N (47 TAHUN)
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CORONARY ARTERY DISEASE ST
ELEVASI MIOKARDIAL INFARK (CAD STEMI) DI RUANG RAWAT
INAP ICCU RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
Disusun Oleh:
Aini Rachmawati (402021048)
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini dapat
diperbaiki sebagaimana mestinya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah mengenai laporan kasus dengan
Diagnosa Coronary Artery Disease ST Elevasi Miokardial Infark (CAD STEMI) Di
Ruangan ICCU RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Ini berguna dan dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
A. Kesimpulan....................................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diagnosis awal yang cepat dan penanganan yang tepat setelah pasien tiba di
ruang IGD dapat mencegah kerusakan miokardial yang besar serta mengurangi
komplikasi yang dapat terjadi pada pasien sehingga menurunkan risiko kematian.
Pencegahan keterlambatan dalam penanganan STEMI sangat penting di fase awal
1
2
yaitu saat pasien mengalami nyeri dada yang hebat. Defibrillator harus tersedia,
pemberian terapi pada tahap awal terutama terapi reperfusi (Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).
3
4
2. Etiologi
1) Usia
1) Hiperlipidemia
4) Diabetes mellitus
Penyakit DM dapat menginduksi hiperkolesterolemia serta
meningkatkan predisposisi atherosclerosis. Penderita diabetes lebih berisiko
menderita infark miokard dari pada yang tidak menderita diabetes. Penderita
diabetes mellitus mempunyai prevalensi yang lebih tinggi mengalami
aterosklerosis, karena hiperglikemia dapat mengakibatkan peningkatan
agregasi trombosit yang dapat membentuk thrombus.
5) Stres psikologik
Stres dapat mengakibatkan peningkatan katekolamin yang bersifat
aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.
3. Patofisiologi
Kemudian pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP (untuk
kontraksi otot), epinefrin (meningkatkan curah jantung), serotonin (pengantar
sinyal antar jaringan syaraf)) memicu aktivasi trombosit yang selanjutnya akan
7
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel
yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konkersi protrombin
menjadi thrombin yang kemudian mengonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri
koroner yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri
dari agregat trombosit dan fibrin. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 – 45
menit akan menyebabkan kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian
otot. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti
berkontraksi secara permanen (Ginanjar & Sjaaf, 2019).
Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri
koroner yang disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme
koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik (Ashar, 2017).
8
4. Pathway
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang dirasakan pada pasien STEMI menurut (Black &
Hawks, 2014):
a. Nyeri dada sentral yang berat terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak
mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan abdomen bagian
atas, seperti rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas,
dipelintir, tertekan yang berlangsung lebih dari 20 menit, tidak berkurang
dengan pemberian nitrat. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang, lengan, leher
dan punggung. Gejala yang menyertai yaitu berkeringat, pucat, mual, sulit
9
b. Ekstremitas yang teraba dingin, perspirasi, rasa cemas dan gelisah akibat
pelepasan katekolamin
c. Tekanan darah dan denyut nadi pada mulanya meninggi sebagai akibat aktivasi
sistem saraf simpatik. Jika curah jantung berkurang, tekanan darah mungkin
turun.
d. Keletihan dan rasa lemah akibat penurunan perfusi darah ke otot rangka
e. Nausea dan vomitus akibat stimulasi yang bersifat refleks pada pusat muntah
oleh serabut saraf nyeri atau akibat refleks vasovagal
g. Suhu tubuh yang rendah selama beberapa hari setelah serangan infark miokard
akut akibat respon inflamasi
6. Komplikasi
a. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik pada pasien denga STEMI dapat disebabkan oeh left
ventricle infark luas atau dengan komplikasi mekanik, termasuk pecah papiler
otot, septum ventrikel pecah, bebas dinding pecah denga tamponade dan righ
ventricle infark. Timbulnya syok kardiogenik akibat komplikasi mekanik
setelah STEMI. Kebanyakan kasus terjadi dalam waktu 24 jam. Bagi mereka
dengan kegagalan pompa, 15% kasus terjadi saat STEMI sedang berlangsung
dan 85% berkembang selama di rumah sakit (Wahyudi & Gani, 2019).
b. Gagal jantung berat
3) Aspirin
1) Aktivitas
paru. Jika tidak terdapat hipotensi dan komplikasi lain, pasien dapat
berjalan-jalan di ruangan dengan durasi dan frekuensi yang ditingkatkan
secara bertahap pada hari kedua atau ketiga. Pada hari ketiga, pasien harus
sudah dapat berjalan 185 m minimal tiga kali sehari (Smeltzer et al., 2013).
2) Istirahat fisik
1. Definisi PCI
2. Jenis-Jenis PCI
Pembagian PCI berdasarkan onset, sebagai berikut: (Harselia S. , 2018)
3. Indikasi PCI
Indikasi dilakukan tindakan kateterisasi jantung pada pasien menurut
Darliana, (2017) adalah sebagai berikut:
a. Memiliki gejala penyakit arteri koroner meskipun telah mendapat terapi
medis yang adekuat
b. Penentuan prognosis pada pasien dengan penyakit arteri koroner
c. Nyeri dada stabil dengan perubahan iskemik bermakna pada tes latihan
e. Sindrom koroner tidak stabil (terutama dengan peningkatan Troponin T atau I).
f. Pasca infark miokard gelombang Q pada pasien risiko tinggi (ditentukan
dengan tes latihan atau pemindaian perfusi miokard).
g. Gejala berulang pasca coronary artery bypass Graft (CABG) atau percutaneus
coronary intervention (PCI)
4. Kontraindikasi PCI
Kontraindikasi tindakan PCI antara lain gagal jantung yang tidak terkontrol,
klien pasca serangan stroke kurang dari 1 bulan, infeksi berat disertai demam.
Gangguan keseimbangan elektrolit, perdarahan lambung akut yang disertai
dengan anemia, wanita hamil, gagal ginjal, riwayat perdarahan tidak terkontrol,
dan intoksikasi digitalis (Pintaningrum, 2016).
Ada 2 jenis stent yang ada di pasaran, yaitu stent tanpa salut obat (bare metal
stent) dan stent dengan salut obat (drug eluting stent). Bare metal stent terbuat dari
16
baja tahan karat (stainless steel) yang didesain untuk dapat menahan kolaps radial
dan memiliki kemampuan mempertahankan diameter yang diinginkan setelah
angioplasti. Meskipun tidak ditemukan stenosis setelah pemasangan BMS dalam
jangka waktu pendek, setelah ditunggu lama diamati terjadinya penyempitan
lumen disertai trombosis parsial. Stent yang telah dilepaskan diamati dan didapati
bahwa stent sudah dilapisi lapisan fibrin yang menandakan proses
reendotelialisasi. Drug Elutting stent menggunakan menggunakan 12 obat yang
dapat menghambat proses penyembuhan hanya di area yang diperlukan tanpa
menimbulkan komplikasi sistemik. DES memiliki tiga komponen, yaitu: bahan
dasar logam, bagian penyimpanan obat dimana dapat terjadi difusi obat ke
jaringan vaskuler secara terkontrol (coating material, biasanya matriks polimer)
dan agen terapetik yang efektif mengurangi pertumbuhan neointimal yang
dicetuskan oleh pemasangan stent. Stent yang telah terpasang ini akan tertinggal
di pembuluh darah koroner dan lama kelamaan akan bersatu dengan pembuluh
darah koroner tersebut.
b. Nyeri dada
e. Tekanan darah
nyeri dengan teknik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
non farmakologi rasa nyeri (mis: suhu ruangan, yang dirasakan pasien
5. Waktu tidur pasien pencahayaan, kebisingan, dll.) Edukasi
normal 7-8 jam perhari Edukasi 1. Agar pasien dapatmengontrol
1. Jelaskan penyebab, periode, dan nyeri yangdirasakan.
pemicu nyeri 2. Agar pasien dapatmengontrol
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri nyeri yangdirasakan
3. Ajarkan teknik non farmakologi untuk Kolaborasi
mnegurangi nyeri 1. Untuk mengurangi nyeri yang
Kolaborasi dirasakan pasien
1. Kolaborasi pemberian analgetik , jika
perlu
2. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung Perawatan jantung
jantung b.d 3x 24 jam diharapkan Observasi Observasi
perubahan irama Penurunan curah jantung 1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui
jantung teratasi, dengan kriteria penurunan curah jantung (meliputi tanda/gejala primer
hasil : dipsnea, kelelahan, edema,ortopnea, penurunan curah jantung
paroxysmal nocturnal dyspnea, (meliputi dipsnea, kelelahan,
1. Tekanan darah dalam
peningkatan CVP edema,ortopnea, paroxysmal
batas normal 120/80
21
perlu sekarang
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung Edukasi
1. Untuk melakukan peregangan
supaya otot-otot atau sendi-
sendi tidak kaku
2. Berikan aktivitas fisik ringan
dengan mobilisasi sesuai
kemampuan klien
Kolaborasi
1. Untuk membantu dalam
menangani keluhan klien
2. Agar kondisi klien dapat
segera ditangani oleh tim
program rehabilitasi jantung.
3. Setelah dilakukan tindakan Rehabilitasi Jantung Rehabilitasi Jantung
Intoleransi
keperawatan selama 3x24 Observasi Observasi
aktivitas b.d
jam diharapkan intoleransi 1. monitor tingkat toleransi aktivitas 1. untuk memantau tingkat
ketidakseimbangan
aktifitas membaik dengan 2. periksa kontraindikasi Latihan toleransi aktivitas agar klien
antara suplai dan
kriteria hasil: (takikardi >120x/menit, TDS >180 tidak kelelahan
kebutuhan oksigen
23
1. frekuensi nadi normal mmHg, TDD >110 mmHg, hipotensi 2. untuk mengetahui
60-100x/menit ortostatik >20 mmHg, angina, dipsnea, keabnormalan yang terjadi
2. perasaan lemah menurun gambaran EKG iskemia, blok pada klien
3. tekanan darah membaik atrioventrikel derajat 2 dan 3, takikardia 3. untuk mengetahui kecemasan
120/80 mmHg ventrikel) pada klien
3. lakukan skrining ansietas dan depresi, Terapeutik
jika perlu 1. Latihan fase 1 (inpatient)
Terapeutik adalah program yang
1. fasilitasi pasien menjalani Latihan fase dilakukan saat pasien masih
1 (inpatient) dalam perawatan rumah sakit.
2. fasilitasi pasien menjalani Latihan fase Tujuannya, untuk
2 (outpatient) menghindarkan pasien dari
3. fasilitasi pasien menjalani Latihan fase efek penyakit, efek tindakan
3 (maintenance) medis, efek tirah baring, dan
4. fasilitasi pasien menjalani Latihan fase mengupayakan mobilisasi dini
4 (long term) agar pasien bisa pulang ke
Edukasi rumah dengan segera serta
1. jelaskan rangkaian fase-fase rehabilitasi menjalani perawatan secara
jantung mandiri.
24
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
27
28
2. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
2 hari SMRS Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri disertai sesak seperti tertimpa
benda berat, nyeri di rasakan mendadak secara tiba-tiba ketika pasien sedang berjalan-
jalan mengelilingi komplek, nyeri menyebar ke bagian lengan kiri sampai punggung.
Kemudian klien dilarikan ke rumah sakit di antar oleh keluarganya.
Pasien datang ke IGD RSUD Al-Ihsan pada pukul 18.00 dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri di sertai sesak kemudian klien diberikan 02 NC 5 liter, swab antigen (-),
infus NaCl D5% 20 cc/ jam, pemeriksaan lab. Darah lengkap, Kimia,elektrolit,
dilakukan EKG, DC kateter (+), dan diberikan streptokinase 1,5jt unit dalam 30-60
menit yang merupakan obat golongan fibrinolitik atau trombolitik yang berfungsi
untuk melarutkan gumpalan darah, obat aspilet 2 tab (analgetic, antipiretik,
antiinflamasi), dan brilinta 2 tab untuk menurunkan resiko serangan jantung. Setelah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter dimana setelah pemberian trombolitik pasien
masih mengeluh nyeri dada sehingga dianjurkan untuk di rawat di ruang intensive
karena harus dilakukan DCA (Diagnostic Coronary Angiography) untuk melihat
apakah ada sumbatan di jantung atau tidak yang selanjutkannya akan dilakukan
tindakan PCI percutaneous coronary intervention.
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri disertai sesak
seperti tertimpa benda berat, nyeri di rasakan mendadak secara tiba-tiba, nyeri
menyebar ke bagian lengan kiri sampai punggung, nyeri berkurang ketika istirahat
dengan tidur dan nyeri bertambah apabila klien beraktivitas, klien tampak meringis,
skala nyeri 3 (0-10). Klien juga mengeluh lemas. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital TD: 130/84 mmHg, R: 31 x/menit, S: 36,5oC, N: 93 x/menit, Saturasi 98%.
30
Riwayat penyakit sebelumnya pada klien hipertensi sudah 10 tahun namun klien
mengkonsumsi obat hipertensi secara tidak rutin, kliensuka merokok dari sejak remaja
dan senang meminum kopi sehari menghabiskan rokok sampai 1 bungkus/hari.
klien mengatakan dari keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama yaitu ayah
dari klien mempunyai penyakit jantung juga. Untuk penyakit penyerta lainnya seperti
hipertensi atau diabetes melitus tidak ada.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAN UMUM
Kesadaran √ Sadar Letargi Obtundasi
Stupor Koma DPO
Bila DPO, jenis obat
……………………….. Dosis obat……………………………
Tekanan Darah: 130/84 mmHg Frekuensi nadi : 93x/menit
Frekuensi Pernapasan: 31 x/menit Suhu 36,5ºC Saturasi 98%
BB: 66 kg TB160 cm BMI 25,7 (Overweight)
Resiko Jatuh √ Ya Tidak
Bantuan √ Bantuan
Status Fungsional penuh sebagian Mandiri
b. PERNAPASAN
Work of Breathing Ada Tidak ada
Alat bantu napas Tidak √ Ya, 3 ltr/menit
√ O2 canule Sungkup sdrhn NRM
RM Ventury Mask NIPPV/CPAP
Ventilator ETT Tracheostomi
Bila terpasang ventilator, mode setting CMV IPPV
SIMV SIMV + PS
………….……………………………
.
31
c. PERSARAFAN
32
d. CARDIOVASKULER
Gambaran jantung √ Sinus Rithm Bradikardi Takhikardi
Aritmia, bila (ya) tuliskan gambaran aritmia
…………………
Rentang Tekanan Darah 130/84 mmHg 116/74 mmHg
Rentang Mean Arterial Pressure (MAP) 99,3 mmHg 88 mmHg
Rentang Cardiac Output (CO) 4,2 liter/menit 4,2 liter/menit
Rentang Stroke Volume 46 cc 42 cc
Rentang Frekuensi Nadi 93 x/menit 102 x/menit
33
Pembebatan ………………
34
e. PENCERNAAN
Rute nutrisi √ Per oral NGT Stoma
Parentral
Program nutrisi
f. PERKEMIHAN
Pola berkemih √ Normal √ Melalui kateter urine
Terapi diuretik √ Tidak Ya, jenis obat………..dosis…………
Jumlah urine 1400 cc/24 jam Warna urine Kuning pekat
Konsistensi urine cair Bau …-………………………………….
□ Makan/minum 1000 cc
g. MUSKULOSKELETAL
Kekuatan Otot ( 0 – 5) Atrofi Otot (+ / -)
4 4 - -
4 4 - -
Kontraktur sendi (+ / -)
- -
- -
h. INTEGUMEN
Luka Ya √ Tidak
Jenis luka /lesi Luka bakar Dekubitus Luka tusuk
Vulnus Gangren Abses
………………………………………
Kanker …
Area luka/lesi decubitus/gangrene/vulnus/kanker,
dll.…………………….…..……………
Luas /
diameter……………….…………….. Derajat ……………. Bau : ya / tidak
Merah…….
Warna % Kuning… .......% Hitam …….%
Eksudat (+) / (-), warna Jumlah eksudat : banyak / sedang /
………….……...... sedikit
i. KEBUTUHAN EDUKASI
Hambatan edukasi Ya √ Tidak
Faktor hambatan Kesadaran Pendengaran Penglihatan
Kognitif Status mental Bahasa
………………………………………
Budaya …..
(Lingkari skor sesuai dengan jawaban, Total skor adalah jumlah skor yang dilingkari)
No Parameter Skor
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
1.
dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar 2
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total skor
= 2,9 L/min/m²
CI=4,278/2,9
= 1,47
41
Memandu terapi STEMI TIMI Risk Score STEMI Usia: 47 th 5 Prediksi kematian pasien
Riwayat penyakit hipertensi yaitu 12.4%
BP: 130/84 mmHg
HR: 93x/menit
Killip class: 2
Weight: 66 kg
ECG: Anterior ST Elevation
Time to treatment: <4 hours
Killips Class Killips Class tidak terdapat gagal 2 Prediksi kematian pasien
jantung (tidak terdapat ronchi yaitu 2,2%
maupun S3)
Grace Usia: 46 th 9.3% Perkiraan kematian
HR: 93 x/menit dirumah sakit setelah
Systolic blood pressure: 130 ACS: 9.3%
mmHg Perkiraan resiko
Kreatinin: 0.62 mg/dl kematian pa 1 tahun
Killip class: II setelah ACS: 12.8%
Cardiac arrest: +
Enzyme positif: +
ST depresi:+
42
Pemeriksaan Laboratorium
Hemostasis
APTT 52 detik 27 – 42 Positif
Control APTT 27 detik 27 – 42 27 detik
Control PT 15.0 detik 12 – 19 15.0 detik
Masa 12 – 19
prothrombin 25.40 detik 25.40 detik
INR 1.83 detik 12 – 19 1.83 detik
Pemeriksaan Echocardiography
Tanggal Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai normal
29/03/22 Aorta 26 20-37 mm LVEDD 52 55 – 52 mm
Atrium kiri 36 15 – 40 mm LVESD 40 26 – 36 mm
LAVI IVSD 12 7 – 11 mm
Ventrikel 32 <42 mm IVSS 14
kanan
Fraksi Ejeksi 38 53 – 77 % PWD 12 7 – 11 mm
PWS 16
E/A 0.7
TAPSE 22 >17 mm mPAP 27
44
Pemeriksaan diagnostic
Hasil EKG
Tanggal 28-03-2022
Tanggal 29-03-2022
45
Pemeriksaan Radiologi
Hasil radiologi dilakukan rescue PCI atas indikasi CAD, STEMI anterior luas, post
trombolitik, CHF. EKG: SR, ST elevasi V1-6, I, aVL. FR: hipertensi.
PCI
Terapi obat
Aspilet PO
1 1x1 09.00 obat yang mengandung acetylsalicylic
acid atau aspirin yang merupakan
senyawa analgetic non steroid yang
digunakan sebagai analgetic,
antipiretik, antiinflamasi dan anti
platelet. Obatini digunakan sebagai
pereda nyeri yang efektif untuk
penderita infark miokard atau
seranagn jantung
5. ANALISIS DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS: Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi Nyeri akut
1. klien mengatakan nyeri arteri koronaria
dada sebelah kiri seperti
tertimpa benda berat, Penurunan aliran darah ke jantung
nyeri dirasakan
mendadak secara tiba- Kekurangan O2 dan nutrisi
tiba, nyeri menyebar ke
bagian lengan kiri Iskemik pada jaringan miokard
sampai punggung,
dengan skala nyeri 3, Nekrosis
nyeriberkurang ketika
istirahat dengan tidur Suplay dan kebutuhan O2 ke jantung
dan nyeri bertambah tidak seimbang
apabila klien
beraktivitas Suplay O2 ke miokard menurun
DO:
Metabolism anaerob
1. Klien tampak
meringis
Timbunan asam laktat meningkat
2. hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital
Nyeri akut
TD: 130/84 mmHg
R: 31 x/menit
S: 36,5oC
N: 93 x/menit.
SPO2: 98%
02: 5 lt/menit
48
2. Klien terpasang
Iskemik pada jaringan miokard
49
elektroda, terpasang
infus dan terpasang Nekrosis
DC Kateter.
Suplay dan kebutuhan O2 ke jantung
3. Kekuatan otot 4/4
tidak seimbang
Metabolism anaerob
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
6. DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien
perubahan curah jantung teratasi, dengan 1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui tanda/gejala primer
kontraktilitas kriteria hasil : penurunan curah jantung penurunan curah jantung (meliputi
(meliputi dipsnea, kelelahan, dipsnea, kelelahan, edema,ortopnea,
1. Tekanan darah dalam batas
edema,ortopnea, paroxysmal paroxysmal nocturnal dyspnea,
normal 120/80 mmHg
nocturnal dyspnea, peningkatan peningkatan CVP
2. Denyut jantung reguler
CVP 2. Untuk memantau tekanan darah
3. Gambaran EKG normal 2. Monitor tekanan darah 3. Untuk memantau perbaikan saturasi
3. Monitor saturasi oksigen oksigen
4. Denyut nadi perifer dalam
4. Monitor keluhan nyeri dada 4. Untuk memonitor keluhan nyeri dada
batas normal 60-100/menit
5. Monitor EKG 12 sadapan yang di rasakan
6. Monitor aritmia (kelainan 5. Untuk memonitor gambaran EKG 12
irama dan frekuensi) sadapan
Terapeutik 6. Untuk mengetahui jika terjadinya
51
ketidakseimbangan diharapkan intoleransi aktifitas 1. monitor tingkat toleransi 1. untuk memantau tingkat toleransi
antara suplai dan membaik dengan kriteria hasil: aktivitas aktivitas agar klien tidak kelelahan
kebutuhan oksigen 1. frekuensi nadi normal 60- 2. periksa kontraindikasi Latihan 2. untuk mengetahui keabnormalan yang
100x/menit (takikardi >120x/menit, TDS terjadi pada klien
2. perasaan lemah menurun >180 mmHg, TDD >110 3. untuk mengetahui kecemasan pada klien
3. Tekanan darah membaik mmHg, hipotensi ortostatik >20 Terapeutik
120/80 mmHg mmHg, angina, dipsnea, 1. Latihan fase 1 (inpatient) adalahprogram
gambaran EKG iskemia, blok yang dilakukan saat pasien masih dalam
atrioventrikel derajat 2 dan 3, perawatan rumah sakit. Tujuannya,
takikardia ventrikel) untuk menghindarkan pasien dari efek
3. lakukan skrining ansietas dan penyakit, efek tindakan medis,efek tirah
depresi, jika perlu baring, dan mengupayakan mobilisasi
Terapeutik dini agar pasien bisa pulang ke rumah
1. fasilitasi pasien menjalani dengan segera serta menjalaniperawatan
Latihan fase 1 (inpatient) secara mandiri.
2. fasilitasi pasien menjalani 2. Latihan fase 2 (outpatient) kegiatan
Latihan fase 2 (outpatient) pelayanan rawat jalan kepada pasien
3. fasilitasi pasien menjalani yang dilakukan selama 1 – 3 bulan
54
NO INDIKATOR TANGGAL
DX.02 DX.02
- Tampak klien sedikit Klien terlihat lebih
tenang dan tidak S: Klienmengeluh S: Klien mengatakan sesak
gelisah karna masih
tampak sesak
sesak sepertitertimpa yang dirasa sudahberkurang
merasakan sesak dan
bendaberat O: GCS E4M6V5, RR
sesekali nyeri dada
O: GCS E4 M6V5, RR 27 22x/menit, akral hangat
- Terpasang O2 5lt/m
x/menit, akral hangat, Suhu: A: Masalahteratasi
36,8 C, TD127/80 mmHg, P: Hentikanintervensi
Nadi 102 x/menit O2 5 DX.03
lt/menit S: Klien mengatakansudah tiak
lemas
A: Masalah belum teratasi
O: pasientampak sedang
P: Lanjutkan Intervensi
dudukdi tempat tidurA: Masalah
DX.03
teratasi
S: Klien mengatakan
P: Intervensidihentikan
lemas
O: pasien tampak sedang
berbaring ditempat tidur,
terpasang elektroda,
terpasang infusdan
terpasangDC Kateter.
58
TD 127/80
intervensi
- GCS Score: 15
2 NURSING GCS Score: 15
- Cardiac output: 3,1
OUTCOME Cardiac output: 4,2 - TIMI Risk Score STEMI:
3
TIMI Risk ScoreSTEMI:
Dx Kep : Nyeri akut
5
3 TINDAKAN - Memantau EKG
- Memantau EKG
KEPERAWATAN
- Mengobservasi TTV
- Mengobservasi
1 jam sekali
TTV 1 jam sekali
- Memberikan oksigen
- Memberikan
2 lt/menit
oksigen 5 lt/menit
- Memberikan posisi
- Memberikan posisi
semifowler
semifowler
- Melatih teknik
59
- Melatih teknik
relaksasi nafasdalam
relaksasi nafas
- Aff infus, elektroda, O2
dalam
pukul 11.00
- Pasien pulang
4 PENGOBATAN
- Memberikan obat - Memberikan obat
lovenox 0,6 mg, lovenox 0,6 mg,
brilinta 1 mg, brilinta 1 mg,
mitrocaf K 2,5 mg, mitrocaf K 2,5 mg,
ramipril 5 mg jam ramipril 5 mg jam
08.00 08.00
- Dilakukan
pemeriksaan
radiologi pukul 10.30
- Dilakukan tindakan
PCI pukul 14.00
61
6 DIET
Makan habis 1P Makan habis 1P
C. Pembahasan
Pembahasan kasus ini merupakan bagian dari perbandingan antara asuhan
keperawatan dilapangan selama ini dengan tujuan kasus penulis berupaya dalam
menerapkan asuhan keperawatan dilapangan melalui tahap proses keperawatan dengan
kesenjangan dan kesamaan teori, selain itu juga penulis menemukan faktor yang
menghambat dan mendukung tingkat kesembuhan klien dengan asuhan keperawatan
yang diberikan berdasarkan diagnosa medis pasien yaitu CAD STEMI. Diagnosa CAD
STEMI pada klien ini ditunjang dengan pemeriksaan diagnostik yaitu Protein
troponin I (710 ng/L) yang menyatakan hasil pemeriksaan pada klien positif. Protein
troponin berfungsi dalam proses kontraksi otot jantung dan otot rangka. Pada kerusakan
atau kematian sel otot, troponin dilepaskan ke aliran darah. Pengukuran kadar troponin
dalam darah berfungsi sebagai penanda adanya kerusakan sel otot jantung atau otot
rangka.
Kejadian CAD STEMI bisa disebabkan oleh beberapa faktor, Pada sebagian
besar kasus, terdapat beberapa faktor presipitasi yang muncul sebelum terjadinya
STEMI, antara lain aktivitas fisik yang berlebihan, stress emosional dan penyakit dalam
lainnya. Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktorresiko
yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga dan faktor
resiko yang dapat diubah seperti hiperglikemia, diabetes melitus, hipertensi, merokok
dan stress psikologis (Smeltzer, Bare, Hankle, & Cheever, 2013). Pada klien salah
satunya terjadi karena kebiasaan merokok sejak remaja dan perhari bisa menghabiskan
sampai 1 bungkus/hari. Merokok dapat membuat penyakit koroner semakin memburuk
di akibatkan karena karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan lebih
mudah mengikat hemoglobin daripada oksigen, sehingga oksigen yang dikirim ke
jantung menjadi berkurang. Nikotin pada tembakau dapat memicu pelepasan
katekolamin yang mengakibatkan konstriksi pada arteri dan membuat alirandarah serta
oksigen ke jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat meningkatkan adhesi trombosit
yang akan dapat mengakibatkan kemungkinan peningkatan pembentukan thrombus.
Dan hipertensi juga merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit arteri
koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat meningkatkan gradien tekanan yang
harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan darah yang tinggi terus
menerus dapat mengakibatkan suplai kebutuhan oksigen di jantung meningkat.
64
Keluhan utama pada klien mengeluh nyeri dada disertai sesak seperti tertimpa
beban berat, nyeri di rasakan secara tiba-tiba, nyeri menyebar ke bagian lengan kiri
sampai punggung, nyeri berkurang ketika istirahat dengan tidur dan nyeri bertambah
apabila klien beraktivitas, skala nyeri 3. Klien juga mengeluh lemas. Dari hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 130/84 mmHg, R: 31 x/menit, S: 36,5oC, N: 92
x/menit, Saturasi 98%. Data yang ditemukkan di atas sesuai dengan teori manisfestasi
klinis yaitu nyeri dada yang berat terjadi secara mendadak dirasakan seperti ditindih
benda berat, Nyeri dapat menjalar ke arah rahang, lengan, leher dan punggung (Black
& Hawks, 2014).
Setelah melakukan pengkajian dan mendapatkan data-data, penulis
mengelompokan data, menganalisa, dan merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.
N pada pengambilan diagnosa keperawatan penulis merumuskan data berdasarkan
prioiritas mengacu pada kaidah dalam menentukan diagnosa prioritas. Penulis
mengambil 3 diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien. Berikut adalah diagnose
yang penulis ambil:
1. Nyeri akut
3. Intoleransi aktivitas
66
67
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan saran antara lain: