Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT LEUKIMIA PADA SISTEM HEMATOLOGI

DI SUSUN OLEH :
MUSDALIFAH K
NIM : K.21.01.025

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

GANJIL T.A 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan
Laporan Pendahuluan dengan judul “Laporan Pendahuluan Penyakit Leukimia Pada
Sistem Hematologi” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak dan sumber-sumber yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan kami sebagai penyusun. Ibarat


“tak ada gading yang tak retak”, kami senantiasa memerlukan kritik dan saran yang
membangun guna meningkatkan daya cipta dan daya guna dari laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Palopo, 20 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I KONSEP DASAR MEDIS ............................................................................ 1

A. Pengertian .................................................................................................... 1
B. Klasifikasi .................................................................................................... 2
C. Etiologi ......................................................................................................... 2
D. Manifestasik Klinis ...................................................................................... 4
E. Patofisiologi ................................................................................................. 4
F. Komplikasi ................................................................................................... 5
G. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................... 6
H. Penatalaksanaan ........................................................................................... 6
I. Pathway ........................................................................................................ 8

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 9

A. Pengertian .................................................................................................... 9
B. Pengkajian .................................................................................................... 9
C. Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 13
D. Intervensi Keperawatan (NIC,NOC) ............................................................ 15
E. Implementasi ................................................................................................ 29
F. Evaluasi ........................................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 30

iii
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi.
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima
(darah).Leukemia merupakan sekumpulan penyakit neoplastik yang beragam,
ditandai dengan produksi atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah
di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang abnormal (sel leukemia). Produksi
sel leukemia yang bertambah banyak menyebabkan sel leukemia keluar dari
sumsum. Sel leukemia dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi
yang kemudian mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah
normal dan sistem imunitas tubuh sehingga dapat menimbulkan gejala klinis pada
tubuh penderita (Yayan, 2010).
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum
tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel
darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan
infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen kedalam tubuh) dan
platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,
Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel
darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah
putih mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel
darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur
kapankah sel darah diharapkan bereproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila
berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan

1
kondisi seperti ini (leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah
terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat
cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka
dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan
leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga
memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.
B. Klasifikasi
Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel. Ketika pada pemeriksaan
diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut
leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti
neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.
Dari klasifikasi di atas, maka leukemia dibagi menjadi empat tipe sebutan :
1. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering
terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada orang dewasa
terutama yang telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa
daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik
akut.
3. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang
dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita
oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa.
Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit (Purnomo, 2010).
C. Etiologi
1. Genetik
Adanya penyimpangan Kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconis, Anemia, Sindroma Wiskott-Aldrich, Sindroma Ellis van
Crefeld, sindroma Kleinfelter, D-TrisomySindrome, Sindroma Fon
reckinghausen, dan Neurofibromatosis.
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen,misalnya pada kromosom 23 atau C-group Trisomy,
atau pola kromosom yang tidak stabil,seperti pada aneuploidy.

2
a. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi
leukemia yang sangat tinggi.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom, misalnya: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut,
khususnya ANLL.
2. Virus.
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan
adalah Acute T-Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk.
3. Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu
yang sering terpapar benzen. Selain ben5en beberapa bahan lain dihubungkan
dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk-produk minyak, cat,
ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik.Sedangkan
dari obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya: alkilator dan
inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom
yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methotypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun
menjadi AML.
4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan
pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan
pada kasus lain: seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk

3
Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia
ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi, misalnya: pembesaran
thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis
5. Leukemia Sekunder
 Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi
lain disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related
leukemia. Termasuk diantaranya penyakit'odgin, limphoma, myeloma, dan
kanker payudara.'al ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan
termasuk golongan imunosupresi" selain menyebabkan dapat menyebabkan
kerusakan DNA
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut:
a. Pilek tidak sembuh-sembuh > sakit kepala
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, merasa lemah atau letih
c. Demam, keringat malam dan anorexia
d. Berat badan menurune)
e. Ptechiae, memar tanpa sebab, mudah berdarah dan lebam (gusi
berdarah, berdak keunguan dikulit, atau bintik-bintik merah kecil di
bawah kulit)
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen, pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut
(akibat pembesaran limpa).
E. Patofisiologi
Leukemia disebabkan akibat dari adanya mutasi pada DNA somatik.
Mutasi tersebut disebabkan oleh terjadinya aktivasi onkogen atau deaktivasi gen
tumor supresor dan terganggunya pengaturan program kematian sel (apoptosis).
Mutasi tersebut bisa terjadi secara spontan atau karena pengaruh radiasi atau
pemaparan substansi karsinogen dan erat hubungannya dengan faktor genetik.
Beberapa penderita disebabkan oleh pengaruh radiasi ion, pemaparan bahan
kimia misalnya benzen dan agen kemoterapi alkyl untuk pengobatan malignan
sebelumnya, karakteristik kelahiran anak, kondisi reproduktif orang tua, pengaruh
kondisi lingkungan, faktor immunologi tubuh seseorang dan kebiasaan perilaku
yang tidak sehat seperti merokok. Beberapa faktor tersebut selanjutnya

4
mempengaruhi tubuh untuk melakukan mutasi DNA somatik. Virus juga ada
hubungannya dengan leukemia, paada hewan uji coba mencit dan hewan uji coba
lainnya dengan infeksi retrovirus ada hubungannya dengan kejadian leukemia.
Retrovirus yang teridentifikasi adalah Human T-lymphotropic virus atau HTLV-1
yang selanjutnya diketahui sebagai penyebab T-cell Leukemia. Penderita
leukemia diduga mempunyai gen tunggal atau gen multipel penyebab leukemia,
jenis leukemia bisa sama atau juga bisa jenis leukemia yang lain. Pada kelainan
genetik tersebut individu mempunyai kromosom defek atau kelainan genetik
tertentu yang mempunyai risiko lebih besar terhadap leukemia. Misalnya,
seseorang dengan gejala down’s syndrome mempunyai risiko tinggi terhadap
kejadian leukemia (Darmono, 2012)
F. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :
1. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure).
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam jumlah
yang memadai, yaitu berupa :
a. Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah
terlalusedikit).
b. Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
c. Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
2. Infeksi.
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun
tidak efektif.
3. Hepatomegali (Pembesaran Hati).
Membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.
4. Splenomegali (Pembesaran Limpa).
Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian
berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar bahkan
beresiko untuk pecah.
5. Limpadenopati.

5
Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjer getah bening
dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
6. Kematian.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap :
a. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
b. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari
50.000/mm).
c. Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan
peningkatan sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri).
2. Pemeriksaan sel darah tepi :
Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga dapat
menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel yang
beredar.
3. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.
4. Biopsi sumsum tulang :
Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari sel darah
putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast, dengan prekusor
eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.
5. Biopsi nodus limfa :
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal dan
granulosit. (Doengoes, 2000) Mungkin ada sel blast leukemia.
H. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
b. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan).
d. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi

6
dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
e. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
f. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
g. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
h. Pantau selalu intake dan out put pasien.
i. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar
pasien merasa nyam
2. Medis
a. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombosit openia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
b. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan
sebagainya. Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi
dalam tubuh dan gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit
demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan
dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate,
vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah
kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi sekunder
dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang
bebas hama).
d. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno
terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan
pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan
dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya
tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel
leukemia yang telah diradiasi.
e. Transplantasi sumsum tula

7
I. Pathway Leukimia

Genetik : Virus Bahan Kimia dan


Lingkungan Radiasi
Gangguan obat-obatan
Kromosom

Sel masenkim, stem cell,


sel ratikuler

Sumsung tulang Sel blast Jar. Mieloid


(mieloblast)

Poliferasi SDP Hematoesis


Akumulasi
immatur Terganggu

Infiltrasi ke organ-organ Limfoid


Penurunan Penurunan Penurunan
Neutrofil Eritrosit Trombosit

Hati Tulang SPP Limpa


Neutropeniam Eritropeni Produksi
Platelat
Hepato Nyeri Sist. Limpade
megali Tulang Neurol nopati Menurnkn Hb
ogis dan sist. Trombositopenia
Tergan splenom Perthanan Suplai O2
ggu egali tubuh kejaringn
sekundaer Pembekuan
menurun
Nutrisi Gangguan terganggu
Nyeri Sakit kepala,
kurang Akut nausea, rasa Resiko Pucat lesu,
dari diplopia, nyaman Infeksi Dispnea, Pendarahan
Kebutuha penglihatan letargi Spontan
kabur

Inteloransi Resiko syok


Resiko Injury Aktivitas Hipovelemik

8
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian
Asuhan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan
menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
secara mandiri, (UNIMUS, Nurilawati, 2016). Di dalam memberikan asuhan
keperawatan menurut (UNIMUS, Nurilawati, 2016) terdiri dari beberapa tahap
atau langkah-langkah proses keperawatan.
B. Pengkajian
Pengkajian Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi
tanda pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang
samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari,
penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat
menjadi petunjuk pertama leukimia, (Wong‟s pediatric nursing 2009). Adapun
pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi :
1. Biodata
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan
pendidikan.
b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a. Riwayat kehamilan/persalinan.
b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c. Riwayat pemberian imunisasi.

9
d. Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e. Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b. Tanda-tanda vital
1) TD : Tekanan Darah
2) N : Nadi
3) P : Pernapasan
4) S : Suhu
c. Antropometri
1) TB : Tinggi Badan
2) BB : Berat Badan
d. Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas,
bunyi tambahan ronchi dan wheezing.
e. Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.
f. Sitem Pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak,
palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi
peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h. Sistem Integumen
Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak.
Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban.
Kuku : Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.
i. Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j. Sitem Pengindraan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.

10
k. Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem
reproduksi.
l. Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan
menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
- Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu
lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau
yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).
- Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus
optikus, penglihatan perifer.
- Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak
mengikuti cahaya.
- Nervus IV (Troklearis) :
Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan
kearah dalam.
- Nervus V (trigemenus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien
merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak
dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda
menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari
samping, sentuh bagian mata yang berwarna dengan
lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks
berkedip dan refleks kornea.
- Nervus VI (Abdusen) :

11
Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata
secara lateral.
- Nervus VIII (Fasialis) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi
Larutan manis (gula), Asam (jus lemon), atau hambar
(kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik
dengan meminta anak yang lebih besar untuk
tersenyum, menggembungkan pipi, atau
memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum dan
menangis).
- Nervus VIII (akustikus) :
Uji pendengaran Klien. - Nervus IX (glosofharingeus)
: Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa
larutan pada lidah posterior.
- Nervus X (vagus) :
Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan
menelan, sentuhkan spatel lidah ke posterior faring
untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf
cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan
menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan
epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah.
- Nervus XI (aksesorius) :
Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan
melawan tahanan, minta anak untuk mengangkat bahu
ketika bahunya ditekan kebawah.
- Nervus XII (hipoglosus) :
Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa
lidah terhadap deviasi garis tengah, (amati lidah bayi
terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan
tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk
mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah
6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Funsi sensorik :

12
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Funsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap :
Menunjukkan normostik, anemia normostik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah.
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah
SDP :
Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan peningkatan SDP imatur
(“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel blast leukemia.
b. PT/ PTT : Memanjang
c. LDH : Mungkin meningkat.
d. Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.
e. Muramidase serum (lisozim) : Penikngkatan pada leukemia
monositik Akut dan mielomositik.
f. Copper serum : Meningkat.
g. Zink serum : Menurun.
h. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50%
atau lebih darin sel blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan
megakariositis menurun.
i. Foto dada dan biospy nodus limfe : Dapat mengidentifikasi derajat
keterlibatan.
C. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul Menurut buku NANDA
(2015) dan buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia atau SDKI (2016 &
2017), diagnosa keperawatan yang akan muncul adalah :
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke
Jaringan Otak.
3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.

13
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat
(penurunan Hb).

14
6. Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Berlebihan
(muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia).
7. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
8. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.
9. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Inform

15
D. Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan NIC NOC
1. Diagnosa: Tujuan: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Nyeri kronik berhubngan dengan Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Agen injury biologi diharapkan Nyeri Kronik berkurang dan kualitas dan faktor presipitasi.
DS : teratasi. 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
1. Laporan secara verbal Kriteria Hasil : 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO : 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu menemukan dukungan.
1. Posisi untuk menahan nyeri. penyebab nyeri, mampu menggunakan 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
2. Tingkah laku berhati-hati. tehnik nonfarmakologi untuk seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
3. Gangguan tidur (mata sayu, mengurangi nyeri, mencari bantuan). 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
tampak capek, sulit atau 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
gerakan kacau, menyeringai. dengan menggunakan manajemen nyeri. intervensi.
4. Terfokus pada diri sendiri. 3. Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
5. Fokus menyempit (penurunan intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin.
persepsi waktu, kerusakan 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
proses berpikir, penurunan berkurang. 9. Tingkatkan istirahat.
interaksi dengan orang dan 5. Tanda vital dalam rentang normal. 10.Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
lingkungan). 6. Tidak mengalami gangguan tidur. nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan

16
6. Tingkah laku distraksi, contoh : antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
jalan-jalan, menemui orang lain 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dan/atau aktivitas, aktivitas pemberian analgesik pertama kali.
berulang-ulang).
7. Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil).
8. Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku).
9. Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah).
10.Perubahan dalam nafsu makan
dan minum.

17
No Diagnosa Keperawatan NIC NOC
.
2. Diagnosa : Tujuan : 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
beruhubungan dengan Kurangnya diharapkan Pola Nafas Kembali Efektif. tambahan.
Suplai O2 Ke Jaringan Otak. Kriteria Hasil : 3. Monitor respirasi dan status O2.
DS : 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 4. Pertahankan jalan nafas yang paten.
1. Dypnea. suara nafas yang bersih, tidak ada 5. Atur peralatan oksigenasi.
2. Nafas Pendek. sianosis dan dyspneu (mampu 6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
DO : mengeluarkan sputum, mampu bernapas oksigenasi.
1. Penurunan tekanan inspirasi/ dengan mudah, tidak ada pursed lips). 7. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR sesudah dan
ekspirasi. 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
2. Penurunan pertukaran udara per (klien tidak merasa tercekik, irama 8. Monitor pola pernapasan abnormal.
menit. nafas, frekuensi pernapasan dalam 9. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit.
3. Menggunakan otot pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas 10.Monitor sianosis perifer.
tambahan. abnormal).
4. Orthopnea. 3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
5. Pernafasan pursed-lip. (tekanan darah, nadi, pernafasan).
6. Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama.

18
7. Penurunan kapasitas vital.
8. Respirasi < 11-24x/menit
NO Diagnosa Keperawatan NIC NOC
.
3. Diagnosa : Tujuan : 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
Intolenransi Aktivitas berhubungan Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, melakukan aktivitas.
dengan Kelemahan. diharapkan pasien mampu beraktivitas 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
DS : dengan normal. Kriteria Hasil : 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
1. Melaporkan secara verbal 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
adanya kelelahan atau tanpa disertai peningkatan tekanan emosi secara berlebihan.
kelemahan. darah, nadi, dan RR. 5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
2. Adanya Dyspnue atau 2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (tacikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
ketidaknyamanan saat (ADLS) secara mandiri. 3. perubahan hemodinamik).
beraktivitas. Keseimbangan aktivitas dan istirahat. 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat
DO : pasien.
1. Respon abnormal dari tekanan 7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
darah atau nadi terhadap dalam merencanakan program terapi yang tepat.
aktifitas. 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
2. Perubahan ECG : aritmia, mampu dilakukan.
iskemia. 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial. 10.

19
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan.
10. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda krek.
11. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai.
12. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
13. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas.
14. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas.
15. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan.
16. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual.

NO Diagnosa Keperawatan NIC NOC


.

20
4. Diagnosa : Tujuan : 4. Monitor kebutuhan Klien untuk alat-alat bantu
Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
berhubungan dengan Kelemahan. diharapkan Defisit Perawatan Diri pasien yoileting, dan makan.
DS : teratasi. 5. Sediakan bantuan sampai Klien mampu secara
1. Laporan secara verbal. Kriteria Hasil : utuh untuk melakukan self-care.
DO : 1. Klien terbebas dari baun badan. 6. Ajarkan Klien/ Keluarga untuk mendorong
1. Perhatikan Hign pasien 2. Menyatakan kenyamanan. kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya
3. Dapat melakukan ADLS dengan jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
bantuan. 7. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan.
8. Dorong Klien untuk melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki.
9. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

NO. Diagnosa Keperawatan NIC NOC

21
5. Diagnosa : Tujuan : 1. Pertahankan teknik aseptif.
Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, 2. Batasi pengunjung bila perlu.
dengan Pertahanan Sekunder diharapkan Defisit Perawatn Diri pasien 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Inadekuat (penurunan Hb). teratasi. keperawatan.
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
1. Prosedur Infasif. 1. Klien bebas dari tanda dan gejala pelindung.
2. Kerusakan jaringan dan infeksi. 5. Ganti letak IV perifer dan diressing sesuai dengan
peningkatan paparan 2. Menunjukkan kemampuan untuk petunjuk umum.
lingkungan. mencegah timbulnya infeksi. 6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
3. Malnutrisi. 3. Jumlah leukosit dalam batas normal. infeksi kandung kencing.
4. Peningkatan paparan 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat. 7. Tingkatkan intake nutrisi.
lingkungan patogen. 5. Status imun, gastrointestinal, 8. Berikan terapi antibiotik.
5. Imonusupresi. genitouria dalam batas normal. 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
6. Tidak adekuat pertahankan lokal.
sekunder (penurunan Hb, 10.Pertahankan teknik isolasi k/p.
Leukopenia, penekanan 11.Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
respon inflamasi). kemerahan, panas, drainase.
7. Penyakit kronik. 12. Monitor adanya luka.
8. Imunosupresi. 13.Dorong masukan cairan.
9. Malnutrisi 14.Dorong istirahat.

22
10.Pertahanan primer tidak 15.Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
adekuat (kerusakan kulit, infeksi.
trauma jaringan, gangguan 16.Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4
peristaltik). jam.
11.Pertahanan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan, gangguan
peristaltik).
NO. Diagnosa Keperawatan NIC NOC

23
6. Diagnosa : Tujuan : 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
Resiko Kurang Volume Cairan Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
berhubungan dengan Kehilangan diharapkan Volume cairan terpenuhi. akurat.
Berlebihan (muntah, perdarahan, Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
diare), penurunan pemasukan 1. Mempertahankan urine output sesuai mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
cairan (mual, anoreksia). dengan usia dan BB, BJ urine normal, jika diperlukan.
Faktor Risiko : HT normal. 4. Monitor vital sign.
1. Kehilangan volume cairan 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam 5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
aktif. batas normal. intake kalori harian.
2. Kurang pengetahuan. 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV.
3. Penyimpangan yang Elastisitas turgor kulit baik, membran 7. Monitor status nutrisi.
mempengaruhi absorbs mukosa lembab, tidak ada rasa haus 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
cairan. yang berlebihan. 9. Dorong masukan oral.
4. Penyimpangan yang 10.Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
mempengaruhi akses cairan. 11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
5. Penyimpangan yang 12.Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
mempengaruhi asupan 13.Kolaborasi dengan dokter.
cairan. 14.Atur kemungkinan tranfusi.
6. Kehilangan bertebihan 15.Persiapan untuk tranfusi.
melalui rute normal (mis,
diare).

24
7. Usia lanjut.
8. Berat badan ekstrem

NO. Diagnosa Keperawatan NIC NOC

25
7. Diagnosa : Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 3x 24 7. Kaji Intake dan Output Klien.
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan jam, diharapkan pemenuhan nutrisi klien 8. Tingkatkan intake makan melalui :
berhubungan dengan Anoreksia terpenuhi. a) Kurangi gangguan dari luar.
DS : Kriteria Hasil : b) Sajikan makanan dalam kondisi hangat.
1. Laporan adanya sedikit 1. Pemenuhan nutrisi Klien terpenuhi. c) Selingi makan dengan minum.
aktivitas atau tidak ada 2. BB Klien meningkat. d) Jaga kebersihan mulut Klien.
aktivitas. 3. IMT 18,5. e) Berikan makan sedikit tapi sering.
DO : 4. Tidak terjadi mual dan muntah. 9. Kolaborasi dengan ahli gizi diet dan makanan
1. BB 20 % di atas ideal untuk 5. Nafsu makan klien meningkat. yang disukai bila ada.
tinggi dan kerangka tubuh 6. Porsi makan Klien habis. 10.Kaji adanya alergi Klien terhadap makanan.
ideal. 11.Memberikan makan sedikit tapi sering kepada
2. Konsentrasi intake makanan Klien.
pada menjelang malam

NO. Diagnosa Keperawatan NIC NOC

26
8. Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji secara verbal dan non verbal
Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, respon klien terhadap tubuhnya.
Alopesia. diharapkan Gangguan Citra Tubuh teratasi. 2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
Faktor Yang Berhubungan: Kriteria Hasil : 3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
1. Biofisik, Kognitif. 1. Body image positif. kemajuan dan prognosis penyakit.
2. Budaya, Tahap perkembangan. 2. Mampu mengidentifikasi kekuatan 4. Dorong klien mengungkapkan
3. Penyakit, Cedera. personal. perasaannya.
4. Perseptual,Psikososial, Spiritual. 3. Mendiskripsikan secara faktual 5. Identifikasi arti pengurangan melalui
5. Pembedahan, Trauma. perubahan fungsi tubuh. pemakaian alat bantu.
6. Terapi penyakit 4. Mempertahankan interaksi sosial. 6. Fasilitasi kontak dengan individu lain
dalam kelompok kecil.

27
NO. Diagnosa Keperawatan NIC NOC
9. Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, keluarga.
Kurang Informasi. diharapkan mengetahui tentang proses 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
DS : penyakit. bagaimana hal ini berhubungan dengan
Menyatakan secara verbal adanya masalah. Kriteria Hasil : anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
DO: 1. Pasien dan keluarga menyatakan yepat.
Ketidak akuratan mengikuti instruksi, pemahaman tentang penyakit, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
perilaku tidak sesuai. kondisi, prognosis, dan program muncul pada penyakit, dengan cara yang
pengobatan. tepat.
2. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
melaksanakan prosedur yang yang tepat.
dijelaskan secara benar. 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
3. Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat.
menjelaskan kembali apa yang 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan perawat/ tim kesehatan kondisi, dengan cara yang tepat.
lainnya 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi

28
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan.
10.Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat.

29
E. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam
tindakan keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam,
2009). Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang ada
pada klien.
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan baru
mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau penatalaksanaan
penyimpangan.
3. Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan kesehatannya.
4. Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar
memperoleh arahan yang tepat dan benar.
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi
atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.
6. Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan,
(Rohmah & Walid, 2012). Evaluasi berisi Subjektif(S), Objektif(O), Analisis(A),
dan Planning (P).

30
DAFTAR PUSTAKA

Anon
Lib.Unnes.Ac.Id, 2022, http://lib.unnes.ac.id/26143/1/6411411199.pdf. Di akses 19
Oktober 2022.

Mael, K.
Mael, K.(2022) LAPORAN PENDAHULUAN, Academia.edu. Available at:
https://www.academia.edu/10555360/LAPORAN_PENDAHULUAN (Di akses: 20
Oktober 2022).

Hillman R. S., K.A. Ault, Rinder H. M. 2005. Hematology in Clinical Pratice- A


Guide to Diagnosis and Management. 4th Ed. New York: McGraw-Hill

Kee, Joyce L. dan Evelyn R. Hayes. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nurarif .A. H. Dan Kusuma. H.. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jokjakarta: MediAction.

Nurilawati. 2012. Leukimia. Jurnal. Surabaya: Universitas USU.

Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit. Edisi ke-4. Jakarta: EGC

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Konsep, proses dan praktik.
Edisi ke-4. Jakarta: EGC

Phizer. 2017. AML, Jenis Leukimia pada Orang Dewasa. www.pfizer.co.id

J.
K.

31

Anda mungkin juga menyukai