Dosen Pembimbing :
Harmayetty, S.Kp. M.Kes
Oleh :
Kelompok 4 AJ2/B23)
Roobi Alamsyah (132011123051)
Putri Bela Rosa Inas (132011123052)
Firli Ramadhana (132011123053)
Veni Rochmawati (132011123054)
Poni Vivin Lestari (132011123055)
Ayu Cahyaningtiyas (132011123056)
Intan Lastari (132011123057)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan gawat
darurat yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infark Miokard
Akut (Ima)” sesuai waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan makalah keperawatan gawat darurat ini, kami mendapat
banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang terhormat kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan untuk terselesaikannya tugas
makalah ini.
Kami menyadari makalah keperawatan gawat darurat ini masih banyak
kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga makalah keperawatan gawat
darurat ini bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR IS
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama
dan penyebab nomor satu kematian di dunia. Penyakit infark miokard
merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot
jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi
sumbatan kororner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari
pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya sama sekali tidak
mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat
mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark
(Suddarth, 2014).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016
menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah. Atau sekitar 31% dari seluruh kematian di
dunia, sebagian besar atau sekira 8,7 juta kematian disebabkan oleh karena
penyakit jantung koroner (Suhayatra Putra, 2016). Hasil (Kementrian
Kesehatan RI, 2018) menunjukkan bahwa sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000
penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Sedangkan jika
dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survei
Sample Registration System tahun 2014 menunjukkan 12,9% kematian
akibat penyakit jantung koroner. Menurut (Kementrian Kesehatan RI,
2018) prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter pada
semua umur di provinsi NTT adalah sebesar 0,7% atau sekitar 20.599
penduduk.
Faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah
yaitu usia, jenis kelamin sehingga berpotensi memperlambat proses
aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan
toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh, kolestrol, serta kalori
(Suddarth, 2014).
Nyeri yang timbul merupakan tanda yang muncul saat adanya
infark yang disebabkan oleh iskemia yang berlangsung selama kurang
4
lebih 30-45 menit. Iskemia terjadi akibat kebutuhan oksigen yang melebihi
kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah mengalami gangguan
karena adanya sumbatan thrombosis plak atheroma pada arteri coroner.
Plak dapat menyebabkan penyempitan arteri coroner, sehingga bisa terjadi
iskemia miokard. Nyeri akan timbul saat manifestasi hemodinamika yang
sering terjadi yaitu peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung.
Infark miokard akut (IMA) dapat menyebabkan disritmia, gagal jantung
kongestive dan syok kardiogenik, tromboemboli, pericarditis, rupture
miokardium, dan aneurisma ventrikel (Price & Wilson, 2006).
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation
Myocardiac Infarc) merupakan bagian dari spectrum sindrom koroner akut
(SKA) yang terdiri atas angina pektoris tidak stabil, infark miokard akut
tanpa elevasi segmen ST, dan infark miokard dengan elevasi segmen ST.
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) terjadi jika aliran
darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
ateroskulerosis yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner
terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskluer, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid (Suddarth, 2014).
Penatalaksanaan IMA-EST (Infark Miokard Akut Elevasi ST)
dimulai sejak kontak medis pertama, baik untuk diagnosis dan pengobatan.
Diagnosis kerja infark miokard harus dibuat berdasarkan riwayat nyeri
dada yang berlangsung selama 20 menit atau lebih, yang tidak membaik
dengan pemberian nitrogliserin. Adanya riwayat penyakit jantung koroner
dan penjalaran nyeri ke leher, rahang bawah, atau lengan kanan
memperkuat dugaan ini. Pengawasan EKG perlu dilakukan pada setiap
pasien dengan dugaan STEMI. Diagnosis STEMI perlu dibuat sesegera
mungkin melalui perekaman dan interpretasi EKG 12 sadapan, selambat-
lambatnya 10 menit saat pasien tiba untuk mendukung keberhasilan tata
laksanan ((PERKI), 2018).
Tujuan tatalaksana di IGD adalah mengurangi/menghilangkan
nyeri dada, mengidentifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi
5
reperfusi segera, triase pasien beresiko rendah ke ruangan yang tepat di
rumah sakit dan menghindari penulangan cepat pasien dengan STEMI.
Tatalaksana umum yang dilakukan adalah memberikan oksigen : suplemen
oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90%. Pada
semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6
jam pertama; memberikan nitrogliserin : nitrogliserin sublingual dapat
diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai
dengan 3 dosis dengan interval 5 menit (Farissa, 2012).
Tatalaksana pasien di rungan ICCU adalah : pembatasan aktivitas
pasien selama 12 jam pertama; pasien harus puasa atau hanya minum air
dengan mulut dalam 4-12 jam karena resiko muntah dan aspirasi segera
setelah infark miokard; pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk
mempertahankan periode inaktivitas dengan penenang; istirahat ditempat
tidur dan efek menggunakan narkotik untuk menghilangkan rasa nyeri
sering mengakibatkan konstipasi, sehingga dianjurkan penggunaan kursi
komo di samping tempat tidur, diet tinggi serat, dan penggunaan obat
pencahar secara rutin seperti laxadine syrup (1-2 sendok teh) (Farissa,
2012). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver)
berperan dalam melaksanakan intervensi keperawatan yakni perawatan
manajemen nyeri (Perry, 2009). Peran perawat juga sebagai care giver
untuk membantu pasien dalam melalui proses penyembuhan dan
kesehatannya kembali atau sembuh dari penyakit tertentu pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistik meliputi emosi, spiritual, dan sosial (Perry,
2009).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Infark Miokard Akut
(IMA) dengan masalah nyeri akut.
C. Tujuan
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut.
2. Menentapkan diagnosis keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut.
6
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Infark Miokard
Akut (IMA) dengan masalah nyeri akut.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien Infark Miokard Akut
(IMA) dengan masalah nyeri akut.
5. Melakukan evaluasi pada klien Infark Miokard Akut (IMA) dengan
masalah nyeri akut.
D. Manfaat
1. Dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa dan pengajar
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan
pada kasus Infark Miokard Akut (IMA).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada
orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung
sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan
beberapa hal antara lain : mengkonsumsi obat-obatan
tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu
dingin yang ekstrim, merokok.
2) Faktor sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran
darah dari jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi
ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari
faktor pemompaan dan volume darah yang
dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan
pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis
maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup
jantung ( aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis )
menyebabkan menurunnya cardiac output ( COP ).
Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi
menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak tersuplai
darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot
jantung.
3) Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju
seluruh bagian tubuh. Jika daya angkut darah
berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh
darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak
cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan
terganggunya dayaangkut darah antara lain : anemia,
hipoksemia, dan polisitemia.
4) Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen
mampu dikompensasi diantaranya dengan meningkatkan
denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika
9
orang tersebut telah mengidap penyakit jantung,
mekanisme kompensasi justru pada akhirnya makin
memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen
semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak
bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan
meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya
infark. Misalnya : aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu
banyak, dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu
terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus
disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun
akibat dari pemompaan yang tidak efektif.
3. Klasifikasi Infark Miokard Akut (IMA)
Secara morfologis Infark Miokard Akut (IMA) dibedakan atas dua
jenis yaitu : Infark Miokard Akut (IMA) transmural, yang
mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah
distribusi suatu arteri coroner (Price, 2005) :
a. Infark Miokard Akut (IMA) sub-endokardial dimana nekrosis
hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan
umumnya berupa bercak-bercak dan tidak konfluens.
b. Infark Miokard Akut (IMA) sub-endokardial dapat regional
(terjadi pada distribusi satu arteri coroner) atau difus (terjadi
pada distribusi lebih dari satu arteri coroner).
4. Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 – 40 menit akan
menyebabkan kerusakan seluler irreversibel dan kematian otot atau
nekrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis
akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang
mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang
berpotensi dapat hidup. Ukuran infark lahir tergantung dari nasib
daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami
10
nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar
sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri.
Infark digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding
ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior mengenai dinding
anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya terserang infark
adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian
perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-
mula otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik
akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24
jam timbul edema sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi
leukosit. Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini.
Menjelang hari kedua atau ketiga mulai proses degredasi jaringan
dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding
nekrotik relative tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai
terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung
fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan
yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan
jelas.
11
5. WOC
12
6. Komplikasi
a. Disritmia
Komplikasi paling sering dalam Infark Miokard Akut (IMA)
adalah gangguan irama jantung (90%). Faktor predisposisi
adalah :
1) Iskemia jaringan
2) Hipoksemia
3) Pengaruh system syaraf para-simpatis dan simpatis
4) Asidosis laktat
5) Kelaianan hemodinamik
6) Keracunan obat, dan
7) Gangguan keseimbangan elektrolit
b. Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
Sepuluh dan sampai lima belas pasien infark miokard
mengalami syok kardiogenik, dengan mortalitas antara 80-
95%.
c. Tromboemboli
Study pada 924 kasus kematian akibat Infark Miokard Akut
(IMA) menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus
endocardium. Study autopsy menunjukkan emboli arterial ke
otak, ginjal, limfa, atau mensenterium.
d. Pericarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan Infark Miokard Akut (IMA)
yang digambarkan pertama kali oleh dressler dan sering disebut
Sindrom Dressler. Biasannya terjadi setelah infark transmural
tetapi dapat menyertai infark subepikardial. Pericarditis
biasanya sementara, yang tampak pada minggu pertama setelah
infark. Nyeri dada dari pericarditis akut terjadi tiba-tiba dan
13
berat serta kosntan pada dada anterior. Nyeri ini memburuk
dengan inspirasi dan friksion rup pericardial yang trifasik dan
sementara.
e. Rupture miokardium
Rupture dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan
kematian sebanyak 10% dirumah sakit karena Infark Miokard
Akut (IMA). Rupture ini menyebabkan tamponade jantung dan
kematian. Rupture septum interventricular jarang terjadi pada
kerusakan miokard luas, dan menimbulkan defek septum
ventrikel.
f. Aneurisma ventrikel
Kejadian adalah komplikasi lambat dari Infark Miokard Akut
(IMA) yang meliputi penipisan, pengembungan, dan
hipokinesis dari dinding ventrikel kiri setelah infark transmural.
Aneurisma ini sering menimbulkan gerakan proksimal pada
dinding ventrikel, dengan pengembangan keluar segmen
aneurisma pada konraksi ventrikel. Kadang-kadang aneurisma
ini rupture dan menimbulkan tamponade jantung, tetapi
biasanya masalah yang terjadi disebabkan penurunan
kontraktilitas atau embolisasi.
7. Penatalaksanaan Infark Miokard Akut (IMA)
Menurut Brunner dan Suddart pada tahun 2005 tujuan
penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kerusakan jantung diperkecil dengan cara, segera mengembalikan
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi
obat-obatan, pemberian oksigen, dan tirah baring dilakukan secara
bersamaan untuk mempertahankan jantung. Obat-obatan dan
oksigen digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Tiga
kelas obat-obatan yang bisa digunakan untuk meningkatkan suplai
oksigen yaitu :
a. Fasodilator
14
Fasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah
nitrogliserin (NTG) intravena.
b. Antikoagulan
Antikoagulan heparin adalah antikoagulan pilihan untuk
membantu mempertahankan integritas jantung. Heparin
memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga dapat
menurunkan kemungkinan pembentukan thrombus dan
selanjutnya menurunkan aliran darah.
c. Trombolitik
Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap thrombus
yang telah terbentuk di arteri coroner, memperkecil
penyumbatan dan juga luasnya infark. Agar efektif, obat ini
harus diberikan pada awal awitan nyeri dada. Tiga macam obat
trombolitik yang terbukti bermanfaat melarutkan thrombus
adalah : streptokinase, aktifator plasminogen jaringan (t-
PA=tissue plasminogen aktifator) dan anistreplase.
a. Pemberian oksigen
Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri oksigen yang
dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah.
Efektifitas teraupetik oksigen ditentukan dengan observasi
kecepatan dan irama pertukaran pernafasan, dan pasien
mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam
darah secara bersamaan diukur dengan pulsa oksimetri.
b. Analgetik
Pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak
efektif diobati dengan nitrat dan antikoagulan. Analgetik
pilihan masih tetap morfin sulfat yang diberikan secara
intravena dengan dosis meningkat 1-2 mg.
8. Pemeriksaan Diagnostik Infark Miokard Akut (IMA)
Infark miokard klasik disertai oleh trias diagnostic yang khas
(Price, 2006). Yang terdiri dari :
15
a. Gambaran klinis khas yang terdiri dari nyeri dada yang
berlangsung lama dan hebat, biasanya disertai mual, keringat
dingin, muntah, dan perasaan seakan-akan menghadapi ajal.
1) Tetapi, 20-60% kasus infark yang tidak fatal bersifat
tersembunyi atau asimtomatik.
2) Sekitar setengah dari kasus ini benar-benar tersembunyi
dan tidak diketemukan kelainan, dan diagnosis melalui
pemeriksaan EKG yang rutin atau pemeriksaan
postmortem.
b. Meningkatnya kadar enzim-enzim jantung yang dilepaskan
oleh sel-sel miokardium yang nekrosis.
1) Enzim-enzim yang dilepaskan terdiri dari keratin,
fosfokinase (CK atau CPK), glautamat oksaloasetat
transaminase (SGOT atau GOT) dan laktat dehydrogenase
(LDH).
2) Pola peningkatan enzim ini mengikuti perjalanan waktu
yang khas sesudah terjadinya infark miokardium.
3) Meskipun enzim ini merupakan pembantu diagnosis yang
sangat berharga, tetapi interprestasinya terbatas oleh fakta
bahwa peningkatan enzim yang terukur bukan merupakan
indicator spesifik kerusakan miokardium, terdapat proses-
proses lain yang juga dapat menyebabkan peningkatan
enzim, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.
4) Pengukuran isoenzim, yaitu fraksi-fraksi enzim yang khas
dilepaskan oleh miokardium yang rusak, meningkatkan
ketepatan diagnosis.
5) Pelepasan isoenzim, MB-Ck merupakan petunjuk enzimatik
dari infark miokardium yang paling spesifik.
c. Terlihat perubahan-perubahan pada elektrokardiografi, yaitu
gelombang Q yang nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T
terbalik.
16
1) Perubahan-perubahan ini tampak pada hantaran yan terletak
diatas daerah miokardium yang mengalami nekrosis.
2) Sedang beberapa waktu segment ST dan gelombang T akan
kembali normal; hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai
bukti elektrokardiogram adanya infark lama.
3) Tetapi hanya 50% atau 75% pasien Infark Miokard Akut
(IMA) yang menunjukkan pemulihan elektrokardiografis
klasik ini.
4) Pada 30% pasien didiagnosa dengan infark tidak terbentuk
gelombang Q (Price, 2006).
B. Konsep Dasar Nyeri Akut
1. Definisi nyeri akut
Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan (SDKI DPP PPNI & Tim Pokja, 2016).
2. Batasan karaokteristik nyeri akut
a. Bukti nyeri dengan menggunakan standart daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (misalnya.,
Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assesment Checklist for
Senior with Limited Ability to Communicate).
b. Diaphoresis
c. Dilatasi pupil
d. Ekspresi wajah nyeri (misalnya., mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu
fokus, meringis).
e. Fokus menyempit (misalnnya., persepsi waktu, proses berpikir,
interaksi dengan orang dan lingkungan).
f. Fokus pada diri sendiri
g. Keluhan tentang intensitas menggunakan standart skala nyeri
(misalnya., skala Wong-Baker FACES, skala analog visual,
skala penilaian numerik).
17
h. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan
standart instrument nyeri (misalnya., McGill Pain
Questionnaire, Brief Pain Inventory).
i. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (misalnya.,
anggota keluarga, pemberian asuhan).
j. Mengekspresikan perilaku (misalnya : gelisah, merengek,
menangis, waspada).
k. Perilaku distraksi
l. Perubahan pada parameter fisiologis (misalnya : tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan
end-tidal karbon dioksida [CO2]).
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n. Perubahan selera makan
o. Putus asa
p. Sikap mmelindungi area nyeri
q. Sikap tubuh melindungi
3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Nyeri Akut
Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri akut menurut Nanda
yaitu :
a. Agens cedera biologis
b. Agens cedera fisik
c. Agens cedera kimiawi
4. Tanda Dan Gejala Nyeri Akut
Menurut tim pokja tahun 2017 tanda dan gejala nyeri akut ada dua
yaitu :
a. Mayor
1) Subjektif :
Mengeluh nyeri
2) Objektif
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
18
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
b. Minor
1) Objektif
Tekanan darah meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berfikir terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaphoresis
C. Konsep Nyeri Kuantitatif
Table 1.1 Skala Intensitas nyeri dari FLACC secara
kuantitatif
Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada Wajah cemberut, Sering dahi tidak
ekspresi atau dahi mengkerut, konstan, rahang
senyuman menyendiri menegang, dagu
tertentu, tidak gemetar
mencari perhatian
Kaki Tidak ada posisi Gelisah, resah dan menendang
atau rikeks menegang
Aktivitas Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk, kaku
normal, mudah menaikkan atau menghentak
bergerak punggung dan
maju, menegang
Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,
merengek, sedu sedan, sering
kadang-kadang mengeluh
mengeluh
Hiburan Rileks Kadang-kadang Kesulitan untuk
hati tentram menghibur atau
19
dengan sentuhan, kenyamanan
memeluk,
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total Skor
20
pendek atau palpitasi), alergi obat, dan riwayat merokok ditanyakan
bersamaan dengan pengkajian kecepatan, irama jantung, tekanan darah,
dan pemasangan pipa infus. Pertanyaan yang sesuai mencakup :
a. Pernapasan :
1) Pernahkah anda mengalami sesak napas?
2) Kapan anda mengalami sesak napas?
3) Bagaimana anda membuat napas anda menjadi lebih baik?
4) Apa yang membuatnya menjadi lebih buruk?
5) Berapa lama sesak napas tersebut mengganggu anda?
6) Aktivitas penting apa yang anda hentikan akibat gangguan napas anda?
7) Apakah anda menggunakan obat untuk memperbaiki pernapasan anda?
8) Apakah obat yang anda minum mempengaruhi pernapasan anda?
9) Kapan biasanya anda minum obat?
b. Sirkulasi :
1) Gambarkan nyeri yang anda rasakan di dada?
2) Apakah nyeri menyebar ke lengan, leher, dagu atau punggung?
3) Adakah sesuatu yang tampaknya menyebabkan nyeri?
4) Berapa lama biasanya rasa nyeri berlangsung?
5) Apa yang dapat meringankan rasa nyeri?
6) Apakah anda mengalami penambahan atau pengurangan berat badan
akhir-akhir ini?
7) Apakah anda mengalami pembengkakan pada tangan, kaki atau
tungkai (atau pantat bila lama tidur)?
8) Apakah anda pernah mengalami pusing atau rasa melayang? Pada
situasi apa hal itu terjadi?
9) Apakah anda mengalami perubahan pada tingkat energi anda? tingkat
kelelahan?
10) Apakah anda merasakan jantung anda berpacu, meloncat atau
berdenyut cepat?
11) Apakah anda mengalami masalah dengan tekanan darah anda?
12) Apakah anda mengalami sakit kepala? Apa yang kemungkinan
menyebabkannya?
21
13) Apakah anda mengalami tangan atau kaki terasa sangat dingin? kapan
biasanya terjadi?
3. Pengkajian Fisik
Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal
berikut :
a. Tingkat kesadaran.
b. Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting).
c. Frekwensi dan irama jantung : Disritmia dapat menunjukkan
tidak mencukupinya oksigen ke dalam miokard.
d. Bunyi jantung : S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal
jantung.
e. Tekanan darah : Diukur untuk menentukan respons nyeri dan
pengobatan, perhatian tekanan nadi, yang mungkin akan
menyempit setelah serangan miokard infark, menandakan
ketidakefektifan kontraksi ventrikel.
f. Nadi perifer : Kaji frekuensi, irama dan volume.
g. Warna dan suhu kulit.
h. Paru-paru : Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur
terhadap tanda-tanda gagal ventrikel (bunyi crakles pada dasar
paru).
i. Fungsi gastrointestinal : Kaji mortilitas usus, trombosis arteri
mesenterika merupakan potensial komplikasi yang fatal.
j. Status volume cairan : Amati haluaran urine, periksa adanya
edema, adanya tanda dini syok kardiogenik merupakan
hipotensi dengan oliguria
1. Diagnose
Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian diatas, diagnosis
keperawatan utama menurut (Suddarth, 2014) mencakup hal-hal
sebagai berikut dengan perumusan diagnosa berdasarkan (Herdman
& Kamitsuru, 2017)
22
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri ditandai dengan nyeri dada
dengan/tanpa penyebaran, wajah meringis, gelisah, perubahan
nadi dan tekanan darah. (Kode 00132)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya
iskemik/nekrosis jaringan miokard ditandai dengan gangguan
frekuensi jantung, terjadi disaritmia, kelemahan umum (Kode
00092)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
preload, perubahan afterload, perubahan volume sekuncup,
perubahan frekuensi jantung yang ditandai dengan perubahan
pada elektrokardiografik, takikardi, palpitasi jantung, distensi
vena jugular, edema, keletihan, dispnea, kulit lembab (kode
00029)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi, diabetes melitus ditandai dengan edema, nyeri
ekstremitas, penurunan nadi perifer, CRT < 3 detik, warna kulit
pucat, perubahan ekstremitas kulit (kode 00204)
d. Intervensi
Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang
akan dilakukan : (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016)
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri
NOC : Tingkat Nyeri Kode : 2102
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien
berkurang
Kriteria Hasil :
Pasien melaporkan nyeri dada berkurang (210201)
Ekspresi wajah rileks/tenang (210206)
Tidak gelisah (210222)
Nadi 60-100 x/menit (210220)
23
TD 120/80 mmHg (210212)
Intervensi : Manajemen Nyeri Kode : 1400
a. Kaji nyeri secara komprehensif, catat karakteristik nyeri,
lokasi, intensitas lama dan penyebarannya.
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera.
d. Lakukan manajemen nyeri keperawatan yang meliputi,
atur posisi, istirahat pasien
2. Intoleransi aktivitas berhuungan dengan penurunan system
trasnpor oksigen terhadap infark miokard
a. Kaji kekampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
b. Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung
c. Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu
d. Gunakan teknik penghematan energy
e. Implementasi
Dokumentasi intervensi merupakan catatam tentang
tindakan yang diberikan perawat. Dokumentasi intervensii
mencatat pelaksanaan, rencna perawatan, pemenuhan kriteria hasil
dan tindakan keperawatn mandiri dan tindakan kolaboratif (Aziz,
A.H, 2001).
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan
intervensi dari masing-masing diagnose tersebut diatas.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang
telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang
diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Aziz, A.H, 2001).
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. No. RM : 400XXX
b. Nama : Tn. J
c. Umur : 42 Tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SLTA
f. Pekerjaan : Karyawan swasta
g. Status Perkawinan : Sudah menikah
h. Alamat : Diwek, jombang
i. Suku/bangsa : Jawa/WNI
j. Tanggal MRS : 21 April 2018
k. Tanggal Pengkajian : 24 April 2018
l. Jam Pengkajian : 10.00 WIB
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan saat dirumah pukul 22.00 WIB klien mengatakan
nyeri dada sebelah kanan kemudian hilang saat dipakai istirahat.
Keesokan harinya saat bekerja klien merasakan nyeri kembali di bagian
dada sebelah kanan dan sesak, pukul 15.09 WIB klien dibawa ke IGD
RSUD Jombang lalu dirawat di ICU Sentral.
25
P : nyeri timbul saat beraktivitas
Q : nyeri seperti diremas-remas
R : nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
e. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
3. Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon / Pendekatan Sistem)
a. Pola Nutrisi
Di Rumah : klien makan 1 porsi sedang sebanyak 3 kali sehari
Di Rumah Sakit : klien makan 3 kali sehari 1 porsi habis
b. Pola Eliminasi
Di Rumah : klien BAB 1 kali dalam 2 hari, BAK 2-3 kali
sehari
Di Rumah Sakit : BAB 1 kali dalam 2 hari, BAK 780cc dalam 24
jam
c. Pola Istirahat-Tidur
Di Rumah : tidur malam mulai pukul 22.00-04.00 WIB
Di Rumah Sakit : tidur malam mulai pukul 21.00-02.00 WIB, tidur
siang pukul 11.00-12.00 WIB sering terbangun
d. Pola Aktivitas
Di Rumah : mandiri
Di Rumah Sakit : istirahat total, aktivitas dibantu perawat dan
keluarga
e. Pola Reproduksi Seksual
Klien sudah menikah mempunyai 1 orang anak, istri masih hidup.
f. Pola Penanggulangan Stres
Saat ada masalah klien selalu membicarakan bersama dengan sang istri
26
4. Pemeriksaan Fisik (Pendekatan head to toe / Pendekatan sistem)
Suhu : 364ᵒC
Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Respiratori Rate : 28x/menit
SPO2 : 98%
Glascow Coma Scale : 4 5 6
Kesadaran : Composmentis
Keadaran Umum : Lemah
GDA : 176 mg/dl
a. Pemeriksaan Fisik
1) B1 breathing
Inspeksi : bentuk dada simetris, nafas pendek dan cepat RR : 28
x/menit
Palpasi : nyeri tekan epigastrium Perkusi: sonor (paru-paru kanan
dan kiri normal)
Auskultasi : suara nafas normal (vesikuler), tidak ada suara nafas
tambahan
2) B2 blood
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi: nyeri tekan epigastrium, Nadi 80x/menit,
Auskultasi: tidak ada bunyi nafas tambahan, Tekanan Darah
130/80 mmHg, S1 S2 tunggal
3) B3 brain
Inspeksi: kesadaran 4 5 6, composmentis
Keadaan umum lemah
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
4) B4 bladder
Inspeksi : terpasang kateter dari IGD tanggal 21 April 2018 pukul
15.00 WIB
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dibagian suprapubik
5) B5 bowel
27
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : nyeri tekan bagian epigastrium
Perkusi : timphani
Auskultasi : bising usus normal
6) B6 bone
Inspeksi : tidak ada oedema, terpasang infus RL sebelah
kanan
5 5
5 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7) Data psikososial spiritual
Klien mengatakan sering mengikuti pengajian dan arisan disekitar
lingkungan rumah
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 21 - 4 - 2018.
Kesimpulan : left anterior hemiblock, abnormal ECG,abberrant
ventricular complex found, ST elevasi
b. Pemeriksaan Thorax AP pada tanggal 21 - 4 - 2018
Kesimpulan: kesan kardiomegali, pulmo tak tampak kelainan
c. Pemeriksaan Laboratorium
28
Trombosit 422.000 150.000-350.000/cmm
Hitung jenis
Eosinofil - 1-3%
Basofil -
Batang - 55 3-5%
Segmen 33 50-65%
Limfosit 12 25-35%
Monosit 4-10%
Kimia Klinik 176
Glukosa 0,97 200 mg/dl L<1,5;P<1,2 mg/dl
sewaktu 18,9 10-50 mg/dl
Kreatinin 24 <38 u/l
serum Urea 22 <40 u/l
SGOT SGPT 140 136-144 meq/l
Natrium 108 96-107 meq/l
Klorida
6. Terapi Obat
Infus RL 500cc/24 jam
Injeksi furosemid 1x40 mg
Injeksi pumpicel 1x40 mg
Injeksi arixtra 1x2,5 mg
Peroral : ISDN 3x5 mg
ASA 1x80 mg
CPG 1x75 mg
29
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
30
NOC
Diagnosis
(Tujuan, Kriteria NIC
Keperawatan
Hasil)
Nyeri Akut Setelah dilakukan Managemen Nyeri
asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
selama 3x24 jam komprehensif yang meliputi lokasi,
diharapkan nyeri hilang karakteristik, onset atau durasi,
Dengan kriteria hasil : frekuensi, kwalitas, intensitas atau
1. Mampu mengontrol beratnya nyeri dan faktor pencetus.
nyeri (tahu penyebab 2. Kendalikan faktor lingkungan
nyeri, mampu yang dapat mempengaruhi respon
menggunakan teknik pasien terhadap
nonfarmakologi ketidaknyamanan(misalnya suhu
untuk mengurangi ruangan, pencahayaan, suara
nyeri) bising)
2. Melaporkan bahwa 3. Ajarkan penggunaan teknik non
nyeri berkurang farmakologi (seperti relaksasi)
dengan 4. Dukung istirahat atau tidur yang
menggunakan adekuat untuk membantu
menagemen nyeri penurunan nyeri.
3. Menyatakan rasa Pemberian Analgesik
nyaman setelah nyeri 1. Tentukan lokasi karakteristik,
berkurang kualitas dan keparahan nyeri
4. Tanda vital dalam sebelum mengobati pasien
rentang normal 2. Berikan analgesik tambahan
Skala : dan/atau pengobatan jika diperlukan
1 = tidak pernah untuk meningkatkan efek
menunjukkan pengurangan nyeri
2 = jarang 3. Pertimbangkan penggunaan infus
menunjukkan terus- menerus, baik sendiri atau
3 = kadang-kadang digabungkan dengan opioid bolus,
menunjukkan untuk mempertahankan level serum
4 = sering 4. Lakukan tindakan-tindakan untuk
menunjukkan menurunkan efek samping analgesik
5 = secara konsisten misalnya (konstipasi, dan iritasi
menunjukkan lambung)
E. Implementasi Keperawatan
31
25 April 2018 Managemen Nyeri
10:00 1. Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
dengan menanyakan
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
10.20 R: nyeri timbul didada sebelah kanan
menjalar ke bawah
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20
10.25
menit
2. Mengendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan dengan cara
membatasi pengunjung dan membatasi
pencahayaan.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non
10.35
farmakologi dengan cara mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam.
4. Mendukung istirahat atau tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri dengan
menganjurkan pasien istirahat selama 6-8 jam
dan menghindari memikirkan hal-hal yang
berat.
10.45 Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien dengan menanyakan
P: nyeri timbul
32
saat beraktivitas
Q: nyeri seperti
11.05 diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan
menjalar ke bawah S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20
11.15 menit
2. Melakukan kolaborasi dengan
memberikan analgesik tambahan
dan/atau pengobatan jika diperlukan
untuk meningkatkan efek
11.20
pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg
3. Mempertimbangkan penggunaan infus
terus-menerus, baik sendiri atau
digabungkan dengan opioid bolus,
untuk mempertahankan level serum
dengan memonitor tetesan permenit
infus yaitu 7 tpm
4. Melakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek samping analgesik
dengan cara tidak boleh mengejan saat
BAB dan batuk mengejan
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
26 April 2018 Managemen Nyeri
09.10 1. Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset atau durasi,
frekuensi, kwalitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
dengan menanyakan
P: nyeri timbul
saat beraktivitas
Q: nyeri seperti
09.30
33
diremas-remas
09.35 R: nyeri timbul didada sebelah kanan
menjalar ke bawah
09.45
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20
menit
09.55 2. Mengendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan dengan
cara membatasi pengunjung dan
membatasi pencahayaan.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi dengan cara mengajarkan
10.15 teknik relaksasi nafas dalam.
4. Mendukung istirahat atau tidur yang
10.25 adekuat untuk membantu penurunan
nyeri dengan menganjurkan pasien
istirahat selama 6-8 jam dan
10.30 menghindari memikirkan hal-hal yang
berat.
Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien dengan
menanyakan
P: nyeri timbul
saat beraktivitas
Q: nyeri seperti
diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan
menjalar ke bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20
menit
2. Melakukan kolaborasi dengan
memberikan analgesik tambahan
dan/atau pengobatan jika diperlukan
untuk meningkatkan efek
pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5 mg
3. Mempertimbangkan penggunaan
infus terus-menerus, baik sendiri
34
atau digabungkan dengan opioid
bolus, untuk mempertahankan level
serum dengan memonitor tetesan
permenit infus yaitu 7 tpm
4. Melakukan tindakan-tindakan untuk
35
saat beraktivitas
Q: nyeri seperti
diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah
kanan menjalar ke bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20
menit
2. Melakukan kolaborasi dengan
memberikan analgesik tambahan
dan/atau pengobatan jika diperlukan
untuk meningkatkan efek
pengurangan nyeri dengan
memberikan obat oral ISDN 3X5
mg
3. Mempertimbangkan penggunaan
infus terus- menerus, baik sendiri
atau digabungkan dengan opioid
bolus, untuk mempertahankan level
serum
dengan memonitor tetesan permenit infus
yaitu 7 tpm
36
F. Evaluasi Keperawatan
37
Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
26 April 2018 12:30 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah kanan
dan sesak mulai berkurang
O: keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan menagemen nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
4. Tanda vital dalam
rentang normal
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 361ᵒC
SPO2 : 98%
P: nyeri timbul saat beraktivitas
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan
menjalar ke bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul
selama 10-15 menit A: masalah
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (1-3)
38
Hari/Tanggal Waktu Evaluasi
27 April 2018 11.25 S: klien mengatakan nyeri dada sebelah
kanan jarang timbul O: keadaan umum :
lemah
kesadaran
composmentis,
GCS 4-5-6
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 76 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 36ᵒC
SPO2 : 98%
P: nyeri timbul
saat beraktivitas
Q: nyeri seperti
diremas-remas
R: nyeri timbul didada sebelah kanan
menjalar ke bawah
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul, timbul
selama 10-15 menit A: masalah
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan klien pindah ruangan
39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Tn.J dan Tn.Rdi ruang ICU
1. Pengkajian
di bagian dada sebelah kanan dan sesak, pukul 15.09 WIB klien dibawa
Sentral
40
R: nyeri timbul dari dada sebelah kanan tembus ke punggung
S: skala nyeri 6
Miokard Akut (IMA) nyeri yang timbul merupakan tanda yang muncul
saat adanya infark yang disebabkan oleh iskemia yang berlangsung selama
kurang lebih 30-45 menit. Iskemia terjadi akibat kebutuhan oksigen yang
2. Diagnosa Keperawatan
Ditandai dengan kondisi klien yang merasa kesakitan akibat nyeri yang
timbul.
41
berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja& PPNI, 2016).
berkurang dan menimbulkan nyeri pada klien Infark Miokard Akut (IMA).
3. Intervensi Keperawatan
adekuat.
4. Implementasi Keperawatan
42
pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup klien, menggali bersama pasien
dialami klien
5. Evaluasi Keperawatan
43
SPO2: 98%, P: Nyeri muncul saat beraktivitas, Q: nyeri seperti diremas-
44
BAB V
A. Kesimpulan
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut
mengancam nyawa yang bisa menyerang siapa saja dimana saja dan kapan
saja. Penderita IMA diseluruh dunia cukup tinggi disertai angka kematiannya
yang tinggi dan hal ini menjadi kekhawatiran bersama sehingga perawat
1. Pengkajian
diperoleh data subjektif Klien 1 mengeluh nyeri dada sebelah kanan dan
sesak. Data objektif nyeri timbul saat beraktivitas, nyeri seperti diremas-
remas, nyeri timbul didada sebelah kanan menjalar ke bawah, skala nyeri
6, dan nyeri hilang timbul, timbul selama 15-20 menit. Selain itu hasil
2. Diagnosa Keperawatan
ditemukan pada pasien dengan infark miokard akut yakni nyeri akut
45
berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan
kebutuhan miokardium.
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
B. Saran
1. Bagi Klien
46
2. Bagi Perawat RS
47
DAFTAR PUSTAKA
48