Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pasien ARDS


Di RSUD pasar Minggu Jl. TB Simatupang No.1, RT.1/RW.5, Ragunan, Kec.
Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550

Disusun Oleh :
Devia Febriani1610711051

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020

1. Definisi
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom yang
ditandai oleh peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler terhadap
air, larutan dan protein plasma di sertai kerusakan alveolar difus dan
akumulasi cairan dalam perenkim paru yang mengandung protein.Sindrom
klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri
yang terjadi setelah penyakit atau cidera serius (Brunner &
suddarth,2001).Kondisi paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas
berat,biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan
pada berbagai penyebab pulmonal dan non pulmonal (Hudak & gallo,1997)
Merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permabililitas
membrane alveolar kapiler terhadap air,larutan, dan protein plasma disertai
kerusakan alvoler difus dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang
mengandung protein (Aru W,dkk,2006)
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan
untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)

1. Etiologi
a. Depresi Sistem Saraf Pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernapasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal

b. Kelainan primer neurologis


Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat  pernapasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang
otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit
pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi  pada pernapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.

c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks


Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi  paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti
paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.

d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi  pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail
chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya
adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.

e. Penyakit akut paru


Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas.

2. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul.Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru
hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.Setelah gagal nafas
akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.Pada gagal nafas kronik
struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. nafas telah frekuensi
pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20
x/mnt.Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan
ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan.Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan
menekan pusat pernafasan.Sehingga pernafasan menjadi lambat dan
dangkal.Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan
tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang
dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood.Pnemonia
atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

3. pathway Pelepasan dari


fibrinopeptida dan Trauma tipe ll
Henti asam amino pheocytes
simpatetik
hipotalamus
Penurunan
Trauma endothelium
surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar
Atelektasis
Perubahan volume Peningkatan
darah menuju sirkulasi permeabilitas
paru
Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan residu spasme
hidrostatik kapiler Edemaparu kapasitas
pulmonal menurun

Kelebihan Penurunanpenge
Pemenuhan
volume cairan mbangan paru
paruberkur
ang
Hipoksemia
Cairan menumpuk di
intestinium
Abnormalitas
ventilasi -
Mencairkan Peningkatankerj perfusi
sistem surfaktan apernapasan

Ketidakefektifan
Gangguan
pola nafas
Ronchi pertukaran
Infiltrat
gas
alveolar

Ketidakefektifa
n bersihan jalan Gambar 2.3 Patofisiologi Nanda NIC NOC
nafas

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
a. Penurunan kesadaran mental
b. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
c. Terdapat retraksi interoksa
d. Sianosis
e. Hipoksemia
f. Auskultasi paru: ronkhi basah,krekels, wheezing
g. Hipotensi

5. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
1) Analisa gas darah:
a) Hipoksemia (penurunan PaO2)
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap awal karena
hiperventilasi
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan gagal ventilasi
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap dini
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada tahap lanjut.
2) Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi
sistemik dan injuri endotel), peningkatan kadar amilasee (pada
pancreatitis).

6. Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Abnormalitas obstruktif ( keterbatasan aliran udara )
c. Defek difusi sedang
d. Hipoksemia
e. Toksisitas oksigen

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman
dengan segera antara lain :
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa
abnormalitas fisiologis yang spesifik.
b. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membran alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan
tambahan adalah :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis
hipoksemia berat.
2) Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress
pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator
dengan tekanan dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di
tambahkan .positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam
alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir
ekpirasi.Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung da
barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan
tidal volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang
dada torakstomi darurat harus siap sedia.

d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat


Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah
menurun. Sebagian akibat efek ventilasi mekanik PEEB pengukuran seri
hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan
menetukan kebutuha untuk ttarnsfusi sel darah mearah.

e. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Tapi
sebealumnya terapi antibiotik diberikan untuk profilaksis, tetapi
pengalaman menujukkan bahwa hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram
negatife yang berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis tidak lagi
digunakan.

f. Pemeliharaan jalan nafas


Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya
sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh),
memberikan dukuga ventilasi kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi: menatahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan
nekrosis tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran
konstan terhadap jalan nafas bagian atas.

g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian
atas dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang
tealh dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang disapatkan di
rumah sakit.

h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah
kritis. Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian
makanan melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan
pasien untuk menghindari gagal nafas sehubugan dengan nutrisi buruk
pada otot inspirsi.

i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi


Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif
terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.

ASUHAN KEPERAWATAN ARDS


1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak

2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak

3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran

4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks

5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyait yang sama ketika klien mauk rumah sakit.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.

4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara
tambahan seperti krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan,
nyeri kepala (penyebabnya karena adanya trauma), mata
berkunang-kunang, berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).

e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan
yang berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat
edema paru.
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
(00032)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi (00030)
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus yang
berlebih (00031)
a. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : Manajemen Jalan Nafas ( 3140 )
berhubungan dengan sindrom Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
hipoventilasi (00032) selama 1 x 24 jam, masalah ketidakefektifan pola sebagaimana mestinya.
nafas teratasi. 2. Posisikan pasien untukmemaksimalkan ventilasi.
3. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
Kriteria Hasil : efektif.
Status Pernapasan ( 0415 ) 4. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya.
Kode Indikator SA ST 5. Buang secret dengan memotivasi pasien
04150 Frekuensi pernapasan 2 5 untukmelakukan batuk atau menyedot lender.
1 6. Auskultasi suara nafas, catat area yang
04150 Irama pernapasan 2 5
ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
2
04150 Suara auskultasi nafas 3 5 suara tambahan.
4 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan
04151 Sianosis 2 5 nebulizer.
3
04151 Dyspnue dengan aktivitas 2 5
5 ringan
04151 Gangguan kesadaran 3 5
9
04152 Akumulasi sputum 2 5
0
04152 Suara nafas tambahan 2 5
2
04153 Batuk 3 5
1

Keterangan :
1 : Deviasi Berat dari Kisaran Normal
2 : Deviasi yang Cukup Berat dari Kisaran Normal
3 : Deviasi Sedang dari Kisaran Normal
4 : Deviasi Ringan dari Kisaran Normal
5 : Tidak Ada Deviasi dari Kisaran Normal
3.4 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan pola nafas 1. Memposisikan pasien S : Klien mengatakan sesaknya berkurang
berhubungan dengan sindrom Untukmemaksimalkan ventilasi. O : TTV dalam batas normal, sesak
hipoventilasi (00032) 2. Menginstruksikan bagaimana agar bisa berkurang
melakukan batuk efektif. A : Masalah teratasi
3. Melakukan fisioterapi dada sebagaimana Status Pernapasan ( 0415 )
mestinya. Kode Indikator SA ST
4. Membuang secret dengan memotivasi 04150 Frekuensi 2 5

pasien untukmelakukan batuk atau 1 pernapasan


04150 Irama pernapasan 2 5
menyedot lender.
2
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area 04150 Suara auskultasi 3 5
yang ventilasinya menurun atau tidak ada 4 nafas
dan adanya suara tambahan. 04151 Sianosis 2 5

6. Memberikan nebulizer. 3
04151 Dyspnue dengan 2 5
5 aktivitas ringan
04151 Gangguan 3 5
9 kesadaran
04152 Akumulasi sputum 2 5
0
04152 Suara nafas 2 5
2 tambahan
04153 Batuk 3 5
1

P : Edukasi klien dan keluarga untuk


banyak istirahat dan mengurangi aktivitas
berat, teratur minum obat
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC Edisi Jilid 1. 2015.


Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi VIII.
Vol. 1. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai