Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan pada Pasien Unstable Angina


Pectoris (UAP)

Ditulis oleh

Kelompok 5 :

Aprina Dewi (181211471) Reza Silvia (181211491)

Bunga Mayang Sari (181211473) Ria Asrivo Ardi (181211492)

Husnul Mubarok ( 181211482) Yolanda Yusman (181211508)

Popy Yuandira (181211490)

Dosen Pengampu :

Ns. Mira Andika, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Asuham Keperawatan Kegawat Daruratan pada Pasien Unstable Angina
Pectoris ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta
salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi
MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan Kegawat Daruratan.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui


hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari
banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa
melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya
dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta
menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Padang, 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sindrom koroner akut merupakan spektrum manifestasi akut dan berat


yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran. Sindrom
koroner akut meliputi berbagai kondisi patologi yang menghambat aliran
darah dalam arteri yang mensuplai jantung. Penyakit aterosklerosis koroner
disebabkan kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah, keadaan biofisika,
dan biokimia dinding arteri. Sindrom koroner akut (SKA) meliputi spektrum
penyakit dari infark miokard akut (IMA) sampai angina tak stabil (unstable
angina) (Kumar, 2014)

Istilah unstable angina pectoris untuk menggambarkan nyeri dada atau


ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri koronari, biasanya
digambarkan sebagai tekanan, rasa penuh, diremas, berat atau nyeri. Sindroma
unstable angina pectoris telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark
miokard akut (Huda & Kusuma, 2015).

Unstable angina pectoris merupakan suatu kegawatdaruratan sering timbul


secara mendadak dan harus di tangani sedini mungkin, jika tidak
memdapatkan penanganan segera akan menyebabkan komplikasi yang
mengancam nyawa dengan manisfestasi klinis berupa keluhan perasaan tidak
enak atau nyeri di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard
(Sartono, dkk, 2019).

Ketepatan penatalaksanaa nyeri dada pada pasien dengan angian pectoris


tidak stabil sangat menentukan prognosis penyakit. Penatalaksanaan nyeri
dapat dilakukan melalui terapi medikamentosa dan asuhan keperawatan.
Perawat memiliki peran dalam pengelolaan nyeri dada pada pasien angina
pectoris. Intervensi keperawatan meliputi intervensi mandiri maupun
kolaboratif. Intervensi mandiri antara lain berupa pemberian relaksasi
sedangkan intervensi kolaboratif berupa pemberian farmakologis. Intervensi
non farmakologis mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku kognitif.
Salah satu intervensi keperawatan yang digunakan untuk penurunan skala
nyeri adalah relaksasi benson (Mitchell, 2013).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat yang berjudul Asuhan Keperawatan kegawat daruratan
pada pasien unstable angina pectoris.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan Mahasiswa/i mampu :
a. Mampu malakukan pengkajian pada klien dengan penyakit
unstable angina pectoris
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan kegawat daruratan pada klien dengan unstable angina
pectoris
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui Pengertian unstable angina
pectoris
d. Agar mahasiswa mengerti, memahami dan dapat mengaplikasikan
Asuhan Keperawatan kegawat daruratan pada klien dengan unstble
angina pectoris

BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi Unstable Angina Pectoris

Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel jantung
(miokardium). Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke
punggung, ke rahang, atau ke daerah abdominal (Corwin, 2000). Angina
pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan
sakitdada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas
dan segera hilang bila aktifitas berhenti (Bahri, 2009).

Angina pektoris tak stabil didefinisikan sebagai perasaan tidak enak didada
(chest discomfort) akibat iskemia miokard yang datangnya tidak tentu, dapat
terjadi pada waktu sedang melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan
istirahat. Perasaan tidak enak ini dapat berupa nyeri, rasa terbakar atau rasa
tertekan. Kadang-kadang tidak dirasakan di dada melainkan di leher, rahang
bawah, bahu, atau ulu hati (Kabo dan Karim, 2008). Angina pektoris tak stabil
adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut yang berada di
antara angina pektoris stabil dan infark miokard akut (Anwar, 2004).

Terminologi ATS harus tercakup dalam kriteria penampilan klinis sebagai


berikut (Brunner & Suddarth, 2001):

1. Angina pertama kali


Angina timbul pada saat aktifitas fisik. Baru pertama kali dialami oleh
penderita dalam priode 1 bulan terakhir
2. Angina progresif
Angina timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan
terakhir, yaitu menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul
dengan pencetus yang lebih ringan dari biasanya dan tidak hilang
dengan cara yang biasa dilakukan. Penderita sebelumnya menderita
angina pektoris stabil.
3. Angina waktu istirahat
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang
dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan O2 miokard. Lama angina
sedikitnya 15 menit.
4. Angina sesudah IMA
Angina yang timbul dalam periode dini (1 bulan) setelah IMA. Kriteria
penampilan klinis tersebut dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersama-
bersama tanpa adanya gejala IMA.

B. Etiologi

Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang
tidak menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2
miokard. Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri
ataupun bersama-sama yaitu (Anwar, 2004) :

1. Faktor di luar jantung


Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran
koroner yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia,
tirotoksikosis dan pemakaian obat-obatan simpatomimetik dapat
meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga mengganggu
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru
menahun dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan
tahikardi dan menurunnya suplai O2 ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita angina tidak stabil (ATS) mempunyai
gangguan cadangan aliran koroner yang menetap yang disebabkan oleh
plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai trombosis baru
yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner.
Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran
darah koroner ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan
aliran koroner sementara akibat sumbatan maupun spasme pembuluh
darah.
3. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis
aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit
yang akhirnya membentuk trombus dan keadaan ini akan
mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
4. Trombosis arteri koroner
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang
sklerotik sehingga penyempitan bertambah dan kadang-kadang
terlepas menjadi mikroemboli dan menyumbat pembuluh darah yang
lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan dalam terjadinya ATS.
5. Pendarahan plak ateroma
Robeknya plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah
kemungkinan mendahului dan menyebabkan terbentuknya trombus
yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.
6. Spasme arteri koroner
Peningkatan kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran
koroner karena spasme pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban
ATS. Spame dapat terjadi pada arteri koroner normal atupun pada
stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang berulang dapat
menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi
trombosit dan trombus pembuluh darah.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko angina tidak stabil adalah:

- Merokok Merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap


serangan jantung dibandingkan orang yang tidak pernah merokok dan
berhenti merokok telah mengurangi kemungkinan terjadinya serangan
jantung. Perokok aktif memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap
serangan jantung dibandingkan bukan perokok.
- Tidak berolahraga secara teratur
- Memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi
- Mengkonsumsi tinggi lemah jenuh dan memiliki kolesterol tinggi
- Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
- Memiliki anggota keluarga (terutama orang tua atau saudara kandung)
yang telah memiliki penyakit arteri koroner
- Menggunakan stimulan atau rekreasi obat, seperti kokain atau
amfetamin

C. Anatomi Fisiologi

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas
(atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka
ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan
keluar (Watson, Roger 2002 : 245).

Jantung merupakan organ berongga, berotot, dan berbentuk kerucut. Ia


terletak di antara paru-paru kiri dan kanan, di daerah yang disebut
mediastinum, di belakang badan sternum, dan dua pertigaya terletak di sisi
kiri. Basis yang terbentuk sirkular pada kerucut menghadap keatas dan
kekanan, sedangkan puncaknya mengarah ke bawah, kedepan, dan ke kiri.
Puncak jantung biasanya terletak setinggi ruang interkostal kelima, sekitar 9
cm dari garis tengah. Ukuran jantung sekitar 12 cm dari basis ke puncak,
dengan lebar sekitar 9 cm dan tebal sekitar 6 cm (Brunner & Suddarth, 2001).
Pembuluh darah merupakan keseluruhan sistem peredaran (sistem
kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena.
Pembuluh arteri berdinding tebal, berotot, dan elastis untuk menahan
tingginya tekanan darah yang dipompa dari jantung.Vena yang membawa
darah kembali ke jantung, berdinding lebih tipis dan mudah teregang,
memungkinkannya mengembang dan membawa darah berjurnlah besar saat
tubuh sedang beristirahat. Dinding dalam pada banyak vena mempunyai
lipatan yang berperan sebagai katup searah untuk mencegah darah bergerak ke
arah yang salah.Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350 gr, berat
jantung orang dewasa wanita 250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm
dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan ideal (Brunner & Suddarth,
2001).

Fungsi Jantung

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan


membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana
darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung
kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paruparu dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai


oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan
dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh
akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan
organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. Sistem kardiovaskular yang
berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi
dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada
keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital
seperti jantung dan otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar
dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak
karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena
kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia
akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan
akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke
paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler)
yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan
melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan (Smeltzer, 2002).

D. Manifestasi Klinis

Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi,
mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan
rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah
belakang sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosentral). Meskipun
rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke
leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.

Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang


terus menerus. Rasa lemah di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan
akan menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan
merasa akan meninggal. Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang
apabila faktor presipitasinya dihilangkan.

Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).

E. Patofisiologis
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplai oksigen ke sel – sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan
arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner).
Penyebab aterosklerosis tidak diketahui secara pasti, tetapi jelas bahwa tidak
ada faktor tunggal yang berperan atas penyebab aterosklerosis. Aterosklerosis
merupaka penyakit arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu
beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Pada kondisi jantung yang sehat apabila kebutuhan meningkat,
maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan
oksigen ke otot jantung. Akan tetapi, apabila arteri koroner mengalami
kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai repons terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, terjadi iskemik
(kekurangan suplai darah) ke miokardium. Berkurangnya kadar oksigen
memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobic menjadi
metabolism anaerobic. Metabolism anaerobic dengan perantaraan lintasan
glikolitik jauh lebih tidak efisien dibandingkan dengan metabolism aerobic
melalui fosforilasi oksidatif dan siklus kreb. Pembentukan fosfat berenergi
tinggi mengalami penurunan yang cukup besar.

Metabolism anaerob akan memiliki hasil akhir berupa asam laktat yang
akan mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri. Kombinasi hipoksia,
penurunan ketersediaan jumlah energy, dan juga asidosis menyebabkan
gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang
terserang berkurang menyebabkan pemendekan serabut sehingga kekuatan dan
kecepatannya berkurang. Selain itu, gerakan dinding sekmen yang mengalami
iskemia menjadi abnormal. Bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali
berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung
mengubah hemodinamika. Respons hemodinamika dapat berubah – ubah,
sesuai dengan ukuran sekmen yang mengalami iskemia dan derajat respon
reflex kompensasi oleh sistem saraf otonom. Berkurangnya fungsi ventrikel
kiri dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut) (Ns. Reny Yuli
Aspiani, 2016).
F. Pathway

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu
istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih
normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien
pernah mendapat infark miokard pada masa lampau. Kadang-kadang
EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi
dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST
dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG
akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif
2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang
membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis
angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim
CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark
jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan faktor risiko bagi
pasien angina pectoris.
4. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih
normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji
jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh
melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai
pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan
selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG
terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen
ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya.
Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit
dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien
memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat
dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga
dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan
latihan tersebut.
5. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan
dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada
iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita
iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang
menderita iskemia.
H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan


kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara
medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap
faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi
suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angiosplasti
koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary
angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan
pembedahan.

Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan


penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk
meningkatkan aliran darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan
endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian yang
bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau
seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang
dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala
dan kemunduran proses angina yang diderita pasien.

I. Komplikasi
1. Stres psikologis
2. Infark Miokard
3. Aritmia
4. Gagal jantung
5. Suddendeath (mati tiba-tiba).

BAB III
Asuhan Keperawatan Teoritis Kegawat Daruratan pada Pasien Unstable
Angina Pectoris

Format Laporan Analisa Gawat Darurat

1) Pengkajian Primer (Airway, Breathing, Circulation,


Disability,Exposure)
 Circulation
Frekuensi nadi: 55x/menit
Irama Nadi : Vaskuler
Tekanan Darah: 120/80x/menit
Akral : Teraba dingin
CRT : >2 detik
Sianosis : Ada
SPO2 : 96 %
Perdaahan :Tidak ada
 Airway
Jalan napas paten, dan adanya sianosis.
 Breathing
Inspekasi : sianosis
Palpasi : tidak ada fraktur tulang iga
Perkusi : kanan dan kiri sonor
Auskultrasi : bunyi nafas abnormal
RR : 28X/menit
 Disability
Kesadaran pasien Composmentis, pasien mengeluh nyeri pada
dada sebelah kiri dan menjalar ke lengan kiri, nyeri dirasakan
<20menit, nyeri berkurang saat beristirahat.
 Exposure
Melakukan EKG.
2) Diagnosa Keperawatan (berdasarkan pengkajian primer)
 Penurunn curah jantung berhbungn dengan perubahan
kontraktilitas
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( iskemi
miokard).
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan (untuk mengatasi masalah
yang ada dipengkajian primer)

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Penurunan curah Curah Jantung Perawatan Jantung
jantung b.d Kriteria Hasil : Tindakan :
perubahan -Meningkat kekuatan Observasi
kontraktilitas nadi perifer -Identifikasi tanda/gejala
-Meningkat Ejection penurunan curah jantung
fraction (EF) -Idntifikasi tanda/gejala
-Meningkat Cardiac sekunder penurunan curah
index jantung
-Menurun palpitasi -Monitor tekanan darah
-Menurun Bradikardia -Monitir intake output
-Menurun Takikardia cairan
-Menurun gambaran -Monitor BB
EKG aritmia -Monitor saturasi oksigen
-Menurun edema -Monitor keluhan nyeri
-Menurun distensi vena dada
jugularis -Monitor EKG
-Menurun hepatomegali -Monitor aritmia
-Membaik tekanan -Monitor nilai labolatorium
darah jantung
-Membaik CRT Teraupetik
-Posisikan pasien semi
fowler
-Berika diit jantung yang
sesuai
-Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
-Berikan dukungan
emosional spiritual
-Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
-Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
-Anjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Pola napas tidak Pola Napas Manajemen jalan napas
efektf b.d Kriteria Hasil : Tidakan :
hambatan upaya -Meningkat ventilasi Observasi
nafas semenit -Monitor pola napas
-Meningkat kapasitas -Monitor bunyi napas
vital tambahan
-Menurun dipsnea -Monitor sputum
-Menurun penggunaan Teraupetik
otot bantu napas -Pertahankan kepatenan
-Menurun pemanjangan jalan napas dengan head-tift
fase ekspirasi dan chin-lift
-Menurun pernafasan -Posisikan semi fowler
cuping hidung -Lakukan fisioterapi dada,
-Membaik frekuensi jika perlu
napas -Berikan Oksigen, jika
-Membaik kedalaman perlu
nafas Edukasi
-Membaik eksekusi -Ajarkan teknik batuk
dada efektif
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
bronkadilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
3. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemen nyeri
agen pencedera Kriteria hasil : Tindakan :
fisiologis -Menurun keluhan nyeri Observasi
(iskemi -Menurun meringis -Identifikasi lokasi,
miokard) -Menurun sikap karakteristik, durasi,
protektif frekuensi, kualitas,
-Menurun gelisah intensitas nyeri
-Menurun anoreksia -Identifikasi skala nyeri
-Menurun ketegangan -Identifikasi respon nyeri
otot non verbal
-Membaik frekuensi -Identifikasi faktor yang
nadi memperberat dan
-Membaik pola naps memperingan nyeri
-Membaik tekanan -identifikasi pengaruh nyeri
darah terhadap kualitas hudup
-Membaik fokus Teraupetik
-Mmebaik pola tidur -Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
-Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri
-Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4) Implementasi dan evaluasi hasil tindakan (berdsarkan masalah yang ada di


pengkajian primer)

No H/T/J No Implementasi Evaluasi TTD


dx
1. Senin/ 17 1 -Identifikasi S:
Mei 2021/ tanda/gejala -Pasien
jam 10.00 penurunan curah mengatakan nyeri
wib jantung dan sesak pada
-Idntifikasi dada sebelah kiri
tanda/gejala O:
N : 55x/m
sekunder penurunan
RR : 28x/m
curah jantung S : 36,5 C
SPO2 : 96%
-Melakukan RJP
CRT : >2 detik
resusitasi jantung
A:
paru / CPR
-Masalah belum
Cardiopulmonary
teratasi
resucitation
P:
-Monitor saturasi
-Intervensi
oksigen
dilanjutkan
-Monitor EKG
-Monitor aritmia
-Posisikan pasien
semi fowler
-Berikan dukungan
emosional spiritual
-Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
2. Senin / 17 2 -Monitor pola napas S:
Mei 2021/ -Monitor bunyi -Pasien
jam 10.00 napas tambahan mengatakan sesak
wib -Monitor sputum napas dan nyeri
-Pertahankan pada dada
kepatenan jalan O:
napas dengan head- N : 55x/m
RR : 28x/m
tift dan chin-lift
S : 36,5 C
-Posisikan semi SPO2 : 96%
fowler
A:
-Lakukan fisioterapi
-Masalah belum
dada, jika perlu
teratasi
-Berikan Oksigen,
P:
jika perlu
-Intervensi
-Ajarkan teknik
dilanjutkan
batuk efektif
3. Senin/ 17 3 -Identifikasi lokasi, S:
Mei 2021/ karakteristik, durasi, -Pasien mengatakn
jam 10.00 frekuensi, kualitas, nyeri pada dada
wib intensitas nyeri sebelah kiri dan
-Identifikasi skala nyeri menjalar ke
nyeri lengan kiri
-Identifikasi respon O:
nyeri non verbal -Pasien tampak
-Identifikasi faktor meringis
yang memperberat -Pasein tampak
dan memperingan memegang dada
nyeri A:
-identifikasi -Masalah belum
pengaruh nyeri teratasi
terhadap kualitas P:
hudup -Intervensi
-Berikan teknik dilanjutkan
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
-Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
-Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri

5) Pengkajian sekunder (Pengkajian riwayat kesehatan dan


pemeriksaan fisik)
a. Full set of vital
 TD : 120/80 mmHg
 N : 55x/m
 RR : 28x/m
 S : 36,5 C
 SPO2 : 96%
b. Give comfort measure (G)
- P: pasien mengatakan nyeri saat digunakan beraktifitas
- Q: nyeri seperti tertimpa benda berat
- R: bagian dada kiri menjalar ke lengan kiri
- S: 5 (lima)
- T: hilang timbul (bertambah nyeri saat digunakan aktivitas)
c. History and head to toe
I. History
 S (subyektif)
klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke lengan kiri
 A (Allergies)
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada alergi obat , makan atau
minuman.
 M (Medication)
keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien sehari-hari
mengkonsumsi obat yang di berikan oleh dokter umum
 P (Past Medication History)
Keluarga mengatakan pasien pernah di rawat di rumah sakit karena
stroke. Keluarga mengatakan paien memiliki riwayat penyakit DM
dan hipertensi
 L (Last Oral Intake)
Pasien mengatakan terakhr makan tadi pagi jam 08:00 WIB (mkan
bubur)
 E (Event)
Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke lengan kiri
dan nyeri bertambah berat 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri dirasakan saat beraktivitas dan berkurang dengan istirahat,
kemudian keluarga membawa pasien ke IGD. Saat dilakukan
pemeriksaan EKG di IGD didapatkan sinus bradikardi, HR
55x/menit, T interved di lead II,III, dan AVR kemudian klien
mendapatkan terapi oksigen 3 lpm, aspilet 1x80m. ISDN 1x5mg
dan infus NaCl pada tangan kiri 20tpm. Pasien mengeluh badan
terasa lemas dan mudah lelah jika di gunakan untuk beraktifitas
II. Head to toe
 Keadaan umum :lemah
 Kesadaran :composmetris
 Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 120/80mmHg
- Frekuensi nadi :55x/menit. Teratur kuat regular
- Pernafasan :28x/menit vesikuler
- Suhu : 36,5 C
- SPO2 :96%
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh
klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan angina pectroris tidak
stabil yaitu nyeri dada substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher,
darerah interskapula atau lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan
tidak memiliki pola, bisa terjadi lebih sering dan lebih berat. Biasanya
disertai sesak nafas, perasaan lelah, kadang ,muncul keringat dingin,
palputasi dan dizzines.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi, atherosklerosis, infusiensi
oarta, spasmus arteri koroner dan anemia berat.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Kelarga klien mempunyai penyakit hipertensi dan arteri koroner.
g. Pemeriksaan fisik

Gambaran
Tanda vital Suhu : 36,5˚C
Nadi : 55x/menit Irama: reguler Pulsasi:.........
TD : 120/80mmHg Lokasi:.......
RR : 28x/menit irama: Vasikuler
Tinggi Badan
Berat Badan Sebelum masuk RS:........, rumah sakit:.......
LILA
Kepala Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun,
tempak perubahan ekspresi wajah sepeti meringis, tidak
ada nyeri pada rahang.
Rambut Hitam, bersih

Mata Bersih dapat melihat dengan jelas, konjungtiva tidak


anemis, skelera tidak ikterik, reflek cahaya ada, pupil
isokor tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

Hidung Tidak ada secret, tampak nafas cuping hidung.


Bersih, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab
Mulut
Simetris , bersih fungsi pendengaran baik.
Telinga
Leher Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada nyeri
menelan.
Tampak distensi vena jugularis

Dada I : bentuk simetris, terdapat retraksi dinding dada


Paru P : Tidak ada nyeri tekan
P : Sonor, bronkovasikuler
A : Tidak ada suara tambahan
Jantung I : ictus kordis tampak pada ics ke 5
P : ictus kordis teraba tidak kuat
P:
A : tidak ada suara tambahan
Abdomen I : Simetris
P : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba asites
P:
A : bising usus 12x/menit
Ekstermitas Kekuatan otot
Muskuloskletal / Atas: kekuatan otot ka/ki 5, akral hangat, crt >2 detik,
sendi terpasang infus NaCI 0,9% 20 tpm di tangan kiri
Bawah: kekuatan otot ka/ki 5, akral hangat, crt >2 detik,
tidak terdapat oedem
Integumen Inspeksi : tampak bersih
Palpasi : tidak ada kelaianan pada kulit
Neurologi Komposmentris
Status mental/GCS
Saraf cranial
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Payudara Normal
Genetalia Bersih, tidak terdapt kelainan
Rectal Normal
h. Pemeriksaan Penunjang
 Diagnostik
-Pemeriksaan EKG
-Pemeriksaan foto thorax = pembesaran jantung
-Echocardiography
 Laboratorium

Nama Hasil Nilai normal Kesimpulan


HGB 16.5 g/Dl 13.0- 16.0 Tinggi
RBC 5.76 10ˆ6/UI 4.5- 5.5 Tinggi
HTC 47.8 % 40.0- 48.0 Normal
WBC 11.27 10ˆ3/UI 5.0- 10.0 Tinggi
PLT 210 10ˆ 3/UI 150- 400 Normal
Kalium 4,14 mEq/I 3,5- 5,5 Normal
Natrium 138,8 mEq/I 135- 147 Normal
Klorida 104,9 mEq/I 100- 106 Normal

i. Therapy

Nama obat Dosis Melalui Kegunaan


Valsartan 1x160 mg Oral Untuk mengatasi hipertensi
dan gagal jantung
Simvastatin 1x25 mg Oral Untuk menurunkan kadar
koleterol dalam darah
Aspilet 1x 80 mg Oral Untuk mengencerkan darah
dan mencegah penggumpalan
pembuluh darah
CPG 1x 75 mg Oral Untuk mencegah serangan
jantung
Alprazolam 1x 0,5 mg Oral Untuk mengatasi gangguan
cemas dan serangan panik
PCT 3x1 Oral Untuk mengobati rasa sakit
ringan hingga sedang atau
pereda nyeri

j. Diagnosa Keperawatan (berdassarkan hasil pengkajian sekunder,


pemeriksan fisik dan pemeriksaan penunjang)
 Nyeri Akut berhubungan dengan Age Pencidera Fisioogis ( Iskemik
miokard)
 Penurunan Curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
k. Tindakan Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


.
1. Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
berhubungan Kriteria hasil : Tindakan :
dengan Age -Menurun keluhan nyeri Observasi
Pencidera -Menurun meringis -Identifikasi lokasi,
Fisioogis -Menurun sikap karakteristik, durasi,
( Iskemik protektif frekuensi, kualitas, intensitas
miokard) -Menurun gelisah nyeri
-Menurun anoreksia -Identifikasi skala nyeri
-Menurun ketegangan -Identifikasi respon nyeri non
otot verbal
-Membaik frekuensi -Identifikasi faktor yang
nadi memperberat dan
-Membaik pola naps memperingan nyeri
-Membaik tekanan -identifikasi pengaruh nyeri
darah terhadap kualitas hudup
-Membaik fokus Teraupetik
-Mmebaik pola tidur -Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
-Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan
nyeri
-Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Penurunan Curah Curah Jantung Perawatan Jantung
jantung Kriteria Hasil : Tindakan :
berhubungan -Meningkat kekuatan Observasi
dengan nadi perifer -Identifikasi tanda/gejala
perubahan -Meningkat Ejection penurunan curah jantung
kontraktilitas fraction (EF) -Idntifikasi tanda/gejala
-Meningkat Cardiac sekunder penurunan curah
index jantung
-Menurun palpitasi -Monitor tekanan darah
-Menurun Bradikardia -Monitir intake output cairan
-Menurun Takikardia -Monitor BB
-Menurun gambaran -Monitor saturasi oksigen
EKG aritmia -Monitor keluhan nyeri dada
-Menurun edema -Monitor EKG
-Menurun distensi vena -Monitor aritmia
jugularis -Monitor nilai labolatorium
-Menurun hepatomegali jantung
-Membaik tekanan Teraupetik
darah -Posisikan pasien semi
-Membaik CRT fowler
-Berika diit jantung yang
sesuai
-Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
-Berikan dukungan
emosional spiritual
-Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
-Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
-Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
3. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
aktivitas Kriteria Hasil : Tindakan :
berhubungan -Meningkat frekuensi Observasi
dengan ketidak nadi -Identifikasi gangguan fungsi
seimbangan -Meningkat satu rasi tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan oksigen kelelahan
kebutuhan -Meningkat kemudahan -Monitor kelelahan fisik dan
oksigen. dalam melakukan e,osional
aktivitas sehari-hari -Monitor pola dan jam tidur
-Meningkat kekuatan Teraupetik
tubuh bawah -Sediakan lingkungan yang
-Meningkat kekuatan nyaman dan rendah stimulus
tubuh atas -Lakukan rentang gerak pasif
-Menurun keluhan lelah dan aktif
-Menurun dispnea saat -Berikan aktivitas distraksi
aktivitas yeng menenangkan
-Menurun dispnea Edukasi
setelah aktivitas -Anjurkan tirah baring
-Menurun perasaan -Anjurkan melakukan
lemah aktifitas secara bertahap
-Menurun aritmia saat -Ajarkan strategi koping
aktivitas untuk mengurangi kelelahan
-Membaik warna kulit Kolaborasi
-Membaik frekuensi -Kolaborasi dengan ahli gizi
nafas tentang cara meningkatkan
-Membaik EKG asupan makanan.
iskemia
l. Implementasi dan Evaluasi hasil tindakan

No H/T/J No Implementasi Evaluasi TTD


. dx
1. Senin/ 1 -Melakukan identifikasi S:
17 Maret lokasi, karakteristik, -Pasien mengatakn
2021/ durasi, frekuensi, nyeri pada dada
jam kualitas, intensitas nyeri sebelah kiri dan
10.00 -Identifikasi skala nyeri nyeri menjalar ke
wib -Identifikasi respon lengan kiri
nyeri non verbal O:
-Identifikasi faktor yang -Pasien tampak
memperberat dan meringis
memperingan nyeri -Pasein tampak
-identifikasi pengaruh memegang dada
nyeri terhadap kualitas A:
hudup -Masalah belum
-Berikan teknik teratasi
nonfarmakologis untuk P:
mengurangi rasa nyeri -Intervensi
-Kontrol lingkungan dilanjutkan
yang memperberat rasa
nyeri
-Fasilitasi istirahat tidur
-Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
-Jelaskan strategi
meredakan nyeri
-Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
2. Senin/ 2 -Melakukan dentifikasi S:
17 Maret tanda/gejala penurunan -Pasien mengatakan
2021/ curah jantung nyeri dan sesak pada
jam -Melakukan RJP dada sebelah kiri
10.00 resusitasi jantung paru / O:
N : 55x/m
wib CPR Cardiopulmonary
RR : 28x/m
resucitation S : 36,5 C
SPO2 : 96%
-Monitor saturasi
CRT : 2 detik
oksigen
A:
-Monitor EKG
-Masalah teratasi
-Monitor aritmia
P:
-Posisikan pasien semi
-Intervensi
fowler
dihentikan
-Berikan dukungan
emosional spiritual
-Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
3. Senin/ 3 -Melakukan identifikasi S:
17 Maret gangguan fungsi tubuh -Pasien mengatakan
2021/ yang mengakibatkan nyeri dirasakan saat
jam kelelahan beraktivitas dan
10.00 -Monitor kelelahan fisik tidak berkurang
wib dan emosional dengan istirahat
-Sediakan lingkungan O:
yang nyaman dan -Pasien tampak
rendah stimulus lemah
-Lakukan rentang gerak A:
pasif dan aktif -Masalah teratasi
-Berikan aktivitas P:
distraksi yeng -Intervensi di
menenangkan hentikan
-Anjurkan tirah baring
-Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
-Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa Angina
Pektoris merupakan nyeri dada sementara atau perasaan tertekan didaerah
jantung. atau nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya aliran oksigen
terhadap miokardium. Angina Pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya
yang timbul karena penyempitan arteri yang menyalurkan darah ke otot-otot
jantung.
B. SARAN
 Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari penyakit angina
pektoris sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan
kegawat daruratan yang berkualitas.
 Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada
keluarga dengan klien yang menderita angina pektoris.
 Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kegawat daruratan pada pasien
unstable angina pectoris

DAFTAR PUSTAKA

Andresni.dkk.2015.”Makalah Unstable Angina Pectoris”.Online .


https://hafikoandresni005.blogspot.com/2015/05/makalah-angina-
pektoris.html. Di akses tanggal 17 Mei 2021.

M.Yani.2016.”Makalah Unstable Angina Pectoris”.Online


https://muhammadyaniishak.blogspot.com/2014/09/lp-askep-askeb-
makalah-angina-pektoris.html Di akses tanggal 17 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai