Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


ANGINA PECTORIS

OLEH
I PUTU SUARTAMA PUTRA
209012416

PROGRAM STUDI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ANGINA PECTORIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Angina Pectoris adalah perasaan tercekik di dada. Angina pectoris juga
merupakan istilah yang umum digunakan dalam kesehatan untuk menggambarkan
rasa dari nyeri dada yang disebabkan oleh iskemia miokard. (Perrin, 2009). Istilah
angina berasal dari bahasa latin yang artinya tersumbat. Angina pectoris adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan
akibat penyakit arteri koronari. (Morton. 2009).
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel
miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke
rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan
dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien
melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan
aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007)
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak
yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan
oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak
tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng,
rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak
tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga
menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang,
kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat
berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh
gangguan fungsi akibat ischemia miokard. Penyakit angina pektoris ini juga
disebut sebagai penyakit kejang jantung. Penyakit ini timbul karena adanya
penyempitan pembuluh koroner pada jantung yang mengakibatkan jantung
kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung dipacu secara terus-menerus karena
aktifitas fisik atau mental.

2. Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen
yang lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat
sedang mengalami stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja,
tetapi supplai oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit
pada jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat
mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel
miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner
menjadi meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada
saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung,
adalah :
a. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap
menitnya akan bertambah.
b. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan
nor adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
c. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
d. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :
a. Aterosklerosis
b. Denyut jantung yang terlalu cepat
c. Anemia berat
d. Faktor resiko yang dapat diubah : merokok, hipertensi, aktivitas fisik, obesitas,
dislipidemia (kolesterol atau lemak yang tidak normal dalam darah).
e. Faktor resiko yang tidak dirubah : umur, jenis kelamin, herediter.
f. Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
g. Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
h. Spasme arteri coroner (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779).

3. Patofisiologi

Mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil didasarkan pada


ketidakadekuatan supply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena
kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). 
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
ateriosklerosis.  Ateriosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling
sering ditemukan.  Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen juga meningkat.  Apabila kebutuhan meningkat pada jantung
yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan
oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau
menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik miokardium
(kekurangan suplai oksigen di otot jantung).
Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi
kebutuhan energi mereka.  Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan kemudian menurunkan PH Miocardium, Perubahan sel miokardiom
menstimulasi reseptor nyeri melalui sympathetic afferent di area korteks sensoris
primer menyebabkan nyeri pada angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-
sel jantung berkurang (istirahat, atau dengan pemberian obat) suplay oksigen
menjadi kembali adekuat dan sel-sel otot kembali melakukan fosforilasi oksidatif
membentuk energy melalui proses aerob. Dan proses ini tidak menimbulkan asam
laktat, sehingga nyeri angina mereda dan dengan demikian dapat disimpulkan
nyeri angina adalah nyeri yang berlangsung singkat (Corwin, 2009)
4. Pathway
(Terlampir)

5. Klasifikasi
Klasifikasi angina pectoris menurut Udjianti (66:2010) adalah : stable
angina, variant angina dan unstable angina.
a. Stable Angina
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang
aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat
terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat
menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga, naiktangga, atau bekerja keras.
Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti menyekop salju. Stres
mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental
seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis
ini, biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan
aktivitasnya.
b. Angina Variant (Prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada
kenyataannya sering terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu arteri
koroner mengalami spasme yang menyebabkan iskemik jantung. Kadang-
kadang tempat spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Ada kemungkinan
bahwa walaupun tiak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan
lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif memiliki
akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi arteri
koroner. Disritmia sering terjadi pada angina variant
c. Unstable Angina (angina tidak stabil)
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan
penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner
yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja
jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang
ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi
spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan trombosit
yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan
pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil
meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible.
Unstableangina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia)
khususnya jika anda telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya
Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat
timbul tanpa aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak menurun dengan
minum obat ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark
miokard pada sindrom koroner akut.

6. Gejala Klinis
a. Angina pectoris stabil.
1) Muncul ketika melakukan aktifitas berat
2) Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama
dengan rasa nyeri yang datang sebelumnya
3) Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
4) Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan
pengobatan terhadap angina
5) Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
6) Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres.
b. Angina pectoris tidak stabil.
1) Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik
frekuensi berat dan lamanya meningkat.
2) Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
3) Tidak dapat diperkirakan
4) Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
5) Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
6) EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
c. Angina variant.
1) Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu
aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri coroner
2) EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu
serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.

7. Pemeriksaan Fisik
Setelah mekakukan anamnesa yang mengarah pada keluhan – keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesa. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem (B1-B6).
a. B1 (Breathing)
Pada pasien dengan riwayat merokok biasanya terjadi gejala dispnea,
tanda yang terlihat yaitu adanya meningkat pada frekuensi nafas atau irama
dan gangguan kedalaman nafas.
b. B2 (Blood)
Pada pasien dengan angina pektoris biasanya pada blood gejala yang
sering muncul yaitu peningkatan nadi, tekanan darah meningkat, pasien
terlihat pucat, terjadi sianosis dengan CRT >2 detik, akral teraba dingin,
adanya palpitasi jantung, Distensi vena jugularis.
c. B3 (Brain)
Pada pasien dengan unstable angina pectoris biasanya mengalami sulit
berkonsentrasi karena nyeri, biasanya pasien akan mengeluh pusing, gelisah,
tampak tegang dan megalami susah tidur.
d. B4 (Bladder)
Pada pasien dengan unstable angina pectoris biasanya tidak ada masalah
pada bladder.
e. B5 (Bowel)
Pada pasien dengan unstable angina pectoris biasanya tidak ada masalah
pada bowel.
f. B6 (Bone)
Pada pengkajian bone biasanya tidak terjadi masalah.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang menurut  Udjianti (68:2010) pada pasien dengan
angina pectoris adalah sebagai berikut:
a. Elektrokardiografi
1) Normal saat klien istirahat
2) Segmen ST elevasi atau depresi, gelombang T inversi selama serangan
berlangsung atau timbul saat tes treadmill (gambaran iskemia miokard).
3) Disritmia (takikardia abnormal), AV block, atrial flutter, atau atrial
fibrilasi) bila ada harus dicatat.
b. Laboratorium darah
1) Complete blood cells count : anemia dan hematocrit menurun.
Leukositosis mengindikasi adanya penyakit infeksi yang menimbulkan
kerusakan katup jantung dan menimbulkan keluhan angina.
2) Fraksi lemak: terutama kolestrol(Low Density Lipoprotein/ LPL) dan
trigiserida yang merupakan factor resiko terjadinya artery coronary
disease (CAD)
3) Serum tyroid : menilai keadaan hipotiroid atau hipertiroid
4) Cardiac isoenzym : normal ( CPK_Creatinin Phospokinase, CK-MB-
Creatinin kinase-MB, SGOT-Serum glutamic oxaloacetic transaminase
dan LDH-LactateDenydrogenase) dan troponin.
c. Radiologi
1) Thorax Rontgen : melihat gambaran kardiomegali seperti hipertrofi
ventrikel atau cardio-thorax ratio (CTR) lebih dari 50%
2) Echocardiogram : melhat adanya penyimpangan gerakan katup dan dilatasi
ruang jantung. Gerakan katup abnormal  dapat menimbulkan keluhan
angina.
3) Scanning janytung : melihat luas daerah iskemik pada miokard
4) Ventrikulografi sinistra : menilai kemampuan kontraksi miokard dan
pemompaan darah yang kecil akibat kelainan katup atau septum jantung.
5) Katerisasi jantung(bila diperlukan) : melihat kepatenaan  arteri coroner,
lokasi sumbatan dengan tepat dan memastikan.

9. Komplikasi
Komplikasi pada pasien angina pectoris menurut Murwani (65:2009)
diantaranya yaitu :
a. Infark Miokard Acut (IMA)
Adalah kematian jaringan otot jantung (miocard) yang disebabkan oleh
insufisiensi suplai/banyaknya darah baik secara relatif maupun secara
absolut. (muwarni,65:2009)
b. Cardiac arrest
Adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa
terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung
ataupun tidak.Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan
sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart
Association,2010 dalam Majid, 2007).
c. Decompensasi cordis
Keadaan abnormal dimana terdapat ganguan fungsi jantung yang
mengakibatkan ketidakmampuan jantung dalam memompa darah keluar untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh sewaktu istirahat maupun aktivitas
abnormal (Muwarni,66:2009).
d. Syok cardiogenik
Shock kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung tiba-tiba tidak
dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.Shock
kardiogenik paling sering disebabkan oleh serangan jantung yang parah.
(Adelia, 2011 dalam Nadi,2014).
e. Thromboemboli (sumbatan pada trombosit)
Tromboemboli vena (venous thromboembolism/VTE) merupakan
penyakit vaskular yang umum dengan gajala samar sehingga biasanya tidak
disadari. Tromboemboli vena ditandai dengan adanya bekuan darah
(thrombus) maupun adanya bekuan darah yang melayang-layang dan ikut
aliran darah (embolus) di pembuluh vena dan mengakibatkan sumbatan aliran
darah.(Enny, 2009 dalam Nadi 2014).

10. Theraphy
a. Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia
1) Penyekat Beta
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekwensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan
pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi
dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain: atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
2) Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan
volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan
nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk
mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode
bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit
adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
3) Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium
melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos
pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah
epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan
oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik.
Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem,
felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
b. Terapi Farmakologis untuk mencegah Infark miokard akut
1) Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK
baik akut atau kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat
diberikan tiiclopidin atau clopidogrel.
2) Terapi Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan
antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia
pada penderita dengan factor resiko .
3) Terapi penurunan kolesterol, simvastatin akan menurunkan LDL (low
density lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah
atheroskelerosis maka aliran darah di arteria koronaria lebih baik.
c. Revaskularisasi Miokard
Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk
serangan ringan yang stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap
serius, episode nyeri dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi tanpa
penyebab yang jelas. Bila gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi
farmakologis yang memadai, maka tindakan invasive seperti PTCA
(angioplasty coroner transluminal percutan) harus dipikirkan untuk
memperbaiki sirkulasi koronaria.
d. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan
untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar
adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah.
Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti
sangat kompetitif, agresif atau ambisius.

11. Penatalaksanaan
Kepada pasien yang menderita PJK maupun keluarga, perlu diterangkan
tentang perjalanan penyakit, pilihan obat yang tersedia. Pasien perlu diyakinkan
bahwa kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan dengan pengobatan
dan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih baik. Kelainan penyerta
seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dll. Perlu ditangani secara baik (lihat
selanjutnya pada bab pencegahan). Cara pengobatan PJK yaitu, pengobatan
farmakologis, revaskularisasi miokard. Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara di
atas sifatnya menyembuhkan. Dengan kata lain tetap diperlukan modifikasi gaya
hidup dan mengatasi faktor penyebab agar progresi penyakit dapat dihambat.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Airway
Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan
benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur
larinks atau trachea.
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak
2) Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang
terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida dari tubuh.
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak
3) Circulation
Observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran
4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks
5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia

a. Data Subjektif :
Pasien mengeluh jantung berdebar (palpitasi), lelah, dipsnea, pasien
mengeluh nyeri, merasa bingung, khawatir dengan kondisi, sulit
berkonsentrasi.
b. Data objektif :
Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, tampak tegang,
frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat, gambar EKG
menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas, sianosis. gambar EKG menunjukan
iskemia, mengeluh pusing, gelisah, tampak tegang, sulit tidur, frekuensi nadi
meningkat. bradikardi/takikardi, Edema, Distensi vena jugularis

2. Pengkajian Fokus B6
a. B1 (Breathing)
Pada pasien dengan riwayat merokok biasanya terjadi gejala dispnea,
tanda yang terlihat yaitu adanya meningkat pada frekuensi nafas atau irama
dan gangguan kedalaman nafas.
b. B2 (Blood)
Pada pasien dengan angina pektoris biasanya pada blood gejala yang
sering muncul yaitu peningkatan nadi, tekanan darah meningkat, pasien
terlihat pucat, terjadi sianosis dengan CRT >2 detik, akral teraba dingin,
adanya palpitasi jantung, Distensi vena jugularis.
c. B3 (Brain)
Pada pasien dengan unstable angina pectoris biasanya mengalami sulit
berkonsentrasi karena nyeri, biasanya pasien akan mengeluh pusing, gelisah,
tampak tegang dan megalami susah tidur.
d. B4 (Bladder)
Pada pasien dengan unstable angina pectoris biasanya tidak ada masalah
pada bladder.
e. B5 (Bowel)
Pada pasien dengan unstable angina pectoris biasanya tidak ada masalah
pada bowel.
f. B6 (Bone)
Pada pengkajian bone biasanya tidak terjadi masalah.

3. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miocard ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan jantung tidak adekuat
memompa darah ditandai dengan pasien mengeluh jantung berdebar
(palpitasi), lelah, dipsnea, bradikardi/takikardi, gambaran EKG aritmia,
Edema, Distensi vena jugularis,
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditandai
dengan penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang pola
napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
merasa bingung, khawatir dengan kondisi, sulit berkonsentrasi, mengeluh
pusing, gelisah, tampak tegang, sulit tidur, frekuensi nadi meningkat,
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan jantung tidak adekuat memompa
darah ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat > 20%
dari kondisi istirahat, gambar EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas,
sianosis. gambar EKG menunjukan iskemia.
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjikan presepsi yang
keliru terhadap masalah
4. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
a. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan MANAJEMEN NYERI
dengan iskemia miocard keperawatan selama …x… Observasi
1) Identifikasi lokasi,
ditandai dengan pasien diharapkan pasien dapat
karakteristik, durasi,
mengeluh nyeri, Tampak mempertahankan prilaku frekuensi, kualitas, intensitas
meringis, bersikap protektif, adaptasi terhadap nyeri (nyeri nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
gelisah, frekuensi nadi terkontrol) dengan criteria
3) Identifikasi respon nyeri non
meningkat, sulit tidur, tekanan hasil: verbal
darah meningkat, pola nafas 1. Melaporkan secara verbal 4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan
berubah. nyeri berkurang atau hilang
memperingan nyeri
2. Skala nyeri 0-3 NRS Terapeutik
3. Wajah tampak rileks dan 1) Berikan Teknik
tenang nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
4. Tidak bersikap protektif TENS, hypnosis, akupresur,
5. Frekuensi nadi 60-80 terapi music, biofeedback,
x/menit terapi pijat, aroma terapi,
Teknik imajinasi terbimbing,
6. Frekuensi nafas 16-
kompres hangat/dingin,
20x/menit terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
b. Penurunan curah jantung Setelah diberikan asuhan PERAWATAN JANTUNG
berhubungan dengan jantung keperawatan selama …x… AKUT
Observasi
tidak adekuat memompa darah diharapkan penurunan curah
1) Identifikasi
ditandai dengan pasien jantung dapat teratasi dengan karakteristik  nyeri dada
mengeluh jantung berdebar criteria hasil: (meliputi faktor pemicu dan
dan pereda, kualitas, lokasi,
(palpitasi), lelah, dipsnea, 1. Pasien tidak mengeluh
radiasi, skala, durasi dan
bradikardi/takikardi, gambaran jantung berdebar (palpitasi), frekuensi)
EKG aritmia, Edema, Distensi 2. Tidak mengeluh lelah, 2) Monitor EKG 12
sadapan untuk perubahan ST
vena jugularis, 3. Tidak ada dipsnea,
dan T
4. Tidak ada bradikardi/ 3) Monitor
takikardi, Aritmia( kelainan irama dan
5. Gambaran ekg tidak frekuensi)
4) Monitor elektrolit
menunjukan aritmia, yang dapat meningkatkan
6. Tidak ada edema, resiko aritmia( mis. kalium,
7. Tidak ada distensi vena magnesium serum)
5) Monitor enzim
jugularis,
jantung (mis. CK, CK-MB,
Troponin T, Troponin I)
6) Monitor saturasi
oksigen
7) Identifikasi
stratifikasi pada sindrom
koroner akut(mis. Skor TIMI,
Killip, Crusade)
Terapiutik
1) Pertahankan tirah
baring minimal 12 jam
2) Pasang akses
intravena
3) Puasakan hingga
bebas nyeri
4) Berikan terapi
relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
5) Sediakan
lingkungan yang kondusif
untuk beristirahat dan
pemulihan
6) Siapkan menjalani
intervensi koroner perkutan,
jika perlu
7) Berikan dukungan
spiritual dan emosional
Edukasi
1) Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
2) Anjurkan
menghindari manuver Valsava
(mis. Mengedan sat BAB atau
batuk)
3) Jelaskan tindakan
yang dijalani pasien
4) Ajarkan teknik
menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolbaorasi
1) Kolaborasi
pemberian antiplatelat, jika
perlu
2) Kolaborasi
pemberian antiangina(mis.
Nitrogliserin, beta blocker,
calcium channel bloker)
3) Kolaborasi
pemberian morfin, jika perlu
4) Kolaborasi
pemberian inotropik, jika perlu
5) Kolaborasi
pemberian obat untuk
mencegah manuver Valsava
(mis., pelunak, tinja,
antiemetik)
6) Kolaborasi
pemberian trombus dengan
antikoagulan, jika perlu
7) Kolaborasi
pemeriksaan x-ray dada , jika
perlu
c Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan tindakan Manajemen jalan nafas
Observasi:
berhubungan dengan keperawatan selama …. X 24
1) Monitor pola nafas (frekuensi,
hambatan upaya nafas ditandai jam diharapkan pola nafas kedalaman, usaha nafas)
dengan penggunaan otot bantu membaik dengan kriteria hasil: 2) Monitor bunyi nafas tambahan
(missal: gurgling, mengi,
pernapasan, fase ekspirasi 1. Dyspnea menurun
whezzing, ronkhi kering)
memanjang pola napas 2. Penggunaan otot bantu Teraupetik:
abnormal (mis. takipnea. napas menurun 1) Posisikan Semi-Fowler atau
Fowler
bradipnea, hiperventilasi 3. Frekuensi napas membaik
2) Lakukan fisioterapi dada jika
kussmaul cheyne-stokes) (12-20x/mnt) perlu
4. Kedalam napas membaik 3) Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
4) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi:
1) Ajarkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
d Ansietas berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan REDUKSI ANSIETAS
kurang terpapar informasi keperawatan selama …x… Observasi
1) Identifikasi saat
ditandai dengan merasa diharapkan ansietas teratasi
tingkat anxietas berubah (mis.
bingung, khawatir dengan dengan criteria hasil : Kondisi, waktu, stressor)
kondisi, sulit berkonsentrasi, 1. Pasien mengerti tentang 2) Identifikasi
kemampuan mengambil
mengeluh pusing, gelisah, penyakitnya
keputusan
tampak tegang, sulit tidur, 2. Pasien tidak gelisah 3) Monitor tanda
frekuensi nadi meningkat, 3. Pasien tampak rileks anxietas (verbal dan non
verbal)
4. Tidak ada kesulitan dalam
Terapeutik
istirahat tidur 1) Ciptakan suasana 
5. Frekuensi nadi normal 60- terapeutik untuk
80x/menit menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien
6. Frekuensi nafas normal 16- untuk mengurangi kecemasan ,
20x/menit jika memungkinkan
3) Pahami situasi
yang membuat anxietas
4) Dengarkan dengan
penuh perhatian
5) Gunakan
pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
6) Motivasi
mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
7) Diskusikan
perencanaan  realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
1) Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan
secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3) Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien,
jika perlu
4) Anjurkan
melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5) Anjurkan
mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6) Latih kegiatan
pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
7) Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8) Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
9) Kolaborasi
pemberian obat anti anxietas,
jika perlu
e Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan MANAJEMEN ENERGI
berhubungan dengan jantung keperawatan selama …x… Observasi
tidak adekuat memompa darah diharapkan intoleransi 1) Identifkasi
ditandai dengan mengeluh aktivitas teratasi dengan gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
lelah, frekuensi jantung criteria hasil :
2) Monitor kelelahan
meningkat > 20% dari kondisi 1. Tidak lelah, fisik dan emosional
istirahat, gambar EKG 2. frekuensi jantung normal , 3) Monitor pola dan
jam tidur
menunjukan aritmia 3. gambar EKG tidak
4) Monitor lokasi dan
saat/setelah aktivitas, sianosis. menunjukan aritmia ketidaknyamanan selama
gambar EKG menunjukan saat/setelah aktivitas, melakukan aktivitas
Terapeutik
iskemia. sianosis.
1) Sediakan
4. gambar EKG tidak lingkungan nyaman dan
menunjukan iskemia. rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2) Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
3) Berikan aktivitas
distraksi yang menyenangkan
4) Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1) Anjurkan tirah
baring
2) Anjurkan
melakukan aktivitas secara
bertahap
3) Anjurkan
menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4) Ajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
5) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
f Defisit pengetahuan Setelah diberikan asuhan EDUKASI PERILAKU
berhubungan dengan kurang keperawatan selama …x… UPAYA KESEHATAN
Observasi
terpapar informasi ditandai diharapkan deficit 1) Identifikasi
dengan menunjukan perilaku pengetahuan teratasi dengan kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
tidak sesuai anjuran, criteria hasil :
Terapeutik
menunjikan presepsi yang 1. Perilaku pasien sesuai 2) Sediakan materi
keliru terhadap masalah anjuran dan media pendidikan
kesehatan
2. Mampu menjelaskan
3) Jadwalkan
pengetahuan tentang suatu pendidikan kesehatan sesuai
topic kesepakatan
4) Berikan
3. Tidak ada persepsi yang
kesempatan untuk bertanya
keliru terhadap masalah yang 5) Gunakan variasi
dialami mode pembelajaran
6) Gunakan
pendekatan promosi kesehatan
dengan memperhatikan
pengaruh dan hambatan dari
lingkungan, sosial serta
budaya.
7) Berikan pujian dan
dukungan terhadap usaha
positif dan pencapaiannya
Edukasi
1) Jelaskan penanganan masalah
kesehatan
2) Informasikan sumber yang
tepat yang tersedia di
masyarakat
3) Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan
4) Anjurkan menentukan perilaku
spesifik yang akan diubah
(mis. keinginan mengunjungi
fasilitas kesehatan)
5) Ajarkan mengidentifikasi
tujuan yang akan dicapai
6) Ajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari hari

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan criteria hasil yang
diharapkan. (Gordon, 1994 dalam Potter & Perry, 1997)

6. Evaluasi

Diagnosa keperawatan Evaluasi


1. Melaporkan secara verbal nyeri
Nyeri akut berhubungan dengan iskemia berkurang atau hilang
miocard ditandai dengan pasien mengeluh 2. Skala nyeri 0-3 NRS
nyeri, Tampak meringis, bersikap protektif, 3. Wajah tampak rileks dan tenang
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, 4. Tidak bersikap protektif
tekanan darah meningkat, pola nafas berubah. 5. Frekuensi nadi 60-80 x/menit
6. Frekuensi nafas 16-20x/menit

Penurunan curah jantung berhubungan dengan 1. Pasien tidak mengeluh jantung


jantung tidak adekuat memompa darah berdebar (palpitasi),
ditandai dengan pasien mengeluh jantung 2. Tidak mengeluh lelah,
berdebar (palpitasi), lelah, dipsnea, 3. Tidak ada dipsnea,
bradikardi/takikardi, gambaran EKG aritmia, 4. Tidak ada bradikardi/takikardi,
Edema, Distensi vena jugularis, 5. Gambaran ekg tidak menunjukan
aritmia,
6. Tidak ada edema,
7. Tidak ada distensi vena jugularis,
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan 1. Dyspnea menurun
hambatan upaya nafas ditandai dengan 2. Penggunaan otot bantu napas
penggunaan otot bantu pernapasan, fase menurun
ekspirasi memanjang pola napas abnormal 3. Frekuensi napas membaik (12-
(mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi 20x/mnt)
kussmaul cheyne-stokes) Kedalam napas membaik
Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar 1. Pasien mengerti tentang
informasi ditandai dengan merasa penyakitnya
2. Pasien tidak gelisah
3. Pasien tampak rileks
bingung,khawatir dengan kondisi, sulit
4. Tidak ada kesulitan dalam istirahat
berkonsentrasi, mengeluh pusing, gelisah,
tidur
tampak tegang, sulit tidur, frekuensi nadi
5. Frekuensi nadi normal 60-
meningkat,
80x/menit
6. Frekuensi nafas normal 16-
20x/menit
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 2. Tidak lelah,
jantung tidak adekuat memompa darah 3. Frekuensi jantung normal ,
ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi 4. Gambar EKG tidak menunjukan
jantung meningkat > 20% dari kondisi aritmia saat/setelah aktivitas,
istirahat, gambar EKG menunjukan aritmia sianosis.
saat/setelah aktivitas, sianosis. gambar EKG 5. Gambar EKG tidak menunjukan
menunjukan iskemia. iskemia.

Defisit pengetahuan berhubungan dengan 1. Perilaku pasien sesuai anjuran


kurang terpapar informasi ditandai dengan 2. Mampu menjelaskan pengetahuan
menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, tentang suatu topic

menunjikan presepsi yang keliru terhadap 3. Tidak ada persepsi yang keliru
masalah terhadap masalah yang dialami

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Kathleen, Ouimet Perrin. 2009. Understanding the essentials of critical care
nurshing. London : PEARSON
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Morton, Patricia gonce & Fontaine, Dorrie K. 2009. Critical care nurshing a
holistic approach. USA: Wolters Kluwer Health
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Lampiran (Pathway)

Arterosklerosis Pajanan Stress Latihan fisik Makanan berat


terhadap dingin

Adrenalin Kebutuhan O2 Aliran O2 ke


Vasokontriksi meningkat meningkat mesentrikus ↑
pembuluh
darah

Aliran O2 arteri Aliran O2 ke


Angina Pectoris
koronaria ↓ jantung ↓
Kekurangan O2
pada jantung
Kurang informasi
Ischemia otot kesehatan

Metabolisme
Anaerob Kurang
Pengetahuan
Peningkatan
asam

Kontraksi Merangsang Respon


miokardium ↓ reseptor nyeri prikologis

Fungsi ventrikel Nyeri dada Takut/cemas


terganggu

Nyeri Akut Ansietas


Perubahan
Peningkatan
hemodinamika
tekanan jantung Hambatan
(TD & Nadi ↑)
upaya nafas
Lelah
Penurunan
Curah Jatung Pola Nafas
Intoleransi Tidak Efektif
Aktivitas

Anda mungkin juga menyukai