Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ACUT RESPIRATORY DISTRESS


SYNDROME (ARDS)

OLEH :
NI KOMANG AYU JULI OPENYANI
209012417

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ACUT RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME (ARDS)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Acut Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu penyakit
yang ditandai oleh kerusakan luas alveolus dan / atau membran kapiler
paru.ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru,
kardiovaskular, atau tubuh secara luas (Corwin,2000;420). ARDS adalah
kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,
biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada
berbagai penyebab pulmonal atau nonpulmonal (Hudak Gallo,1997;579).
ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif
kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera
(Smeltzer,2001;615). ARDS merupakan suatu bentuk gagal nafas akut yang
berkembang progresif pada penderita kritis dan cedera tanpa penyakit paru
sebelumnya, ditandai dengan adanya inflamasi parenkim paru dan
peningkatan permeabilitas unit alveoli kapiler yang mengakibatkan
hiperventilasi, hipoksemia berat dan infiltrate luas.ARDS pertama kali
digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967.Diperkirakan ada
150.000 orang yang menderita ARDS tiap tahunnya dan laju mortalitas
tergantung pada etiologi dan sangat bervariasi.Tingkat mortilitasnya 50
%.Sepsis sistemik merupakan penyebab ARDS terbesar sekitar 50%, trauma
15 %, cardiopulmonary baypass 15 %, viral pneumoni 10 % dan injeksi obat
5 %.II. 

2. Etiologi

a. Depresi Sistem Saraf Pusat


Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernapasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
b. Kelainan primer neurologis
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat  pernapasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang
otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit
pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi  pada pernapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi  paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti
paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi  pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail
chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya
adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
e. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas.

3. Patofisiologi

Masalah fisiologis utama yang ditimbulkan oleh ARDS adalah hipoksemia


arteri, gangguan pengeluaran CO2 dan gangguan kardiovaskuler. Kegagalan
pernafasan diduga sebagai suatu masalah pada satu atau lebih langkah yang
diperlukan untuk mempertahankan produksi pada tingkat mitokondria. Setiap
kategori mekanistik atama hipoksemia menyebabkan pada terjadinya desaturasi
arterial ARDS : hipoventilasi, gangguan difusi oksigen alveolar, ketidaksesuaian
ventilasi perfusi (V/Q), dan shuntdarah vena desaturasi yang abnormal ke sirkuit
arteri sistemik. Kkerusakan terhadap saluran pernafasan kecil dan membrana
kapiler alveoli mengganggu secara serius keseimbangan ventilasi dengan perfusi
dengan meningkatkan jarak antara ruang udara dan darah. Banyak unit paru
tertutup atau kolaps, karena itu menimbulkan shunt yang sebenarnya. Asidosis
asam laktat dan penurunan saturasi oksigen pada campuran darah vena merupakan
hal yang khas pada kegagalan transport oksigen. Kegagalan ambilan O2 berarti
ketidakmampuan jaringan untuk mengekstraksi dan menggunakan oksigen untuk
metabolisme. Restriksi cairan, tekanan positif akhir ekspirasi, dan cidera parenkim
meningkatkan ketidaksesuian ventilasi-perfisidan pembentukan ruang mati (dead
space). Barotraumas berhubungan dengan ventilator memperbesar rongga udara
yang terventilasi dengan mengorbankan perfusi, yang membantu terjadinya
kegagalan untuk mengeliminasi CO2. Karena mekanisme pengiriman oksigen
tergantung erat pada keadekuatan perfusi, tiap kerusakan fungsi kardiovaskuler
yang ditampilkan dengan ARDS memperbesar krisis oksigenasi jaringan.

4. Pathway

Pelepasan dari
Trauma tipe ll
fibrinopeptida dan
pheocytes
Henti asam amino
simpatetik
hipotalamus

Penurunan
Trauma endothelium surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar

Atelektasis
Perubahan volume darah
menuju sirkulasi paru Peningkatan
permeabilitas
Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan residu spasme
hidrostatik kapiler kapasitas
pulmonal menurun
Edemaparu

Kelebihan Penurunanpenge Pemenuhan


volume cairan mbangan paru paruberkura
ng

Cairan menumpuk di Hipoksemia


intestinium
Abnormalitas
ventilasi -
Peningkatankerj
Mencairkan perfusi
sistem surfaktan apernapasan

Ketidakefektifan Gangguan
pola nafas
Infiltrat Ronchi pertukaran
alveolar gas

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
a. Penurunan kesadaran mental
b. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
c. Terdapat retraksi interoksa
d. Sianosis
e. Hipoksemia
f. Auskultasi paru: ronkhi basah,krekels, wheezing
g. Hipotensi

6. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
1) Analisa gas darah:
a) Hipoksemia (penurunan PaO2)
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap awal karena
hiperventilasi
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan gagal ventilasi
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap dini
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada tahap lanjut.
2) Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi
sistemik dan injuri endotel), peningkatan kadar amilasee (pada
pancreatitis).

7. Komplikasi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS
adalah:
a. Infeksi paru
b. Abnormalitas obstruktif ( keterbatasan aliran udara )
c. Defek difusi sedang
d. Hipoksemia
e. Toksisitas oksigen

8. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman
dengan segera antara lain :
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa
abnormalitas fisiologis yang spesifik.
b. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membran alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan
tambahan adalah :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis
hipoksemia berat.
2) Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress
pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator
dengan tekanan dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di
tambahkan .positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam
alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir
ekpirasi.Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung da
barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan
tidal volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang
dada torakstomi darurat harus siap sedia.
d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat
Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah
menurun. Sebagian akibat efek ventilasi mekanik PEEB pengukuran seri
hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan
menetukan kebutuha untuk ttarnsfusi sel darah mearah.
e. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Tapi
sebealumnya terapi antibiotik diberikan untuk profilaksis, tetapi
pengalaman menujukkan bahwa hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram
negatife yang berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis tidak lagi
digunakan.
f. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya
sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh),
memberikan dukuga ventilasi kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi: menatahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan
nekrosis tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran
konstan terhadap jalan nafas bagian atas.
g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian
atas dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang
tealh dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang disapatkan di
rumah sakit.
h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah
kritis. Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian
makanan melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan
pasien untuk menghindari gagal nafas sehubugan dengan nutrisi buruk
pada otot inspirsi.
i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi
Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif
terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak

2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak

3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran

4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks

5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyait yang sama ketika klien mauk rumah sakit.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.

4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara
tambahan seperti krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan,
nyeri kepala (penyebabnya karena adanya trauma), mata
berkunang-kunang, berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan
yang berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat
edema paru.
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mukus yang
berlebih
3. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI


O
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan selama … Airway Management
dengan sindrom hipoventilasi x24 jam diharapkan pola nafas pasien 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
dalam keadaan normal dengan kriteria atau jaw thrust bila perlu
hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif ventilasi
dan suara nafas yang bersih, tidak 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
ada sianosis dan dyspneu (mampu jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum, mampu 4. Pasang mayo bila perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pursed lips) 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
2. Menunjukkan jalan nafas yang 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
paten (klien tidak merasa tercekik, tambahan
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada Terapi Oksigen
suara nafas abnormal) 8. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
3. Tanda Tanda vital dalam rentang 9. Pertahankan jalan nafas yang paten
normal (tekanan darah, nadi, 10. Atur peralatan oksigenasi
pernafasan) 11. Monitor aliran oksigen
12. Pertahankan posisi pasien
13. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi

Vital sign Monitoring


14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
15. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
16. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
17. Monitor suara paru
18. Monitor pola pernapasan abnormal

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan Setelah dilakukan tindakan selama … Airway Management
dengan ketidakseimbangan perfusi x24 jam diharapkan gangguan 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
pertukaran gas pasien dapat teratasi atau jaw thrust bila perlu
dengan kriteria hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
ventilasi dan oksigenasi yang 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
adekuat jalan nafas buatan
2. Memelihara kebersihan paru paru 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan bebas dari tanda tanda 5. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
distress pernafasan 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
3. Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan
dan suara nafas yang bersih, tidak 7. Monitor respirasi dan status O2
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu Respiratory Monitoring
bernafas dengan mudah, tidak ada 8. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
pursed lips) usaha respirasi
4. Tanda tanda vital dalam rentang 9.Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
normal penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
10. Monitor suara nafas, seperti dengkur
11.Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
3 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan selama … Airway suction
berhubungan dengan mukus yang x24 jam diharapkan bersihan jalan 1. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
berlebih nafas pasien kembali normal dengan suctioning.
kriteria hasil : 2. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
1. Mendemonstrasikan batuk efektif suctioning
dan suara nafas yang bersih, tidak 3. Minta klien nafas dalam sebelum suction
ada sianosis dan dyspneu (mampu dilakukan.
mengeluarkan sputum, mampu 4. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
bernafas dengan mudah, tidak ada untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
pursed lips) 5. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
2. Menunjukkan jalan nafas yang tindakan
paten (klien tidak merasa tercekik, Monitor status oksigen pasien
irama nafas, frekuensi pernafasan 6. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
dalam rentang normal, tidak ada suksion
suara nafas abnormal) 7. Hentikan suksion dan berikan oksigen
3. Mampu mengidentifikasikan dan apabila pasien menunjukkan bradikardi,
mencegah factor yang dapat peningkatan saturasi O2, dll.
menghambat jalan nafas
Airway Management
8. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
9. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
10. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
11. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
12. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
14. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
15. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
16. Monitor respirasi dan status O2
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan


intervensi atau rencana keperawatan yang disusun sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan


keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC Edisi Jilid 1. 2015.


Corwin,2000. Buku Saku Patofisiologis.Jakarta Hal ;420
Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi VIII.
Vol. 1. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai