 17 mg/dL

ELIMINASI Krearinin : 0.70 mg/dL

Pasien mengatakan sesak ketika berjalan


AKTIVITAS
Kadang sulit tidur ketika nyeri pada luka
DAN
insersi WSD
ISTIRAHAT
Sulit untuk miring kanan dan kiri

NEUROSENSO

RY

59
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

REPRODUKSI

DAN

SEKSUALITAS

P = Nyeri karena luka insersi WSD

Q = Nyeri seperti dicubit


NYERI DAN
R = Chest tube pada hemithorax kanan
KENYAMAN
S = Skala 2 (NRS)

PSIKOLOGIS T = Hilang Timbul

PERTUMBUH

AN &

PERKEMBAN

GAN

KEBERSIHAN Pasien dibantu oleh keluarga dan perawat


PERILAKU
DIRI dalam membersihkan tubuhnya

INTERAKSI
RELASIONAL
SOSIAL

Tampak terdapat insersi WSD


KEAMAN DAN
LINGKUNGAN Pasien mengatakan pemasangan WSD saat
PROTEKSI
ini sudah yang ke tiga kalinya

60
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif

1. Pasien mengatakan sesak nafas 1. Tampak terpasang oksigen

2. Pasien mengatakan susah untuk 2. Pasien tampak sesak

bernafas 3. Tampak napas cuping hidung

3. Pasien mengatakan sesak ketika 4. Adanya Krepitasi Subkutan

beraktivitas, terutama ketika berjalan 4. Tampak lemah

terasa tambah sesak 5. Pasien tampak gelisah

4. Pasien mengatakan lebih nyaman 6. Tampak Luka insersi WSD pada

ketika dada

berbaring kanan

5. Pasien mengatakan terasa sakit di 7. Tampak luka insersi WSD tertutup

bagian perban

dada kanan 8. TTV

TD : 90/60 mmHg

N : 88 x/menit

P : 28 x/menit

S : 37.4 0C

61
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

ANALISIS DATA

DATA SUBJEKTIF & MASALAH


No ANALISIS DATA
DATA OBJEKTIF KEPERAWATAN

1. DS: Pneumothoraks terbuka Pola Napas Tidak

1. Pasien mengatakan Efektif

sesak napas Trauma dada

2. Pasien mengatakan

susah bernapas Membuka ruang intra

DO: pleura ke dalam

1. Tampak terpasang tekanan atmosfer

oksigen

2. Pasien tampak sesak Udara terhisap ke

3. Adanya krepitasi dalam ruang intra

subkutan pleura

4. RR= 28 x/menit

Peningkatan tekanan

intra pleura

Paru menjadi kolaps

Penurunan ekspansi

paru

62
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Pola Napas Tidak

Efektif

2. DS: Pneumothoraks tertutup Intoleransi Aktivitas

1. Pasien mengatakan

sesak ketika Cedera Tumpul

beraktivitas,

terutama ketika Meroberk membrane

berjalan terasa pleura

tambah sesak

2. Pasien mengatakan Udara terhisap ke

lebih nyaman dalam ruang intra

ketikaberbaring pleura

DO: Peningkatan tekanan

1. Tampak terpasang intra pleura

oksigen

2. Pasien tampak sesak Paru menjadi kolaps

3. Pasien tampak lemah

4. RR = 28 x/menit Insersi WSD

Tirah Baring

63
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Intoleransi Aktivitas

3. Faktor Risiko: Peningkatan tekanan Risiko Infeksi

1. Efek prosedur intra pleura

invasive (insersi

WSD) Paru menjadi kolaps

2. Peningkatan paparan

organisme pathogen Insersi WSD

lingkungan

Kondisi Klinis Terkait: Risiko Infeksi

Penyakit paru obstruktif

kronis

64
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A NO. RM : 858939

UMUR PASIEN : 76 Tahun DX. MEDIK : Hydrophenumothorax

LUARAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATA INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN
N

1. Pola napas tidak efektif Pola napas 1. Monitor frekuensi pernapasan, irama 1. Untuk mengetahui kondisi pasien dan

b/d ekspansi paru tidak membaik dan kedalaman keefektifan pernapasan

efektif, ditandai dengan: 2. Monitor TTV 2. Perubahan tanda-tanda vital

DS: menandakan adanya gangguan dan

1. Pasien mengatakan cara cepat untuk dideteksi

sesak napas 3. Posisikan pasien dengan posisi semi 3. Posisi yang tepat akan membantu

2. Pasien mengatakan fowler memaksimalkan ventilasi

susah bernapas 4. Teknik relaksasi nafas dalam dapat

65
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

DO: 4. Ajarkan teknik nonfarmakologi teknik meningkatkan ventilasi alveoli

1. Tampak terpasang relaksasi nafas dalam

oksigen 5. Peningkatan ventilasi dan asupan

2. Pasien tampak sesak 5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai oksigen

3. RR= 28 x/menit indikasi

2. Intoleransi aktivitas b/d aktivitas meningkat 1. Identifikasi status fisiologis pasien yang 1. Menentukan penyebab dapat

ketidakseimbangan antara menyebabkan kelelahan membantu menentukan kondisi pasien

suplai dan kebutuhan 2. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas 2. Aktivitas yang terlalu berat dapat

oksigen, ditandai dengan: dan istirahat memperburuk toleransi terhapadap

DS: latihan. Istirahat yang cukup dapat

1. Pasien mengatakan meningkatkan energi

sesak ketika 3. Anjurkan pasien mengungkapkan 3. membantu pasien memiliki proses

beraktivitas, terutama perasaan secara verbal mengenai kemajuan terapi dengan benar

ketika berjalan terasa keterbatasan yang dialami

66
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

tambah sesak 4. Kolaborasi dalam pemberian diet 4. Pemberian nutrisi dapat

2. Pasien mengatakan meningkatkan asupan energi sehingga

lebih nyaman aktivitas dapat meningkat

ketikaberbaring 5. Pemberian cairan intravena

DO:

1. Tampak terpasang

oksigen

2. Pasien tampak sesak

3. Pasien tampak lemah

RR = 28 x/menit

3. Risiko infeksi, ditandai Risiko infeksi 1. Identifikasi luka dan tanda-tanda 1. Sebagai penanda proses infeksi

dengan: menurun infeksi 2. Untuk menghindari infeksi

2. Lakukan perawatan area luka dengan

67
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Faktor Risiko: teknik aseptic 3. Proteksi diri dari infeksi

1. Efek prosedur invasive 3. Ajarkan pasien dan keluarga pasien


4. Untuk menghambat proses terjadinya
(insersi WSD) tanda dan gejala infeksi
infeksi
2. Peningkatan paparan 4. Penatalaksanaan dalam pemberian

organisme pathogen antibiotic .

lingkungan

Kondisi Klinis Terkait:

Penyakit paru obstruktif

kronis

68
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A NO. RM : 858939

UMUR PASIEN : 76 Tahun DX. MEDIK : Hydrophenumothorax

Hari, Diagnosis
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
tanggal Keperawatan

Senin, Pola Napas 14.03 1. Memonitor frekuensi pernapasan, S : Pasien mengatakan sesak nafas

29/10/2018 Tidak Efektif irama dan kedalaman O : Pasien tampak sesak dan

Hasil: RR 28 x/menit terpasang oksigen 2 L/menit,

2. Memonitor tanda-tanda vital P: 28x/i

14.05 Hasil: TD : 90/60 mmHg A : Masalah belum teratasi

N : 88 x/menit P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

P : 28 x/menit 1. Monitor Monitor frekuensi

S : 37.4 0C pernapasan, irama dan

69
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

15.00 3. Memposisikan pasien dengan kedalaman

posisi semi fowler 2. Monitor TTV

Hasil: pasien tampak relax dengan 3. Posisikan pasien dengan

posisi semi fowler posisi semi fowler

4. Ajarkan teknik nonfarmakologi 4. Kolaborasi pemberian

teknik relaksasi nafas dalam oksigen sesuai indikasi

15.15 Hasil: pasien mampu melakukan

teknik relaksasi

Nafas dalam

5. Penatalaksanan dalam pemberian

oksigen sesuai indikasi

Hasil: Diberikan oksigen 2

liter/menit

70
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Intoleransi 11.12 1. Mengidentifikasi status fisiologis S : Pasien mengatakan masih

Aktivitas pasien yang menyebabkan lemas ketika beraktivitas

kelelahan O : Pasien tampak lemah

Hasil: Pasien masih lemah ketika A : Masalah belum teratasi

11.15 beraktivitas P : Lanjutkan intervensi 1,2.3

2. Bantu pasien untuk melakukan 1. Identifikasi status fisiologis

aktivitas dan istirahat pasien yang menyebabkan

Hasil: Pasien tampak beristirahat kelelahan

untuk mengurangi sesak dan 2. Bantu pasien untuk

kelelahan melakukan aktivitas dan

3. Menganjurkan pasien istirahat

mengungkapkan perasaan secara 3. Kolaborasi dalam

verbal mengenai keterbatasan yang pemberian diet

dialami

71
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Hasil: Pasien mengatakan sesaknya

bertambah ketika berjalan

4. Mengkolaborasi dengan ahli gizi

Hasil: Tampak makanan

dihabiskan 1 porsi

Risiko Infeksi 1. Mengidentifikasi luka dan tanda- S : Pasien mengatakan sakit di

tanda infeksi bagian insersi selang WSD

Hasil: Tidak ada tampak proses O : Tampak pemasangan selang

infeksi WSD

2. Melakukan perawatan area luka A : Masalah belum teratasi

dengan teknik aseptic P : Lanjutkan intervensi 1 2 3

Hasil: Sudah dilakukan perawatan 1. Identifikasi luka dan tanda-

luka insersi WSD dengan aseptik tanda infeksi

72
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

3. Mengajarkan pasien dan keluarga 2. Lakukan perawatan area

pasien tanda dan gejala infeksi luka dengan teknik aseptic

Hasil: pasien dan keluarga belum 3. Ajarkan pasien dan

tahu tanda dan gejala infeksi keluarga pasien tanda dan

gejala infeksi

Selasa, Pola Napas 14.10 1. Memonitor frekuensi pernapasan, S : Pasien mengatakan sesak nafas

30/11/2018 Tidak Efektif irama dan kedalaman O : Pasien tampak sesak dan

Hasil: RR 28 x/menit terpasang oksigen 2 L/menit,

2. Memonitor tanda-tanda vital P: 28x/i

14.12 Hasil: TD : 100/60 mmHg A : Masalah belum teratasi

N : 82 x/menit P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

P : 28 x/menit 1. Monitor Monitor frekuensi

S : 36.4 0C pernapasan, irama dan

14.20 3. Memposisikan pasien dengan kedalaman

73
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

posisi semi fowler 2. Monitor TTV

Hasil: pasien tampak relax dengan 3. Posisikan pasien dengan

posisi semi fowler posisi semi fowler

4. Penatalaksanan dalam pemberian 4. Kolaborasi pemberian

oksigen sesuai indikasi oksigen sesuai indikasi

Hasil: Diberikan oksigen 2

liter/menit

Intoleransi 08.59 1. Mengidentifikasi status fisiologis S : Pasien mengatakan masih

Aktivitas pasien yang menyebabkan lemas ketika beraktivitas

kelelahan O : Pasien tampak lemah

09.00 Hasil: Pasien masih lemah ketika A : Masalah belum teratasi

beraktivitas P : Lanjutkan intervensi 1,2.3

2. Bantu pasien untuk melakukan 1. Identifikasi status

74
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

aktivitas dan istirahat fisiologis pasien yang

09.20 Hasil: Pasien tampak beristirahat menyebabkan kelelahan

untuk mengurangi sesak dan 2. Bantu pasien untuk

kelelahan melakukan aktivitas dan

3. Mengkolaborasi dengan ahli gizi istirahat

Hasil: Tampak makanan 3. Kolaborasi dalam

dihabiskan 1 porsi pemberian diet

Risiko Infeksi 10.05 1. Mengidentifikasi luka dan tanda- S : Pasien mengatakan sakit di

tanda infeksi bagian insersi selang WSD

Hasil: Tidak ada tampak proses O : Tampak pemasangan selang

10.10 infeksi WSD

2. Melakukan perawatan area luka A : Masalah belum teratasi

dengan teknik aseptic P : Lanjutkan intervensi 1 2 3

75
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

10.20 Hasil: Sudah dilakukan perawatan 1. Identifikasi luka dan

luka insersi WSD dengan aseptik tanda-tanda infeksi

3. Mengajarkan pasien dan keluarga 2. Lakukan perawatan area

pasien tanda dan gejala infeksi luka dengan teknik aseptic

Hasil: pasien dan keluarga tahu 3. Ajarkan pasien dan

tanda dan gejala infeksi keluarga pasien tanda dan

gejala infeksi

Rabu, Pola Napas 08.10 1. Memonitor frekuensi pernapasan, S : Pasien mengatakan sesak nafas

31/10/2018 Tidak Efektif irama dan kedalaman O : Pasien tampak sesak dan

Hasil: RR 28 x/menit terpasang oksigen 2 L/menit,

08.12 2. Memonitor tanda-tanda vital P: 28x/i

Hasil: TD : 90/60 mmHg A : Masalah belum teratasi

N : 84 x/menit P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

P : 26 x/menit 1. Monitor frekuensi

76
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

S : 36.7 0C pernapasan, irama dan

09.00 3. Memposisikan pasien dengan kedalaman

posisi semi fowler 2. Monitor TTV

Hasil: pasien tampak relax dengan 3. Posisikan pasien dengan

09.05 posisi semi fowler posisi semi fowler

4. Penatalaksanan dalam pemberian 4. Kolaborasi pemberian

oksigen sesuai indikasi oksigen sesuai indikasi

Hasil: Diberikan oksigen 3

liter/menit

Intoleransi 08.59 1. Mengidentifikasi status fisiologis S : Pasien mengatakan masih

Aktivitas pasien yang menyebabkan lemas ketika beraktivitas

kelelahan O : Pasien tampak lemah

09.00 Hasil: Pasien masih lemah ketika A : Masalah belum teratasi

77
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

beraktivitas P : Lanjutkan intervensi 1,2.

2. Bantu pasien untuk melakukan 1. Identifikasi status

aktivitas dan istirahat fisiologis pasien yang

Hasil: Pasien tampak beristirahat menyebabkan kelelahan

untuk mengurangi sesak dan 2. Bantu pasien untuk

kelelahan melakukan aktivitas dan

3. Mengkolaborasi dengan ahli gizi istirahat

Hasil: Tampak makanan

dihabiskan 1 porsi

Risiko Infeksi 14.05 1. Mengidentifikasi luka dan tanda- S : Pasien mengatakan sakit di

tanda infeksi bagian insersi selang WSD

Hasil: Tidak ada tampak proses O : Tampak pemasangan selang

14.10 infeksi WSD

2. Melakukan perawatan area luka A : Masalah belum teratasi

78
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

dengan teknik aseptic P : Lanjutkan intervensi 1 2 3

Hasil: Sudah dilakukan perawatan 1. Identifikasi luka dan

luka insersi WSD dengan aseptik tanda-tanda infeksi

2. Lakukan perawatan area

luka dengan teknik aseptic

79
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang analisa antara masalah

keperawatan pada Tn. A dengan Hidropneumotoraks berdasarkan teori dan

kesenjangan. Hidropneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat

udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan

paru. Pleura secara anatomis merupakan satu lapis sel mesotelial, ditunjang oleh

jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening (Hisyam, B., &

Budiono, E. :2006).

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari suatu proses keperawatan,

kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data, seperti

riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder

lainnya meliputi, catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur (Deswani,

2009).

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan landasan dalam

proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam

menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan

keperawatan yang tepat. Keberhasilan proses keperawaan sangat tergantung

pada tahap ini (Muttaqin, 2008).

Pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. A dilakukan pada tanggal 29

Oktober 2018 dengan keluhan utama yang dirasakan adalah sesak nafas

ditandai dengan RR: 28 x/menit. Dalam teori disebutkan bahwa manifestasi

80
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

respirasi dari hidropneumothorax adalah menimbulkan gejala salah satunya

adalah dispnea atau sesak nafas yang akan mengakibatkan gangguan pada

pemenuhan kebutuhan oksigenasi klien. Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh

dalam proses kehidupan. Peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen (O2) dalam tubuh serta menghembuskan udara yang

banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar

dari tubuh. Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan oksigenasi jika

klien mengalami gangguan yang terjadi dalam proses ekspirasi, dalam

kaitannya dengan ventilasi pulmoner, difusi gas, dan transportasi gas (Riyadi

dan Harmoko, 2012).

Sesak napas biasanya bersifat unilateral disertai rasa sakit secara tiba-

tiba. Gejala ini lebih mudah ditemukan bila penderita melakukan aktivitas

berat. Tapi pada sebagian kasus gejala – gejala masih dapat ditemukan pada

aktivitas biasa atau waktu istirahat. Hal ini terjadi karena robeknya dinding

dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura

dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter

trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus

respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada

menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi

dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga

dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang

tersebut (British Thoracic Society, 2003).

81
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan

manusia. Oksigen harus secara adekuat diterima oleh tubuh untuk metabolisme

sel, bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan

pada organ tubuh (Chayatin, 2008). Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis

yang memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Oksigen merupakan

kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Tubuh tergantung pada

oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen harus secara

adekuat diterima dari lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh darah, dan

jaringan. Oksigen juga penting dalam proses metabolisme sel. Kekurangan

oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya

adalah kematian (Perry dan Potter, 2005).

Gejala tersebut nampak pada pengkajian Tn.A dimana terdapat pada

hemithorax dextra adanya pemasangan selang WSD untuk mengalirkan udara

dan cairan, disertai sesak napas.

Hal tersebut nampak pada pengkajian bagian pemeriksaan fisik,

pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu TD : 90/60 mmHg, Nadi : 88 x/i, Suhu:

36°C, Pernafasan: 28 x/i.

Manifestasi klinis yang khas dari penderita hidropneumothorax adalah

krepitasi subcutan, krepitasi subcutan adalah pada hemithorax dextra saat

ditekan akan terasa adanya udara di bawah kulit atau bunyi gemeretak. Hal

tersebut nampak pada hasil pengkajian pada Tn.A dimana didapatkan bahwa

keluarga pasien mengatakan pasien masih mengalami sesak napas.

82
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa manifestasi klinis dalam

teori yang ada sesuai dengan hasil pengkajian yang diperoleh pada Tn.A

dengan hidropneumothorax.

Tanda dan gejala yang timbul pada hidropneumotoraks tergantung pada

besarnya kerusakan yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya komplikasi

penyakit paru. Gejala-gejala hidropneumotoraks yang umumnya terjadi adalah

nyeri dada, sesak, dan kadang-kadang disertai dengan batuk. Sesak yang terjadi

biasanya akan bertambah berat dan nyeri dada kadang-kadang menyebar ke

arah bahu, hipokondrium dan scapula(Alsagaff, H., & Mukty, A :2010).

Belum terdapat penelitian mengenai seberapa besarnya insiden dan

prevalensi hidropneumotoraks, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks

didapatkan berkisar 2,4 - 17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Perbandingan

prevalensi insiden pneumotoraks laki-laki dengan perempuan yaitu 5:1 dan ada

pula peneliti yang mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih sering ditemukan

pada hemitoraks kanan daripada hemitoraks kiri. Kemungkinan berulangnya

pneumotoraks menurut James dan Studdy 20% untuk kedua kali,dan 50%

untuk yang ketiga kali (Alsagaff, H., & Mukty, A :2010).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia

terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respon dari

seseorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Diagnosis

keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskripton atau pengubah dan

83
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

fokus diagnosis atau konsep kunci dari diagnosis dengan menggunkan gejala

dan tanda mayor dan minor SDKI Edisi 1 Tahun 2017.

Dalam kasus ini diagnosa keperawatan utama yang diangkat oleh

penulis yaitu. pola napas tidak efektif dengan gejala subjektif dispnea, gejala

objektif penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola

napas abnormal dengan luaran pola nafas membaik. Etiologi yang diangkat

oleh penulis adalah karena pasien mengatakan sesak napas, mengatakan susah

bernapas. Tampak terpasang oksigen RR= 28 x/menit’

Diagnosa kedua yang diangkat oleh penulis adalah Intoleransi

aktivitas. Dengan gejala subjektif mengeluh lelah, gejala objektif frekuensi

jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat. Dengan luaran toleransi

aktivitas membaik. Etiologi yang diangkat oleh penulis adalah pasien

mengatakan sesak ketika beraktivitas, terutama ketika berjalan terasa tambah

sesak, pasien mengatakan lebih nyaman ketikaberbaring, dan pasien tampak

lemah RR = 28 x/menit

Diagnosa ketiga yang diangkat oleh penulis adalah resiko infeksi

dengan faktor risiko efek prosedur invasif. Dengan luaran resiko infeksi

menurun. Dan etiologi yang diangkat oleh penulis adalah pasien mengatakan

sudah melakukan prosedur invasive (insersi WSD) selama 3 kali sehingga

terjadinya peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.

C. Intervensi

Intervensi keperawatan didefinisikan sebagai, berbagai perawatan

berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seorang

84
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

perawat untuk meningkatkan hasil klien. Intervensi adalah rencana

keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan

diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi, SDKI

Edisi 1 Tahun 2017.

Dari sekian banyak rencana tindakan keperawatan dari pola nafas tidak

efektif yang mengacu pada Nursing Intervention Classification dan

disesuaikan dengan kondisi pasien, penulis melakukan yaitu, monitor

frekuensi pernapasan, irama dan kedalaman dengan rasional untuk mengetahui

kondisi pasien dan keefektifan pernapasan, Monitor tanda-tanda vital dengan

rasional perubahan tanda-tanda vital menandakan adanya gangguan dan cara

cepat untuk dideteksi, Posisikan pasien dengan posisi semi fowler karena

posisi yang tepat akan membantu memaksimalkan ventilasi, Ajarkan teknik

nonfarmakologi teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional Teknik relaksasi

nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi alveoli dan Kolaborasi pemberian

oksigen sesuai indikasi untuk meningkatan ventilasi dan asupan oksigen.

Dari sekian banyak rencana tindakan keperawatan dari intoleransi

aktivitas yang mengacu pada Nursing Intervention Classification dan

disesuaikan dengan kondisi pasien, penulis melakukan yaitu, Identifikasi

status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan untuk menentukan

penyebab dapat membantu menentukan kondisi pasien, Bantu pasien untuk

melakukan aktivitas dan istirahat dengan rasional Aktivitas yang terlalu berat

dapat memperburuk toleransi terhapadap latihan. Istirahat yang cukup dapat

meningkatkan energi, Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara

85
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

verbal mengenai keterbatasan yang dialami dengan rasional membantu pasien

memiliki proses kemajuan terapi dengan benar, Kolaborasi dengan ahli gizi

dalam pemberian diet dengan rasional untuk mengetahui cara meningkatkan

asupan energy dari makanan.

Dari sekian banyak rencana tindakan keperawatan dari diagnosa resiko

infeksi yang mengacu pada Nursing Intervention Classification dan

disesuaikan dengan kondisi pasien, penulis melakukan yaitu, identifikasi dari

tanda-tanda infeksi karena sebagai penanda proses infeksi, Lakukan perawatan

area infeksi dengan teknik aseptic dan gunakan kasa steril untuk merawat luka

karena untuk menghindari infeksi, Ajarkan pasien dan keluarga pasien tanda

dan gejala infeksi dengan rasional sebagai proteksi diri dari infeksi, dan

kolaborasi pemberian antibiotic jika perlu dengan rasional untuk menghambat

proses terjadinya infeksi

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh penulis untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012).

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementasi

yang telah dilakukan pada tanggal 29 November-1 Desember 2018 adalah

melakukan monitoring frekuensi pernapasan, irama dan kedalaman dengan

respon pada pasien dengan Hydrophenumothorax adanya suara frekuensi

86
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

pernapasan pasien 28x/ menit,. menunjukkan pernapasan takipnea yang

selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan

dari kerja pernafasan. (Muttaqim, 2012).

Memposisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi. Klien diberi

posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30 – 450, posisi teresbut

memberikan kesempatan paru-paru untuk berkembang secara maksimal, dari

tindakan tersebut didapat respon pasien melaporkan dengan posisi semi fowler

pola nafas klien mulai membaik (klien nyaman dengan posisi tersebut)

(Muttaqim, 2012).

Mengajarkan klien tehnik nonfarmakologi untuk meningkatkan

ventilasi alveoli. Salah satu cara yang umum digunakan adalah tehnik relaksasi.

Relaksasi ini bertujuan untuk membantu klien melemaskan tubuhnya atau

sekelompok otot tertentu yang berkontribusi terhadap munculnya sesak.

Relaksasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya duduk

mendengarkan musik, tiduran dan meluruskan anggota-anggota tubuh

(Morrison dan Bennett, 2009).

Salah satu tekhnik relaksasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan

ini yaitu tekhnik relaksasi nafas dalam. Tehnik ini mudah dilakukan karena

pernafasan itu sendiri merupakan tindakan yang dapat dilakukan secara normal

tanpa perlu berfikir atau merasa ragu. Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan

bahwa tujuan dari tehnik relakasi nafas dalam untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi pada paru,

87
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

Klien melaporkan kenyamanan dirasakan setelah melakukan relaksasi nafas

dalam.

Memberikan terapi oksigen (O2) 2 liter per menit memakai kanul

binasal dengan memperhatikan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh klien.

Pemberian oksigen (O2) akan meningkatkan kadar tekanan parsial oksigen

dalam saturasi oksigen dalam darah. Dari tindakan yang telah dilakukan klien

melaporkan kenyamanan dan sesaknya berkurang setelah diberikannya bantuan

oksigen dalam pernafasannya (Somantri, 2008).

Mengidentifikasi status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan

dengan hasil Pasien masih lemah ketika beraktivitas. Bantu pasien untuk

melakukan aktivitas dan istirahat dengan hasil pasien tampak beristirahat untuk

mengurangi sesak dan kelelahan. Menganjurkan pasien mengungkapkan

perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami dengan hasil

pasien mengatakan sesaknya bertambah ketika berjalan. Penatalaksanaan

pemberian cairan intravena dengan hasil terpasang cairan nacl 0,9% 20 tpm.

Mengidentifikasi luka dan tanda-tanda infeksi, Tidak ada tampak proses

infeksi, Melakukan perawatan area luka dengan teknik aseptic, Sudah

dilakukan perawatan luka insersi WSD dengan aseptic. Perawataan luka insersi

WSD dengan aseptic bertujuan untuk mencegah terjadinya kuman dan kotoran

ke dalam luka sehingga dapat menimbulkan infeksi. Infeksi terjadi jika

88
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

perawtan luka yang dilakukan tidak maksimal. Mencuci tangan sebelum

melakukan tindakan merupakan hal uyang sangat penting untuk mencegah

terjadinya infeksi (Iwan, 2008)

Mengajarkan pasien dan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi

dengan hasil pasien dan keluarga pasien tahu tanda dan gejala infeksi.

Pemberian edukasi sangat diharapkan untuk pasien dan keluarga pasien tahu

bagaimana tanda dan gejala infeksi, seperti nyeri, bengkak, berwarna

kemerahan, terasa panas, dan mengeluarkan nanah. Hal ini bertujuan

meminimalkan terjadinya infeksi. Setalah adanya tindakan keperawatan,

pendidikan kesehatan tersebut klien melaporkan pentingnya untuk menjaga

kesehatan diri dan begitu antusias dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan

yang diberikan serta mengerti terhadap apa yang dijelaskan (Soeharsono,

2005).

Para ulama memandang bahwa wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq

ayat 1-5 yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai

ayat yang menunjukkan betapa perhatiannya Al-Qur’an terhadap ilmu

pengetahuan sangat besar. Menurut Quraish Shihab, wahyu pertama ini tidak

sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali

mengulang-ulang bacaan atau membaca batas maksimal dari kemampuan. Oleh

karena itu Al-Qu’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari

dan mendapatkan ilmu pengetahuan dan kearifan, serta menempatkan orang-

orang berpengatuhuan pada derajat yang tinggi (Alwi, 2013).

89
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Beberapa ayat menyebutkan peran ilmu pengetahuan diantaranya Allah

menyebutkan bahwa tidak sama kedudukannya orang yang berpengetahuan

dengan yang tidak berpengetahuan.

Artinya :

Katakanlah , “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang

yang tidak mengetahui ”?

Begitu besarnya perhatian Al Qur’an dengan masalah ilmu sehingga

kata al’ilm dan derifatnya disebutkan lebih 780 kali. Melihat banyak ayat yang

berhubungan dengan pembicaraan masalah ilmu pengetahuan, sehingga ada

yang menyimpulkan dan beranggapan bahwa Al-Qur’an adalah sumber dari

segala sumber ilmu pengetahuan seperti Allah menyebutkannya (Alwi, 2013).

Di ayat lain disebutkan bahwa ada keutamaan mengamalkan ilmu

pengetahuan yang dimiliki.

90
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Artinya :

“Orang-orang yang telah kami beri kitab (taurat dan injil) mengetahui

(Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.

Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal

mereka menngetahui(nya)” (QS. Al-Baqarah : 146).

Di ayat lain pula dijelaskan bahwa :

Artinya :

“(Yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan

menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah

menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan” (Q.S An-Nisa :

37).

91
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Setiap tahun telah kita selalu dikejutkan dengan mewabahnya penyakit-

penyakit tertentu dan tidak sedikit menelan korban yang banyak. Istilah hifz

al-sihhah berarti penjagaan kesehatan (lebih khusus diartikan preventif).

Cabang kedokteran Islam yang dikenal dengan nama ini merupakan wilayah

studi yang sangat luas karena gagasan Islam tentang penjagaan Islam adalah

gagasan yang sangat komprehensif, jauh lebih komprehensif daripada yang

dimaksud oleh kedokteran moderen.

Sebuah hadis Nabi SAW memberi nasihat bahwa “kita harus menjaga

dan menghargai kesehatan diri, yang merupakan pemberian Tuhan, sebelum

ditimpa penyakit”. Tanggapan demikian melibatkan semua aspek eksistensi

spiritual, psikologis, dan fisik seseorang. Hal ini juga menandakan betapa Nabi

SAW dalam kapasitas sebagai seorang Nabi sekaligus sebagai seorang tabib

(walaupun beliau bukan tabib, namun ucapan-ucapan beliau banyak

mengandung solusi untuk hidup sehat). Beliau memahami karakter umatnya,

yang pada waktu itu hidup dalam kesederhanaan, dan tidak sedikit hidup dalam

kemiskinan. Namun pola hidup yang di contohkan Rasulullah SAW adalah

lebih mengarah usaha pencegahan daripada usaha mengobati, setelah sakit.

E. Evaluasi

Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Namun, evaluasi

dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu

pada proses penilaian, tahapan, dan perbaikan (Deswani, 2009).

Evaluasi untuk diagnosa utama adalah adalah pola napas tidak efektif

pada hari Senin, 29 November 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan

92
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan

yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah

dibuat berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif pasien mengatakan

masih sesak, objekif berupa Klien nampak sesak, P: 28 kali/menit, terpasang

oksigen 2 lpm. Assessment masalah belum teratasi. Planning dilanjutkan

intervensi Monitor frekuensi pernapasan, irama dan kedalaman, Monitor TTV,

Posisikan pasien dengan posisi semi fowler, Kolaborasi pemberian oksigen

sesuai indikasi.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan kedua, adalah intoleransi

aktivitas pada hari senin, 29 November 2018 pada akhir pengelolaan kasus,

dengan metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria

yang telah dibuat berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif Pasien

mengatakan masih lemas ketika beraktivitas objektif Pasien tampak lemah

Assessment Masalah belum teratasi, Planning dilanjutkan intervensi,

Identifikasi status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan, Bantu pasien

untuk melakukan aktivitas dan istirahat, Kolaborasi dalam pemberian diet.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan ketiga, adalah resiko infeksi pada

hari senin, 29 November 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan metode

SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan yang

telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah dibuat

berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif Pasien mengatakan sakit di

bagian insersi selang WSD. Objektif Tampak pemasangan selang WSD.

93
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Assessment Resiko infeksi belum teratasi. Planning dilanjutkan intervensi,

Identifikasi luka dan tanda-tanda infeksi , Lakukan perawatan area luka

dengan teknik aseptic, Ajarkan pasien dan keluarga pasien tanda dan gejala

infeksi.

Evaluasi untuk diagnosa utama adalah adalah pola napas tidak efektif

pada hari Selasa, 30 November 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan

metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan

yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah

dibuat berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif pasien mengatakan

masih sesak, objekif berupa Klien nampak sesak, P: 28 kali/menit, terpasang

oksigen 3 lpm. Assessment masalah belum teratasi. Planning dilanjutkan

intervensi Monitor frekuensi pernapasan, irama dan kedalaman, Monitor TTV,

Posisikan pasien dengan posisi semi fowler, Kolaborasi pemberian oksigen

sesuai indikasi.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan kedua, adalah intoleransi

aktivitas pada hari senin, 30 November 2018 pada akhir pengelolaan kasus,

dengan metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria

yang telah dibuat berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif Pasien

mengatakan masih lemas ketika beraktivitas objektif Pasien tampak lemah

Assessment Masalah belum teratasi, Planning dilanjutkan intervensi,

Identifikasi status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan, Bantu pasien

untuk melakukan aktivitas dan istirahat, Kolaborasi dalam pemberian diet.

94
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan ketiga, adalah resiko infeksi pada

hari senin, 30 November 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan metode

SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan yang

telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah dibuat

berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif Pasien mengatakan sakit di

bagian insersi selang WSD. Objektif Tampak pemasangan selang WSD.

Assessment Resiko infeksi belum teratasi. Planning dilanjutkan intervensi,

Identifikasi luka dan tanda-tanda infeksi , Lakukan perawatan area luka

dengan teknik aseptic.

Evaluasi untuk diagnosa utama adalah adalah pola napas tidak efektif

pada hari Rabu, 1 Desember 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan

metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan

yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah

dibuat berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif pasien mengatakan

masih sesak, objekif berupa Klien nampak sesak, P: 26 kali/menit, terpasang

oksigen 3 lpm. Assessment masalah belum teratasi. Planning dilanjutkan

intervensi Monitor frekuensi pernapasan, irama dan kedalaman, Monitor TTV,

Posisikan pasien dengan posisi semi fowler, Kolaborasi pemberian oksigen

sesuai indikasi.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan kedua, adalah intoleransi

aktivitas pada hari Rabu, 1 Desember 2018 pada akhir pengelolaan kasus,

dengan metode SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria

95
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

yang telah dibuat berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif Pasien

mengatakan masih lemas ketika beraktivitas objektif Pasien tampak lemah

Assessment Masalah belum teratasi, Planning dilanjutkan intervensi,

Identifikasi status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan, Bantu pasien

untuk melakukan aktivitas dan istirahat, Kolaborasi dalam pemberian diet.

Evaluasi untuk diagnosa keperawatan ketiga, adalah resiko infeksi pada

hari Rabu, 1 Desember 2018 pada akhir pengelolaan kasus, dengan metode

SOAP untuk mengetahui dari ketidakefektifan tindakan keperawatan yang

telah dilakukan, dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria yang telah dibuat

berdasarkan luaran keperawatan hasil subjektif Pasien mengatakan sakit di

bagian insersi selang WSD. Objektif Tampak pemasangan selang WSD.

Assessment Resiko infeksi belum teratasi. Planning dilanjutkan intervensi,

Identifikasi luka dan tanda-tanda infeksi , Lakukan perawatan area luka

dengan teknik aseptic.

96
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terjadi Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara pasien dan

kelompok ditandai dengan pasien semakin terbuka dengan masalahnya

setiap hari.

2. Pengkajian keperawatan dilakukan dengan mengumpulkan data dari pasien

baik subjek maupun objektif , kemudian dilakukan pengklasifikasian data,

analisis data dan ditemukan beberapa masalah patologis dari penyakit yang

diderita Tn. A. Hasil pengkajian didapatkan prioritas masalah dari Tn. A

adalah pola nafas tidak efektif.

3. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif,

intoleransi aktivitas dan resiko infeksi.

4. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan semua dilakukan

berdasarkan dari intervensi keperawatan kasus.

5. Tindakan keperawatan semua rencana keperawatan diimplementasikan dan

pasien merasa masalahnya bisa berkurang walaupun masih tidak

semaksimal hasil yang diharapkan.

6. Evaluasi keperawatan dari 3 diagnosa keperawatan yang muncul belum ada

yang teratasi.

B. Saran

1. Bagi Perawat

97
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada penderita

hidropnemouthorax serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada

klien sesuai dengan Standar Operasional Prosedur.

2. Bagi Pasien dan Keluarga

a. Bagi klien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin, dan

diharapkan dapat mengikuti program terapi yang diberikan sehingga

proses penyembuhan dapat lebih cepat

b. Bagi keluarga pasien diharapkan dapat memberikan motifasi, mampu

memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

98
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mukti dkk (2009) Pedoman Diagnosis dan Terapi lab ilmu penyakit paru
RSUD Dr Soetomo Surabaya. Surabaya
Alsagaff, H., & Mukty, A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press.
Afif Muttaqin, (2008). Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Alsagaf Hood dan Mukti Abdul H, (2002). Dasar-Dasar Ilmu Diagnostik Fisik
Paru. Surabaya: Airlangga.

Alsagaff Hood, (2010), Dasar Ilmu Penyakit Paru, Jakarta: EGC

Amirulloh R. Penatalaksanaan Pneumotoraks di Dalam Praktek. http://www.

Budi Swidarmoko, Agus dwi Susanto. (2010). Pulmonologi Intervensi dan Gawat
Darurat Nafas. Jakarta: FK UI.

Carpenito,L.J (2008) Buku Saku Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Darmanto Djojodibroto, 2009, Respirologi, Jakarta: EGC

Herdman. T. Heather (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Hisyam, B., & Budiono, E. 2006. Pneumotoraks Spontan. Jakarta: Pusat

Hudak, C.M. (2010) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC

Kahar Kusumawidjaja, (2008), Pleura dan Mediastinum, Radiologi diagnositik,


kalbe.co.id. [diakses tanggal 01 Oktober 2012]

Mansjoer dkk, (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi-3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Malueka, R. G. (2006). Radiologi Diagnostik. yogyakarta: Pustaka Cendekia.

Patel, P. R. (2006). Lecture Notes Radiologi. Jakarta: Erlangga.

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia.

99
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Laporan Seminar Kasus Keperwatan Medikal Bedah

Sjahriar rasad, (2009), Radiologi Diagnostik, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sadhyo, M. (2010). Hidropneumothorax. Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

100
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Kelompok 2 Ruang Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar

Anda mungkin juga menyukai