Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEMONIA

Oleh :

I PUTU SUARTAMA PUTRA


209012416

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2020
A. Konsep Penumonia
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan
parenkim paru (Jaypee, 2006). Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut
pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar
Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri Palembang, 2000). Pneumonia disebabkan
oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi,
inhalasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri
(Brunner & Suddarth, 2001).

2. Etiologi
Penyebab pneumonia adalah:
a. Bakteri:
1) Bakteri garam positif (streptococcus pneumoniae/ pneumococcal
pneumonia, staphylococcus aureus)
2) Bakteri gram negatif (haemophilus influenzae, pseudomonas aeruginosa,
kleibsiella pneumoniae, dan anaerobik bakteria)
3) Atypikal bacteria (legionella pneumophia dan mycoplasma pneumonia)
b. Virus:
1) Virus influenza
2) Parainfluenza
3) Adenovirus
4) Virus Synsitical respiratorik
5) Rhinovirus
c. Jamur:
1) Kandidiasis
2) Histoplasmosis
3) Kriptokokkis
d. Protozoa: Pneumokistis karinii pneumonia

3. Fakto Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia :
a. Umur di bawah 2 bulan
b. Tingkat sosioekonomi rendah
c. Gizi kurang
d. Berat badan lahir rendah
e. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah
f. Kepadatan tempat tinggal
g. Imunisasi yang tidak memadai
h. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
i. Tidak berfungsinya sistem imun (AIDS)

4. Klasifikasi
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
a. Berdasarkan penyebab
1) Pneumonia bakteri/tipikal
Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja terutama orang yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit. Pada saat pertahanan tubuh menurun, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
2) Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari
pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk
kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam
penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat
panas tinggi disertai membirunya bibir. Hal itu yang disebut dengan
superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah
keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
3
3) Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah.
c. Bedasarkan predileksi infeksi
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak
infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah
dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap
udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.
Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain
(super infeksi) dan sebagainya.
3) Pneumonia intertisial : Proses inflamasi dengan batas-batas yang lebih atau
kurang dalam dinding alveolus (intertisium) dan jaringan peribronkial dan
interlobaris.
4) Pneumonitis adalah inflamasi akut lokal paru tanpa toksemia yang
berkaitan dengan pneumonia lobaris

5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala berupa :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Retraksi intercosta
e. Penggunaan otot bantu napas
f. Demam
g. Ronchii
h. Cyanosis
i. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
j. Batuk
k. Sakit kepala
l. Sesak nafas
4
m. Menggigil
n. Berkeringat
o. Lelah.

6. Patofisiologi
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam
tubuh setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme
pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai
leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas
yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas
terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke
saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari
saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah
dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak,
mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan
pada parenkim paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus
alveolus. Hal tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang
mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran
karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh
darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil,
yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan
penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang
melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis
(ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya
hipoksemia.  Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari
dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan
dikeluarkan melalui batuk (Bennete, 2013).

7. Bakteri
Pathway Pneumonia
CAP (Community Acquired Pneumonia)
1) Streptococcus Pneumonia
2) Staphylococcus Aureus
3) Myciplasma pneumonia
5
HAP ( Hospital Acquired Pneumonia)
1) Escherchia Coli
2) Haemophilus Influenza
3) Pseudomonas Aeurugimosa
Jamur
Virus Aspirasi
Candida & Aspergilus
Respiratory syntial virus
Influenza Virus

Masuknya benda asing/ mikroorganisme ke


saluran pernafasan

Pengeluaran toksin

Inflamasi/ peradangan

Pelepasan sitoksin
Kerusakan membrane mukosa
alveolus (parenkim paru)
Mengaktifkan
leukosit dan
makrofag
Peningkatan Pelepasan zat Konsolidasi eksudatif jaringan
permeabilitas pirogen, ikat paru
Fagositosis
patogen kapiler prostaglandin dan
mediator kimia Penurunan compliance
lain paru
Terakumulasi Edema paru dan
bersama jaringan akumulasi
mati Meningkatkan set
transudat Pengembangan paru tidak
temostat di
hipotalamus maksimal
Transudat

peningkatan Sesak nafas


metabolisme dan
Berkurangnya area pertukaran
penghematan KETIDAKEFEKTIFAN
oksigen dan terhalang oleh cairan
panas POLA NAFAS
di alveoli

Gangguan pada difusi oksigen Vasokontriksi


pembuluh darah

Nafas sesak, cepat, suara nafas Menggigil dan HIPERTERMI


tambahan (wheezing) demam
Suhu tubuh meningkat
dispneu (sulit bernafas) anoreksia

GANGGUAN Gangguan intake KEKURANGAN VOLUME


PERTUKARAN GAS makanan dan cairan CAIRAN
Suplai O2 ke
jaringan menurun Peningkatan sekesi dan
mukus KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
Metabolisme tubuh KEBUTUHAN TUBUH
menurun KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
ATP menurun NAFAS

fatigue

INTOLERANSI
AKTIVITAS
8. Komplikasi

6
Menurut Elizabeth (2009)
1. Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena
kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
2. Hipoksemia merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-
kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
hemoglobin
3. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus
yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muskular dinding bronkus.
4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.
5. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang.

9. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Elizabeth, (2009)
a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X
dada mungkin bersih.
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan
penyakit paru yang ada.
c. JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil
dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe
organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus
aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV.
7
e. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
f. LED
Meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu
diagnosis keadaan.Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin
meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.
h. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
j. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik
sel raksasa.

10. Penatalaksanaan
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan
untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh
pemeriksaan sputum mencakup :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai
berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastirk dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1) Untuk kasus pneumonia communiti base :
a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :
8
a) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
(Roudelph, 2007).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Data Dasar Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, Insomnia
Tanda : Letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya GJK kronis
Tanda : Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat
c) Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
d) Makanan dan cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah
Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor
buruk, Malnutrisi
e) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)
f) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada
substernal (influenza), Mialgia, artalgia
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang
sakit untuk membatasi gerakan)
g) Pernapasan
Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen, Warna pucat atau
siunosis bibir/kaku. Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi. Fremitus :
9
taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi
pleural. Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau
nafas bronchial.
h) Keamanan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, Demam
Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gemetaran
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
j) Pemeriksaan Diagnostik
2. Diagnosa yang mungkin muncul
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat
dalam alveoli.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler.
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan compliance paru menurun
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
(demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
g. Hipertermi berhubungan dengan isolasi respiratory

10
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri : 1. Takipnea, pernapasan
efektif berhubungan keperawatan dalam 1. Kaji frekuensi/kedalaman dangkal, dan gerak dada
dengan terbentuknya waktu….x24 jam maka pernapasan dan gerak dada. tak simetris sering terjadi
eksudat dalam alveoli. masalah keperawatan dapat 2. Auskultasi area paru, catat arena karena ketidaknyamanan
diatasi dengan kriteria hasil : penurunan/tak ada aliran udara gerakan dinding dada
a) Mengidentifikasi/menu dan bunyi napas adventisus, misal dan/atau cairan paru.
njukkan perilaku : krekels, mengi. 2. Penurunan aliran udara
mencapai bersihan 3. Bantu pasien latihan napas sering. terjadi pada area
jalan napas. Tunjukkan/bantu pasien konsolidasi dengan cairan.
b) Menunjukkan jalan mempelajari melakukan batuk, Bunyi napas bronchial
napas paten dengan misal : menekan dada dan batuk (normal pada bronkus)
napas bersih, tak ada efektif sementara posisi batuk dapat terjadi juga pada
dispnea, sianosis. tinggi. area konsolidasi. Krekels,
4. Berikan cairan sedikitnya 2500 ronki dan mengi terdengar
ml/hari (kecuali kontraindikasi). pada inspirasi dan/atau
Tawarkan air hangat, daripada ekspirasi pada respons
dingin. terhadap pengumpulan
5. Penghisapan sesuai indikasi cairan, sekret kental dan
spasme jalan
Kolaborasi : napas/obstruksi.
1. Bantu mengawasi efek 3. Napas dalam
pengobatan nebuliser dan memudahkan ekspansi
fisioterapi lain. Lakukan maksimum paru-paru/
tindakan diantara waktu makan jalan napas lebih kecil.
dan batasi cairan bila mungkin. Batuk adalah mekanisme
2. Berikan cairan tambahan, pembersihan jalan napas
misal : IV, oksigen alami, membantu silia
humudifikasi, dan ruangan untuk mempertahankan
humudifikasi. jalan napas paten.
Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk
memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan
lebih kuat.
4. Cairan (khususnya air
hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan secret
5. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan napas

12
secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu
melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.

Kolaborasi :
1. Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret.
Koordinasi
pengobatan/jadwal dan
masukan oral menurunkan
muntah karena batuk,
pengeluaran sputum.
2. Cairan diperlukan untuk
menggantikan kehilangan
dan memobilisasi sekret.
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan 1. Manifestasi distress
berhubungan dengan keperawatan dalam kemudahan bernapas. pernapasan tergantung
perubahan membran waktu….x24 jam maka 2. Tinggikan kepala dan dorong pada indikasi derajat
alveolar-kapiler. masalah keperawatan dapat sering mengubah posisi, napas keterlibatan paru dan

13
diatasi dengan kriteria hasil : dalam dan batuk efektif. status kesehatan umum.
1. Menunjukkan 3. Pertahankan istirahat tidur. 2. Tindakan ini
perbaikan ventilasi dan Dorong menggunakan teknik meningkatkan inspirasi
oksigenasi jaringan relaksasi dan aktifitas senggang. maksimal, meningkatkan
dengan GDA dalam 4. Observasi penyimpangan kondisi, pengeluaran sekret untuk
rentang normal dan tak cacat hipotensi banyaknya jumlah memperbaiki ventilasi.
ada gejala distress sputum merah mudah/berdarah, 3. Mencegah terlalu lelah
pernapasan. pucat, sianosis, perubahan tingkat dan menurunkan
2. Berpartisipasi pada kesadaran, dispnea berat, gelisah kebutuhan/ konsumsi
tindakan untuk oksigen untuk
memaksimalkan memudahkan perbaikan
oksigenasi. infeksi.
4. Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian pada pneumonia
dan membutuhkan
intervensi medik segera.

3 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. kecepatan biasanya
nafas berhubungan dengan keperawatan dalam pernafasan dan ekspansi dada. mencapai kedalaman
compliance paru menurun waktu….x24 jam maka Catat upaya pernafasan termasuk pernafasan bervariasi
masalah keperawatan dapat penggunaan otot bantu tergantung derajat gagal

14
diatasi dengan kriteria hasil : pernafasan / pelebaran nasal. nafas. Expansi dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat terbatas yang
1. Pola nafas efektif, adanya bunyi nafas seperti berhubungan dengan
2. bunyi nafas normal atau krekels, wheezing. atelektasis dan atau nyeri
bersih, 3. Tinggikan kepala dan bantu dada
3. TTV dalam batas mengubah posisi. 2. Ronki dan wheezing
normal, 4. Observasi pola batuk dan menyertai obstruksi jalan
4. ekspansi paru karakter sekret. nafas / kegagalan
mengembang. 5. Dorong/bantu pasien dalam pernafasan.
nafas dan latihan batuk. 3. Duduk tinggi
memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan
pernafasan.
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
sering/iritasi.
5. Dapat
meningkatkan/banyaknya
sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya
bernafas.

15
4 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perubahan tanda vital, 2. Peningkatan
berhubungan dengan keperawatan dalam contoh : peningkatan suhu/memanjangnya
kehilangan cairan waktu….x24 jam maka suhu/demam memanjang, demam meningkatkan laju
berlebihan, penurunan masalah keperawatan dapat takikardia, hipotensi ortostatik. metabolik dan kehilangan
masukan oral. diatasi dengan kriteria hasil : 2. Kaji turgor kulit, kelembaban cairan melalui evaporasi.
membran mukosa (bibir, lidah). TD ortostatik berubah dan
1. Mempertahankan urin 3. Pantau masukan dan haluaran, peningkatan takikardia
output sesuai dengan catat warna, karakter urine, menunjukkan kekurangan
usia dan BB, BJ, urine hitung keseimbangan cairan. cairan sistemik.
normal, HT normal 3. Indikator langsung
2. Tekanan darah, nadi, Kolaborasi : keadekuatan volume
suhu dalam batas normal 1. Kolaborasi dengan tim medis cairan, meskipun
3. Tidak ada tanda-tanda pemberian anti piretik, anti membran mukosa mulut
dehidrasi, elastis turgor emetic. mungkin kering karena
kulit baik, membrane nafas mulut dan oksigen
mukosa lembab, tidak tambahan
ada rasa haus yang 4. Memberikan informasi
berlebihan. tentang keadekuatan
volume cairan dan
kebutuhan penggantian.

Kolaborasi :

16
1. Berguna menurunkan
kehilangan cairan.

5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi respon pasien terhadap 1. Merupakan kemampuan,
berhubungan dengan keperawatan dalam aktivitas. kebutuhan pasien dan
ketidakseimbangan antara waktu….x24 jam maka 2. Berikan lingkungan tenang dan memudahkan pilihan
suplai dan kebutuhan masalah keperawatan dapat batasi pengunjung selama fase interan.
oksigen diatasi dengan kriteia hasil : akut sesuai indikasi 2. Menurunkan stress dan
1. Nafas normal 3. Bantu pasien memilih posisi rangsangan berlebihan,
2. Sianosis nyaman untuk istirahat atau tidur. meningkatkan istirahat.
3. Irama jantung 4. Bantu aktivitas perawatan diri 3. Pasien mungkin nyaman
yang diperlukan dengan kepala tinggi, tidur
di kursi.
4. Meminimalkan kelelahan
dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen

6 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu klien (derajat dan 1. Suhu 38,9ºC – 41,1ºC
dengan isolasi respiratory keperawatan dalam polanya) perhatikan menggigil menunjukkan proses
waktu….x24 jam maka atau diaphoresis penyakit infeksi akut. Pola
masalah keperawatan dapat 2. Pantau suhu lingkungan, demam dapat membantu

17
diatasi dengan kriteria hasil : batasi/tambahkan linen tempat dalam diagnosis,
1. Konvulsi tidur, sesuai indikasi . misalnyakurva demam
2. Kulit Kemerahan 3. Berikan kompres hangat, lanjut berakhir lebih dari 24
3. Peningkatan suhu tubuh hindari, hindarkan penggunaan jam menunjukkan
di atas kisaran normal alkohol. pneumonia pneumokokal,
4. Takikardi demam skarlet atau tifoid,
5. Takipnea Kolaborasi : demam remiten (bervariasi
6. Kulit terasa hangat 1. Kolaborasi dengan tim medis hanya beberapa derajat
pemberian antipiretik. pada arah tertentu).
2. Suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
3. Dapat membantu
mengurangi demam,
penggunaan air es/alkohol
mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan
suhu secara aktual. Selain
itu, alkohol dapat
mengeringkan kulit.
Kolaborasi :

18
1. Digunakan untuk
mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada
hipothalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aryani. (2009). Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V. Trans Info Media
Betz & Sowden. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.. et al. (2013). Nursing Intervention Classification. Jakarta : Elsevier
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017, Edisi 10. Jakarta : EGC
Jaypee Brothers. (2006). IAP Textbook of Pediatrics: Third Edition. India: Medical
Publhishers.
Lippincott Williams & Wilkins. (2006). Oski’s Pediatrics: Principles & Practice: 4th Edition.
Philadelphia.
Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta
Moorhead, s. et al.(2013). Nursing Outcomes Classification. Jakarta : Elsevier
Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyadi sujono, suharsono. (2010). Asuhan keperawatan pada anak sakit. Gosyen publishing.
Yogyakarta
Roudelph. (2007). Buku Peditria Rubolph. Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
Sugihartono, Rashmastullah P. Nurjazuli. (2002) Analisis faktor resiko kejadian pneumonia
pada anak. Jurnal kesehatan lingkungan Indonesia. Bogor
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai