Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU

OLEH :

NURFITRIAH I. NASIR
14420212206

CI LAHAN CI INSTITUSI

(________________) ( ________________)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSSAR
2021
A. KONSEP MEDIS TB PARU
1. Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang penyakit parenkim paru.Nama tuberkulosis berasal
dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu
sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb
paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular
melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin
atau bicara.( Dhjojodibroto,2016)
Ada beberapa klasifikasi TB Paru menurut ( Dhjojodibroto,2016)
yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu
pada TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
Tb positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan
2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari TB paru.
kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang
jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tertidur lama) selama
beberapa tahun ( Dhjojodibroto,2016)
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalamtubuh manusia
melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Seseorang terinfeksi tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.( Chandra, 2018)
3. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis.
Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang
biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain
(ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi
fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan
ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada
masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri dari makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri
menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkhus. Tuberkel yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru
yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel dan seterusnya. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan
basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan
respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel.( Mandal,dkk, 2016)
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala sistemik/umum
1) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus
1) Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang
disertai sesak.
2) Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada. ( Chandra,2018)
6. Komplikasi
TB Paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu 17 :
a. Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura,
empiema,laryngitis, usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering
terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau
syok hipovolemik
2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya (Nastiti,2016)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin: LED normal / meningkat, limfositosis
b. Tehnik Polymerase Chain Reaction : Deteksi DNA kuman secara
spesifik melalui amplikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme
dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
c. Pemeriksaan radiologi: Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB (Goesasi,2021)
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman. Prinsip
pengobatan TB Paru adalah obat TB diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid,
Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama
6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat
dibunuh.
b. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan
mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
c. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi
adekuat, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika
pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan,
pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.(Goesasi,2021)
9. Prognosis
Tergantung pada tempat proses kerusakan serta daya tahan tubuh.
Dengan pemberian anti tuberklosis yang teratur, prognosa sangat baik.
Perlu diingat bahwa penderita-penderita yang mendapat pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi untuk penyakit lain mempunyai resistensi yang
rendah terhadap tuberklosis (limfosit T yang melindungi tubuh terhadap
tuberklosis dirusak oleh kortikosteroid). (Zulkoni, 2017)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar
dapat megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan
a. Pengumpulan data
1). Identitas
a). Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai
hubungan meliputi : nama hubungan dengan penyakit tidak
terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orang tua
lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering
laki-laki terkena dari pada perempuan karena faktor
kebiasaan seperti merokok, pendidikan hubungan dengan
penyakit pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan
tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit
orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering
terkena seperti kuli bangunan, sopir, status marital
berpengaruh pada proses penularan, agama, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa
medis dan alamat hubungan dengan penyakit TBC apakah
klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi
kurang.
b). Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
hubungan dengan klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama
berupa sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dad
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang
menceritakan awitan gejala yang klien alami sehingga klien
dibawa ke rumah sakit sampai dilakukan pengkajian.
Riwayat kesehatan sekarang menggunakan metoda PQRST
sebagai pengebangan dari keluhan utama. Metode ini
meliputi hal-hal yang memperberat atau memperingan,
kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya dan lamanya.
c) Riwayat kesehatan dahulu.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya, tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah
diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain.
Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari
mencakup aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu,
kebiasaan hygiene
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM
atau penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambaran
dengan struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan
lingkungan sekitarnya.
3). Pola Aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan
sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup.
4). Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi
berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
a). Keadaan Umum
Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan
umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran
keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat
badan, perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional.
b). Sistem kardiovaskular
Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi,
peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah
hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan
S2 mungkin meredup.
c). Sistem Pernafasan
Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping
hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada
sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada,
adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan
frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan
dispneu, nyeri pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis.
Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena, perkusi
hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena,
vokal fremitu berkurang. Terdengar ronchi basah atau
kering.
d). Sistem Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri
stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk
abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus.
Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi
pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila
telah terjadi komplikasi.
e). Sistem Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya
perubahan pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput
biasanya menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji
adanya retensio atau inkontinensia urine dengan cara
palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola
berkemih dan keluhan klien.
f). Sistem Muskuloskeletel
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari
kepala sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu
klien bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB
ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan
intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat.
g). Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah
riwayat DM pada klien dan keluarga.
h). Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks,
fungsi syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien
TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi
komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran,
penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig
dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.
i). Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor,
warna dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan
suhu. Pada klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada
malam hari, kulit tampak berkeringat dan perasaan panas
pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama akibat
pneumotorax, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada
sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai antisipasi dari
dekubitus.
5). Data Psikososial
a). Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan,
mood yang dirasakan saat ini, pengaruh atas pembicaraan
orang lain, kesetabilan emosi.
b). Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai
seorang pria, apa yang disukai dari dirinya, sebagaimana
orang lain menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan.
c). Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi
informasi, penolakan untuk berespon, komunikasi non
verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.
d). Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang
dirinya, hal yang menyebabkan klien merespon
pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran
terhadap orang lain, hubungan dengan lawan jenis.
e). Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalah, adalah tindakan mamadaptif, kepada siapa klien
mengadukan masalah
f). Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial,
teman dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup
6). Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan
tentang penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan
dengan Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan
bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang
kehidupan dan kematian.
7). Data Penunjang
Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit,
hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum
dan bila perlu pemeriksaan LCS.
Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :
a). Pemeriksaan darah
- Anemia terutama bila periode akut
- Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama fase akut
- AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
b). Pemeriksaan radiologik
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara
lain :
- Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas
paru
- Bayangan yang berawan atau berbercak
- Adanya klasifikasi
- Kelainan yang bilateral
- Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa
minggu
- Bayangan milier
c). Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari
dahak penderita TB
d). Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu
penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit
tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika
indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada
gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila
uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru.
8). Therapi
- Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin,
streptomycin
- Diet TKTP
- Cairan rehidrasi RL
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Ada beberapa intervensi yang dapat diambil yaitu : (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019) :
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Nafas
Definisi : keperawatan selama 1 x 24 jam maka Observasi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak pola napas membaik dengan kriteria 1. Monitor Pola Nafas (Frekuensi,
memberikan ventilasi adekuat hasil : Kedalaman Dan Usaha)
Gejala dan tanda mayor :  Dispnea menurun 2. Monitor Bunyi Nafas Tambahan
Subjektif  Penggunaan otot bantu napas 3. Monitor Sputum
Dispnea menurun Terapeutik
Objektif  Pemanjangan fase ekspirasi 4. Posisikan Semi-Fowler Atau Fowler
 Penggunaan oto bantu pernapasan  Frekuensi napas membaik 5. Berikan Minum Air Hangat
 Fase ekspirasi memanjang  Kedalaman napas membaik 6. Lakukan Fisioterapi Dada
 Pola napas abnormal (mis 7. Berikan Oksigen
takipnea, bradipnea, hiperventilasi, Edukasi
ussmaul, cheyne-stokes) 8. Ajarkan Teknik Batuk Efektif
Gejala dan tanda minor
Subjektif
Ortopnea
Objektif
 Pernapasan pursed-lip
 Pernapasan cuping hidung
 Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
 Ventilasi semenit menurun
 Kapasitas vital menurun’
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun
 Ekskursi dada berubah
2 Gangguan Pola Tidur Selama dilakukan intervensi Dukungan Tidur
Definisi : keperawatan selama 1 x 24 jam maka Observasi
Gangguan kualitas dan kuantitas pla tidur membaik dengan kritria 1. Identifikasi pola aktifitas pola tidur
waktu tidur akibat factor eksternal hasil : 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
Penyebab  Keluhan sulit tidur menurun Terapeutik
 Hambatan lingkungan  Keluhan sering terjaga menurun 3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
 Kurangnya kontrol tidur  Keluhan tidak puas tidur menurun kenyamanan
 Kurangnya privasi  Keluhan pola tidur berubah Edukasi
 Restrain fisik menurun 4. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
 Ketiadaan teman tidur  Keluhan istirahat tidak cukup sakit
 Tidak familiar dengan peralatan menurun 5. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau
tidur cara nonfarmakologi lainnya
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif
 Mengeluh sulit tidur
 Mengeluh sering terjaga
 Mengeluh tidak puas tidur
 Mengeluh pola tidur berubah
 Mengeluh istrahat tidak cukup
Objektif :
Tidak tersedia
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
Mengeluh kemampuan beraktifitas
menurun
Objektif :
Tidak tersedia
3 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Manejemen Jalan Napas
Definisi : keperawatan selama 1 x 24 jam maka Observasi
Ketidakmampuan membersihkan bersihan jalan napas meningkat
secret atau obstruksi jalan napas untuk dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola Nafas (frekuensi,
mempertahankan jalan napas tetap  Produk sputum menurun kedalaman dan usaha)
paten  suara mengi/ronchi menurun 2. Monitor bunyi nafas tambahas
Penyebab :  gelisah klien menurun 3. Monitor sputum
 Spasme jalan napas  frekuensi dan pola napas Terapeutik
 Hipersekresi jalan napas membaik 4. Posisikan semi-fowler atau fowler
 Disfungsi neuromuskuler 5. Berikan minum air hangat
 Benda asing dalam jalan napas 6. Lakukan fisioterapi dada
 Sekresi yang tertahan 7. Berikan oksigen
 Proses infeksi Edukasi
 Efek agen farmakologis 8. Ajarkan teknik batuk efektik
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Tidak ada
Objektif
 Batuk tidak efektif
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebih
 Mengi, wheezing,dan/atau ronkhi
kering
Gejala dan tanda minor
Subjektif
 Dispnea
 Sulit bicara
 Ortopnea
Objektif
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi napas berubah
 Pola napas berubah
4 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
Defenisi keperawatan selama 1 x 24 jam maka Observasi
Pengalaman sensorik atau emosional tingkat nyeri menurun dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
yang berkaitan dengan kerusakan hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
jaringan actual atau fungsional,  Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendadak atau lambat  Meringis menurun
dan berintensitas ringan hingga berat  Gelisah menurun 3. Identifikasi factor yang memperberat dan
yang berlangsung kurang dari 3 bulan  Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
Penyebab  Frekuensi menurun Terapeutik
 Agen pencedera fisiologis 4. Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk
 Agen pencedera kimiawi mengurangi rasa nyeri
 Agen pencedera fisik
Gejala dan tanda mayor
Subjektif 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
Mengeluh nyeri Edukasi
Objektif 6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
 Tampak meringis nyeri
 Bersikap protektif
 Gelisah 7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Frekuensi nadi meningkat Kolaborasi
 Sulit tidur 8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
Gejala dan tanda minor perlu
Subjektif
Tidak ada
Objektif
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaphoresis
5 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
Definisi keperawatan selama 1 x 24 maka Observasi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk status nutrisi membaik dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolic hasil : 2. Identifikasi alergi makanan dan
Penyebab  Porsi makanan yang dihabiskan intoleransi makanan
 Kurangnya asupan makanan’  Berat badan membaik 3. Monitor asupan makanan
 ketidakmampuan menelan  Indeks mssa tubuh (IMT) 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratoium
makanan membaik Terapeutik
 Ketidakmampuan menagbsorbsi 5. Sajikan makanan secara menarik dan
nutrient suhu yang sesuai
 Peningkatan kebutuhan 6. Berikan makanan tinggi serat
metabolism Edukasi
 Factor ekonomi’faktor psikologi 7. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Gejala dan tanda mayor Kolaborasi
Subjektif 8. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
Tidak Tersedia makan
Objektif 9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Berat badan menurun minimal 10% menentukan jumlah kalori dan jenis
dibawah rentan normal nutrient yang dibutuhkan
Gejala dan tanda minor
Subjektif
 Cepat kenyang setelah
makan
 Kram/nyeri abdomen
 Nafsu makan menurun
Objektif
 Bising usus hiperaktif
 Otot pengunyah lemah
 Otot menelan melemah
 Membran mukosa
pucat
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok
berlebih
 Diare
6 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manejemen Energi
Defenisi keperawatan selama 1 x 24 jam maka Observasi
Ketidakcukupan energy untuk toleransi aktivitas meningkat dengan 1. Identifikasi gangguan lingkungan fungsi
melakukan aktivitas sehari-hari kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Penyebab  Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Ketidakseimbangan antara suplai  Keluhan lelah menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
dan kebutuhan oksigen  Dyspnea saat aktivitas menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
 Tirah baring  Dyspnea setelah aktivitas selama melaukan aktivitas
 Kelemahan menurun Terapeutik
 Imobilitas 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
 Gaya hidup yang monoton rendah stimulus
Gejala dan tanda mayor 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
Subjektif aktif
Mengeluh lelah
Objektif
Frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif
 Dispnea saat/setelah beraktivitas
 Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
 Merasa lemah
Objektif
 Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
 Gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah aktivitas
 Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
 Sianosis
7 Risiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi
Definisi keperawatan selama 1 x 24 jam maka Observasi
Beresiko mengalami pengingkatan tingkat infeksi menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejalan infeksi
terserang organisms patogenik kriteria hasil : Terapeutik
Faktor Risiko  Demam menurun 2. Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak
a. Penyakit kronis  Kemerahan menurun dengan pasien
b. Efek prosedur invasive  Nyeri menurun 3. Pertahankan teknik aseptik
c. Melnutrisi  Bengkak menurun Edukasi
d. Peningkatan paparan organisme  Kadar sel darah putih menurun 4. Jelaskan tanda dan gejalan infeksi
pathogen lingkungan 5. Ajarkan etika batuk
e. Ketidakadekutan pertahanan Kolaborasi
tubuh primer 6. Kolaborasi pemberian antibiotic, jika
 Gangguan peristaltic perlu
 Kerusakan integritas kulit
 Perubahan sekresi pH
 Merokok
f. Ketidakadekutan pertahanan
tubuh sekunder
 Penurunan hemoglobin
 Imununosupresi
 Leukopenia
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2017).
Menurut Setiadi (2017) dalam buku Konsep & penulisan
Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman, 2018, Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia, Jakarta ; Egc
Dhjojodibroto, Darmanto. 2016. Respiratory Medicine. Jakarta: EGC
Goesasi, 2021, Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb. Jakarta: Rineka cipta
Mandal,dkk, 2016, Penyakit Infeksi. Jakarta; Erlangga
Nastiti,2016, Pedoman Nasional Tuberkolosis Anak , Jakarta: UKK
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Zulkoni, 2017, Parasitologi, Yogyakarta: Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai