Kelompok 3
Robi Alamsyah 132011123051
Putri Bela Rosa Inas 132011123052
Firli Ramadhana 132011123053
Veni Rochmawati 132011123054
Poni Vivin lestari 132011123055
Mengenal Allah
(Ma’rifatullah)
Urgensi Mengenal Allah
Kata ma’rifat berasal asal kata ‘arafa, dalam keseluruhan al-Qur’an disebutkan
sebanyak 71 kali (Muhammad Solihin, .2017 :175). Dari 71 kali penyebutan
sehingga Ma’rifat dalam term al-Qur’an memiliki kandungan arti yang banyak
seperti: mengetahui, mengenal, sangat akrab, hubungan yang patut, hubungan
yang baik, dan pengenalan berdasarkan pengetahuan mendalam.
Menurut Rudi Ahmad Suryadi ma’rifat (2014:122), ma’rifat bukan hanya sekedar
mengetahui secara biasa tetapi, pengetahuan lebih mendalam dari sekedar ilm
marifat menekankan kepada pengenalan dengan consciousness yang mendalam
dengan subjek realitas yang lebih tertinggi.
Cara Mengenal Allah
01
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat
(tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.
02
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang, serta bahtera
yang berjalan di lautan yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang telah Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir.
Berdasarkan kedua ayat di atas, Allah memberi jalan kepada hamba-
hambanya untuk mengenal Tuhan dengan dua cara yaitu pertama, melihat
segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta
menggali tanda-tanda kebesaran Allah.
Menurut Ibn Al Qayyim (dalam Muhammad Sholikhin, 2009):
Ma’rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma’rifah (orang-orang yang
mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa
yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya.
Penghalang Ma’rifatullah
Al-Fisqu (Kefasikan)
Fasik adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan larangan Allah, bergelimang
dengan kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di bumi. Mereka hanya
memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat nanti.
Al-Kibru (Kesombongan)
Kesombongan merupakan suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan selalu membantah
terhadap ayat-ayat Allah Ta’ala Allah menerangkan hukum-hukum-Nya bagi orang-orang
yang menutup hatinya untuk menerima kebenaran wahyu, yaitu bahwa Ia akan menutup
hati mereka.
Adz-Dzulmu (kedzaliman)
Allah Ta’ala menerangkan bahwa orang yang paling zalim ialah orang yang telah sampai
kepadanya peringatan Allah, telah sampai pula kepadanya ayat-ayat Alquran dan petunjuk
Rasul, kemudian mereka berpaling dari ajaran dan petunjuk itu karena angkuh dan
penyakit dengki yang ada di dalam hatinya.
Al-kidzbu (kedustaan)
Makna yang terkandung dalam kalimat Laa ilaaha illa Allah adalah:
• Laa khaaliqa illa Allah yaitu tidak ada pencipta yang hak kecuali Allah. (Qs. Al Baqarah ayat 21-22)
• Laa Raziiqa illa Allah, yaitu tidak ada pemberi rizqi yang hak selain Allah. (Qs. Al Fathir ayat 3)
• Laa Mudzabbira illa Allah, yang berarti tidak ada penjaga atau pemelihara atau penjaga atau pengatur selain
Allah. (Qs. Yunus ayat 3)
• Laa Hakima illa Allah, yang berarti tidak ada penentu hukuman atau aturan segala sesuatu kecuali Allah.
(Qs. Al An’am: 57)
• Laa waliyyu illa Allah, yaitu tidak ada pelindung selain Allah. (QS. Al Baqarah: 257)
• Laa farghaba illa Allah, yaitu tidak ada tumpuan harapan dan segala macam amal ditujuan kecuali hanya
kepada Allah. (Qs. Alam Nasyrah: 8)
• Laa ma’buda illa Allah, yaitu tidak ada yang pantas disembah selain Allah (qs. An-Nahl: 36)
Jenis tauhid yang terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha illa Allah adalah:
Beriman Kepadanya