Oleh :
I Gusti Ngurah Kardisaputra
070116B027
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular
Disease (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan
suplai darah ke bagian otak atau merupakan suatu kelainan otak baik secara
fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak
(Smeltzer. 2010).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak.
Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam
tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Wibowo,
Andry. 2014).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
bernhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner & Sudarth,2002 dalam
Smeltzer, SC., Bare B.G. 2010), Menurut arif Mutaqin stroke adalah penyakit
(kelainan) fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan terjadinya
gangguan peredaran darah otak yang timbul mendadak yang disebabkan
terjadonya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
dan kapan saja.( Muttaqin, 2008)
Stroke infark adalah stroke yang disebabkan oleh berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak sehingga bagian otak tersebut mengalami
infark dan mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.
(Rismanto. 2009)
2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008)
a. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan
karena adanya:
1) Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas
dinding pembuluh darah.
2) Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan viskositas hematokrit meningkat sehingga dapat
melambatkan aliran darah cerebral
3) Arteritis: radang pada arteri
b. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah
otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
1) Penyakit jantung, reumatik
2) Infark miokardium
3) Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-
gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
4) Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
Faktor resiko terjadinya stroke
2) Non Dominan
- Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat
dan menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:
a) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau
menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami
paralise)
b) Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
c) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan
objek-objak dengan tepat)
d) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi
lingkungan melalui indra)
e) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam
ruangan
f) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial
obyek atau tempat
g) Disorientasi kanan kiri
b. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman
penglihatan, diplobia(penglihatan ganda), buta.
c. Lobus Temporal: defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh
4. PATOFISIOLOGI STROKE INFARK
Menurut (Muttaqin, 2008 dan Japardi. 2008.). Stroke infark emboli
merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak,
dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan yang
dapat menimbulkan emboli yaitu katup-katup jantung yang rusak akibat
penyakit jantung reumatik, infark miokardiam, fibrilasi, dan keadaan aritmia
menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
membentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
mengeluarkan embolus-embolus kecil. Endocarditis oleh bakteri dan
nonbakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endocardium (Muttaqin, 2008).
Emboli bisa didapat dari jantung, arteri ekstrakranial atau emboli
paradoksikal yang melalui rongga patent foramen ovale. Punca terdapatnya
emboli kardiogenik adalah thrombus valvular (mitral stenosis, endokarditis),
trombus mural (miokardium infark [MI], atrial fibrilation [AF], severe
congestive heart failure [CHF]) dan atrial myxoma. MI diasosiakan dengan
2-3% kejadian stroke embolik yang 85% terjadi dalam bulan pertama setelah
MI (Muttaqin, 2008). Aliran darah ke otak berasal dari arkus aorta sehingga
emboli yang lepas dari ventrikel kiri akan disebarkan melalui aliran darah ke
arteri karotis komunis kiri dan arteri brakhiosefalik. Jaringan otak sangat
sensitif terhadap obstruksi aliran darah, sehingga emboli yang berukuran 1
mm sudah dapat menimbulkan gangguan neurologis yang berat. Sejumlah
tipe material dapat dibawa melalui aliran darah dan berhenti di sirkulasi
serebral menjadi tromboembolus, yang dapat mencetuskan stroke iskemik.
Di antara material tersebut, emboli dari jantung merupakan penyebab
tersering.
Trombus intrakardial terbentuk bila terdapat kelainan pada katub atau
dinding rongga jantung, trombus ini terbentuk bila terjadi gangguan irama
jantung sehingga terjadi keadaan yang relatif statis pada atrium seperti pada
atrial fibrilasi dan sick sinus sindroma. Emboli dapat juga terbentuk dari
tumor intra kardial, dan pada keadaan yang jarang sekali dari pembuluh
darah vena (pada emboli paradoxical). Beberapa mekanisme pembentukan
emboli pada kelainan jantung di antaranya:
1) Secara mekanis
Misalnya pada atrial fibrilasi, perubahan fungsi mekanik dari atrium
yang timbul setelah gangguan irama mungkin berkorelasi dengan
timbulnya emboli. Endokardium mengoptimalkan jantung dengan
mengatur kontraksi dan relaksasi miokardium, yang hanya terjadi
pada endokardium utuh. Pada endokardium yang rusak, trombus dapat
menimbulkan respons inotropik pada miokardium yang bersangkutan
dan menimbulkan kontraksi tidak seragam, sehingga memicu
pelepasan trombus menjadi emboli.
2) Stagnasi aliran darah
Pada keadaan seperti fibrilasi atrium, kontraksi yang timbul tidak
adekuat untuk pengisian dan ejeksi ventrikel. Hal yang sama juga
terjadi pada kardiomiopati dilatasi, infark miokard, dan gagal jantung
kongestif. Stagnasi aliran darah di jantung menyebabkan keadaan
hiperkoagulasi yang kemudian mencetuskan pembentukan emboli.
3) Lain-lain
Reaksi inflamasi di jantung, misalnya akibat vegetasi endokarditis
infektif atau pemakaian katup prostetik, dapat mencetuskan
pembentukan trombus. Pemecahan trombus oleh enzim proteolitik
endokardial berisiko menimbulkan emboli. Pada keadaan lain, seperti
myxoma pada jantung dan emboli yang timbul, mungkin merupakan
pecahan fragmen tumor yang sebelumnya melekat pada dinding
atrium. Pada kasus foramen ovale persisten, emboli yang terbentuk
bersifat paradoks. Emboli yang berasal dari pembuluh darah vena
dapat masuk ke peredaran darah arteri melalui foramen ovale jika
dijumpai pintas kanan ke kiri (Muttaqin, 2008).
Kebanyakan emboli terdapat di arteri cerebri media, bahkan emboli
ulang pun memilih arteri ini juga, hal ini disebabkan karena arteri cerebri
media merupakan percabangan langsung dari arteri karotis interna, dan
arteri cerebri media akan menerima 80% darah yang masuk ke arteri karotis
interna. Medula spinalis jarang terserang emboli, tetapi emboli dari
abdomen danaorta dapat menimbulkan sumbatan aliran darah ke medulla
spinalis dan menimbulkan gejala defisit neurologis. (Price, A & Wilson, L.
2012)
PATOFISIOLOGI STROKE INFARK
Referensi : ( Price, A & Wilson, L. 2012, Muttaqin, 2008, Smeltzer, 2010, Rismanto. 2009, Japardi. 2008)
Pembuluh darah
Hypoxia
Oksipital Temporalis kiri Parietalis Frontal
Ssefalgia mata Nyeri telinga Nyeri homolateral, Hemiparese
Metabolisme Aktifitas elektrolit Nekrotik jaringan otak ipsilateral, homolateral, disfasia, defisit sensorik kontralateral,
anaerob terganggu (mikrositik neuron) hemianopia hemianopia, kontralateral, sefalgia bifrontal
kuadranopia hemipares ringan
Na & K influk Gg.kesadaran, Gg. rasa nyaman (nyeri), Gg. Istirahat, intoleransi aktivitas,
kejang fokal, defisit perawatan diri (sindroma), Gg. Komunikasi/bicara,
hemiplegia, defek ketergantungan, Gg.persepsi sensori, Gg. Perfusi jaringan, Gg.
Retensi cairan medan penglihatan, Mobilitas fisik, Gg. Konsep diri, Gg. Menelan, integritas kulit,
afasia Gg. Nutrisi, resiko injury, dll
ODEMA
SEREBRAL
Perdarahan
1) Saraf Cranial
i. Refleks Patologis
- Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari posterior
ke anterior. Respon : ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan
jari longlegs lainnya.
7. KOMPLIKASI
I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan
untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan
data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan. (Djandon,
2012)
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan
gaya hidup klien. (Djandon, 2012)
a. Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis. (Djandon, 2012)
b. Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Djandon, 2012)
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain (Djandon,
2012) Sedangkan stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat atau
bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan tidak muntah, kesadaran
masih baik.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Djandon, 2012)
Pengkajian Primer
Pengkajian primer menurut Batticaca, 2008 antara lain:
a. Airway
b. Breathing
Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder menurut Batticaca, 2008 antara lain:
1. Pola-pola fungsi kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3
minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan, adanya hambatan jalan
nafas. Merokok merupakan faktor resiko.
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung.
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun,
diplopia, gangguan rasa pengecapan dan penciuman, paralisis atau
parese wajah.
Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/
kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan,
kebas, genggaman tidak sama, refleks tendon melemah secara
kontralateral, apraksia
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya
rangsang sensorik kontralteral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul
kembali didahuli dengan refleks patologis.
Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat
kesadaran, gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori,
pemecahan masalah, afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menurut Batticaca, 2008 antara lain:
1
Setelah diberikan asuhan ....x 24
jam diharapkan ketidak (NIC 2017, hal 500)
efektifitas bersihan jalan napas - Monitor tanda-tanda vital
dapat teratasi dengan kriteria monitor pola pernapasan
hasil: abnormal (NIC, hal. 273)
(NOC 2017, hal 599) - Penghisapan lendir pada jalan
- Status pernapasan: napas
kepatenan jalan napas : Masukan OPA untuk melakukan
Frekuensi pernapasan suction sesuai dengan kebutuhan
dipertahankanpada 1 (NIC, hal. 316)
deviasi berat dari - Pengaturan posisi
kisaran normal Posisikan klien keposisi semi
ditingkatkan ke 4 fwler (NIC, hal. 306)
deviasi ringan - Pemberian obat inhalasi
darikisaran normal Verifikasi resep obat sebelum
Suara napas tambahan memeberikan (NIC, hal. 253)
dipertahankanpada 1
deviasi berat dari
kisaran normal
ditingkatkan ke 4
deviasi ringan
darikisaran normal
(NOC 2017, hal 558)
1.
Setelah diberikan asuhan
2 keperawatan.....x 24 jam (NIC 2017, hal.569)
diharapkan resik perfusi jaringan
cerebral tidak efektif dapat Manajemen edema serebral
teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor kekurangan
(NOC 2017, hal. 692) oksigen asam-basa yang
Perfusi jaringan serebral tidak seimbang yang
- Tekanan intra kranial memicu terjadinya
dipertahankan pada 2 distritmia (nic 2017,
deviasi cukup berat hal.165)
ditingkatkan ke 5 Monitor tekanan intra kranial
tidak ada deviasi dari - Berikan agen farmakologi
kisaran normal. untuk mempertahankan
- Tekanan darah TIK dalam jangkuan
sistolik dipertahankan tertentu (nic, 2017,
pada 2 deviasi cukup hal.239)
berat ditingkatkan ke Monitor tanda-tanda vital
5 tidak ada deviasi - Monitor tekanan darah,
dari kisaran normal. nadi, suhu, dan status
- Tekanan darah pernapasan dengan tepat
diastolik (nic 2017, hal.237)
dipertahankan pada 2 Manajemen pengobatan
deviasi cukup berat - Memberikan obat sesuai
ditingkatkan ke 5 dengan resep yang
tidak ada deviasi dari diberikan oleh dokter 9nic
kisaran normal. 2017, hal.199)
- Penurununan tingkat
kesadaran
dipertahankan padad
2 berat ditingkatkan
ke 5 tidak ada. (NOC
2017, hal. 451)
2.
3 NOC: Self-care assistance
Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan
keperawatan selamax24 jam klien dalam melakukan perawatan diri
mampu mencapai: 2) Ajarkan pentingnya perawatan diri
a. Selfcare defisit hygiene 3) Sediakan peralatan kebersihan diri di
b. Mobility: physical impaired samping tempat tidur Kolaborasi dengan
Kriteria hasil: ahli fisioterapi/okupasi
1) Mampu membersihkan tubuh
secara mandiri tanpa/ dengan alat
bantu
2) Mampu mempertahankan
kebersihan dan penampilan rapi
secara mandiri
4 Setelah diberikan asuhan (NIC 2017, hal.554)
keperawatan.....x 24 jam
diharapkan hambatan mobilisasi Peningkatan mekanisme tubuh
fisik dapat teratasi dengan kriteria - Bantu pasien melakukan
hasil: latihan fleksi untuk
(NOC 2017, hal. 641) memfasilitasi mobilisasi
Pergergerakan punggung sesuai indikasi
(nic 2017, hal 341)
- Gerakan otot Terapi latihan ambulasi
dipertahankan pada 2 - Bantu pasien untuk
banyak terganggu berpindah sesuai dengan
ditingkatkan ke 5 tidak kebutuhan (nic 2017, hal.
ada 438)
- Gerakan sendi Gerakan Terapi latihan pergerakan sendi
otot dipertahankan pada - Lakukan latihan ROM
2 banyak terganggu pasif dan aktif sesuai
ditingkatkan ke 5 tidak dengan indikasi (nic 2017,
ada hal.440)
- Koordinasi Gerakan otot Manajemen pengobatan
dipertahankan pada 2 - Memberikan obat sesuai
banyak terganggu dengan resep yang
ditingkatkan ke 5 tidak diberikan oleh dokter 9nic
ada (NIC 2017, hal. 425) 2017, hal.199)
DAFTAR PUSTAKA