Dosen Pembimbing :
Retnayu Pradanie S.Kep.,Ns.,M.Kep
Oleh :
Kelompok 3
Robi Alamsyah 132011123051
Putri Bela Rosa Inas 132011123052
Firli Ramadhana 132011123053
Veni Rochmawati 132011123054
Poni Vivin lestari 132011123055
AJ2 B23
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Agama
Islam II yang berjudul ”Makalah Agama Islam Mengenal Allah dan Rasul” sesuai
waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan Makalah Mata Agama Islam II ini, kami mendapat
banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang terhormat kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan untuk terselesaikannya tugas
makalah ini.
Kami menyadari Makalah Mata Kuliah Agama Islam II ini masih banyak
kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga Makalah Mata Kuliah Agama
Islam II ini bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI
A. Mengenal Allah..............................................................................3
a. Urgensi Mengenal Allah..........................................................3
b. Cara Mengenal Allah...............................................................4
c. Penghalang Ma’rifatullah........................................................5
d. Bukti Keberadaan Allah..........................................................9
e. Pengesaan Allah....................................................................11
f. Memurnikan Ibadah...............................................................12
g. Bahaya Syirik........................................................................14
h. Makna Laa Ilaaha Illallah......................................................16
B. Mengenal Rasul............................................................................17
a. Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul.....................................17
b. Definisi Rasul........................................................................17
c. Kedudukan Rasul...................................................................18
d. Sifat-sifat Rasul.....................................................................19
e. Tugas Rasul...........................................................................20
f. Karakteristik Risalah Muhammad SAW...............................21
g. Kewajiban Terhadap Rasul....................................................27
BAB 3 PEMBAHASAN
A. Mengenal Allah............................................................................30
B. Mengenal Rosul...........................................................................30
BAB 4 PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................32
B. Saran.............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bersedekah dan berkorban, serta membuat segala amal bakti, semuanya akan
sampai kepada Allah SWT. Karena itulah, makrifatullah (Mengenal Allah) ini
amat penting bagi kita. Jika kita tidak kenal Allah, kita bimbang segala amal
ibadah kita tidak akan sampai kepada-Nya, ia menjadi sia-sia belaka.
Mengenal rasul adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat
mengamalkan Islam secara sempurna. Tanpa rasul maka kita tidak dapat
melaksanakan Islam dengan baik. Kehadiran rasul memberikan panduan dan
bimbingan kepada kita bagaimana cara mengamalkan Islam. Dengan
demikian, mengenal rasul merupakan keperluan bagi seorang muslim sebagai
metode atau cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Makrifat membuka ruang kreatif dapat meningkatkan pengembangan
boarding school yang lebih religius serta sebagai modernisasi tradisi
pesantren dan strategi percepatan regenerasi, sedangkan menurut Miftahur
Rohman, (2018 :26). tujuan utama pendidikan Islam di dalam kehidupan
muslim adalah ma’rifatullah dan bertaqwa kepadaNya, sedangkan ma’rifat
berguna untuk membuka kesadaran selebar-lebarnya (mengetahui) diri,
masyarakat, dan aturan alam ini tiada lain hanyalah merupakan sarana
yang mengantarkan tangga kita ke ma’rifatullah. Sedangkan menurut Rudi
Ahmad Suryadi ma’rifat (2014:122), ma’rifat bukan hanya sekedar
mengetahui secara biasa tetapi, pengetahuan lebih mendalam dari sekedar
ilm marifat menekankan kepada pengenalan dengan consciousness yang
mendalam dengan subjek realitas yang lebih tertinggi. Dari beberapa
pandangan peneliti sebelumnya menekankan ma’rifat dibahas melalui
filsafat, tujuan pendidikan, dan telologi.
2. Cara Mengenal Allah
Dalam ajaran Islam, mengenal Allah sebagai Tuhan Pencipta dan
Pengatur alam semesta dan seluruh makhluk merupakan suatu kewajiban.
Allah Swt. telah mengisyaratkan dan mengajak hambahamba-Nya untuk
mengenal diri-Nya sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat :
- QS. Ali ‘Imran: 190
4
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian malam dan siang, serta bahtera yang berjalan di lautan yang
bermanfaat bagi manusia, dan apa yang telah Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi
kaum yang berpikir.
5
a. Al-Fisqu (Kefasikan)
Fasik adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan
larangan Allah, bergelimang dengan kemaksiatan serta senantiasa
berbuat kerusakan di bumi. Mereka hanya memikirkan kehidupan dunia
saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat nanti. Mereka disibukkan
oleh harta-harta dan anak cucu mereka serta segala yang berhubungan
dengan kesenangan duniawi.
Mereka lupa kepada Allah, maka Allah pun membiarkan mereka
bergelimang dalam kesesatan, lupa hakikat dirinya dan pada akhirnya
semakin jauh dari jalan yang diridhai-Nya.
“..dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,
lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka
itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr, 59: 19)
Orang-orang yang fasik itu sebenarnya mengetahui mana yang
hak, mana yang batil, mana yang baik, dan mana yang jahat. Namun ia
tidak melaksanakan yang benar dan yang baik itu, melainkan ia
melaksanakan yang batil dan yang jahat. Sifat dan perilaku seperti
itulah yang akan menghalanginya dari mengenal Allah Ta’ala.
b. Al-Kibru (Kesombongan)
Kesombongan merupakan suatu sikap dimana hati seseorang
ingkar dan selalu membantah terhadap ayat-ayat Allah Ta’ala,
6
c. Adz-Dzulmu (kedzaliman)
7
Hati mereka bertambah susah, sedih dan dengki, sehingga
pertimbangan-pertimbangan yang benar dan jujur untuk menilai
kebenaran semakin lenyap dari mereka. Akal pikiran mereka bertambah
lemah untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya.
e. Katsratul ma’ashiy (banyak melakukan perbuatan maksiat)
Allah Ta’ala berfirman,
8
Berkata al-Baghawi: “Ar-Rain artinya menguasai, dikatakan:
‘Minuman khamr itu telah membuat ‘ar-Rain’ atas akalnya’,
maksudnya telah menutupi (menguasai) akalnya sehingga dia menjadi
mabuk”. Sehingga, ayat tersebut bisa diartikan: Perbuatan-perbuatan
maksiat itu telah menutupi dan menguasai hati mereka. Berkata Hasan
al-Bashri: “Dosa yang menumpuk atas dosa yang lain, sehingga hati
menjadi mati“.
Maka berdasarkan ayat ini jelaslah, orang yang banyak melakukan
maksiat pasti akan terhalang dari mengenal
Allah Ta’ala. Na’udzubillahi min dzalik.
4. Bukti Keberadaan Allah
Keberadaan Allah, Tuhan yang telah menciptakan dan memelihara
alam semesta dengan kekuasan dan kasih sayang-Nya adalah hal yang tak
terbantahkan. Hal itu didasarkan pada banyak dalil yang kuat dan bukti
yang nyata, di antaranya:
a. Bukti Fitrah
Fitrah adalah sifat azasi (dasar yang masih murni) yang belum
terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal. Kalau manusia dibiarkan
dalam fitrahnya tentu ia akan mengakui adanya Dzat Mahahebat yang
telah memberinya rezeki, menghidupkan, dan mematikannya. Demikian
itu karena manusia diciptakan di atas fitrah itu.
b. Bukti Inderawi
Indera kita dapat menangkap bukti-bukti keberadaan-Nya dengan
melihat, mendengar, merasakan, atau menyentuhnya. Berbagai objek
dan peristiwa yang ada di sekitar kita menunjukkan keberadaan-Nya itu.
Ada yang lahir ada pula yang mati; ada laki-laki ada perempuan; ada
yang sehat ada pula yang sakit; ada yang baik dan menyenangkan,
namun ada pula yang buruk dan menyebalkan; ada yang besar ada yang
kecil; ada kikir dan sombong, namun ada pula yang dermawan dan
rendah hati; ada yang mampu ada pula yang tidak mampu; dan
sebagainya. Itulah bukti inderawi yang nyata. Mengapa manusia tidak
9
dapat melahirkan anak dengan sifat-sifat sempurna sebagaimana yang ia
inginkan?
c. Bukti Rasional
Bukti Rasional dapat kita analisa dengan teori sebab-akibat. Segala
yang terjadi pasti ada penyebabnya; namun logika akan mengatakan
bahwa pasti ada penyebab pertama dan utama yang memulai sebab-
sebab itu, yang ada tanpa disebabkan oleh sesuatu yang lain. Yang
demikian itulah Allah: Al-Ahad, Al-Awal, As-Shamad, lam yalid walam
yulad.
d. Bukti Nash
Banyak ayat-ayat suci Al-Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya
yang membicarakan tentang Allah dengan berbagai sifat-Nya.
Demikian pula hadits-hadits yang ada dalam sunnah Nabi-Nya
e. Bukti Sejarah
Banyak peristiwa bersejarah di masa lampau semenjak Nabi
Adam as. Hingga hari ini yang menunjukka keberadaan, keagungan,
dan kekuasaan Allah. Banyak peninggalan bersejarah yang
menunjukkan kejayaan bangsa-bangsa di masa lampau. Berbagai bukti
sejarah tersebut memberikan pelajaran sangat berharga kepada manusia
yang hidup di masa kini bahwa segala bentuk kebesaran dan
keangkuhan mereka tidak kuasa menghadapi kekuasaan Allah.
Kebesaran manusia sangat tidak ada artinya untuk dibandingkan dengan
keagungan Allah
Kalau manusia mempelajari dan memahami dalil-dalil dan dan
bukti-bukti tersebut di atas, hati nurani mereka yang bersih akan mengakui
keagungan Allah yang telah menciptakan dan mengaturnya sedemikian
rupa. Pengakuan ini dalam Islam disebut sebagai tauhid rububiyah.
Pengakuan akan rububiyatullah ini menuntut komitmen dari manusia
untuk mentauhidkan (mengesakan) -Nya dalam uluhiyah.
Islam mengajarkan bahwa Dzat yang kita agungkan itu adalah Dzat
yang telah menciptakannya, memberinya rezeki, memeliharanya dan
memilikinya. Oleh sebab itu Allah pulalah yang berhak untuk
10
mendapatkkan perlakuan sebagai Tuhan yang dicintai, ditakuti,
dirindukan, diikuti, ditaati, dan disembah. Islam tidak membedakan antara
Tuhan yang telah menciptakan, melindungi, dan memiliki itu dengan
Tuhan yang dicintai, diikuti, ditaati, dan disembah.
5. Pengesaan Allah
Mentauhidkan Allah SWT (mengEsakan) adalah inti akidah Islam.
Di dalam konsep tauhid ini kita mengesakan Allah dari segi Rububiyah,
Mulkiyah dan juga Uluhiyah. Dari segi Rububiyahnya, kita mengesakan
Allah sebagai pencipta yang telah menciptakan segala sesuatu dari yang
paling kecil hingga yang paling besar. Allah-lah yang memberi rezeki dan
Allah-lah Raja yang menguasai seluruh alam ini. Pengesaan ini
diaplikasikan dalam setiap hari.
Allah bukan saja sekedar Rububiyah, tapi Allah SWT juga disebut
sebagai Mulkiyatullah. Mulkiyah Allah itu adalah milik mutlak Allah
SWT yang perlu kita esakan. Mulkiyah Allah ini bermakna Allah-lah
sebagai penolong. Sebagaimana tersebut didalam firman-Nya ”Allah
(penolong) Wali orang-orang yang beriman”. Allah-lah sebagai penguasa
(Hakim) dan Allah juga sebagai Pemerintah (Amir). Dengan tauhid
mulkiyah ini sepatutnya kita menyadari adanya kerajaan Allah di jagat
raya ini. Maka dengan demikian wajib bagi kita menolak kepemimpinan,
hukum dan otoritas selain Allah dan menjadikan Allah saja sebagai
pemimpin, pembuat hukum dan tujuan hidup.
Tauhidullah juga sebagai sarana pemersatu ummat Islam sedunia.
Dengan kesamaan akidah ini, umat Islam bersatu seperti yang Allah
firmankan dalam QS 3:103 bahwa bersatulah dalam tali Allah (akidah
Islam) dan janganlah berpecah belah. Perbedaan cara ibadah bukan suatu
pemecah belah, asalkan perbedaan tersebut masih dalam furu’ dan tidak
dalam prinsip.
Memahami dan meyakini Allah sebagai Rabb akan memudahkan
individu memahami Allah sebagai Malik yang kemudian akan '
menganrarkan kepada kssatuan tujuan. Kesatuan tujuan ini merupakan
hasii dari kebersamaan dan kesatuan dalam mengamalkan nilai Allah
11
sebagai Rabb dan Malik yang akhirnya menjadikan Allah sebagai tuhan
sembahan (ilahan ma'budan).
a. Rubuubiyatullaah (Allah sebagai Satu-Satunya Tuhan)
1) Khaaliqan (Allah sebagai Satu-Satunya Pencipta)
2) Raaziqan (Allah sebagai Satu-Satunya Pemberi Rezeki)
3) Maalikan (Allah sebagai Satu-Satunya Pemilik)
b. Mulkiyatullaah (Kepenguasaan Allah)
1) Waliyyan (Allah sebagai Satu-Satunya Penolong dan Pelindung)
2) Haakiman (Allah sebagai Satu-Satunya Pemilik Otoritas Hukum)
3) Aamiran (Allah sebagai Satu-Satunya Pemimpin)
c. Ghaayatan (Tujuan)
d. Ilaahan Ma'buudan (Allah sebagai Satu-Satunya Sesembahan)
6. Memurnikan Ibadah
Tauhid ibadah adalah mengeskan Allah dalam ibadah
(penghambaan). Tauhid ibadah akan terjadi apabila tauhidullah telah
tercapai sepagaimana kita pahami dalam materi Pengesaan Allah. Meng-
Esa-kan Allah dengan konsepsi seperti itu disebut juga al-ikhlash yang
berarti pemurnian. Tauhidul ibadah adalah ikhlasul ibadah (memurnikan
ibadah) hanya untuk Allah saja. Pengesaan Allah dan ikhlasul ibadah
hanya akan tercapai dan benar apabila memenuhi konsekuensi kalimat
tauhid “laa ilaaha illallah” yaitu menolak segala bentuk ilah dan hanya
mengakui Allah sebagai satu-satunya ilah, tiada sekutu bagi-Nyua. Karena
itu, tauhidullah dan ikhlasul ibadah baru akan tercapai apabila dilakukan
dengan dua sayapnya yaitu:
a. Menolak Thaghut
Kata thaghut diambil dari thagha yang berarti melampaui batas.
Menurut Ibnu Taimiyah, thaghut adalah segala sesuatu yang disikapi
sebagaimana sikapnya kepada Allah, baik berupa jin, manusia, maupun
makhluk lainnya. Demikian itu karena sesungguhnya yang berhak
mendapatkan peribadatan hanyalah Allah. Ketika ada dzat lain yang
mendapat perlakuan sebagaimana Tuhan atas permintaanya atau
diperlakukan oleh pihak lain padahal ia tidak pantas mendapat
12
perlakuan demikian, maka itulah perlakuan yang melampaui batas
hingga ia disebut thaghut.
Untuk menjamin kemurnian tauhid dan ibadah, penolakan
terhadap thaghut harus dilakukan secara preventif-antisipatif sehingga
setiap muslim diperintahkan untuk menjauhi thaghut agar tidak terlibat
dalam kemusyrikan, betapa pun kecil dan samar. Di antara karakteristik
orang yang bertaqwa adalah menjauhi thaghut.
13
dari penghambaan atas sesama (makhluk) kepada penghambaan kepada
Pencipta makhluk inilah yang dibawa oleh para nabi dan rasul.
14
Secara umum dapat dikatakan bahwa thaghut adalah segala yang
melampaui batas dan segala yang disembah selain Allah (Dr. Muhammad
Hasan Al-Himsi; Qur’anul Karim tafis wa Bayan). Ash-Shabuni
mengatakan bahwa thaghut berasal dari kata thughyan yaitu segala yang
menindas manusia atau menyesatkannya dari jalan kebenaran dan petunjuk
(Shafwatut Tafasir 1:162). Thaghut itu sendiri banyak jenisnya. Al-Qur’an
menyebut beberapa hal yang secara tekstual maupun kontekstual disebut
sebagai thaghut, di antaranya:
a. Setan
“Wahai anak-anak Adam, bukankah Aku sudah mengambil sumpah
kalian bahwa kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (Yaasin: 60)
b. Penguasa yang zhalim
“Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas.” (An-Naziat: 17)
Sejarah mencatat bahwa puncak kezhaliman Fir’aun adalah ketika ia
mengklaim sebagai tuhan kemudian memperlakukan orang lain dengan
semena-mena.
c. Hukum jahiliah
“Mereka menginginkan untuk berhakim kepada thaghut, padahal
mereka sudah diperintahkan untuk mengingkarinya.” (An-Nisa’:60)
karena “Keputusan itu hanyalah hak Allah.” (Yusuf:40)
d. Perdukunan dan sihir
Ada sebagian manusia yang meminta perlindungan kepada sebagian jin
sehingga mereka semakin bertambah dosa dan lalimnya. (Al-Jin:6)
e. Berhala
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala,
dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah
menyembah setan yang membangkang.” (An-Nisaa’:117)
Orang-orang Quraisy berkeyakinan bahwa yang mereka sembah
kebanyakan dari jenis perempuan sehingga mereka menyebutnya
dengan jenis perempuan, di antaranya: Latta, Uzza, dan Manata.
15
Kaum musyrikin meperlakukan hal-hal tersebut sebagaimana
perlakukan yang diberikan kepada Allah. Inilah kemusyrikan yang Al-
Qur’an sebut sebagai:
1) Kezhaliman yang besar
2) Dosa yang tidak diampuni
3) Dosa besar
4) Kesesatan yang sangat jauh
5) Diharamkan masuk surga
6) Masuk neraka
7) Menghapus amal
8. Makna Laa Ilaaha Illallah
Makna yang terkandung dalam kalimat Laa ilaaha illa Allah adalah:
a. Laa khaaliqa illa Allah yaitu tidak ada pencipta yang hak kecuali Allah.
(Qs. Al Baqarah ayat 21-22)
b. Laa Raziiqa illa Allah, yaitu tidak ada pemberi rizqi yang hak selain
Allah. (Qs. Al Fathir ayat 3)
c. Laa Mudzabbira illa Allah, yang berarti tidak ada penjaga atau
pemelihara atau penjaga atau pengatur selain Allah. (Qs. Yunus ayat 3)
d. Laa Hakima illa Allah, yang berarti tidak ada penentu hukuman atau
aturan segala sesuatu kecuali Allah. (Qs. Al An’am: 57)
e. Laa waliyyu illa Allah, yaitu tidak ada pelindung selain Allah. (QS. Al
Baqarah: 257)
f. Laa farghaba illa Allah, yaitu tidak ada tumpuan harapan dan segala
macam amal ditujuan kecuali hanya kepada Allah. (Qs. Alam Nasyrah:
8)
g. Laa ma’buda illa Allah, yaitu tidak ada yang pantas disembah selain
Allah (qs. An-Nahl: 36)
Jenis tauhid yang terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha illa Allah adalah:
a. Tauhul Uluhiyah : mengesakan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang
paling agung, paling mulia, paling super
16
b. Rububiyah : mengesakan Allah sebagai Maha Pencipta, Maha
Pemelihara
c. Malikiyah : mengesakan Allah sebagai Maha Penguasa jagad raya,
seperti hal raja yang mempunyai kekuasaan mutlak
d. Ubidiyah : adalah kewajiban makhluk (manusia) untuk mengesakan
Allah sebagai sesembahan yang wajid diibadahi.
17
Rasul merupakan seorang manusia dari golongan ummat itu sendiri.
Sekalipun ia terambil dari keturunan yang mulia yang telah dikhususkan
serta dipilih oleh Allah SWT dengan berbagai pemberian serta karunia,
baik kebaikan akal fikirannya ataupun kesucian ruhaniahnya. Oleh sebab
itu Allah SWT mengistimewakan para rasul itu dengan mengaruniakan
maziat (kekhususan-kekhususan) serta keutamaankeutamaan agar dapat
mengemban kewajiban-kewajiban yang terkandung dalam risalat Allah,
juga menjadi contoh dan suri tauladan bagi umatnya, baik dalam urusan
agama dan dunia. (Sayid Sabiq,1993)
3. Kedudukan Rasul
Beberapa kedudukan dan derajat Rasul sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Quran,yaitu :
a. Tunduk dan Pasrah Di Hadapan Allah Swt
Allah Swt menjelaskan kedudukan dan derajat Rasul di dunia dan
akhirat. Di antara posisi istimewa itu adalah sikap tunduk dan pasrah
di hadapan Tuhan.
b. Risalah Kenabian
Karakteristik risalah Rasul adalah sebagai penutup, penghapus risalah
sebelumnya, penyempurna risalah para Nabi as terdahulu, ditujukan
untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta
alam.Allah Swt juga telah menjelaskan bahwa Rasul SAW adalah
penutup para Nabi sehingga tidak ada Nabi lain setelahnya.
c. Pemberi Syafaat
Pemberi syafaat termasuk gelar lain yang disandang oleh Rasul Saw.
syafaat yang dimiliki Rasul Saw adalah syafaat yang bersifat mutlak.
Allah Swt memberi wewenang kepada Rasul Saw untuk memberi
syafaat kepada umatnya kelak.
d. Kemaksuman Mutlak
Kemaksuman mutlak (kesucian mutlak) juga termasuk kedudukan lain
yang dimiliki Rasul Saw.
e. Wilayah dan Kepemimpinan
18
Rasul Saw mengemban tugas untuk memberi penjelasan berbagai
urusan dunia dan akhirat umat manusia. Beliau menjelaskan kepada
masyarakat sesuai dengan ketentuan wahyu.
f. Penghambaan
Lembaran kehidupan Rasul Saw adalah kumpulan makrifat, keilmuan
dan amal saleh yang mendidik umat manusia.
4. Sifat-sifat Rasul
Sifat-sifat para rasul itu ada wajib dan mustahil (Syekh Muh. Abduh,1996)
a. Sifat-sifat Wajib,meliputi :
1) Siddiq artinya benar di dalam tutur kata dan tingkah laku.
2) Amanah artinya para rasul wajib menunaikan amanah yang
dipertanggungjawabkan kepadanya sekalipun harus ditebus dengan
jiwa raganya.
3) Tabligh artinya wajib menyampaikan apa yang telah diterima
wahyu dari Allah swt.
4) Fatanah artinya kecerdikan, kepintaran atau kebijaksanaan.
b. Sifat-sifat Mustahil,meliputi :
1) Kidzib artinya adalah dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia
yang dipilih oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu
memperoleh bimbingan dari Allah SWT sehngga terhindar dari
sifat-sifat tercela. Setiap rasul benar ucapannya dan benar pula
perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin
mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul mementingkan
umatnya.
2) Khiyaanah artinya adalah berkhianat atau curang. Tidak mungkin
seorang rasul berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-tugas
yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat
terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah
termasuk orang yang munafik, rasul tidak mungkin menjadi
seorang yang munafik.
3) Kitmaan artinya adalah menyembunyikan. Semua ajaran yang
disampaikan oleh para rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah
19
disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan difahami
dengan akal fikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya
seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
4) Balaadah artinya adalah bodoh. Seorang rasul mempunyai tugas
yang berat. Rasul tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul
bodoh, maka ia tidak akan dapat mengemban amanat dari Allah
SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki sifat bodoh.
5. Tugas Rasul
Muhammad Ali ash-Shabuni dalam bukunya an-Nubuwwah wa alAnbiya’
menerangkan tentang tugas para rasul yang terbagi menjadi 7 (tujuh),
yaitu:
a. Menyeru makhluk untuk menyembah kepada Allah saja Pada
hakekatnya tugas ini merupakan tugas yang asasi (pokok) dan
terbesar, yaitu mengenalkan makhluq kepada Khaliq (pencipta)
yang Maha Tinggi dan Maha Luhur. Selain itu juga mengajar
manusia agar mengimani keesaan-Nya dan beribadah hanya kepada
Allah SWT. “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelummu (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya,
bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Aku. Maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku”. (QS al-Anbiya’: 25)
b. Menyampaikan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah
kepada manusia. Allah telah menjadikan tugas “menyampaikan
risalah” sebagai salah satu tanda kerasulan seseorang.
c. Menunjukkan dan membimbing manusia ke jalan yang lurus. َ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa
ayat-ayat Kami (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah
kawanmu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan
ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang yang sabar dan banyak bersyukur”. (QS Ibrahim: 5)
d. Menjadi teladan yang baik bagi manusia Allah telah
memerintahkan kepada kita untuak meneladani mereka dan
20
mengikuti jalan hidupnya. Allah telah menjadikan mereka sebagai
contoh kesempurnaan dan lambang keutamaan karena rasul adalah
manusia paling sempurna akalnya dan paling bersih perjalanan
hidupnya serta paling mulia kedudukan dan martabatnya.
“ Sesungguhnya telah ada para diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang menhgharap rahmat Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah”.
(QS al-Ahzab: 21)
e. Memperingatkan manusia mengenai tempat kembalinya sesudah
kehidupan di dunia ini.
f. Untuk memalingkan perhatian manusia dari kehidupan fana ini ke
kehidupan yang abadi. Allah mengutus rasul untuk memalingkan
pandangan manusia dari kehidupan yang akan sirna kepada
kehidupan yang kekal abadi, yaitu kehidupan akhirat.
“Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-
main. Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui”. (QS al-Ankabut: 64)
g. Para rasul diutus agar manusia tidak dapat mengemukakan alasan
untuk membantah Allah. Karena itulah di dalam al-Qur’an :
“(mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk
membantah Allah sesudah diutusnya para rasul itu. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS an-Nisa: 16559)
6. Karakteristik Risalah Muhammad SAW
Muhammad pembawa risālah Allah adalah Nabi dan Rasul terakhir
penutup segala Nabi, seorang Nabi yang bertugas menyampaikan firman
Allah keseluruh umat manusia. Muhammad adalah Nabi untuk sekalian
umat dan segala zaman untuk melengkapi dan menyempurnakan tugas
Nabi-nabi yang sebelumnya yang bersifat kebangsaan. Risalah yang
dibawa Nabi Muhammad saw. mempunyai ciri-ciri yang khusus
dibandingkan dengan para rasul sebelumnya. Ciri-ciri khusus itu adalah
sebagai nabi penutup, penghapus risalah sebelumnya, membenarkan nabi
21
sebelumnya, menyempurnakan risalah nabi sebelumnya, diperuntukkan
untuk seluruh manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini
dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. dan tidak dimiliki oleh para rasul
sebelumnya.
Rasulullah SAW tampil sebagai pembawa risalah Islam yang
mencakupi huda (petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar). Selain itu
hadirnya Rasulullah saw. di tengah umat akhir zaman adalah sebagai saksi,
pembawa berita gembira dan peringatan, menyeru ke jalan Allah, dan
sebagai pelita yang menerangi.
Allah swt. telah mengutus nabi dan rasul pada setiap kaum. Namun yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an hanya sebanyak 25 orang. Perhatikan Al-
Qur’an surat Al-Mu’min: 78, An-Nisa’: 163-164, dan Al-An’am: 84-86.
Sedangkan penutup bagi semua rasul dan nabi itu adalah Nabi Muhammad
saw.
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka
ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang
rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka
apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan
adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.
(Al-Mu’min: 78)
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan
22
tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung. (An-Nisa’: 163-164)
Muhammad itu bukan bapak salah seorang lelaki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)
Dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas; semuanya termasuk orang-orang yang
shalih.
ْ إِ َّن ال ِّر َس\الَةَ والنُّب\ َّوةَ قَ\ ْد اِ ْنقَطَ َع: قال رس\\ول هللا: قال، وروى اإلمام أحمد من حديث أنس بن مالك
ت فَاَل
” َرسُوْ َل بَ ْع ِديْ َواَل نَبِي
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Anas bin Malik r.a., Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnnya risalah dan kenabian sudah terputus, maka tidak
ada rasul dan nabi setelah aku.”
23
Nasikhur Risalah (Penghapus Risalah)
Allah swt. juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah penutup
para nabi. Sehingga tidak ada nabi setelahnya.
Muhammad itu bukan bapak salah seorang lelaki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)
Sebagai penutup para nabi, maka risalah yang dibawa Nabi Muhamamd saw.
menjadi penghapus risalah para rasul sebelumnya. Hal ini pernah ditegaskan
oleh Nabi Muhammad saw. saat Umar bin Khattab membaca Taurat. Beliau
berkata kepada Umar bahwa jika Nabi Musa a.s. ada di antara mereka, pasti
Nabi Musa akan mengikuti risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw.
24
Allah swt. senantiasa menjaga dan memeliharanya dari serangan kaum kafir.
Di antaranya dengan memenangkan Islam atas agama lainnya atau dengan
menurunkan para Rasul dan Nabi untuk kembali meluruskan penyimpangan
dan kejahiliyahan umat. Nabi Muhammad saw. sebagai nabi akhir
melengkapi risalah nabi-nabi sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan
utama bagi umat Islam.
ً ٍل بَنِ َى دَاراMل َر ُجM ِ Mَا ِء َك َمثMMَ َُل اأْل َ ْنبِيMَ “ َمثَلِ ْي َو َمث: وروى البخاري ومسلم والترمذي عن رسول هللا أنه ق\ال
ِْْةMِ Mَ ِذ ِه اللَبِنMَ َع هMض
ِ نَ َها إِالَّ َم ْوMس َ ا أَ ْحM َم: فَكانَ َمنْ د ََخلَ َها فَنَظَ َر إِ ْلَ ْي َها قال،ض َع لَبِنَ ٍة َ فَأ َ ْك َملَ َها َوأَ ْح
ِ سنَ َها إالَّ َم ْو
َ ض ُع اللَبِنَ ِة ُختِ َم بِ َي اأَل ْنبِيَا ُء َع ْلَي ِه ُم ال
َّ صالَةُ َوال
سالَ ُم ِ ََِأ َِنَا َم ْوM“ِف
25
Rasul Muhammad saw. berbeda dengan para rasul dan nabi sebelumnya,
dimana Nabi Muhammad saw. diutus bagi kepentingan umat manusia secara
keseluruhan dengan tidak membedakan suku, bangsa, warna kulit, bahasa,
dan sebagainya. Sehingga dapat dilihat perkembangan Islam pada masa ini di
mana kaum muslimin tersebar di seluruh pelosok dunia.
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Al-Anbiya’: 107)
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini adalah sebagai rahmat
bagi seluruh alam yang tidak saja manusia, tetapi juga alam, hewan, pohon,
dan sebagainya. Manusia, dengan kehadiran Nabi Muhammad, mendapatkan
rahmat dan kebaikan. Begitu juga manusia kafir dan jahiliyah, mendapatkan
rahmat dari kedatangan Islam. Dengan demikian Islam dan Nabi Muhammad
tidak hanya untuk umat Islam, tetapi kebaikannya juga dirasakan oleh
manusia lainnya. Islam adalah membawa agama fitrah yang sesuai dengan
penciptaan manusia. Jadi, ketika Islam disampaikan, akan dirasakan sesuai
oleh manusia.
Risalatul Islam
Risalah Nabi Muhammad saw. adalah risalah Islam, yang dibawanya adalah
sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari akhlak, kepribadian, dan sifat-sifat
Nabi yang mulia. Inti dari risalah Nabi Muhammad saw. adalah huda
26
(petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar). Risalah membawa huda
karena Islam itu sendiri sebagai panduan bagi manusia.
Ad-Dakwah
27
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya.Ayat di atas sangat jelas menyebutkan bahwa umat Muslim
hendaknya beriman atau percaya kepada Allah dan Rasulnya. Ayat ini
didukung oleh salah satu ayat dari surat al-Araf-158 yang berbunyi:
ض ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ُه َو يُ ْح ٖي هّٰللا
ِ ۚ ت َوااْل َ ْر ِ ي لَ ٗه ُم ْل ُك السَّمٰ ٰو ْ س ْو ُل ِ اِلَ ْي ُك ْم َج ِم ْي ًعا ۨالَّ ِذ ُ اس اِنِّ ْي َرُ َّقُ ْل ٰيٓاَيُّ َها الن
َي يُؤْ ِمنُ بِاهّٰلل ِ َو َكلِمٰ تِ ٖه َواتَّبِ ُع ْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد ُْون هّٰلل
ُ َويُ ِمي ْۖتُ فَ ٰا ِمنُ ْوا ِبا ِ َو َر
ْ س ْولِ ِه النَّبِ ِّي ااْل ُ ِّم ِّي الَّ ِذ
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku
ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan
bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang
menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu
mendapat petunjuk.”
28
Perintah taat kepada Nabi dan Rasul terdapat pada penggalan QS. An-
Nisa-64:
ِ سو ٍل إِاَّل لِيُطَا َع بِإ ِ ْذ ِن ٱهَّلل َ َو َمٓا أَ ْر
ُ س ْلنَا ِمن َّر
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk
ditaati dengan seizin Allah.
Selain itu, penggalan ayat dalam QS. Ali Imran ayat 32 juga menyebutkan:
هّٰللا
ُ قُ ْل اَ ِط ْي ُعوا َ َوال َّر
س ْو َل
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul.
d. Menerima Ketentuannya dengan senang hati dan tidak terpaksa
َ َس ِه ْم َح َر ًجا ِّم َّما ق
َضيْت ۟ فَاَل َو َربِّ َك اَل يُؤْ ِمنُونَ َحت َّٰى يُ َح ِّك ُموكَ فِي َما ش ََج َر بَ ْينَ ُه ْم ثُ َّم اَل يَ ِجد
ِ ُُوا فِ ٓى أَنف
سلِي ًما ۟ سلِّ ُم
ْ َوا ت َ َُوي
Artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa-65)
e. Berlaku Sopan dihadapannya
ً ض ُك ْم بَ ْع
ضا ُ اَل ت َْج َعلُوا ُدعَا َء ال َّر
ِ سو ِل بَ ْينَ ُك ْم َك ُدعَا ِء بَ ْع
Artinya: Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti
panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). QS. An-Nur
ayat 63
Selain itu, QS. Al-Hujurat ayat 2 juga menjelaskan:
ِ ت النَّبِ ِّي َواَل ت َْج َه ُر ْوا لَ ٗه ِبا ْلقَ ْو ِل َك َج ْه ِر بَ ْع
ٍ ض ُك ْم لِبَ ْع
ض ِ ص ْو َ ص َواتَ ُك ْم فَ ْو
َ ق ْ َٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل ت َْرفَ ُع ْٓوا ا
ْ َاَنْ ت َْحبَطَ اَ ْع َمالُ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم اَل ت
َش ُع ُر ْون
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan
suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap
yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu
tidak menyadari. (QS. Al-Hujurat ayat 2)
Berdasarkan penjelasan di atas, 5 kewajiban umat Islam kepada para Nabi
dan Rasul telah tertulis jelas dalam Al-Quran. Oleh karena itu sebagai
29
umat Islam yang mempercayai adanya Rasul hendaknya kita sudah
mengerti akan kewajiban yang harus dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Mengenal Allah
Allah SWT sebagai pencipta lebih mudah dipahami dibandingkan
memahami Allah sebagai Malik dan Ilahi. Hal ini disebabkan karena
memahami Allah sebagai Malik memiliki berbagai konsekuensi diantaranya
konsekuensi pengabdian melaksanakan perintah-Nya, konsekuensi
menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang paling dicintai, konsekuensi
menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri, dan sebagainya.
Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi kendala bagi kita untuk
memahami Allah secara menyeluruh.
Dalam mengenal Allah, kita sebaiknya berkeyakinan bahwa Allah
sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu tersebut berfungsi sebagai pedoman
hidup. Dan sebagai sarana hidup. Dengan keyakinan itu maka kita akan lebih
mudah untuk memahami Allah dan juga memiliki kepribadian yang merdeka
dan bebas, karena kita hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
penguasa diri kita, seluruh makhluk bagi kita memiliki posisi yang sama.
Sama-sama hamba Allah jadi kita tidak akan takut kepada selain Allah.
Mengenal Allah dapat kita lakukan dengan cara memahami sifat-sifat-
Nya. Kita tidak dapat mengenal Allah melalui zat-Nya, karena
membayangkan zat AllaH itu adalah suatu perkara yang sudah di luar batas
kesanggupan akal kita sebagai makhluk Allah. Kita hanya dapat mengenal
Allah melalui sifat-sifat-Nya.
B. Mengenal Rosul
Mengenal Rasul adalah pintu utama untuk menuju cinta Rasul.Sebagai
seorang yang beriman, mencintai Rasul adalah wajib, bahkan harus melebihi
30
kecintaan terhadap dirinya sendiri. Dari cinta yang tulus akan lahir
kemudahan ittiba’. Kita akan sukarela mengikuti apa yang dikatakan oleh
Rasulullah SAW.Allah swt. telah mengutus nabi dan rasul pada setiap kaum.
Namun yang disebutkan di dalam Al-Qur’an hanya sebanyak 25 orang.
Perhatikan Al-Qur’an surat Al-Mu’min: 78, An-Nisa’: 163-164, dan Al-
An’am: 84-86. Sedangkan penutup bagi semua rasul dan nabi itu adalah Nabi
Muhammad saw.
Dan oleh Allah SWT, ittiba’ atau mengikuti Rasul dijadikan prasyarat
untuk cinta Allah. Allah berfirman: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali
Imran: 31). Karena mencintai Rasul adalah wajib, dan ittiba’ yang lahir dari
cinta dijadikan syarat untuk cinta Allah, dan mencinta Rasul tidak bisa
terwujud tanpa mengenalnya, maka mengenal Rasul menjadi wajib.
Rasulullah SAW tampil sebagai pembawa risalah Islam yang
mencakupi huda (petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar). Selain itu
hadirnya Rasulullah saw. di tengah umat akhir zaman adalah sebagai saksi,
pembawa berita gembira dan peringatan, menyeru ke jalan Allah, dan sebagai
pelita yang menerangi.Oleh sebab itu Allah SWT mengistimewakan para
rasul itu dengan mengaruniakan maziat (kekhususan-kekhususan) serta
keutamaan keutamaan agar dapat mengemban kewajiban-kewajiban yang
terkandung dalam risalat Allah, juga menjadi contoh dan suri tauladan bagi
umatnya, baik dalam urusan agama dan dunia. (Sayid Sabiq,1993).
Tujuan dari persaksian kita adalah meyakinkan diri dengan sepenuhnya
bahwa Muhammad adalah Nabi yang diutus oleh-Nya, dengan tugas
menyampaikan seluruh risalah yang diterimanya secara sempurna dan
memberikan contoh bagaimana melaksanakan risalah Allah di muka bumi.
Kita tidak layak bersaksi kalau kita tidak mengenal orang yang kita
persaksikan. Karenanya, kita wajib mengenal beliau agar persaksian kita sah,
kuat dan diterima oleh Allah.
31
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kata ma’rifat berasal asal kata ‘arafa, dalam keseluruhan al-Qur’an
disebutkan sebanyak 71 kali (Muhammad Solihin, .2017 :175). Dari 71 kali
penyebutan sehingga Ma’rifat dalam term al-Qur’an memiliki kandungan arti
yang banyak seperti: mengetahui, mengenal, sangat akrab, hubungan yang patut,
hubungan yang baik, dan pengenalan berdasarkan pengetahuan mendalam.
Manusia sangat berkepentingan untuk mengetahui siapa penciptanya dan untuk
apa ia diciptakan. Karena itu, manusia pun mulai melakukan penelitian dan
mencari-cari siapa gerangan Tuhannya. Ma’rifatullah merupakan ilmu yang paling
mulia dan penting karena materi yang dipelajarinya adalah Allah. Manfaat yang
dihasilkannya pun tidak saja untuk kepentingan dunia tapi juga untuk kebahagiaan
akhirat. Bukti keberadaan Allah didasarkan banyak dalil yang kuat dan bukti yang
nyata diantaranya : bukti fitrah, bukti inderawi, bukti rasional, bukti nash, dan
bukti sejarah.
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah
perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Hati orang-
orang syirik tertutup untuk menerima kebenaran baik yang datangnya dari Allah
dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya cinta kepada Allah adalah pondasi yang mendasari agama
Islan, dengan cinta yang sempurna itulah agama ini menjadi sempurna dan dengan
berkurangnya cinta tauhid seseorang menjadi berkurang.
B. SARAN
Melalui makalah ini semoga dapat membantu memberikan informasi kepada
semua pembaca mengenai Ma’rifatullah/mengenal Allah, dan supaya kita
menjadi manusia yang lebih baik dalam menjalankan roda kehidupan. Dan dalam
32
pembuatan makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
yang membangun kami sangat harapkan dari segenap pembaca makalah ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
HR. Al Bukhari dan Muslim, dan 13 diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam
Al Adab Al Mufrad
Muhammad Ali Ash-Shabuni. Shafwatut Tafasir. Terj. Dari bahasa Arab oleh
Yasin. jilid 1. Darul Fikr, 2001. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011
Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), terj. M. Abdai Rathony, CV.
Diponegoro, Bandung, 1993, hlm. 183
Sabiq, Sayid. 2002. Aqidah Islam. Bandung: Penerbit Diponegoro
Suyadi. 2008. Meneladani Akhlak Rasul SAW dan Sahabat. Universitas
Brawijaya
Syekh Muh. Abduh, Risalah Tuhid, alih bahasa Firdaus AN, cet. 10, Bulan
Bintang, Jakarta, 1996, hlm. 183
34