Transfusi Darah
Terutama pada kehilangan darah akut (Hb < 6gr/dl) atau
yang tidak respon terhadap pengobatan lain.
Pemberian jangka panjang berisiko tinggi kelebihan zat besi
(kardiomiopati, perikarditis, aritmia, GJK, insufisiensi
tiroid, malfungsi pankreas dan endokrin, fibrosis hepar,
perubahan warna kulit)
Penatalaksanaan Medis
Agen penghancur zat besi
Defroksamin dapat mencegah kelebihan zat besi
Eritropoetin
Injeksi subkutan untuk mengobat penyakit kronik anemia.
Sumsum tulang harus mampu memproduksi SDM dan
harus tersedia nutrien
Zat besi dan vit B 12
Diet tinggi zat besi
Pada penyakit defisiensi nutrisi atau kehilangan darah,
nutrisi dapat meningkatkan produksi SDM
Pengkajian
Gejala Umum
Keletihan, fatigue, kelemahan umum
Kulit dan membran mukosa (sklera, mukosa oral) pucat
Joundice pada megaloblastik dan hemolitik
Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi
Ulserasi mulut (angular cheilosis) pada megaloblastik dan
defisiensi besi
Kuku cekung, bergerigi dan memutih pada defisiensi besi
Pengkajian
Riwayat penggunaan obat yang mempengaruhi sumsum tulang
dan metabolisme asam folat
Riwayat penggunaan alkohol (jumlah dan lamanya)
Riwayat keluarga
Aktifitas atletik
Nutrisi:
Defisiensi esensial: Zat besi, asam folat, Vit B 12
Sosial ekonomi rendah
Vegetarian ketat tanpa suplemen Vit B 12
Pengkajian
Pola kesehatan fungsional
Persepsi kesehatan, manajemen kesehatan
Nutrisi, metabolik
Eliminasi
Aktifitas, latihan
Kognitif, persepsi
Seksualitas, reproduksi
Pemeriksaan Fisik
Status kardiologi
Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk
memompa lebih cepat dan kuat
Gejala: Takikardi, palpitasi, dispnea, pusing, orthopnea
Tanda: kardiomegali, hepatomegali, Edema perifer
Pemeriksaan Fisik
Sistem pencernaan
Keluhan: Mual/muntah, melena, diare, anoreksia, glossitis
Pemeriksaan Feses: ditemukan darah
Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan
Sistem neurologi
Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung
Masalah Keperawatan
Penurunan jumlah
eritrosit
Penurunan Kadar Hb
Kompensasi
Jantung Kompensasi Paru Efek GI Hipoksia Serat saraf
Pe Frekwensi Pe Kontraktilitas Penebalan dinding Pe frek nafas Gangguan Parestesia, mati rasa,
ventrikel Penyerapan ataksia, Ggn koordinasi,
nutrisi bingung
Takikardi Palpitasi
Dyspnea
Kardiomegali Konstipasi,
Diare
Prioritas Keperawatan
Meningkatkan perfusi jaringan
Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
Mencagah komplikasi
Memberikan informasi mengenai proses penyakit, prognosis
dan pengobatan
Tujuan Perawatan
ADL terpenuhi secara mandiri atau dibantu
Komplikasi dapat dicegah/dikurangi
Proses penyakit, prognosis dan pengobatan dipahami
Diagnosa Keperawatan 1: gangguan
perfusi jaringan
Intervensi:
Perawatan sirkulasi
Pengaturan hemodinamik
Manajemen cairan dan elektrolit
Manajemen sensasi perifer
Monitoring tanda vital
Terapi oksigen
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
Pendahuluan
Dengue Haemorragic Faver (DHF) atau Demam Berdarah
Dengue (DBD).
Adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk golongan Arthtropod BoonVirus Grup B
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.
THE SECONDARY INFECTION
DHF terjadi jika seseorang telah mendapat infeksi virus dengue
pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus
berlainan dalam jangka waktu tertentu.
31 8/1/2017
PENGERTIAN DBD
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah. Penyakit ini merupakan salah satu
masalah kesehatan di Indonesia yang dapat menimbulkan
kekuatiran karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
PENYEBAB DBD
Penyebab DBD adalah virus dengue yang sampai saat ini
dikenal dengan 4 serotipe :
1. Dengue 1
2. Dengue 2
3. Dengue 3
4. Dengue 4
Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi
silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe dapat
terjadi.
PENULARAN DBD
Penularan DBD umumya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang
biasanya hidup di kebun-kebun.
MASA INKUBASI DBD
Masa inkubasi DBD biasanya 4 7 hari atau bahkan 3 15 hari sesudah masa tunas/inkubasi selama 3
15 hari orang yang tertular dapat mengalami/menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk
berikut ini :
Bentuk Abortif, Penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
Dengue Klasik, Penderita mengalami demam tinggi selama 4 7 hari nyeri-nyeri pada tulang, diikuti
dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak pendarahan dibawah kulit.
Dengue Haemorhagig Fever (Demam Berdarah Dengue/DBD), Gejalanya sama dengan dengue klasik
ditambah dengan pendarahan dari hidung (Epitaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb
Dengue Syok Sindrom, Gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok/presyok. Bentuk ini
sering berujung pada kematian.
Manifestasi Klinis
1. Demam mendadak disertai gejala klinik yang tidak spesifik :
anoreksia, nyeri punggung, nyeri perut (karena pembesaran
hati), nyeri sendi, nyeri kepala. Demam terjadi 2 - 7 hari.
2. Manifestasi perdarahan muncul pada hari ke 2 atau ke 3.
- Uji torniqet (+).
- Petechie.
- Epitaksis, perdarahan gusi.
- Hematomisis, melena.
3. Hepatomegali.
Trombocytopeni nilai trombosit < 100.000/mm
5. Kenaikan nilai hematrokit 20%.
6. Manifestasi lain : nyeri epigastrium dan muntah.
7. Renjatan berat (DSS).
- nadi lemah dan cepat.
- TD menurun.
- Kulit teraba dingin dan lembab ujung hidung, jari
tangan dan kaki
- Gelisah kesadaran menurun.
- Sianosis disekitar mulut.
- Oliguri sampai anuri.
Komplikasi yang sering terjadi
Ensepalopati.
Demam tinggi.
Gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang.
Disorientasi Prognosanya buruk.
Renjatan / Syok Hipovolemik
MEKANISME PENULARAN
Seorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan DBD, virus ini
berada dalam darah selama 4 7 hari. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan
tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu
setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut siap menularkan kepada orang lain. Virus ini akan
tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya dan menjadi penular (Infektif).
DBD pada umumnya menyerang anak-anak 15 Tahun, tetapi dalam
dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan proporsi pada dewasa.
Biasanya nyamuk Aedes Aegypti betina mencari mangsa pada siang hari.
Aktifitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dengan 2
puncak aktifitas antara pukul 09.00 10.00 dan pukul 16.00 17.00.
TEMPAT POTENSIAL BAGI PENULARAN
DBD
A. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endermis).
B. Tempat-tempat umum seperti sekolah, RS, Puskesmas,
Hotel, Pasar, Restoran, dan Tempat Ibadah.
C. Pemukiman baru di pinggir kota.
Karena lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah
maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau
orier yang membawa virus dengue yang berlainan dari
masing-masing lokasi asal.
TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN NYAMUK AEDES AEGYPTI
Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti : drum, tangki, tempayan,
bak mandi/wc dan ember.
Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum
burung, vas bunga, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik,dll).
Tempat penampungan air alamiah seperti : lobang batu/pelepah daun, tempurung
kelapa, potongan bambu.
PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit DBD,
pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau
mengurangi vektor nyamuk DBD.
Kriteria evaluasi:
Turgor baik, rasa haus hilang, Tronbosit Normal(200.000
300.000/mm)
TD 100/70 140/90 mmHg, Nadi 60 100x/Mt, Respirasi 16-24
x/mt, Produksi urine 30-50 cc/jam
Intervensi Keperawatan.
Pada pasien tampak perdarahan/tanpa syok.
Penggantian cairan beri pasien minum sebanyak 1 - 2 liter/24 jam.
Indikasi pemasangan infus :
Jika pasien muntah terus menerus.
Hematokrit terus meningkat.
Observasi tanda-tanda perdarahan dan tanda-tanda syok.
Observasi tanda-tanda vital setiap jam.
Kompres dingin sesuai suhu tubuh.
Catat intake dan out-put.
Periksa Hb, Ht, L, Tromb setiap 4 - 6 jam.
Cara Pemberantasan.
Nyamuk dengan insektisida (fogging)
Jentik Dengan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)
Kimia abatisasi larvasida.
Biologi : Memelihara ikan pemakan jentik.
Fisik 3M : Menguras, Menutup dan Mengubur
LEUKEMIA
Defenisi.
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk
system hematopoietik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel
darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah
namun sangat jarang (Rencana Asuhan Keperawatan
Onkologi Danielle Gale, Rn, MS hal 183)
Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
leukemia, yaitu:
a. Faktor genetik
Terlihat pada kembar identik yang akan beresiko tinggi bila
kembaran yang lain mengalami leukemia saudara sekandung
dari individu yang leukemia dan individu dengan sindrom
down juga beresiko terhadap terjadinya leukemia.
b. Penyakit yang didapat
dengan resiko terkena leukemia mencakup mielofibrosis,
polisetemia vera, dan anemia refraktori sideroblastik. Mieloma
multipel dan penyakit Hodgkin juga menunjukan peningkatan
resiko terhadap terjadinya penyakit ini. Resiko ini dapat di
hubungkan dengan penyakit dasar atau pengobatan dengan
adens kemoterapi/radiasi.
c. Agens kimia dan fisik
merupakan resiko signifikan terhadap leukimia mencakup
radiasi dan pemajanan jangka lama terhadap benzen. Agens
kemoterapi kloramfenikol dan agens pengkelat (alkylating) juga
beresiko.
Manifestasi klinis
a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun
e.Ptechiae, memar tanpa sebab
f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)
Patofisiologi
Kemoterapi pada leukemia akut jelas meningkatkan survival
rate. Leukemia limfoblastik akut yang tidak di obati umumnya
fatal dalam 3 bulan. Studi menunjukkan lebih dari 50% anak
yang di beri kemoterapi masih hidup setelah 5 tahun. Leukemia
meoblastik akut lebih buruk prognosisnya, dengan pengobatan
sekalipun survival rate rata hanya 1-2 tahun. Leukemia
menahun pada umumnya lebih mudah dikendalikan dengan
radias atau agens pengkelat.
Klasifikasi leukimia
LEUKIMIA AKUT
a. Leukemia Granulositik atau Mielositik Akut (LAG)