Anda di halaman 1dari 44

GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL
ARINA QONA’AH

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


▪ Penyebab kecacatan utama
▪ Terjadi pada berbagai rentang usia
▪ Pasien dengan gangguan musculoskeletal akan mengalami
keterbatasan mobilitas
TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami :


- Anatomi fisiologi sistem musculoskeletal
- Patofisiologi sistem musculoskeletal
- Pemeriksaan penunjang sistem musculoskeletal
- Penatalaksanaan gangguan sistem musculoskeletal
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM
MUSKULOSKELETAL
SISTEM MUSKULOSKELETAL
❑ Tulang menyusun 75% dari berat badan
❑ Terdiri dari 206 tulang dan struktur lain : otot, sendi, ligament,
tendon, fascia, bursae, kartilago dan synovial lining
❑ Komponen jaringan tulang : sel, mineral (ca & fosfor) dan matrik
protein (kolagen & proteoglikan)
❑ Fungsi
- Memberikan bentuk dan kerangka tubuh
- Memungkinkan pergerakan (Aktif → otot, Pasif → tulang)
- Melindungi organ vital
- Hematopoesis
- Homeostasis mineral (kalsium, fosfat, karbonat dan magnesium)
BAGIAN – BAGIAN TULANG
1. Diafisi
• Bagian tengah tulang yg berbentuk
silinder
• Tersusun dari tulang kortikal, kekuatan
besar
2. Metafisis
• Bagian tulang yang melebar, dekat ujung
akhir batang
• Tersusun dari tulang trabekular
(spongiosa), mengandung sel
hematopoetik
3. Epifisis
- Lempeng pertumbuhan
METABOLISME TULANG

▪ Diatur oleh hormon


paratirod, + Vit. D
▪ Peningkatan kadar PTH
menyebabkan kalsium dan
fosfat diabsorpsi dan
bergerak memasuki serum
Osteoblast Osteosit
▪ Terletak di permukaan tulang ▪ Sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
▪ Membangun tulang dengan suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi
membentuk kolagen tipe I dan melalui tulang yang padat
proteoglikan sebagai matriks tulang ▪ Merupakan sel terbanyak yang mengisi
melalui proses osifikasi tulang

Osteoklas
▪ Sel yg digunakan untuk resorbsi
tulang
▪ Sel besar berinti banyak mengandung
enzim proteolitik yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat
diabsorbsi
OSIFIKASI
TULANG
KLASIFIKASI TULANG

Tulang Tulang ▪ Tulang keras


Panjang Pendek (compact bone)
▪ spons (spongy
bone)

Tulang Tulang
Pipih sesamoid

Tulang tidak
beraturan
SENDI
• Pertemuan dua atau lebih tulang rangka
• Disebut juga artikulasi/persambungan
• Sendi dibagi 3 (Berdasarkan strukturnya) →
Sendi Sinovial, Sendi kartilago dan Sendi
Fibrous
1. Sendi synovial (diartrosis) → dapat
bergerak bebas, ex. Sendi bahu
2. Sendi kartilago (amfiartrosis)→
pergerakan terbatas, ex sendi simpisis
3. Sendi fibrous (sinartrosis) → tidak dapat
bergerak, ex. Sutura
1. Fleksi → menekuk
2. Ekstensi → meluruskan
3. Abduksi → gerakan menjauhi garis tengah
tubuh
4. Adduksi → gerakan mendekati garis tengah
GERAKAN tubuh
SENDI 5. Sirkumduksi → gerakan membentuk kerucut
SINOVIAL 6. Rotasi → gerakan memutur sumbu tulang
panjang
7. Pronasi → memutar telapak tangan ke belakang
8. Supinasi → memutar telapak tangan ke depan
9. Inversi → memutar telapak kaki ke dalam
10.Eversi → memutar telapak kaki ke luar
Abduksi – Aduksi Fleksi – Ekstensi
Pronasi –
Supinasi

Dorso Fleksi – Plantar


Fleksi

Eversi –
Inversi
OTOT / MUSCLE

▪ Dihubungkan dengan tulang melalui tendon


▪ Otot tersusun dari sekelompok sel (fasciculi) yang terbungkus oleh
jaringan fibrosa yaitu fasia atau epimysium.
▪ Fungsi :
1. Menghasilkan gerakan rangka [utama]
2. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
3. Menyokong jaringan lunak.
4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dlm sistem tubuh.
5. Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi → panas
Otot Polos/ visceral
JENIS OTOT
muscle
Inti 1, involunter (saraf otonom),
serat otot polos, terdapat di
organ dalam (viseral), sumber Otot Rangka
energi dr metabolisme aerobik, Inti banyak,
kadang terjadi tetani dan tahan volunteer (saraf
thd kelelahan motorik somatic),
melekat pada tulang,
sumber energi dr
metabolisme aerobik
Otot Jantung/ miokardium
& anaerobik
Inti 1 di tengah, involunter
(saraf otonom), otot berserat,
sumber energi dr metabolisme
aerobic, tdk mengalami tetani,
tahan thd kelelahan
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

• Riwayat Kesehatan → DM, COPD, CHF, CKD


• Keluhan → nyeri, dampak gangguan musculoskeletal terhadap
pasien ex. Mobilitas terbatas, perubahan sensasi (mis. Parastesia)
• Pemeriksaan fisik → posture, gait (cara berjalan), integritas
tulang, deformitas dan body alignment (kesejajaran tubuh), fungsi
sendi (ROM), kekuatan otot, kondiis kulit (edema, hangat,
penurunan perfusi), status neurovascular
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. x-ray → identifikasi dan evaluasi struktur dan densitas tulang. Injeksi


kontras diperlukan untuk visualisasi struktur sendi, diskus
intervertrebralis dan luka dalam di otot
2. CT scan → gambaran 3 dimensi utk evaluasi trauma musculoskeletal
3. MRI → diagnose dan evaluasi nekrosis avascular, osteomilelitis, tumor
4. Bone scan → ↑ (oeteomiletis, osteoporosis, kanker tulang, fraktur), ↓
nekrosis avascular
5. Bone density → evaluasi densitas mineral tulang
6. Arthroskopi → pengkajian endoskopi pd permukaan interior sendi
7. Arthrosentesis → evaluasi cairan synovial
PATOFISIOLOGI
SISTEM MUSKULOSKELETAL
FRAKTUR
▪ Fraktur adalah terputusnya continuitas tulang, terjadi ketika
adanya stress yang berlibihan
▪ Trauma disekitar tulang (kulit, jaringan subkutan, otot,
pembuluh darah, saraf, ligamen, atau tendon) sering
menyertai
▪ Etiologi
➢ Trauma langsung → benturan pada kaki → fr. Tibia-fibula
➢ Trauma tidak langsung → benturan pada lengan bawah → fr.
Clavikula
➢ Proses patologis → kelemahan tulang akibat kelainan tulang
→ osteoporosis
JENIS FRAKTUR
1. Closed fracture
- Tidak berhubungan dengan dunia luar
2. Open/compound
- Berhubungan dg dunia luar : luka pada kulit
3. Complete
- Garis patahan mengenai seluruh diameter
tulang
4. Incomplete
- Gsris patahan tidak mengenai seluruh bagian
tulang
5. Greenstick
- Satu sisi tulang rusak yang lain tidak
6. Pathological
- Akibat penyakit/gangguan tulang
PATOFISIOLOGI FRAKTUR
▪ Tekanan pada tulang
▪ Kekuatan tersebut melebihi daya rentang tulang, tendon dan otot
▪ Fraktur : periosteum, pembuluh darah dikortek, sum-sum tulang
dan jaringan lunak sekitar menjadi rusak
▪ Perdarahan : terbentuk hematom
▪ Jaringan nekrotik menstimulasi respon inflamasi (vasodilatasi,
eksudasi plasma, lekositosis)
PENYEMBUHAN TULANG

1. Fase I (hematom)
- Hematom Terbentuk dalam 72 jam, hematom berubah
dan berkembang menjadi jaringan granulasi
2. Fase II (proliferase sel)
- 3 hr – 2 mg. periosteum yang terkena trauma berfungsi
sebagai stimulus untuk proliferasi fibroblas.
Osteogenesis berkembang cepat
3. Fase III (pembentukan prokalus)
- Hr ke 3-10 stlh trauma jaringan granulasi berubah dan
terbentuk prokalus (melindungi fragmen tulang tetapi
blm punya kekuatan) : penting immobilisasi
4. Fase IV (osifikasi)
- Kalus permanen yang kuat. Penyembuhan tulang kalus
berubah mjd tulang : 10 mg
5. Fase V (konsolidasi dan remodelling)
- Kelebihan tulang diabsorpsi oleh osteoklas
Manifestasi Klinis Komplikasi Fraktur

▪ Krepitasi ▪ Shock
▪ Tendernes ▪ Emboli lemak
▪ Nyeri ▪ DVT → imobilisasi
▪ Kehilangan fungsi ▪ Infeksi
▪ Deformitas ▪ Sindrom kompartemen
▪ Edema
PENATALAKSANAAN FRAKTUR

1. Rekognisi
- Identifikasi fraktur (riwayat, pemeriksaan fisik dan penunjang)
2. Reduksi/Reposisi
- Memperbaiki kesegarisasn tulang
- Reduksi tertutup (tanpa pembedahan) & reduksi terbuka
(pembedahan)
3. Retensi/imobilisasi
- GIPS
- Traksi
- Fiksasi internal dan eksternal
4. Rehabilitasi
- Mengembalikan tulang pada fungsi sempurna
OSTEOARTHRITIS
▪ Gangguan pada sendi (arthritis local) yang bersifat degenerative
▪ Non sistemik dan non-inflamatori
▪ Etiologi → disabilitas diatas usia 65 tahun (fungsi kondrosit ↓), genetic
▪ sintesis proteoglikan & kolagen meningkat tajam, dihancurkan dg
kecepatan yg lebih tinggi
▪ Manifestasi : nyeri, kaku sendi, pergerakan terbatas, stiffnes,
perbesaran tulang sendi interphalanges deformitas, krepitasi
▪ Diagnosis → x-ray, MRI, arthroskopi
▪ Manajemen : BB optimal, olahraga, kompres panas untuk kekakuan
sendi, obat – obatan (glucosamine untuk nyeri)
PATOFISIOLOGI OSTEOARTHRITIS
• Bermula pada kartilago articular (yellow-brownish gray, tipis,
terisi cairan )
• Secara tidak langsung mempengaruhi membrane synovial
• Berdampak pada satu atau lebih sendi (weight bearing joints)
• Terjadi gatal dan kekakuan pada sendi
• Biasanya tidak mengalami pembengkakan atau kemerahan
• Nocturnal pain
RHEUMATOID
ARTHRITIS
▪ penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cenderung kronis yang menyerang berbagai sistem organ.
▪ Terjadi destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan
sendi dapat mengalami masa remisi.
▪ Etiologi : belum diketahui dengan pasti, kemungkinan karena
infeksi dan factor imun
▪ Manifestasi Klinis : sinovitis, ruptur tendon, gangguan pada
jaringan ekstra-articular (otot, pembuluh darah, jantung), gejala
pada area sakit (edema, nyeri, deformitas, kaku pada pagi hari)
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
▪ Radiologi → trabekulasi ▪ Terapi awal : istirahat,
tulang dan refraksi korteks edukasi dan rujukan ke
sendi pelayanan kesehatan
▪ Laboratorium → LED ↑, HB ▪ NSAID dosis terapeutik
↓, CRP + (salisilat, ibuprofen)
▪ Kortokosteroid
▪ Pembedahan : sinovektomi
OSTEOPOROSIS
▪ Osteoporosis → osteo (tulang) dan porous (berlubang-lubang atau
keropos).
▪ osteoporosis → gangguan brp massa tulang rendah atau berkurang,
disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
▪ Faktor resiko
- Dapat diubah → aktifitas fisik, kekurangan ca, merokok, alkohol,
stress dan minuman bersoda
- Tidak dapat diubah → usia (>30th resorbsi lebih banyak), jenis
kelamin (pr), ras (kulit putih), keturunan, bentuk tubuh, early
menopause, late menarche
▪ Tanda & gejala → nyeri, deformatis tulang, perubahan bentuk tubuh
(kifosis), fraktur pada tulang panjang
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
▪ Radiologi → densitas tulang ▪ Farmakologi → hormonal
(BMD) (estrogen) dan non-
▪ CT scan → mengukur hormonal (kalsium, vit D),
densitas tulang secara kalsitonin (nasal/sub cutan),
kuantitatif biopospat (menghambat
▪ Laboratorium → HPT ↑ osteoklas)
pasca-menopause, kadar ▪ Non – farmakologi →
fosfat & hidroksiprolin ↑ olahraga, nutrisi dan protein
GOUT
▪ Gout → gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperuresemia dan
serangan sinovitis akut berulang-ulang.
▪ Kadar asam urat normal → Laki-laki = 2,0-
7,0 mg/dL, pr = 2,0-6,0mg/dl
▪ Faktor resiko : usia lanjut, jenis kelamin laki
– laki, genetik, obesitas, alcohol (purin)
▪ Terdiri dari 4 stadium :
- asimtomatik
- Artritis gout akut
- Gout interkritikal
- Gout tofi kronis
▪ Manifestasi klinis : nyeri, tanda inflamasi,
tofi, deformitas
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
▪ Nilai asam urat diatas ▪ Farmakologi → NSAID,
normal > 8 mg/dL baik kortikosteroid,
dalam darah atau cairan imonusupresan
sendi ▪ Non – farmakologi
▪ Radiologik perubahan - Diet rendah purin
jaringan lunak - Kurangi alcohol
- Turunkan BB
- Aktivitas fisik ↑
- kompres dingin di area sakit
Terima Kasih……

Anda mungkin juga menyukai