Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN AKUT MIOKARD INFARK

“Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “ Keperawatan Dawat
Darurat”

Dosen: Hirza A.N,S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Finda Aryani Putri Dewi 20201552


2. Gilang Abdul Aziz 20201556
3. Lisa Umi Kholifah 20201561
4. Rizki Abdul Ghani 20201573
5. Sulfita Ayu Oktafia 20201576

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA


UTAMA KUDUS TAHUN 2022/2023

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul

BAB PENDAHULUAN.........................................................................................3
Latar Belakang........................................................................................................5
A. Rumusan Masalah ...........................................................................................6
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................7
C. Tujuan penulisan..............................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................8
A. Pengertian Infark Miokard Akut......................................................................8
B. Anatomi Fisiologi.............................................................................................8
C. Etiologi.............................................................................................................9
D. Manifestasi Klinis.............................................................................................10
E. Patofisiologi......................................................................................................11
F. Pathway............................................................................................................14
G. Komplikasi.......................................................................................................15
H. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................16
I. Penatalaksanaan................................................................................................17
J. Pengkajian........................................................................................................18
K. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................19
L. Intervensi Keperawatan....................................................................................22
M. Implementasi....................................................................................................23
N. Evaluasi............................................................................................................24
BAB III PENUTUP................................................................................................26
A. KESIMPULAN................................................................................................28

2
BAB 1
PENDAHULAN

A. Latar BelakangMasalah
Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyebab
nomor satu kematian didunia.Penyakit infark miokard merupakan gangguan aliran
darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh
darah terhenti setelah terjadi sumbatan kororner akut, kecuali sejumlah kecil aliran
kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya.
Daerah otot disekitarnya sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya
sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan
mengalami infark (Suddarth,2014).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menyebutkan, lebih dari
17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Atau
sekitar 31% dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau sekira 8,7 juta
kematian disebabkan oleh karena penyakit jantung koroner (Suhayatra Putra, 2016).
Hasil (Kementrian Kesehatan RI, 2018) menunjukkan bahwa sebesar 1,5% atau 15
dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Sedangkan jika
dilihat dari penyeba kematian tertinggi diIndonesia, menurut Survei Sample
Registration System tahun 2014 menunjukkan 12,9% kematian akibat penyakit
jantung koroner. Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2018) prevalensi penyakit
jantung berdasarkan diagnosis dokter pada semua umur di provinsi NTT adalah
sebesar 0,7% atau sekitar 20.599 penduduk.
Berdasarkan data yang didapatkan dari ibu AgustinaValenSomi,SST selaku
kepala ruangan ICCU RSUD Prof.Dr.W.Z.Johannes,angka kejadian STEMI di RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes di Ruang ICCU sangat sedikit. Hal ini dilihat dari jumlah
pasien yang dirawat diruang ICCU dari bulan januari sampai bulan april sebnyak 23
kasus, dengan laki-laki sebanyak 16 kasus dan perempuan sebanyak 5 kasus. Data
angka kematian pasiendengan masalah STEMI diRSUD Prof.Dr.W.Z.Johannes
diruang ICCU sebanyak 5 kasus.

3
Faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis
kelamin sehingga berpotensi memperlambat proses aterogenik, antara lain kadar
serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi
lemak jenuh, kolestrol, serta kalori (Suddarth, 2014).

Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardiac


Infarc) merupakan bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri atas
anginapektoris tidak stabil, infarkmiokard akut tanpa elevasi segmen ST, dan infark
miokard dengan elevasi segmen ST. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi
trombus pada plak ateroskulerosis yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskluer, dimana injuri ini dicetuskan
oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Suddarth, 2014).

Penatalaksanaan IMA-EST (Infark Miokard Akut ElevasiST) dimulai sejak


kontak medis pertama,baik untuk diagnosis dan pengobatan. Diagnosis kerja infark
miokard harus dibuat berdasarkan riwayat nyeri dada yang berlangsung selama 20
menit atau lebih, yang tidak membaik dengan pemberian nitrogliserin. Adanya
riwayat penyakit jantung koroner dan penjalaran nyeri ke leher, rahang bawah, atau
lengan kanan memperkuat dugaan ini. Pengawasan EKG perlu dilakukan pada setiap
pasien dengan dugaan STEMI. Diagnosis STEMI perlu dibuat sesegera mungkin
melalui perekaman dan interpretasi EKG 12 sadapan, selambat-lambatnya 10 menit
saat pasien tiba untuk mendukung keberhasilan tata laksanan ((PERKI), 2018).

4
B. RumusanMasalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan miokard infark dengan
elevasi pada segmen ST (STEMI) di RSUD RA KARTINI JEPARA.
1. Apa pengertian Infark Miocard Acute (IMA) .?
2. Apa anatomi fisiologi Infark Miocard Acute (IMA) .?
3. Bagaimana Etilogi Infark Miocard Acute (IMA) .?
4. Bagaimana manifestasi klinis Infark Miocard Acute (IMA) .?
5. Bagaimana Patofisiologi Infark Miocard Acute (IMA) .?
6. Bagaimana PATHWAY Infark Miocard Acute (IMA) .?
7. Bagainama komplikasi dari Infark Miocard Acute (IMA) .?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis mengenai Infark Miocard Acute (IMA). ?
9. Bagaimana pengkajian dari Infark Miocard Acute (IMA).?

C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari Infark Miocard Acute (IMA).
2. Mahasiswa dapat mengetahui Anatomi fisiologi dari Infark Miocard Acute (IMA).
3. Mahasiswa dapat mengetahui Etiologi dari Infark Miocard Acute (IMA).
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari Infark Miocard Acute (IMA).
5. Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi dari Infark Miocard Acute (IMA).
6. Mahasiswa dapat mengetahui PATHWAY dari Infark Miocard Acute (IMA).
7. Mahasiswa dapat mengetahui Komplikasi dari Infark Miocard Acute (IMA).
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari Infark Miocard Acute
(IMA).
9. Mahasiswa dapat mengetahui tatacara mengkaji Infark Miocard Acute (IMA).

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Istilah infark miokardium menunjukkan terbentuknya suatu daerah nekrosis
miokardium akibat iskemia local. Infark miokard akut yang dikenal sebagai
serangan jantung merupakan penyebab tunggal tersering kematian di negara
industri (Robbins, 2007). Infark miokard merupakan daerah nekrosis otot jantung
sebagai akibat berkurangnya pasokan darah koroner yang tiba-tiba, baik absoluth
ataupun relatif. Penyebab paling sering ialah trombosis yang diperberat atau
perdarahan dalam, plak ateromatosa dalam arteri koronaria epikardial
(Underwood,1999)
Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome, ACS) meliputi kondisi
seperti infark miokardium akut(acute myocardialinfraction,AMI), perubahan
gelombang ST diagnostic pada EKG, dan angina tidak stabil. Miokardium infark
yang juga dikenal sebagai serangan jantung, thrombosis koroner, atau sumbatan
koroner, merupakan sumbatan yang tiba-tiba pada salah satu arteri coroner. Jika
sumbatan terjadi pada area yang kecil, nekrosis jaringan parut dan selanjutnya
pembentukan jaringan parut akan terjadi (Rampengan,2015) STEMI adalah
kejadian oklusi mendadak di arteri coroner epikardial dengan gambaran EKG
elevasi segmen ST (A,S,Irmalita,D,I,&B,2016).

B. Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berotot yang berisi empat bilik yang terletak persis di sebelah
kiri garis tengah rongga toraks, berbentuk kerucut berukuran satu kepalan tangan. Jantung
terdiri atas tiga tipe otot jantung yang utama yakni otot atrium, otot ventrikel dan serabut
otot eksitatorik. Otot jantung berkontraksi secara terus menerus tanpa mengalami
kelelahan. Jantung dibungkus suatu selaput yang disebut pericardium. Jantung adalah
pompa berotot yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan darah dari jaringan tubuh dan
memompanya ke paru-paru serta mengumpulkan darah dari paru-paru dan memompanya
ke semua jaringan tubuh (Weinhaus and Roberts, 2005). Struktur anatomi jantung dapat
dilihat padagambardibawahini

6
Sindrom koroner akut (ACS), dalam urutan keparahan yang meningkat,
mencangkup angina takstabil, infarks miokard non-elevasi ST (NSTEMI), dan infark
miokard elevasi ST (STEMI), menggambarkan suatu spektrum kondisi yang
berbahaya dimana iskemia miokard disebabkan oleh suatu penurunan mendadak
aliran darah yang melalui pembuluh koroner. Penurunan ini hampir selalu diinisiasi
oleh ruptur plak aterosklerotik, yang menyebabkan pembentukan trombus
intrakoroner yang menurunkan atau menghilangkan aliran darah (Aaronson &
Jeremy,2010).

7
C. Etiologi
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan ini lama kelamaan
diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan
darah yang semuanya akanmempersempitataumenyumbatpembuluhdarahtersebut.
Hal tersebut mengakibatkan otot jantung didaerah tersebut mengalami
kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup
serius, dari angina pektoris sampai infark jantung, yang dapat mengakibatkan
kematian mendadak.

1) Memiliki riwayat tekanan darah tinggi

Hipertensi merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik


tekanan darah systole maupun diastole memiliki peran penting.
Hipertensi dapat meningkatkan risiko ischemic heart disease (IHD)
sekitar 60% dibandingkan dengan individu normotensive.Tanpa pe
ran,sekitar50% pasien hipertensi dapat meninggal karena gagal
jantung kongestif, dan sepertiga lainnya dapat meninggal karena
stroke (Kumar, Buku Ajar Patologi, 2015). Mekanisme hipertensi
berakibat IHD:

1) Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang


berat untuk jantung, sehingga menyebabkan
hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel
kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari
berat dan lamanya hipertensi.

2) Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan


menimbulkan trauma langsung terhadap dinding
pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner
(faktor koroner) Hal ini menyebabkan  angina
pektoris, Insufisiensi koroner dan miokard infark
lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi
dibanding orang normal.
8
3) Memiliki riwayat penyakit diabetesmellitus
4) Memiliki berat badan berlebihan (overweight)
ataupunobesitas.

5) Memiliki riwayat keluarga mengalami penyakit


jantung koroner atau stroke.
D. Manifestasi Klinis
Onset miokard infark biasanya disertai nyeri dada substernum yang parah
dan terasa menekan, yang mungkin menyebar ke leher, rahang, epigastrium ,bahu
,atau lengan kiri. Pada sekitar 50% pasien, infark miokard didahului oleh serangan-
serangan angina pektoris. Namun berbeda dengan nyeri pada angina pektoris,nyeri
pada miokard infark biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari dan tidak
banyak berkurang dengan nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan pasien
sering mengalami diaphoresis. Sering timbul sesak dan hal ini disebabkan oleh
gangguan kontraktilitas miokardium yang iskemik, yang menyebabkan kongesti
dan edema paru. Pada miokard infark massif yang lebih dari 40% ventrikel kiri,
timbulsyok kardiogenik. Pada sebagian kecil pasien (20%-30%), miokard infark
tidak menimbulkan nyeri dada. Miokard infark “silent” ini terutama terjadi pada
pasien dengan diabetes mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut
(Robbins,2007).
Kelainan elektro kardiografik (EKG) merupakan manifestasi penting dari
infark miokard. Kelainan ini mencakup perubahan, seperti gelombang Q, kelainan
segmen ST, dan inverse gelombang T. Aritmia akibat kelainan listrik di
miokardium yang iskemik dan akibat gangguan hantaran sering terjadi
(Robbins,2007).
Evaluasi laboratorium merupakan bagian integral dalam penatalaksanaan
klinis pasien yang dicurigai mengidap miokard infark. Sejumlah enzim dan protein
lain dibebaskan ke dalam sirkulasi oleh sel miokardium yang sekarat (Robbins,
2007).

9
E. Patofisiologi

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung


akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan
kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa
diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus infark
miokardium selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (Suddarth, 2014).

Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium


mempunyai arti yang sama namun istilah yang paling disukai adalahinfark
miokardium. Aterosklerosis dimulai ketika kolestrol berlemak tertimbundi
intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak yang akan
mengganggu absorbs nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
10
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan lemak menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnyalumenmenjadisemakinsempitdanalirandarahterhambat.Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah, hal ini menyebabkan terjadinya koagulasi
intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan
komplikasi tersering aterosklerosis (Suddarth,2014).
Faktor resiko yang dapat memperburuk keadaan ini adalah kebiasaan
merokok, memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kolestrol tinggi,
memiliki riwayat keluarga mengalami penyakit jantung koroner atau stroke,
kurang aktivitas fisik, memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus,
memiliki beratba dan berlebihan (overweight) atau pun obesitas
(Iskandar,2017)
Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai
akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung.
Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak
adekuat (iskemia) yang akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen
darah yang dibutuhkan untuk hidup. (Suddarth,2014)
Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat.
Manifestasi utama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Anginapectoris
adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel
sel-sel jantung . Iskemia yang lebih berat, disertai kerusakan sel dinamakan
infark miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan ireversibel akan
mengalami degenerasi dan kemudian diganti dengan jaringan parut. Bila
kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami kegagalan, artinya
ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengan
memberikan curah jantung yang adekuat.

11
F. Pathway

G. Komplikasi 12
1. Aritmia
Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat iskemia pada tempat infark
atau pada daerah perbatasan yang mengelilingi, kerusakan system konduksi,
lemah jantung kongestif atau keseimbangan elektrolit yang terganggu.
(Suddarth,2014)
2. AVBlok
Blok jantung bukan penyakit pada jantung, tetapi dihubungkan dengan
berbagai jenis penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koroner dan
penyakit jantung reumatik. Pada blok jantung atrioventrikuler (AV), kontraksi
jantung lemah dan tidak memiliki dorongan yang cukup untuk mengirim darah
dari atrium ke ventrikel. Denyut nadi dapat rendah, mencapai 30 kali per
menit. (Suddarth, 2014)
3. Gagal jantung
Pada IMA, heart failure maupun gagal jantung kongestif dapat timbul
sebagai akibat kerusakan ventrikel kiri, ventrikel kanan atau keduanya dengan
atau tanpa aritmia. Penurunan cardiac output pada pump failure akibat IMA
tersebut menyebabkan perfusi perifer berkurang. Peningkatan resistensi perifer
sebagai kompensasi menyebabkan beban kerja jantung bertambah. Bentuk
yang paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah syok kardiogenik.
(Suddarth,2014)
4. Emboli / tromboemboli
Emboli paru pada IMA: adanya gagal jantung dengan kongesti vena,
disertai tirah baring yang berkepanjangan merupakan faktor predisposisi
trombosis pada vena-vena tungkai bawah yang mungkin lepas dan terjadi
emboli paru dan mengakibatkan kemunduran hemodinamik. Embolisasi
sistemik akibat trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada permukaan daerah
infark atau trombus dalam aneurisma ventrikel kiri.(Suddarth,2014)
5. Ruptura
Komplikasi ruptura miokard mungkin terjadi pada IMA dan
menyebabkan kemunduran hemodinamik. Ruptura biasanya pada batas antara
zona infark dan normal. Ruptura yang komplit (pada free wall) menyebabkan
perdarahan cepat ke dalam cavum pericard sehingga terjadi tamponade jantung
13(Suddarth, 2014)
dengan gejala klinis yang cepat timbulnya.
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis STEMI yang perlu dilakukan anamnesis
(tanya jawab) seputar keluhan yang dialami pasien secara detail mulai dari
gejala yang dialami, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit personal
dan keluarga, riwayat pengobatan, riwayat penyakit dahulu, dan kebiasaan
pasien. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (Majid, 2016)
1. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan
elektrokardiogram(EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat ditegakkan
diagnosis STEMI. Gambaran STEMI yang terlihat pada EKG antara lain:
a. Lead II,III,aVF : Infarkin ferior

b. LeadV1-V3 : Infarkan teroseptal

c. LeadV2-V4 : Infarkan terior

d. Lead 1, aVL,V5-V6 : Infarkan terolateral

e. LeadI,aVL : Infark highlateral

f. Lead I,aVL,V1-V6 : Infark anterolateralluas

g. Lead II, III,aVF,V5-V6 : Infarkinferolateral

h. Adanya Q valve patologis pada sadapantertentu.

2. Echo cardiogram
Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung
khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasound.
3. Fotothorax
Foto thorax tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat
pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi
ventrikel
4. Percutaneus Coronary Angiografi(PCA)
Pemasangan kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan
memonitor x- ray untuk mengetahui sumbatan pada arteri koroner
5. TesTreadmill
Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas.

14
6. Laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan
 Creatinin Kinase (CK)MB. Meningkat setelah 3 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal
dalam 2-4hari.
 cTn(cardiacspecifictroponin).Ada2jenisyaitucTnTdancTnI.enzim ini
meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari,
sedangkan cTn I setelah 5-10hari.

Pemeriksaan enzim jantung yang lainyaitu:

1. Mioglobin. Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak
dalam 4-8jam.
2. Creatinin kinase (CK). Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4hari.
3. Lactic dehydrogenase (LDH). Meningkat setelah 24-48 jam bila ada
infarkmiokard, mencapai puuncak3-6haridankembali normal dalam 8-14hari.
I. Penatalaksanaan Medis

1. Istirahat total, Tirah baring, posisi semifowler.

2. Monitor EKG

3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah
garam (bila gagaljantung).
4. Pasanginfusdekstrosa5%untukpersiapanpemberianobatintravena.

5. Atasi nyeri:

- Morfin2,5-5mgivataupetidin25-50mgim,bisadiulang-ulang.

- Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan betabloker.

- Oksigen 2-4liter/menit.

- Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg peroral

6. Antikoagulan:Heparin20.000-40.000U/24wadivtiap4-6wadataudripiv

7. Bowel care :laksadin


15
8. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh
darah koroner. Bila adatenaga terlatih, trombolisis dapat

diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis, kematian dapat


diturunkan sebesar 40%.
erti semula, pasien memahami informasi tentang Akut Miokard Infark
J. PENGKAJIAN
BIODATA PASIEN
BIODATA PENANGGUNG JAWAB
PENGKAJIAN PRIMER
Airway(jalan nafas)
Jalan napas : ( ) paten, ( ) tidak paten
Sumbatan:
( ) Benda asing
( ) Broncospasme
( ) Darah ( ) Sputum
( ) Lendir
( ) Lidah
Suara nafas:
( ) Snowring : lidah ( ) Gurgling : cairan
( ) wheziing, mengi
Breathing (pernafasan)
Gerakan dada : ( ) simetris ( ) tidaksimetris
Sesak dengan:
( ) Aktivitas
( ) Tanpa aktivitas
( ) Menggunakan otot pernapasan tambahan
Frekuensi: ……x/mnt
Irama:
( ) Teratur ( ) Tidak
Kedalaman:
( ) Dalam ( ) Dangkal
Reflek batuk: ( ) Ada
( ) Tidak
16
Batuk:
( ) Produktif ( ) Non Produktif
Sputum: ( ) Ada ( ) Tidak
Warna: ………………..
Konsistensi: ………………………...
Bunyi nafas:
( ) Ronchi ( ) Creakless
( ) Wheezing
( ) …………………………..
BGA: Pa O 2 , Pa Co3

Circulation (Sirkulasi)
Sirkulasi perifer:
Nadi : ……… x/mnt
Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak
Denyut : ( ) Lemah ( ) Kuat
TD :………….mmHg
Ekstremitas :
( ) Hangat ( ) Dingin
Warna kulit :
( ) Cyanosis ( ) Pucat
( ) Kemerahan
Nyeri dada : ( ) Ada
( ) Tidak
Perdarahan : ( ) ada ( ) tidakada
Capillary refill:
( ) <2 detik ( ) >2 detik
Edema :
( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi edema:
( ) Muka ( ) Tangan
( ) Tungkai ( ) Anasarka
Disability
APVU ( ) Alert/perhatian 17

( ) Voice respons/respon terhadap suara


( ) Pain respons/respon terhadap nyeri
( ) Unrespons/tidak berespons
GCS ( ) Eye
( ) Verbal
( ) Motorik
Pupil : ( ) isokor ( ) unisokor ( ) medriasis
Reflekcahaya : ( ) ada () tidakada

Eksposure/Environment
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh terhadap adanya jejas dan perdarahan
dengan pencegahan hipotermi
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
Event/penyebab kejadian
Buka Pakean pasien/ Beri selimut pasien

PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri = PQRST)
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3. Medikasi/Pengobatan terakhir.
4. Last meal (makan terakhir)
5. Event of injury/penyebab injur
6. Riwayat penyakit sekarang
7. Riwayat penyakit dahulu.
Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala
Kesimetrisan wajah
Rambut : warna, distribusi, tekstur, tengkorak/kulit kepala
Sensori :
• Mata : Inspeksi bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, pupil,
reaksi pupil terhadap cahaya, lensa, tes singkat visus
• Telinga : Letak, bentuk, serumen, kemampuan mendengar : uji
berbisik
• Hidung 18
: Deviasi septum nasi, kepatenan jalan napas lewat hidung
• Mulut : Bibir sumbing, mukosa mulut, tonsil, gigi, gusi, lidah, bau
mulut
2. Leher
Deviasi/simetris, cidera cervikal
kelenjar thyroid
kelenjar limfe
Trakea
JVP
3. Dada
Paru I :Kesimetrisan, Bentuk dada, kesimetrisan ekspansi serta keadaan
Kulit
Pa :Taktil fremitus dinding dada
Pe :Resonan ( Normal ) = dug,dug,dug a.
Hiperresonan = deng,deng,deng
A :Vesikuler, ada suara abnormal ( wheezing, Ronki )

Jantung I : Kesimetrisan , icus cordis tampak atau tidak ? mengeth


ketidaknormalan denyutan atau
dorongan
Pa : mengetahui lokasi ictus cordis teraba di Mid clavicula sinistra
ic
ke 4
Pe : Ukuran dan bentuk jantung ( Redup )
A : Reguler ( Suara S1 dan S2 ) ada suara tambahan S3 dan S4
4. Abdomen : IAPP
Inspeksi :simetrisatautidak, luka?
Auskultasi : bising usus
Palpasi : posisi hepar, limpa, ginjal, kandung kemih, nyeri tekan
Perkusi : Suara abnormal
5. Ekstremitas/muskuloskeletal
Rentang gerak
Kekuatan otot
Deformitas
Kontraktur 19

Edema
Nyeri
Krepitasi
6. Kulit/Integumen
Turgor Kulit :
Mukosa kulit :
Kelainan kulit

1. Riwayat kesehatan
Pasien yang mengalami infark miokard (biasanya disebut serangan jantung)
memerlukan intervensi medis dan perawatan segera dan mungkin tindakan
penyelamatan nyawa misalnya: pengurangan nyeri dada atau pencegahan
disritmia. Untuk pasien seperti ini, beberapa pertanyaan terpilih mengenai
nyeri dada dan gejala yang berhubungan (seperti napas pendek atau palpitasi),
alergi obat, dan riwayat merokok ditanyakan bersamaan dengan pengkajian
kecepatan, irama jantung, tekanan darah, dan pemasangan pipa infus.
Pertanyaan yang sesuai mencakup :
Pernapasan :
1) Pernahkah anda mengalami sesaknapas?
2) Kapan anda mengalami sesaknapas?
3) Bagaimana anda membuat napas andamenjadi lebih baik?
4) Apa yang membuatnya menjadi lebihburuk?
5) Berapa lama sesak napas tersebut menggangguanda?
6) Aktivitas penting apa yang anda hentikan akibat gangguan napas anda?
7) Apakah anda menggunakan obat untuk memperbaiki pernapasan anda?
8) Apakahobatyangandaminummempengaruhipernapasananda?
9) Kapan biasanya anda minumobat?

Sirkulasi :
1) Gambarkan nyeri yang anda rasakan didada?
2) Apakahnyerimenyebarkelengan,leher,daguataupunggung?
3) Adakah sesuatu yang tampaknya menyebabkannyeri?
4) Berapa lama biasanya rasa nyeriberlangsung?
5) 20
Apa yang dapat meringankan rasanyeri?
6) Apakah anda mengalami penambahan atau pengurangan berat badan
akhir-akhirini?
7) Apakah anda mengalami pembengkakan pada tangan, kaki atau tungkai
(atau pantat bila lamatidur)?
8) Apakahandapernahmengalamipusingataurasamelayang?Pada situasi apa
hal ituterjadi?
9) Apakah anda mengalami perubahan pada tingkat energi anda?
tingkatkelelahan?
10) Apakah anda merasakan jantung anda berpacu, meloncat atau
berdenyutcepat?
11) Apakahandamengalamimasalahdengantekanandarahanda?
12) Apakah anda mengalami sakit kepala? Apa yang kemungkinan
menyebabkannya?
13) Apakah anda mengalami tangan atau kaki terasa sangat dingin? kapan
biasanyaterjadi?
2. Pengkajian fisik
Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal- hal berikut:
1. Tingkatkesadaran.
2. Nyeri dada (temuan klinik yang palingpenting).
3. Frekwensi dan irama jantung : Disritmia dapat menunjukkan tidak
mencukupinya oksigen ke dalammiokard.
4. Bunyijantung:S3dapatmenjaditandadiniancamangagaljantung.
5. Tekanan darah : Diukur untuk menentukan respons nyeri dan
pengobatan,perhatiantekanannadi,yangmungkinakanmenyempit setelah
serangan miokard infark, menandakan ketidakefektifan kontraksiventrikel.
6. Nadi perifer : Kaji frekuensi, irama danvolume.
7. Warna dan suhukulit.
8. Paru-paru : Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur
terhadaptanda-tandagagalventrikel(bunyicraklespadadasarparu).
9. Fungsi gastrointestinal : Kaji mortilitas usus, trombosis arteri
mesenterika merupakan potensial komplikasi yangfatal.
10. Status volume cairan : Amati haluaran urine, periksa adanyaedema,
21
adanya tanda dini syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria.
K. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian diatas, diagnosis keperawatan
utama menurut (Suddarth, 2014) mencakup hal-hal sebagai berikut dengan
perumusan diagnosa berdasarkan (Herdman &Kamitsuru, 2017):
1. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan) D.0005
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan peerubahan afterload
D.0008
3. Gangguan Sirkulasi spontan berhubungan dengan Penurunan fungsi
ventrikel D.0007

L. Intervensi
Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan
dilakukan : (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016)
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
INTERVENSI : PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
Observasi :
• Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
• Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
• Monitor kemampuan batuk efektif
• Monitor adanya produksi sputum
• Monitor adanya sumbatan jalan napas
• Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
• Auskultasi bunyi napas
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor nilai AGD
• Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik 22
• Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

MENEJEMEN JALAN NAPAS (I. 01011)


Observasi
• Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
• Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
• Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
• Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
• Posisikan semi-Fowler atau Fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigenasi sebelum
• Penghisapan endotrakeal
• Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
• Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
• Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

2. Penurunan curah jantung (D.0008)


INTERVENSI : PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
Observasi
• Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi
dispenea, kelelahan, adema ortopnea23 paroxysmal nocturnal dyspenea,
peningkatan CPV)
• Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
• Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
• Monitor intake dan output cairan
• Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
• Monitor EKG 12 sadapoan
• Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
• Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung,
BNP, Ntpro-BNP)
• Monitor fungsi alat pacu jantung
• Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
• Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat
(mis. Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik
• Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
• Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
• Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
• Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
• Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
• Berikan dukungan emosional dan spiritual
• Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
• Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
• Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
• Anjurkan berhenti merokok
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
• 24
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
• Rujuk ke program rehabilitasi jantung

M. Implementasi
Implementasi pada kasus dilakukan selama 1X30 menit Untuk diagnosa nyeri
berhubungan dengan agen cedera biologi (iskemik miokard), tidak semua
intervensi dilakukan kepada pasien. Yang tidak dilakukan adalah memberikan
oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi
dengan alasan pasien tidak sesak dan kolaborasi pemberian terapi farmakologis
antiangina dan analgetik dengan alasan pasien sudah merasa nyerinya
berkurang sehingga tindakan farmakologis untuk mengatasi nyeri dihentikan
digantikan dengan tindakan nonfarmakologis yaitu teknik relaksasi
napasdalam.
Untuk diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, tidak semua intervensi dilakukan pada
pasien. Yang tidak dilakukan adalah monitor nilai laboratorium yang
tepat.Untuk diagnosa ketiga adalah konstipasi berhubungan dengan perubahan
lingkungan saat ini, semua intervensi yang ditetapkan dilakukan kepada pasien.

N. Evaluasi
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau
belum, dapat juga timbul masalah baru. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x30 menit diharapkan gangguan rasa nyeri berkurang
atau hilang juga intoleransi aktifitas kembali seperti semula, pasien memahami
informasi tentang Akut Miokard Infark.

BAB III
KASUS25
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :25 Agustus 2022, jam 10.00 : WIB
A. Pengkajian Primer
a. Airway = terdapat obstruksi jalan nafas, suara nafas ronchi
b. Breathing = gerakan dada simetris, irama nafas lambat, pola nafas tidak
teratur, tampak bernafas menggunakan otot bantu pernafasan (otot diafragma,
otot interkostalis, eksterna dan otot leher) nafas cuping hidung, pasien tampak
sesak nafas, RR : 30x/menit, terpasang terapi oksigen masker 8 lpm
c. Circulation = akral hangat, TD : 98/65 mmhg, N : 59x/menit membran
mukosa pucat
d. Disability = GCS 9( E3V2M4), pupil isokor, reflek terhadap cahaya
e. Eksposure = tidak terdapat deformitas, confusion, abrasi, penetrasi, maupun
laserasi
B. Pengkajian Sekunder
Nama : Tn. N
No.CM : 786xxx
Umur : 63 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMU
Bahasa yang digunakan : Jawa
Alamat : Jondang 03/01
Tanggal MRS : 25 Agustus 2022, 09.00 pukul WIB
Cara masuk : IGD
Diagnose medis : Congestive Heart Failur
Alasan dirawat : sesak nafas, nyeri dada

26
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Nyeri di dada sebelahkiri, nyeritimbulselama 1 jam denganskalanyeri 5
sepertiditusuk-tusuk
P : Obstruksi jalan nafas
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Dada bagian kiri
S:5
T : Hilang timbul
b. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien mengatakan mengalami nyeri seperti ditusuk-tusuk di dada kiri selama
2 hari. Kemudian pada tanggal 25 Agustus 2022 pukul 09.00 WIB pasien dibawa ke
RSUD. Sesampainya di ruang IGD pasien segera diberikan penanganan terapi
oksigen masker 8 tpm, mengecek GDS, melakukan EKG, diberikan terapi infus
asering 60cc, melakukan darah lengkap dan dipasang kateter urine. Kemudian pasien
dipindah ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan.
c. Riwayat keperawatan dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan merupakan perokok aktif
sejak masihmuda, pasien mempunyai riwayat penyakit jantung dan sudah pernah
dipasang ring di RSUP Kariadi Semarang.
d. Riwayat keperawatan keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien.
Di keluarganya juga tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TBC, HIV,
diabetes, dan lain-lain.
e. Keadaan kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan rumahnya bersih,lingkungan sekitar bersih tidak dekat dengan
TPA, tidak dekat dengan jalan raya.
f. Alat bantu yang dipakai
Pasien tidak menggunakan alat bantu apapun
II. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaanumum : Baik
b. Kesadaran : somnolen GCS : 9, E3V2M4
c. Tanda-tanda vital
27
 Suhu :36,40c
 Nadi :59x/menit
 Tekanandarah :98/65mmHg
 Respirasi :30x/menit
d. BB : 56 kg TB : 175 cm IMT = BB/TB (m)²= 56/3,06=
18,3
e. Kepala
I : Bentuk mesochepal, distribusi rambut rata, rambut berwarna putih
Pa : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
f. Mata
I : Bentuk simetris kanan dan kiri sama, sklera berwarna putih
Pa : Tidak ada nyeri tekan pada kedua bola mata, tidak ada benjolan
g. Hidung
I : Bentuk agak mengembang, tidak ada pendarahan
Pa : Tidak ada nyeri tekan pada hidung
h. Mulut
I : Mukosa bibir pucat, kering
i. Telinga
I : Telinga kanan kiri simetris, tidak ada serumen
Pa : Tidak ada nyeri tekan pada telinga, tidak ada benjolan
j. Leher
I : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Pa : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
k. Dada
Paru-paru

I : pengembangan simetris antara dada kanan dan kiri,tidak ada retraksi


dada

Pa : tidak ada fraktur, tidak ada lesi, vokal fremitus kanan dan kiri sama,
tidak ada benjolan

Pe : sonor

A : bunyi napas ronchi, vesicular normal


28
Jantung
I : iktus cordis tidak tampak pada midclavikula sinistra 4 dan 5, tidak
ada jejas
Pa : ictus cordis terletak  pada spatuminterkostal v midklavikulaa sinistra
Pe : pekak
A : bunyi S1 & S2 murni, tidak ada bunyi tambahan
l. Abdomen
I :perut datar tidak ada lesi
A :peristaltik usus 6x/ menit
Pa :tidak ada nyeri tekan, kulit teraba hangat, turgor kulitbaik
Pe :suara perut tympani
m. Ekstermitas
Atas : tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka maupun benjolan ditangan,
tidak ada edema, tidak ada sianosis
Bawah : tidak ada edema pada kedua kaki pasien, tidak ada sianosis, tidak ada
nyeri tekan & lesi
Kekuatan otot

4 4
4 4

n. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, alat kelamin bersih, berfungsi dengan baik, tidak ada lesi

III. POLA FUNGSIONAL


a. Pola Bernapas 29
- Sebelum sakit : pasien mengatakan dirinya seorang perokok aktif
- Selama sakit : pasien dibantu dengan oksigen mask
b. Pola nutrisi dan metabolisme
- Sebelum sakit : pasien mengatakan nafsu makan baik, makan 3 x sehari 1
porsi habis dengan komposisi nasi sayur lauk, minum air putih +- 8 gelas/hari
- Selama sakit : pasien mengatakan nafsu makan berkurang, makan 3x sehari
1
dengan porsi habis dengan komposisi nasi, sayur, lauk, minum +-10/hari
2
gelas air putih
c. Pola eliminasi
- Sebelum sakit: pasien mengatakan BAB 1X sehari, konsistensi lunak, bau
khas, warna kekuningan, BAK 3-4x sehari
- Selama sakit : pasien mengatakan belum bisa BAB selama di rawat
d. Pola tidur dan istirahat
- Sebelum sakit: pasien mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam +- 8jam
- Selama sakit: pasien mengatakan dapat tidur siang selama 1 jam dan pada
malam hari hanya tidur selama 5jam saja
e. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit: pasien mngetakan bekerja diluar sebagai wiraswasta
- Selama sakit: pasien mengatakan hanya bisa terbaring di bed RS
f. Pola berpakaian
- Sebelum sakit: pasien mengatakan dapat berpakaian secara mandiri
- Selama sakit: pasien mengatakan dalam berpakaian dibantu oleh keluarganya
g. Mempertahankan suhu tubuh normal dan modifikasi lingkungan
- Sebelumsakit: pasien mampu mengontrol suhu saat panas dan dingin
- Selamasakit: pasien hanya mampu berbaring di bed dan memakai selimut
h. Personal hygiene dan berhias diri
- Sebelumsakit: pasien mengatakan bisa mandi dan berhias secara mandiri
- Selama sakit: pasien mengatakan hanya bisa sibin saja
i. Aktivitas mencegah kecelakaan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat mencegah kecelakaan secara
mandiri
- Selama sakit : pasien dapat mencegah kecelakaan dengan bantuan dari
keluarga karena tubuhnya lemas 30
j. Komunikasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan lancar
- Selama sakit : pasien dapat berkomunikasi dengan lancar namun sedikit
lemah
k. Beribadah
- Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat menjalankan ibadah salat wajib lima
waktu dengan berdiri
- Selama sakit : pasien mengatakan tidak dapat beribadah selama sakit
l. Bermain dan rekreasi
- Sebelumsakit : pasien mengatakan kumpul dengan keluarga sambil menonton
TV
- Selamasakit :pasien hanya mampu berbaring dibed
m. Aktivitas bekerja
- Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari
dengan baik, namun terkadang nafasnya sedikit sesak
- Selama sakit : pasien mengatakan hanya bisa istirahat di bed
n. Aktivitas belajar
- Sebelum sakit : pasien mengatakan menambah wawasan melalui media
elektronik TV
- Selama sakit : pasien mengatakan tidak bisa menambah wawasannya karena
Sakit

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 26 Agustus 2022, pukul 11.00
WIB

31
Pemeriksaan Hasil Nilairujukan Satuan

Hematologi

Darahlengkap

Darahrutin

Hemoglobin 13,8 L 13,2 – 17,3 g/dl

Lekosit 14,2 H 3,6 - 11,0 ribu/mm3

Eritrosit 3,45 L 4,0 - 5,2 Juta/mm3

Hematokrit 43,1 L 35 – 42 %

Trombosit 257 H 154 – 400 Ribu/mm3

MPV 9,09 7,2 - 11,1 %

Index eritrosit

RDW 20,0 11,5 - 14,5 Mikro m3


H

MCV 64 80 – 100 Pg
L

MCH 22 22 – 34 g/dl
L

MCHC 32,5 32 – 36 %

Serologi

HbsAg Non reaktif Non reaktif -

Anti HIV

SD Non reaktif Non reaktif -

KHB Non reaktif -

2. Tanggal pemeriksaan : 26 Agustus 2022, pukul 10.20 WIB


Hasil pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan foto thorax
Cor : tampak membesar, Apek skela terokaudal
Pulmo : corakan vaskuler meningkat, tampak bercak kedua paru,
diafragma kanan kiri normal, sinus kontrol konstro phenicus kanan kiri
lancip
Kesan
Kardiomegali
Pulmogambaranbronkitis 32
V. PROGRAM TERAPI
Tanggal 26 Agustus 2022
1. Infus Asering 60 cc
2. Injeksi
 Divisi 1x1
 Dantroprozilo 1x40 mg
3. Oral
 A piler 1x1 tab
 CDG 1x75 mg
 A tervastratin 1x40 mg
 Mikrokot 1x1 tab
 Lexadinsyp 3x1
 Elprazolam 0,5 mg
 Nevidio 1x1,25 mg
 Spiromdadone 25 mg
 Hepertial 3x1 gram
 ISDN 5 gram ( bila nyeri)

33
ANALISA DATA

Nama : Tn.N No. CM : 786xxx


Umur : 63 tahun Ruang : IGD

No Tgl/jam Data focus Etiologi Masalah TTD


.
1. 26 Ds : Hambatan Pola nafas
Agustus Pasien mengatakan sesaknafas upaya nafas tidak
Keluarga pasien mengatakan (nyeri saat efektif
pasien memiliki riwayat ber nafas, (D.0005)
penyakit jantung kelemahan
Do : otot
CRT >3 detik pernafasan)
Pasien tampak sesak nafas
Pernafasan cuping hidung
Penggunaan otot bantu
pernafasan
Td : 98/65 mmhg
N : 59 x/menit
Rr : 30x/menit
S : 36,2 ° C
SpO2 : 96%
Membran mukosa pucat
26 Ds : pasien mengatakan sesak Perubahan Penurunan
Agustus nafas, afterload curah
Keluarga pasien mengatakan
jantung
pasien memiliki riwayat
penyakit jantung (D.0008)
Do :
Td : 95/65 mmhg
N : 55 x/menit
Crt >3 detik
Sianosis pada kuku jari
tangan dan kaki
Kardiomegali 34
NURSING CARE PLANE

Nama :Tn. N No. CM :786xxx

Umur :63 tahun Ruang : IGD

No Tgl/jam DP Tujuan Tindakan TTD


.
1 Pola nafas L.01004
Manajemen jalan nafas
Setelah dilakukan
I. 01011
tindakan
Terapeutik
keperawatanselama
Berikan oksigen jika perlu
1 x 30 menit
Posisikan semi fowler
diharapkan pola
Obsevasi
nafas pasien
Monitor pola nafas
membaik dengan
(frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil
usaha nafas)
sebagai berikut:
Monitor bunyi nafas
Dispneumembaik
tambahan ( gurgling,
Penggunaan otot
ronchi, wheezing)
bantu pernafasan
Kolaborasi
membaik
Kolaborasi pemberian
Frekuensi nafas
bronkodilator jika perlu
membaik
Kapasitas vital
Pemantauan respirasi
membaik
I.01014
Pernafasan cuping
Terapeutik
hidung membaik
Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Dokumentasikan hasil
pemantaun
Obsevasi
35
- Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
- Monitor pola nafas
(bradipnea,
takipnea,hipervent
ilasi,kussmaul,
CheyneStokes,boo
t,ataksik)
- Monitor saturasi
oksigen

Curah jantung
Perawatan jantung
(L.02008)
Setelah dilakukan (I.02075)
tindakan
keperawatan Observasi

selama 1 x 30
Identifikasi tanda/gejala
menit diharapkan
primer Penurunan curah
curah jantung
jantung (meliputi
pasien meningkat
dispenea, kelelahan,
dengan kriteria
adema ortopnea
sebagai berikut:
paroxysmal nocturnal
Dispnea
dyspenea, peningkatan
pasien membaik
CPV)
Sianosis pasien
membaik Identifikasi tanda /gejala
Tekanan darah sekunder penurunan curah
pasien meningkat jantung (meliputi
Capillary refill time peningkatan berat badan,
pada pasien hepatomegali ditensi vena
meningkat jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk,
36
kulit pucat)
Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)

Monitor saturasi oksigen

Monitor keluhan nyeri


dada (mis. Intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)

Terapeutik

Posisikan pasien semi-


fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman

Berikan terapi relaksasi


untuk mengurangi stres,
jika perlu

Berikan dukungan
emosional dan spiritual

Berikan oksigen untuk


memepertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi

Anjurkan beraktivitas fisik


sesuai toleransi

Anjurkan beraktivitas fisik


37
secara bertahap
Anjurkan berhenti
merokok

Perawatan jantung akut :


akut

( I.02076)

38
NURSING NOTE

Nama : Tn. N No. CM : 786xxx

Umur : 63 tahun Ruang : IGD

No Tgl/jam DP Tindakan Respon TTD


.
08.30 wib 1 Memonitor ttv S: pasien
mengatakan sesak
nafas
O:
Td : 98/65 mmhg
N : 59 x/menit
Rr : 30x/menit
S : 36,2 ° C
SpO2 : 96%

08.35 wib 1 Memberikan infus S : pasien


asering 20 tpm mengatakan masih
Memberikan oksigen sesak nafas
masker 8 tpm sesuai O : pasien tampak
advice masih sesak nafas,
Memberikan obat sesuai berkeringat dingin,
advice membran mukosa
pucat
Rr : 28x/menit

08.45 wib 1 Memonitor pola nafas, S : pasien


bunyi nafas dan mengatakan sesak
hambatan upaya nafas mulai berkurang
Memberikan posisi semi O:
fowler 39 Terdengar suara
ronchi, tidak ada
hambatan jalan
nafas, irama nafas
cepat dan dangkal
Rr : 25x/menit
SpO2 : 98%

08.50 wib 1 Menganjurkan tirah S : pasien


baring mengatakan terasa
nyeri pada dada
sebelah kiri
O : pasien tampak
memegangi dada
kirinya, pola nafas
pasien mulai
membaik

09.00 Memonitor pola nafas S : pasien


mengatakan sesak
nafas berkurang
O : pasien tampak
rileks

40
PROGRESS NOTE

Nama : Tn.N No. CM : 786xxx


Umur : 63 tahun Ruang : IGD

No Tgl/jam DP Catatan Perkembangan TTD


.
1 27 1 S: pasien mengatakan sesak nafas
Agustus berkurang
2022 O:
09.05 wib Td : 100 /70 mmhg
N : 70 x/menit
Rr : 26x/menit
S : 35.7 ° C
SpO2 : 97 %
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor ttv
2. Memberikan obat sesuai advice
3. Memberikan terapi oksigen jika perlu

2 S : pasien mengatakan sesak nafas


O : pasien tampak kelelahan, sianosis pada
jari kuku kaki, crt >2 detik
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala primer dan
sekunder penurunan jantung
2. Menganjurkan tirah baring
3. Menganjurkan aktivitas bertahap

41
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan
penyebab nomor satu kematian didunia.Penyakit infark miokard merupakan
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran
darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan kororner akut, kecuali
sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya.

Faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia,
jenis kelamin sehingga berpotensi memperlambat proses aterogenik, antara lain
kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang
tinggi lemak jenuh, kolestrol, serta kalori.
B.

42
DAFTAR PUSTAKA

A, J. D., S, D. S., Irmalita, D, T., I, F., & B, W. (2016). Panduan Praktik


Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah Edisi 1. Jakarta: Jurnal Kardiologi Indonesia.

Cynthia M. Taylor, S. S. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan


Rencana Asuhan Edisi 10. Jakarta: EGC.

Farissa, I. P. (2012). Komplikasi Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-


Elevasi (STEMI) Yang Mendapat Maupun Tidak Mendapat Terapi
Reperfusi. Semarang: FK UNDIP.

Iskandar,A.H.(2017).
(FaktorRisikoTerjadinyaPenyakitJantungKoronerPada Pasien
Rumah Sakit Umum Meuraxa Bandaaceh).

Kementrian Kesehatan RI, R. (2018). Laporan Nasional Riskesdas.


Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

Kumar. (2015). Buku ajar Patologi. Singapore Elseiver.

Majid, A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016).


Nursing Outcomes Classification and Nursing Intervention
Classification Edisi 6. Singapore: Elsevier.

Perry, P. &. (2009). Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 (Vol. I).

Jakarta: EGC.

Rampengan, S. H. (2015). Kegawatdaruratan Jantung. Jakarta: Badan


Penerbit FKUI.

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi Edisi 2 (Vol. II). Jakarta: EGC.
43
Suddarth,B.&.
(2014).BukuAjarKeperawatanMedikalBedahedisi12.Jakarta: EGC.

Suhayatra Putra, E. F. (2016). Artikel Penelitian. (Gambaran Faktor


Resiko dan Manajemen Reperfusi Pasien IMA-EST di Bangsal
Jantung RSup Dr. M. DjamilPada

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical


surgical Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

44

Anda mungkin juga menyukai