SISTEM MUSKULOSKELETAL
ARINA QONA’AH
Osteoklas
▪ Sel yg digunakan untuk resorbsi
tulang
▪ Sel besar berinti banyak mengandung
enzim proteolitik yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat
diabsorbsi
OSIFIKASI
TULANG
KLASIFIKASI TULANG
Tulang Tulang
Pipih sesamoid
Tulang tidak
beraturan
SENDI
• Pertemuan dua atau lebih tulang rangka
• Disebut juga artikulasi/persambungan
• Sendi dibagi 3 (Berdasarkan strukturnya) →
Sendi Sinovial, Sendi kartilago dan Sendi
Fibrous
1. Sendi synovial (diartrosis) → dapat
bergerak bebas, ex. Sendi bahu
2. Sendi kartilago (amfiartrosis)→
pergerakan terbatas, ex sendi simpisis
3. Sendi fibrous (sinartrosis) → tidak dapat
bergerak, ex. Sutura
1. Fleksi → menekuk
2. Ekstensi → meluruskan
3. Abduksi → gerakan menjauhi garis tengah
tubuh
4. Adduksi → gerakan mendekati garis tengah
GERAKAN tubuh
SENDI 5. Sirkumduksi → gerakan membentuk kerucut
SINOVIAL 6. Rotasi → gerakan memutur sumbu tulang
panjang
7. Pronasi → memutar telapak tangan ke belakang
8. Supinasi → memutar telapak tangan ke depan
9. Inversi → memutar telapak kaki ke dalam
10.Eversi → memutar telapak kaki ke luar
Abduksi – Aduksi Fleksi – Ekstensi
Pronasi –
Supinasi
Eversi –
Inversi
OTOT / MUSCLE
1. Fase I (hematom)
- Hematom Terbentuk dalam 72 jam, hematom berubah
dan berkembang menjadi jaringan granulasi
2. Fase II (proliferase sel)
- 3 hr – 2 mg. periosteum yang terkena trauma berfungsi
sebagai stimulus untuk proliferasi fibroblas.
Osteogenesis berkembang cepat
3. Fase III (pembentukan prokalus)
- Hr ke 3-10 stlh trauma jaringan granulasi berubah dan
terbentuk prokalus (melindungi fragmen tulang tetapi
blm punya kekuatan) : penting immobilisasi
4. Fase IV (osifikasi)
- Kalus permanen yang kuat. Penyembuhan tulang kalus
berubah mjd tulang : 10 mg
5. Fase V (konsolidasi dan remodelling)
- Kelebihan tulang diabsorpsi oleh osteoklas
Manifestasi Klinis Komplikasi Fraktur
▪ Krepitasi ▪ Shock
▪ Tendernes ▪ Emboli lemak
▪ Nyeri ▪ DVT → imobilisasi
▪ Kehilangan fungsi ▪ Infeksi
▪ Deformitas ▪ Sindrom kompartemen
▪ Edema
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
1. Rekognisi
- Identifikasi fraktur (riwayat, pemeriksaan fisik dan penunjang)
2. Reduksi/Reposisi
- Memperbaiki kesegarisasn tulang
- Reduksi tertutup (tanpa pembedahan) & reduksi terbuka
(pembedahan)
3. Retensi/imobilisasi
- GIPS
- Traksi
- Fiksasi internal dan eksternal
4. Rehabilitasi
- Mengembalikan tulang pada fungsi sempurna
OSTEOARTHRITIS
▪ Gangguan pada sendi (arthritis local) yang bersifat degenerative
▪ Non sistemik dan non-inflamatori
▪ Etiologi → disabilitas diatas usia 65 tahun (fungsi kondrosit ↓), genetic
▪ sintesis proteoglikan & kolagen meningkat tajam, dihancurkan dg
kecepatan yg lebih tinggi
▪ Manifestasi : nyeri, kaku sendi, pergerakan terbatas, stiffnes,
perbesaran tulang sendi interphalanges deformitas, krepitasi
▪ Diagnosis → x-ray, MRI, arthroskopi
▪ Manajemen : BB optimal, olahraga, kompres panas untuk kekakuan
sendi, obat – obatan (glucosamine untuk nyeri)
PATOFISIOLOGI OSTEOARTHRITIS
• Bermula pada kartilago articular (yellow-brownish gray, tipis,
terisi cairan )
• Secara tidak langsung mempengaruhi membrane synovial
• Berdampak pada satu atau lebih sendi (weight bearing joints)
• Terjadi gatal dan kekakuan pada sendi
• Biasanya tidak mengalami pembengkakan atau kemerahan
• Nocturnal pain
RHEUMATOID
ARTHRITIS
▪ penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cenderung kronis yang menyerang berbagai sistem organ.
▪ Terjadi destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan
sendi dapat mengalami masa remisi.
▪ Etiologi : belum diketahui dengan pasti, kemungkinan karena
infeksi dan factor imun
▪ Manifestasi Klinis : sinovitis, ruptur tendon, gangguan pada
jaringan ekstra-articular (otot, pembuluh darah, jantung), gejala
pada area sakit (edema, nyeri, deformitas, kaku pada pagi hari)
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
▪ Radiologi → trabekulasi ▪ Terapi awal : istirahat,
tulang dan refraksi korteks edukasi dan rujukan ke
sendi pelayanan kesehatan
▪ Laboratorium → LED ↑, HB ▪ NSAID dosis terapeutik
↓, CRP + (salisilat, ibuprofen)
▪ Kortokosteroid
▪ Pembedahan : sinovektomi
OSTEOPOROSIS
▪ Osteoporosis → osteo (tulang) dan porous (berlubang-lubang atau
keropos).
▪ osteoporosis → gangguan brp massa tulang rendah atau berkurang,
disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
▪ Faktor resiko
- Dapat diubah → aktifitas fisik, kekurangan ca, merokok, alkohol,
stress dan minuman bersoda
- Tidak dapat diubah → usia (>30th resorbsi lebih banyak), jenis
kelamin (pr), ras (kulit putih), keturunan, bentuk tubuh, early
menopause, late menarche
▪ Tanda & gejala → nyeri, deformatis tulang, perubahan bentuk tubuh
(kifosis), fraktur pada tulang panjang
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
▪ Radiologi → densitas tulang ▪ Farmakologi → hormonal
(BMD) (estrogen) dan non-
▪ CT scan → mengukur hormonal (kalsium, vit D),
densitas tulang secara kalsitonin (nasal/sub cutan),
kuantitatif biopospat (menghambat
▪ Laboratorium → HPT ↑ osteoklas)
pasca-menopause, kadar ▪ Non – farmakologi →
fosfat & hidroksiprolin ↑ olahraga, nutrisi dan protein
GOUT
▪ Gout → gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperuresemia dan
serangan sinovitis akut berulang-ulang.
▪ Kadar asam urat normal → Laki-laki = 2,0-
7,0 mg/dL, pr = 2,0-6,0mg/dl
▪ Faktor resiko : usia lanjut, jenis kelamin laki
– laki, genetik, obesitas, alcohol (purin)
▪ Terdiri dari 4 stadium :
- asimtomatik
- Artritis gout akut
- Gout interkritikal
- Gout tofi kronis
▪ Manifestasi klinis : nyeri, tanda inflamasi,
tofi, deformitas
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
▪ Nilai asam urat diatas ▪ Farmakologi → NSAID,
normal > 8 mg/dL baik kortikosteroid,
dalam darah atau cairan imonusupresan
sendi ▪ Non – farmakologi
▪ Radiologik perubahan - Diet rendah purin
jaringan lunak - Kurangi alcohol
- Turunkan BB
- Aktivitas fisik ↑
- kompres dingin di area sakit
Terima Kasih……