Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA


DENGAN ARTRITIS REUMATOID

Oleh :

I PUTU SUARTAMA PUTRA


209012416

PROGRAM STUDI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA
PASIEN LANSIA DENGAN ARTRITIS REUMATOID

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Kusharyadi, 2010)
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan terutama
menyerang persendian, otot-otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah yang ada
disekitarnya. (Kowalak, 2011).
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).

2. Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti. Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1) Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2) Endokrin
Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering dijumpainya
remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah
menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
3) Autoimmun
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
4) Metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan tidak hanya
berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu disamping
faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
5) Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam
timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk
kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan artritis
reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk
menderita penyakit ini.

3. Epidemiologi
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan lainnya, di
Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa prevalensi RA sekitar 1% pada kaukasia
dewasa, Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat
1,1% sedangkan di Cina sekitar 0,28%. Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%. Insiden di
Amerika dan Eropa Utara mencapai 20-50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000.
Di Indonesia dari hasil survei epidemiologi di Bandungan Jawa Tengah didapatkan
prevalensi RA 0,3% sedang di Malang pada penduduk berusia diatas 40 tahun didapatkan
prevalensi RA 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah Kabupaten. Di Poliklinik
Reumatologi RSUPN 4 Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2000 kasus baru RA
merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru. Di Poliklinik Reumatologi RS Hasan Sadikin
didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik baru pada tahun 2000-2002 (Aletaha et
al,2010).
Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA masih terbatas. Data terakhir
dari Poliklinik Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa jumlah kunjungan
penderita RA selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari jumlah seluruh
kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Nainggolan (2009) memaparkan bahwa provinsi Bali
memiliki prevalensi penyakit rematik di atas angka nasional yaitu 32,6%, namun tidak
diperinci jenis rematik secara detail. Sedangkan pada penelitian Suyasa et al (2013)
memaparkan bahwa RA adalah peringkat tiga teratas diagnosa medis utama para lansia
yang berkunjung ke tempat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di salah satu
wilayah pedesaan di Bali.

4. Patofisiologi
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis artritis reumatoid terjadi akibat
rantai peristiwa imunologis sebagai berikut : Suatu antigen penyebab artritis reumatoid
yang berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen presenting cells (APC)
yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag
yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang
telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-
DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks
trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang
dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi
sel CD4+.
Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan mengekspresi
reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yang diekskresi oleh sel CD4+
akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan akan
menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan
berlangsung terus selama antigen tetap berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2,
CD4+ yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-
interferon, tumor necrosis factor b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4),
granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain
yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan
merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi. Produksi antibodi
oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan
membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi.
Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang akan
membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5a merupakan faktor
kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebih
banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut. Pemeriksaan
histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada
artritis reumatoid adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular membran sinovial,
infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.
5. Pathway

Antigen penyebab RA berada pada membran sinovial

Monosit & makrofag mengeluarkan IL-1

Aktivasi sel CD4+ Merangsang pembentukan


IL-3 dan IL 4
Sekresi IL-2

Terjadi mitosis & proliferasi sel >>

Aktivasi sel B

Terbentuk antibodi

Reaksi antibodi terhadap penyebab RA

Terbentuk kompleks imun di ruang sendi

Pengendapan kompleks imun

Reumatoid Artritis (RA)

Pelepasan mediator kimia bradikinin Inflamasi membran sinovial Kurangnya pemajanan/mengingat


Stimulus ujung saraf nyeri Defisit Pengetahuan
Penebalan membran sinovial Fagositosis kompleks imun
oleh sel radang
Menyentuh serabut C
Terbentuk tannus
Nyeri Akut Pembentukan radikal oksigen bebas
Menghambat nutrisi pada Terbentuk nodul Depolimerasi hialorunat
kartilago
Deformitas sendi Veskositas cairan sendi ↓
Kerusakan kartilago Kartilago nekrosis Gangguan Citra Tubuh Pembentukan tulang terganggu
& tulang
Erosi kartilago
Pemendekan tulang
Tendon & ligamen
melemah Adhesi permukaan sendi
Kontraktur
Ankylosis fibrosa
Kekuatan otot ↓ Risiko Cedera
Kekakuan pada sendi

Gangguan Mobilitas Fisik Keterbatasan gerak

Defisit Perawatan Diri


6. Manifestasi Klinik
1) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2) Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
3) Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4) Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5) Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
6) Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan cairan synovial :
a. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi yang
didominasi oleh sel neutrophil (65%).
c. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding
terbalik dengan cairan sinovium.
2) Pemeriksaan darah tepi :
a. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila terdapat
splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s Syndrome.
b. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
3) Pemeriksaan kadar sero-imunologi :
a. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita dengan nodul
subkutan.
b. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid dini.

8. Klasifikasi
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu :
1) Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
a. Artritis Reumatoid
Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta
pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang
di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi
pada kedua sisi). Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
b. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang
belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan
keluaran klinis yang sama. Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi
(kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar
persendian (periartikular).
c. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif.
Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya asam urat
2) Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar
sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra
artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
a. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota
gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya
adalah faktor kejiwaan
b. Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di
tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus
tendon.
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul
akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot
ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.
e. Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif
diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau
sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab
lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan
sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.

9. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-
sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus
dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu
seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua
kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai
latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi
kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang
memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
d. Diet
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal.
2) Penatalaksanaan Medikamentosa
a. Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada penderita
AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang
bermakna. OAINS berkerja dengan cara:
a) Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
b) Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin, serotonin,
enzim lisosomal dan enzim lainnya).
c) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
d) Menghambat proliferasi seluler.
e) Menetralisasi radikal oksigen.
f) Menekan rasa nyeri
b. Penggunaan DMARD
Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah:
a) Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400
mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan
ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia
hemolitik.
b) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam bentukenteric coated
tablet digunakan mulai dari dosis 1 x 500 mg / hari, untuk kemudian ditingkatkan
500 mg setiap minggu sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai
dengan dosis 2 g / hari, dosis diturunkan kembali sehingga mencapai 1 g /hari
untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi sempurna terjadi.
c) D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin 250 mg atau Trolovol
300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300 mg/hari kemudian dosis
ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari untuk
mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300 mg/hari.
c. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan
ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis,
total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1) Aktivitas/ istirahat
a. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
b. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.
2) Kardiovaskuler
a. Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3) Integritas ego
a. Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi
ketidakmampuan) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
(misalnya ketergantungan pada orang lain).
4) Makanan/ cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah.
b. Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5) Hygiene
a. Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan.
6) Neurosensori
a. Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
b. Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7) Nyeri/ kenyamanan
a. Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).
8) Keamanan
a. Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.

2. Pengkajian Funsional
1) INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah,
A
ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu
D
fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
E
kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
F
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

2) MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS


Termasuk yang manakah klien?
Item yang
No Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
diri 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
(Grooming) bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
kecil terkontrol
(Bladder) 1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6 Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar 1 = Kadang inkotinensia (sekali seminggu)
(Bowel) 2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3= Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Total
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

Pengkajian Kognitif
a. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status Questioner
(SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban, Catat jumlah
kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan

Skore
K No Pertanyaan Jawaban
+ -
e
1 Tanggal berapa hari ini?
t
2 Hari apa sekarang?
e
3 Apa nama tempat ini?
r
a 4 Berapa nomor telepon Anda?
n Dimana alamat Anda?
g (tanyakan bila tidak memiliki telepon)
a 5 Berapa umur Anda?
n 6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya
sampai bilangan terkecil)
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai Nilai Pertanyaan
(maks) pasien
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa sekarang?)
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah sakit)
(lanatai)?
Registrasi
3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk mengtakan masing-
masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti setelah 5
jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
(maks) pasien
Mengingat
3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas. Berikan 1
poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau tetapi (1
poin)
Nilai total
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
Pengkajian Status Emosional
Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
b. Apakah klien sering merasa gelisah?
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
d. Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
b. Ada atau banyak pikiran?
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
e. Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”MASALAH EMOSIONAL
POSITIF (+)
Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap klien pada
orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian,
harapan-harapan klien, dan lain-lain
Pengkajian Depresi (Menggunakan Geriatric Depression Scale)
No Item Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas dengan
kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan
atau kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ kosong di
dalam hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan?
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai harapan yang
baik di masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang
mengganggu terus menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat yang baik setiap
saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia sebagian besar
waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak mampu berbuat
apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah dan gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal dirumah
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa
depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini sering pelupa?
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Bapak/ Ibu
sekarang ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih dan putus asa?
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa
lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk memulai kegiatan
yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh semangat?
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada
harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik
keadaanya daripada Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena hal- hal yang
sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi?
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu bangun tidur di
pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul di pertemuan
sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat suatu
keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah dalam
memikirkan sesuatu seperti dulu?
Ket : Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1
Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat
Pengkajian Risiko Jatuh
a. Pengkajian dengan menggunakan skala MORSE
Tgl
No Item Penilaian Jam
Skor IA 1 2 3 4
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat sekarang 3
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat
Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ 2
antidepresan 2
c. Sedative/ psikotropika/narkotika 2
d. Infuse/ epidural/ spinal/ dower
catheter/ traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu berpindah 1
c. Kordinasi/ keseimbangan memburuk 2
d. Dibantu sebagian 3
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse assist 4
f. Lingkungan dengan banyak furniture 4
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit jantung/ stroke/ 2
ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ Parkinson 3
c. Pasca bedah 0-24 jam

Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
Catatan:
(1)Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit,
dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
(2)Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode:
a) Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF
b) Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
c) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer) dengan
kode: WT
d) Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
e) Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
b. Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)
No LANGKAH
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali
ke kursi, ukur waktu dalam detik
Ket:
Skor
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh rendah
APGAR keluarga
No Items Penilaian Selalu Kadang Tidak
(2) -Kadang Pernah
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman- teman)
saya untuk membantu apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dan mengungapkan masalah
dengan saya (hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi
saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau keluarga saya dan
saya menyediakan waktu bersama-sama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH
Penilaian:
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga

3. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit.
2) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan deformitas sendi.
4) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
5) Risiko Cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
6) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat.

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN NYERI
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 Observasi
proses penyakit jam. Diharapkan nyeri menurun 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri
1. Mampu menuntaskan 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
aktivitas secara mandiri 3. Identifikasi faktor yang memperberat
2. Keluhan nyeri menurun dan memperingan nyeri
dengan skala nyeri dengan 4. Identifikasi pengetahuan dan
rentang 0-10 keyakinan tentang nyeri
3. Tidak ada sikap protektif 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
terhadap area nyeri kualitas hidup
4. Tidak ada gelisah 6. Monitor keberhasilan terapi
5. Tidak mengalami kesulitan komplementer yang sudah diberikan
tidur 7. Monitor efek samping penggunaan
6. Frekuensi nadi kembali analgetik
normal (60-100x/menit) Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan DUKUNGAN AMBULASI
Fisik berhubungan keperawatan selama … x 24 Observasi
dengan penurunan jam, diharapkan kemampuan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
kekuatan otot dalam gerak fisik membaik. fisik lainnya
Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
1. Kekuatan otot dalam rentang ambulasi
normal 3. Monitor frekuensi jantung dan
2. Rentang gerak membaik tekanan darah sebelum memulai
3. Tidak ada keluhan nyeri, ambulasi
kaku sendi dan kelemahan 4. Monitor kondisi umum selama
fisik melakukan ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
alat bantu (mis. tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
3 Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan PROMOSI CITRA TUBUH
Tubuh berhubungan keperawatan selama … x 24 jam, Observasi
dengan deformitas diharapkan persepsi tentang 1. Identifikasi harapan citra tubuh
sendi struktur, fungsi dan penampilan berdasarkan tahap perkembangan
fisik pasein meningkat. Dengan 2. Identifikasi budaya, agama, jenis
kriteria hasil: kelami, dan umur terkait citra tubuh
1. Memberi penilaian positif 3. Identifikasi perubahan citra tubuh
pada diri yang mengakibatkan isolasi sosial
2. Mau melihat dan menyentuh 4. Monitor frekuensi pernyataan kritik
bagian tubuh yang sakit. tehadap diri sendiri
3. Pasien tidak rendah diri atau 5. Monitor apakah pasien bisa melihat
merasa malu dengan kondisi bagian tubuh yang berubah
fisiknya. Terapiutik
1. Diskusikan perubahn tubuh dan
fungsinya
2. Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan akibat perubahan pubertas,
kehamilan dan penuwaan
4. Diskusikan kondisi stres yang
mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
5. Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
6. Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
2. Anjurka mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan alat bantu(
mis. Pakaian , wig, kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung( mis. Kelompok sebaya).
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
6. Latih peningkatan penampilan diri
(mis. berdandan)
7. Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok
4 Defisit Perawatan Setelah dilakukan asuhan DUKUNGAN PERAWATAN DIRI
Diri berhubungan keperawatan selama … x 24 Observasi :
dengan keterbatasan jam, diharapkan kemampuan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
gerak melakukan aktivitas perawatan perawatan diri sesuai usia
diri secara mandiri. Dengan 2. Monitor tingkat kemandirian
kriteria hasil: 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
1. Kemampuan mandi pada kebersihan diri, berpakaian, berhias,
skor 5 dan makan
2. Kemampuan makan pada Terapeutik :
skor 5 1. Sediakan lingkungan yang teraupetik
3. Kemampuan pemenuhan 2. Siapkan keperluan pribadi
toileting pada skor 5 3. Dampingi dalam melakukan
4. Minat melakukan kebersihan perawatan diri sampai mandiri
diri meningkat 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi :
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
5 Risiko Cedera Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN KESELAMATAN
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 LINGKUNGAN
kontraktur sendi jam, diharapkan pasien dapat Observasi :
terhindar dari resiko cedera. 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor perubahan status keselamatan
1. Resiko cedera dapat dihindari lingkungan
2. Pasien tidak mengalami Terapeutik :
cedera 3. Hilangkan bahaya keselamatan, Jika
memungkinkan
4. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan risiko
5. Sediakan alat bantu kemanan
linkungan (mis. Pegangan tangan)
6. Gunakan perangkat pelindung (mis.
Rel samping, pintu terkunci, pagar)
Edukasi :
7. Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
6 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan EDUKASI KESEHATAN
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 Observasi :
kurangnya jam, diharapkan pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pemajanan/ pasien meningkat. Dengan menerima informasi
mengingat kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Kemampuan menjelaskan meningkatkan dan menurunkan
pengetahuan suatu topik motivasi perilaku perilaku hidup
2. Pertanyaan tentang masalah bersih dan sehat
yang dihadapi Terapeutik :
3. Persepsi yang keliru terhadap 3. Sediaakan materi dan media
masalah pendidikan kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
6. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Aletaha D, Neogi T, Silman AJ, Funovits, Felson T, Bingham III CO et al. 2010. Rematoid
Arthritis Classification Criteria An American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism Collaborative Initiative.
Arthritis Rheum, vol.62, pp.2569 – 81
Febriana 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Ankle
Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika :
Jakarta.
Nainggolan, Olwin. 2009. Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia. Maj
Kedokt Indon, vol.59, no.12, pp.588-594
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.
Suyasa, I.G.P.D., Krisnandari, A.A.I.W., Onajiati NWU. 2013. Keluhan-Keluhan Lanjut
Usia Yang Datang Ke Pengobatan Gratis Di Salah Satu Wilayah Pedesaan di
Bali. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali, pp.42-48
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai