Angina stabil melibatkan rasa sakit episodik yang berlangsung 5-15 menit, diprovokasi oleh tenaga, dan dibebaskan dengan
istirahat atau nitrogliserin.Dalam angina tidak stabil, pasien mengalami peningkatan risiko kejadian kardiak yang merugikan, seperti
infark miokard atau kematian.Baru-onset angina exertional dapat terjadi saat istirahat dan meningkatkan frekuensi atau durasi atau
refrakter terhadap nitrogliserin.angina varian (Prinzmetal angina) terjadi terutama saat istirahat, dipicu oleh merokok, dan diduga
disebabkan oleh vasospasme koroner. (Coven., 2016)
2.5 FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang menyebabkan risiko terhadap sindrom koroner akut sama dengan penyakit jantung lainnya yaitu:
a. Orang-orang usia lanjut (umur 45 tahun ke atas untuk pria dan 55 tahun ke atas untuk wanita)
b. Tekanan darah tinggi
c. Kadar kolestrol tinggi
d. Merokok
e. Jarang berolahraga
f. Diabetes tipe 2
g. Riwayat keluarga: jika ada anggota keluarga kandung Anda yang memiliki sakit dada, penyakit jantung, stroke, atau meninggal
mendadak.
Gambar.1 Perubahan rekam jantung (EKG) pada serangan jantung STEMI (sumber:
http://www.isic.or.id/patient_education_and_collaboration/2014/10/serangan_jantung_tipe_stemi_st-elevation_myocardial_infarction_5)
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner
kecil atau oklusi parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal ini menyebabkan kerusakan
ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI sekitar 30% dari semua serangan jantung. (Anggraeni. 2014)
Nyeri dada lebih dari 20 menit dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti di peras,
perasaan seperti di ikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul,rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi persentasi gejala yang
sering di temukan pada penderita NSTEMI. Pada EKG ditemukan deviasi ST segmen depresi > 0,5mm , dapat disertai
dengan gelombang T inverse. Biomarker miokard ditandai dengan peningkatan CKMB > 25 µ/l dan Troponin T positif >
0,03. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga
terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun. (Muliadi. 2015)
3) Manifestasi Klinis
a) Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina
biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.
Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya
nyeri dada menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang
terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau penderita DM berkaitan dengan neuropathy.
b) Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, disamping itu
perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
c) Gejala Gastrointestina
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan
stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
d) Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, gelisah.
(Sumber: Masturah. 2012; Risky.2014)
4) Faktor Resiko
a) Dapat Diubah (dimodifikasi)
1. Diet (hiperlipidemia)
2. Rokok
3. Hipertensi
4. Stress
5. Obesitas
6. Kurang aktifitas
7. Diabetes Mellitus
8. Pemakaian kontrasepsi oral
b) Tidak dapat diubah
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Ras
4. Herediter
5. Kepribadian tipe A
(Sumber: Risky.2014)
b. Pengkajian Sekunder
1) Anamnesis
AMPLE (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum )
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien )
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsums)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
PQRST :
Provokes/palliates : apa yang menyebabkan nyeri?
Quality : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya ?(diiris, tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram, kolik,
diremas)
Radiates: apakah nyerinya menyebar? Nyeri dada sebelah kiri, menjalar ke lengan kiri, leher dan punggung
Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
Time : kapan nyeri itu timbul? Nyeri dada dirasakan sejak 4 jam SMRS
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kulit kepala (pigmentasi, laserasi, massa, kontusio, fraktur dan luka termal, ruam, perdarahan, nyeri tekan serta
adanya sakit kepala)
b) Wajah ( mata, hidung, telinga, rahang atas, mulut , dan faring)
c) Vertebra servikalis dan leher (deformitas tulang atau krepitasi, edema, ruam, lesi, dan massa , kaji adanya keluhan
disfagia)
d) Toraks
Inspeksi : trauma tumpul/tajam,luka, lecet, memar, ruam , ekimosiss, bekas luka, frekuensi dan kedalaman
pernafsan, kesimetrisan expansi dinding dada, Palpasi : adanya trauma tajam/tumpul, emfisema subkutan, nyeri
tekan dan krepitasi.
Perkusi : hipersonor dan keredupan
Auskultasi : suara nafas tambahan (ronki, wheezing, rales) dan bunyi jantung (murmur, gallop, friction rub)
e) Abdomen
f) Pelvis (perineum/rectum/vagina)
g) Ekstremitas
h) Punggung
i) Neurologis (kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, pemeriksaan motorik dan sensorik, GCS)
Diagnosa Keperawatan
1. Dx1 : Nyeri b/d agen cidera injuri (biologis, kimia, psikologis, fisik)
2. Dx2 : Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung
3. Dx3 : Pola nafas tidak efektif b/d kelelahan otot pernafasan
4. Dx4 : Kelebihan volume cairan b/d asupan cairan berlebih
5. Dx5 : Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
6. Dx6 : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
7. Dx7 : Kurang Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif
Intervensi
1. Dx1 : Nyeri akut b/d agen cidera injuri (biologis, kimia, psikologis, fisik)
Tujuan dan kriteria hasil
NOC : Pain level
Pain Control
Comfort Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x 24 jam. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
6. Tidak mengalami gangguan tidur
Intervensi : 1. Kaji skala nyeri klien.
2. berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4. Kolaborasi: Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Setelah dilakukan asuhan selama x 24 jam. Penurunan kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil:
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
1. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
2. Tidak ada penurunan kesadaran
3. AGD dalam batas normal
4. Tidak ada distensi vena leher
5. Warna kulit normal
3) Multislice cardiac CT (MSCT) dapat digunakan untuk menyingkirkan PJK sebagai penyebab nyeri pada pasien dengan
kemungkinan PJK rendah sampai menengah, dan jika pemeriksaan troponin dan EKG tidak meyakinkan
4) Pemeriksaan invasif (angiografi koroner)
Angiografi koroner memberikan informasi mengenai keberadaan dan tingkat keparahan PJK sehingga dianjurkan segera
dilakukan untuk tujuan diagnostik pada pasiendengan risiko tinggi dan diagnosis banding yang tidak jelas. Penemuan
angiografi yang khas antara lain ekstriitas, batas yang ireguler, ulserasi, penampakkan yang kabur dan filling defect yang
mengesankan adanya trombus intrakoroner
b. Pantau ritme.
2) Jika pasien pulsa oksimetri kurang dari 94% berikan oksigen pada tingkat yang meningkatkan saturasi untuk antara 94 dan
99%. Jika pasien memiliki riwayat COPD, berikan oksigen jika denyut nadinya turun di bawah 90% di udara kamar. Jika
pasien sesak napas, berikan oksigen pada apa yang ditunjukkan oleh saturasi oksigen.
3) Dapatkan EKG 12-lead.
4) Menafsirkan atau meminta interpretasi EKG. Jika ada peningkatan ST, kirimkan hasilnya ke rumah sakit
penerima. Personil rumah sakit mengumpulkan sumber daya untuk merespons STEMI. Jika tidak dapat
mentransmisikan, penyedia rumah sakit terlatih harus menafsirkan EKG dan laboratorium kateterisasi jantung harus
diberitahu berdasarkan interpretasi itu.
1. Jika pasien tidak menerima aspirin dari penyedia EMS, berikan aspirin (160 hingga 325 mg).
2. Berikan nitrogliserin 0,4mg q 5 menit, baik sublingual, semprot. Tahan nitrogliserin pada pasien yang mengalami infark
ventrikel kanan.
3. Berikan pasien pereda nyeri narkotika seperti fentanyl, morfin atau Dilaudid jika nyeri tidak hilang dengan
nitrogliserin. Morfin adalah obat pilihan untuk infark, tetapi harus digunakan dengan hati-hati pada pasien angina yang
tidak stabil.
EKG 12-lead berada di jantung jalur keputusan dalam pengelolaan nyeri dada iskemik dan merupakan satu-satunya cara
untuk mengidentifikasi STEMI.
Catatan: Klasifikasi ECG untuk sindrom iskemik tidak dimaksudkan untuk menjadi eksklusif.
STEMI (ST-elevasi miokard Angina tidak stabil berisiko UA menengah atau risiko
infark) tinggi (UA) atau NSTEMI rendah
(infark miokard elevasi non-
segmen ST)
Definisi: Ketinggian segmen Definisi: Depresi segmen Definisi: Perubahan normal
ST lebih besar dari 1 mm ST iskemik 0,5 mm (0,5 atau non diagnostik pada
(0,1 mV) dalam 2 atau lebih mV) atau lebih besar segmen ST atau gelombang
sadapan prekordial yang - ATAU - Pembalikan T yang tidak dapat
berdekatan atau 2 atau lebih gelombang T dinamis disimpulkan dan
sadapan ekstremitas yang dengan rasa sakit atau tidak memerlukan stratifikasi
berdekatan - ATAU - diduga nyaman / Peningkatan ST risiko lebih lanjut/ termasuk
baru blok cabang bundel kiri transien 0,5 mm atau lebih orang dengan EKG normal
baru besar selama kurang dari 20 dan mereka yang memiliki
deviasi segmen ST di kedua
menit arah yang kurang dari 0,5
Konfirmasikan berapa banyak waktu yang telah berlalu sejak timbulnya gejala.
a. Kembangkan strategi reperfusi berdasarkan kriteria pasien dan rumah sakit. Kecuali tidak mungkin, pasien harus dibawa
ke laboratorium kateterisasi jantung untuk PCI
- ACE inhibitor / angiotensin receptor blocker (ARB) dalam 24 jam setelah onset gejala
- HMG-CoA reductase inhibitor (terapi statin)
Hasil penanda jantung, rontgen dada, dan studi laboratorium tidak boleh menunda terapi reperfusi kecuali ada alasan
klinis.
Mulai perawatan tambahan untuk STEMI, seperti yang ditunjukkan:
Jika pasien diklasifikasikan dengan NSTEMI atau angina tidak stabil berisiko tinggi, ikuti bagian algoritma ini.
Nitrogliserin
Clopidogrel
Inhibitor Glycoprotein IIb / IIIa
Jika lebih dari 12 jam telah berlalu sejak timbulnya gejala pasien, lakukan hal berikut:
3. Takikardia ventrikel
4. Ketidakstabilan hemodinamik
2.1 ISU DAN TREND PENATALAKSANAAN PADA ACS BERBASIS TEKNOLOGI DI ERA 4.0
a. Penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut (PERKI, 2018)
1) terapi awal yang dilakukan adalah pemberian Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin (MONA), yang tidak harus diberikan semua atau
bersamaan.
2) Pada semua pasien IMA-EST direkomendasikan untuk mengukur saturasi oksigen perifer. Oksigen diindikasikan pada pasien
dengan hipoksemia (SaO2 <90% atau PaO2 <60 mmHg) dan oksigen rutin tidak direkomendasikan pada pasien dengan SaO2 >
90%
3) Aspirin 160-320 mg diberikan sublingual karena berespon lebih cepat
4) Penghambat reseptor Adenosin Difosfat (ADP)
- Dosis awal Tricagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 2x90 mg/hari kecuali pada
pasien IMA-EST yang direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik.
- Dosis awal Clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien IMA-EST yang
direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang dianjurkan adalah Clopidogrel)
5) Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual untuk pasien dengan nyeri dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat
darurat. Jika nyeri dada dengan 1 kali pemberian, dapat diulang setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali. Untuk pasien yang tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual maka dapat diberikan NTG intravena. Dalam keadaan tidak tersedia NTG,
Isosorbid Dinitrat (ISDN) dapat digunakan sebagai pengganti.
6) Morfin Sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-3- menit bagi pasien yang tidak responsif terapi 3 dosis NTG
sublingual.
Hipertensi Obesitas Dm Hiperkolesterol Merokok Jenis Kelamin
Mengahambat pe
Pengaktivan pusat ngeluaran panas t
muntah di hipotal ubuh
amus
Keringet dingin
Mual muntah
HR
Nyeri dada sebelah kiri
TD
Troponi +
Kadar CKMB
DAFTAR PUSTAKA
Alaeddini Jamshid, MD, FACC, FHRS. 2016. “Angina Pectoris”. Medscape, desember 2016.
http://emedicine.medscape.com/article/150215-differential 11 Mei 2017
Brunner & Suddart edisi 12. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Coven, David L, MD, PhD. 2016. “Acute Coronary Syndrome”. Medscape, desember 2016
http://emedicine.medscape.com/article/1910735-overview 27 Maret 2017.
Herdman. T. H dan S. Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Juliawan Dewa. 2012. “Askep ACS” (online). Juni 2012.
http://askepacs.blogspot.co.id/2012/06/konsep-dasar-keperawatan-1.html 11 Mei 2017
Oktavianus dan Febriana Sartika Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular. 2018. Pedoman Tata Laksana Sindrom
Koroner Akut
Rizky Pribadi. 2014. “Non-ST Elevasi miokard Infark” (online). Januari 2014.
http://kalangkangmencrang.blogspot.co.id/2014/01/non-st-elevasi-miokard-infark-
nstemi.html 11 Mei 2017
Roffi Marco. (2016). “2015 ESC Guidelines for the management of acute coronary
syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation”. European
Heart Journal, is a available on the ESC website http://www.escardio.org/guidelines 27
maret 2017 hal: 273
Tan Walter, MD, MS. 2015. “Unstable Angina”. Medscape 2015.
http://emedicine.medscape.com/article/159383-workup#showall 27 Mei 2017
Widya Josephine. 2014. “Sindrom Koroner Akut”. (online). April 2014.
https://josephinewidya.wordpress.com/2014/04/30/definisi-etiologi-faktor-risiko-dan-
klasifikasi-sindrom-koroner-akut/ 11 Mei 2017