Anda di halaman 1dari 28

Konsep Sakit dan

Penyakit
dalam Agama Islam
Aria Aulia Nastiti
1. Sakit merupakan ujian dari Alloh
 (QS. Al-Baqarah: 155-156)

 ‫ٱلَّ ِذين إِ َذٓا‬


١٥٥ ‫ين‬ ِ ‫ٱلصرِب‬
ٰ ‫توبَ ِّش ِر‬
َّ ِ ۗ ‫س وٱلثَّم ٰر‬ ِ ‫ف‬ُ ‫َن‬
‫أ‬‫ل‬ۡ ‫وع ونَ ۡقص ِّمن ٱ ۡلأَ مۡ ٰوِل وٱ‬
ِ ‫ج‬‫ل‬ ِ ‫ولَن ۡبلُونَّ ُكم بِش ۡي ٖء ِّمن ٱ ۡلخ ۡو‬
ۡ ‫ف وٱ‬
َ َ َ ََ َ َ َ َ ٖ َ ُ َ َ َ َ َ ََ
١٥٦ ‫ة قَالُ ٓاوْ إِنَّا لِلَّ ِه َوإِنَّٓا إِلَ ۡيِه َٰرِجعُو َن‬ٞ َ‫صيب‬
ِ ‫أَصٰب ۡتهم ُّم‬
ُ ََ
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar 156. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun"
 (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
ۖ
٣٥ ‫تَونَ ۡبلُوُكم بِٱلشَِّّر َوٱ ۡل َخ ۡيِر فِ ۡتنَ ٗة َوإِلَ ۡينَا تُ ۡرَجعُو َن‬
ِ ۗ ‫س َذٓائَِقةُ ٱ ۡل َم ۡو‬ ۡ
ٖ ‫ُك ُّل نَ ف‬
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan
  (QS. Al-Ankabuut: 2-3)

‫ين ِمن قَ ۡبلِ ِه مۡ ۖ َفلَيَ ۡعلَ َم َّن ٱللَّ ُه‬


َ
ِ َّ‫ ولََق ۡد َفتنَّا ٱل‬٢ ‫أَح ِسب ٱلنَّاس أَن ي ۡترُك ٓاوْ أَن ي ُقولُ ٓواْ ءامنَّا وه مۡ اَل ي ۡفتنو َن‬
‫ذ‬ َ َ َُ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َ

ِٰۡ ِ َّ‫ٱل‬
٣ ‫ني‬ َ ِ‫ص َدقُواْ َولَيَ ۡعلَ َم َّن ٱ ل َكذب‬ َ َ ‫ين‬ ‫ذ‬
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi. 3. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang
dusta
  ”Barangsiapa dikehendaki baik oleh
Allah, maka Dia akan menguji dan
menimpakan musibah kepadanya”.
(HR. Bukhari).
 Dari Anas ibn Malik radhiyallahu
’anhu diriwayatkan bahwa ia
menceritakan : Rasulullah shallallahu
’alayhi wasallam bersabda :
”Sesungguhnya pahala yang besar
didapatkan melalui cobaan yang
besar pula. Kalau Allah mencintai
seseorang, pasti Allah akan
memberikan cobaan kepadanya.
Barangsiapa yang ridha menerima
cobaanNya, maka ia akan menerima
keridhaan Allah. Dan barangsiapa
yang kecewa menerimanya, niscaya
ia akan menerima kermurkaan Allah”.
(HR. Tirmidzi)
2. Sakit merupakan azhab dari Alloh

 (QS. Al-An’aam: 65)

‫يق‬ ِ ‫ت أَ ۡرجلِ ُك مۡ أَ ۡوي ۡلبِس ُك مۡ ِشي ٗعا وي‬


‫ذ‬ ِ ‫ث علَ ۡي ُك مۡ ع َذا ٗبا ِّمن فَ ۡوقِ ُك مۡ أَ ۡو ِمن حَت ۡح‬ ‫ع‬ۡ
‫ب‬ ‫ي‬ ‫َن‬
‫أ‬ ٓ
‫ى‬ ٰ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ر‬ ِ ‫قُ ۡلهو ٱ ۡلَق‬
‫اد‬
َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ََ َ ُ َُ

ۡ ِ ٓ ‫أۡل‬
٦٥ ‫ف ٱ يَٰت لَ َعلَّ ُه مۡ يَ فَق ُهو َن‬ ۡ
ُ ‫صِّر‬
َ ُ‫ف ن‬َ ‫ضٱنظُ ۡر َك ۡي‬
ٍ ۗ ‫س بَ ۡع‬ َ ‫ض ُكم بَ أ‬ َ ‫بَ ۡع‬
65. Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)
dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa
Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)"
 (QS. As-Sajdah: 21)

٢١ ‫اب ٱ ۡلأَ ۡكرَبِ لَ َعلَّ ُه مۡ يَ ۡرِجعُو َن‬ َ


ِ ‫ولَنُ ِذي َقنَّهم ِّمن ٱ ۡلع َذ‬
ِ ‫اب ٱ ۡلأَ ۡدىَنٰ ُدو َن ٱ ۡلع َذ‬
َ َ ُ َ

21. Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia)
sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)
3. Sakit merupakan bukti bahwa Alloh
masih mencintai
1. Untuk menghapus dosa-dosa
2. Untuk mengangkat derajat seorang hamba
Untuk menghapus dosa

 Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam  pernah menemui Ummu As-


Saa’ib, beliau bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai
Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab : “Karena demam wahai
Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.”
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam  bersabda :”Jangan engkau
mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan
dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda
pada besi”. (HR. Muslim)
 “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan
berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah
akan menggugurkan bersama dengannya dosa-
dosanya, sebagaimana pohon yang
menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
 “Tiada seorang mu’min yang ditimpa oleh lelah
atau pe­nyakit, atau risau fikiran atau sedih hati,
sampaipun jika terkena duri, melainkan semua
penderitaan itu akan di­jadikan penebus dosanya
oleh Allah” (HR Bukhari-Muslim).
 “Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka
keluar dari dosa-dosanya sebagaimana
keadaannya ketika baru lahir dari kandungan
ibunya,”(HR Ath-Thabarani).
 Diriwayatan Jabir ra, “Aku melapor kepada Rasulullah saw perihal penyakit
panasku. Rasul saw bersabda, “Siapakah engkau (demam yang menimpa
Jabir)?” Dijawab, “Aku adalah Ummul Muldan (nama penyakit demam)”.
Rasulullah saw memerintahkannya untuk mendatangi penduduk Quba (nama
daerah di dekat Madinah) sehigga penduduk Quba yang terserang penyakit ini
sangat menderita. Maka merekapun mendatangi dan melaporkan kepada
Rasulullah saw, lalu beliau bersabda “Terserah kalian, jikalau kalian
berkehendak, maka aku akan berdoa kepada Alloh, sehingga Dia
menyembuhkan sakit kalian. Dan jika kalian berkehendak, maka sakit
tersebut akan menjadi pembersih atas dosa-dosa kalian.” Mereka berkata
“Wahai Rasulullah, apakah Alloh benar-benar akan membersihkan dosa kami
degan sakit ini? Rasul saw menjawab “Ya”. Mereka berkata “Kalau memang
demikian, biarkanlah sakit ini tetap ada pada kami.” (HR. Ahmad)
 “Tidak ada yang mmenimpa seorang muslim dari kepenatan, sakit yang
berkesiambungan (sakit menahun), kebimbangan, kesedihan,
penderitaan, kesusahan, sampai duri yang ia tertusuk karenanya,
kecuali dengan itu Alloh hapus dosa-dosanya”. (HR. Al Bukhari)
4. Orang sakit bukanlah orang yang hina,
tetapi orang yang mulia di sisi Alloh
‫ أما علمت أن عبدي فالان‬:‫ قال‬.‫ اي رب كيف أدعوك وأنت رب العاملني‬:‫ قال‬.‫ اي ابن آدم مرضت فمل تعدين‬:‫يامة‬1‫أخرج مسمل أن هللا تعاىل يقول يوم الق‬
‫ أما علمت أنك لو عدته لوجدتين عنده أي لوجدت عنده ثويب اذلي ال هناية لعظمه‬.‫مرض فمل تعدين‬.

 Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
kelak dihari kiamat akan berfirman, “Wahai anak cucu Adam, aku sakit dan kamu tidak menjengukku”, ada yang berkata,
“Wahai Tuhanku, bagaimana kami menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam”, Allah berfirman,
“Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku yang bernama Fulan sakit, dan kamu tidak menjenguknya? Tidakkah
engkau tahu, sesungguhnya jika kamu menjenguknya, engkau akan mendapatiku didekatnya. Wahai anak cucu adam,
aku meminta makanan kepadamu, namun kamu tidak memberiku makanan kepada-Ku”, ada yang berkata, “Wahai
Tuhanku, bagaimana kami dapat memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku fulan meminta makanan, dan
kemudian kalian tidak memberinya makanan? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makanan, benar-
benar akan kau dapati perbuatan itu di sisi-Ku. Wahai anak cucu adam, Aku meminta minum kepadamu, namun engkau
tidak memberi-Ku minum” , ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami memberi minum kepada-Mu
sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Seorang hambaku yang
bernama fulan meminta minum kepadamu, namun tidak engkau beri minum, tidakkah engkau tahu, seandainya engkau
memberi minum kepadanya, benar – benar akan kau dapati (pahala) amal itu di sisi-Ku” (Hadist diriwayatkan oleh
Muslim.)
2. Untuk mengangkat derajat seorang
hamba
 “ Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu selainnya (benda yang kecil
dari itu). Kecuali akan ditetapkannya untuknya satu derajat dan dihapuskannya satu
kesalahan” (HR. Muslim)

 “Sesuangguhnya ada orang yang mendapat kedudukan di sisi Alloh, akan tetapi tidak
ada satu amal pun darinya yang bisa mengantarkannya untuk mencapai kedudukan
itu. Oleh karena itu, Alloh azza wa jalla mencobanya dengan suatu hal yang tidak ia
sukai, sehingga dengan hal itu ia mendapat kedudukan tersebut “ (HR. Ibnu Hibban,
hasan shahih)

 Tidak ada sama sekali yang menimpa urat seorang mukmin kecuali Alloh hapus
untuknya dengan (cobaan) ini kesalahan, dan Alloh tetapkan baginya kebaikan, serta
Alloh angkat derajatnya”. (HR Ath Thabrani)
Kisah Nabi Ayyub

 QS Al Anbiya :83-84

‫ فَٱ ۡستَ َج ۡبنَا لَهُۥ فَ َك َش ۡفنَا َما‬٨٣ ‫ني‬ ِ‫ٱلرمِح‬


ٰ
َّ ‫م‬‫ح‬ ‫ر‬ۡ َ
‫أ‬ ‫َنت‬‫أ‬‫و‬ ‫ر‬
ُّ ‫ٱلض‬
ُّ ‫يِن‬‫س‬َّ ‫م‬ َ
‫يِّن‬‫أ‬ ‫ۥ‬
ٓ ‫ه‬ ‫ب‬
‫ر‬
َّ ‫ى‬
ٰ ‫اد‬‫ن‬
َ ‫ذ‬ۡ ِ‫ ۞وأَيُّوب إ‬
َ َُ َ َ َ َ َُ َ َ َ
٨٤ ‫ين‬ ِ ِ‫ندنَا وِذ ۡكر ٰى لِ ۡلٰعب‬
‫د‬ ِ ‫بِِۦه ِمن ض ۖ ّروءاتَ ٰۡينه أَ ۡهلَهۥ وِم ۡثلَهم َّمعه مۡ ر ۡحم ٗة ِّم ۡن ِع‬
َ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ ُ َُ َ َ ٖ ُ
 83. dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang"
 84. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan
penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan
Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah
Jika orang tidak pernah sakit dan tidak pernah dicoba janganlah gembira, dan
janganlah berpikir sebagai orang yang beruntung, karena bisa jadi Alloh belum
berkehendak membersihkannya, Alloh membiarkan ia tanpa cobaan, sehingga
mengambilnya sekali waktu saat mencabut nyawanya.
Nasehat yang bisa diberikan
1. Perbanyak dzikir kepada Alloh
(QS Al Baqarah: 152),
‫ٱ‬ ‫ٱ‬
ِ ‫فَ ۡذ ُك ُرويِن ٓ َأ ۡذ ُك ۡرمُك ۡ َو ۡش ُك ُرو ْا يِل َواَل تَ ۡك ُف ُر‬
١٥٢ ‫ون‬ 
 152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku
(QS Al Ahzab: 41-42),

٤٢ ‫ َو َس ِ ّب ُحو ُه بُ ۡك َر ٗة َوَأ ِصياًل‬٤١ ‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱذَّل ِ َين َءا َمنُو ْا ٱ ۡذ ُك ُرو ْا ٱهَّلل َ ِذ ۡك ٗرا َك ِث ٗريا‬ 
 41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-
banyaknya
 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang
(QS Ar Ra’d:28)

٢٨ ‫وب‬ُ ‫ل‬ ُ
‫ق‬ ۡ ‫ل‬‫ٱذَّل ِ ين ءامنو ْا وت َۡطمنِئ قُلُوهُب م ِب ِذ ۡكر ٱ ِۗ َأاَل ِب ِذ ۡكر ٱ ِ ت َۡطمنِئ ٱ‬ 
ُ ُّ َ ‫ِ هَّلل‬ ‫َ َ َ ُ َ َ ُّ ُ ِ هَّلل‬
 28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram
Kisah Nabi Yunus as.
(QS Ash Shaffat: 143-144),

١٤٤ ‫ُون‬ ‫ث‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫م‬‫و‬ ‫ي‬ ‫ىَل‬ ‫ۦ‬ ِ
‫ه‬ ِ ‫ن‬‫ط‬ۡ ‫ب‬ ‫يِف‬ َ
‫ِث‬‫ب‬َ ‫ل‬َ ‫ل‬ ١٤٣ ‫ني‬‫ح‬ِ ِ
‫ب‬ ‫س‬ ‫م‬ۡ ‫ل‬‫ فَلَوٓاَل َأنَّهُۥ اَك ن ِمن ٱ‬
َ َ ُۡ ِ َۡ ٰ ٓ َ َ ّ َُ َ َ ۡ
‫ِإ‬
 143. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah

 144. niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit

(QS Al Anbiya: 87-88)

‫نت ِم َن ٱ َّلظٰ ِل ِم َني‬ ُ ‫ون ذ َّذ َه َب ُم َغٰ ِض ٗبا فَ َظ َّن َأن لَّن ن َّ ۡق ِد َر عَلَ ۡي ِه فَنَاد َٰى يِف ٱ ُّلظلُمَٰ ِت َأن ٓاَّل لَٰ َه ٓاَّل َأ َنت ُس ۡب َحٰ نَ َك يِّن ُك‬ ‫ن‬‫ل‬
ِ ُّ َ
‫ و َذا ٱ‬
ِ ِ ۡ ‫ٱ‬ ۨ ‫هَل ِإ جَن ِإ ِ ٱ ۡ َ َ ِإ‬ ‫ٱ‬ ‫ِإ‬
٨٨ ‫ فَ ۡس َت َج ۡبنَا ُۥ َو َّ ۡينَٰ ُه م َن لغ ّۚ َِم َوك ٰذ كِل َ ‍ن ُ ِجي ل ُم ۡؤمن َني‬٨٧
 87. Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka
bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang
sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zalim"
 88. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan
demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman
2. Sungguh-sungguh dalam berdoa

(QS Al Baqoroh: 186)


ۡ ۡ ‫يب ُأ ِجيب َد ۡعو َة ٱ‬
١٨٦ ‫ون‬ ُ‫د‬ ُ
‫ش‬
َ َۡ ۡ َ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ُم‬ ‫ه‬َّ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ل‬ ‫يِب‬ ْ
‫ا‬ ‫و‬ُ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ؤ‬
ۡ ‫ي‬ ‫ل‬‫و‬
َُ ُ ۡ‫يِل‬ ْ
‫ا‬ ‫و‬‫ب‬‫ي‬ ِ
‫ج‬ ‫ت‬
َ ‫س‬َ ‫ي‬ ‫ل‬َ ‫ف‬ ‫ان‬
ۖ ِ َ 1
‫ع‬ ‫د‬
َ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ِ‫ِإ‬ ‫ع‬ ‫ا‬ َّ‫دل‬ َ ُ ۖ ٌ ‫َو َذا َسَأكَل َ ِع َبا ِدي َعيِّن فَِإ يِّن قَ ِر‬ 
 Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka‫ِإ‬
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran

“Tidak ada yang bisa menangkal Qadha (ketetapan Alloh) kecuali doa, dan tidak akan bisa menambah
umur kecuali kebaikan”(HR At Tirmidzi)
“Sesungguhnya, Alloh azza wa jalla malu jika seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya (untuk
memohon) kepadaNya lalu Dia tolak tang itu hampa” (HR Al Hakim dan HR At Thabrani)
3. Sungguh-sungguh dalam beramal
saleh
 (QS An Nahl:97),

٩٧ ‫ون‬ُ ‫ل‬
َ َ َۡ‫م‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ْ
‫ا‬ ‫و‬ُ ‫ن‬ ‫اَك‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ح‬‫َأ‬ ‫ب‬
ِ ‫مُه‬‫ر‬‫ج‬ ‫َأ‬ ‫م‬ ‫هَّن‬ ‫ي‬
‫ز‬ِ ‫ج‬ ‫ن‬َ ‫ل‬‫و‬ ۖ
َ ِ َ ۡ َ ۡ ۡ ُ َ ۡ َ َ ٗ ‫ن فَلَ ُن ۡح ِييَنَّهُۥ َح َي ٰو ٗة َط ِ ّي َب‬ٞ ‫َم ۡن مَع ِ َل َصٰ ِل ٗحا ِ ّمن َذ َك ٍر َأ ۡو ُأنىَث ٰ َوه َُو ُم ۡؤ ِم‬
‫ة‬ 
 97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan
 (QS adz Dzariyat:15-19)

ِ‫ اَك نُو ْا قَ ِلياٗل ّم َن‬١٦ ‫ َءا ِخ ِذ َين َمٓا َءاتَهٰى ُ ۡم َرهُّب ُ ۡ ۚم هَّن ُ ۡم اَك نُو ْا قَ ۡب َل َذٰ كِل َ ُم ۡح ِس ِن َني‬١٥ ‫ون‬ ِ ۡ ‫ٱ‬ 
ٍ ‫َّن ل ُمتَّق َني يِف َجنَّٰ ٖت َو ُع ُي‬
ۡ ‫ٱ‬ ّ ِ ٞ ‫ِإ‬ ‫ٱ‬ َّ ‫ٱ‬ ‫ِإ‬
١٩ ‫ َويِف ٓ َأ ۡم َ ٰو ِله ِۡم َح ّق ل َّلسٓائِ ِل َو ل َم ۡح ُرو ِم‬١٨ ‫ون‬ َ ‫ َو ِب َأۡلحۡس َ ِار مُه ۡ ي َ ۡس َت ۡغ ِف ُر‬١٧ ‫ون‬ َ ‫ل ۡي ِل َما هَي ۡ َج ُع‬
 15. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air
 16. sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang
berbuat kebaikan
 17. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam
 18. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar
 19. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian
4. Berprasangka
baik kepada Alloh
5. Mewaspadai dosa-dosa
 (QS Asy Syura:30), ٣٠‫ ٖبِني‬1 ‫يَش ۡ ءٖ ُّم‬1111 ‫ك‬
‫ ُت َ ِب‬1‫ ۡئ‬1‫لَ ۡو ِج‬1‫ل َو‬1‫ َأ‬1َ ‫ا‬1 1َ‫ق‬
30. Musa berkata: "Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku tunjukkan
kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?
 (QS Thaha: 123), (QS Thaha: 124-127)
١٢٣ ‫ ّ ۖو فَ َّما يَأۡ ِتيَنَّمُك ِّميِّن ُهدٗ ى فَ َم ِن ٱت َّ َب َع هُدَ َاي فَاَل ي َ ِض ُّل َواَل يَشۡ َق ٰى‬ٞ ُ‫ قَا َل ٱ ۡهب َِطا ِمهۡن َا مَج ِ ي َعۢا ۖ ب َ ۡعضُ مُك ۡ ِل َب ۡع ٍض عَد‬
‫ِإ‬
123. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu
menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-
Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka
‫ٱ‬ ُ ‫ قَا َل َر ِ ّب ِل َم َحرَش ۡ تَيِن ٓ َأمۡع َ ٰى َوقَدۡ ُك‬١٢٤ ‫ َو َم ۡن َأع َۡر َض َعن ِذ ۡك ِري فَ َّن هَل ُۥ َم ِعيشَ ٗة ضَ ناٗك َوحَن ۡ رُش ُ ُهۥ ي َ ۡو َم ٱلۡ ِقيَٰ َم ِة َأمۡع َ ٰى‬
ٰ ‫ قَا َل َك َ ٰذ كِل َ َأتَ ۡت َك َءايَٰ تُنَا فَن َ ِسيهَت َا ۖ َو َك َ ٰذ كِل َ لۡ َي ۡو َم تُنىَس‬١٢٥ ‫نت ب َ ِصريٗا‬
‫ِإ‬
١٢٧ ‫َٔايَٰ ِت َ ِرب ّ ِه ۚۦ َولَ َع َذ ُاب ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة َأ َش ُّد َوَأبۡ َق ٰ ٓى‬1َ‫ َو َك َ ٰذ كِل َ جَن ۡ ِزي َم ۡن َأرۡس َ َف َولَ ۡم ي ُ ۡؤ ِم ۢن ِٔ‍ب‬١٢٦
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta"
125. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan
buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?
126. Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan"
Tetap Beribadah Saat
Sakit
 Sesungguhnya Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan ajaran yang lurus, toleran dan ajaran tersebut selalu mendatangkan
kemudahan bagi hamba-Nya. 
 Allah
ٍ ‫ َر‬1‫ن َح‬1‫ن ِ ْم‬1ِ‫ِدلي‬1ِّ 1ّ 1‫َلَ ْيمُك ْ يِف ا‬1‫عَلع‬1‫ َما َج‬1‫ “ َو‬Dia sekali-kali tidak
Ta’ala berfirman, ‫ج‬
menjadikan untuk kamu suatu kesempitan dalam agama.” (QS. Al Hajj [22]:
78)
َ ‫“ يرُي ِ ُد اهَّلل ُ ِبمُك ُ الْيُرْس َ َوال يُ ِريدُ ِبمُك ُ الْعُرْس‬
Allah menghendaki kemudahan bagimu dan
tidak menghendaki kesulitan bagimu.” (QS. Al Baqarah [2]: 185)

‫ “ فَات َّ ُقوا اهَّلل َ َما ْاس َت َط ْعمُت ْ َوامْس َ ُعوا َوَأ ِطي ُعوا‬Maka bertakwalah kalian kepada Allah
sesuai kesanggupan kalian dan dengarlah serta taatlah.” (QS. At
Taghobun [64]: 16)
 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ٌ‫رْس‬111111ُ ‫ني‬1َ‫ِدلي‬1ِّ 1ّ 1‫َّ ان‬ “ Sesungguhnya
agama ini mudah.” (HR. Bukhari no. 39) ‫ِإ‬
ْ ‫َذا َأ َم ْرتُمُك ْ ِبَأ ْم ٍر فَْأتُوا ِمنْ ُه َما ا ْس َت َط ْعمُت‬ “ Jika kalian diperintahkan dengan suatu perintah,
laksanakanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari no. 7288 dan Muslim no. 1337)  ‫ِإ‬
1. Cara Bersuci Bagi Orang Sakit
1. Wajib bagi orang yang sakit untuk bersuci dengan air yaitu dia wajib berwudhu ketika
terkena hadats ashgor (hadats kecil). Jika terkena hadats akbar (hadats besar), dia diwajibkan
untuk mandi wajib. 
2. Jika tidak mampu bersuci dengan air karena tidak mampu atau karena khawatir sakitnya
bertambah parah, atau khawatir sakitnya bisa bertambah lama sembuhnya, maka dia
diharuskan untuk tayamum. Ketiga; 
TATA CARA TAYAMUM adalah
Dengan menepuk kedua telapak tangan ke tanah yang suci dengan satu kali
tepukan, lalu mengusap seluruh wajah dengan kedua telapak tangan tadi,
setelah itu mengusap kedua telapak tangan satu sama lain.
3. Jika orang yang sakit tersebut tidak mampu bersuci sendiri, maka orang lain boleh
membantunya untuk berwudhu atau tayamum. (Misalnya tayamum), orang yang
dimintai tolong tersebut menepuk telapak tangannya ke tanah yang suci, lalu dia
mengusap wajah orang yang sakit tadi, diteruskan dengan mengusap kedua telapak
tangannya. Hal ini juga serupa jika orang yang sakit tersebut tidak mampu berwudhu
(namun masih mampu menggunakan air, pen), maka orang lain pun bisa menolong dia
dalam berwudhu (orang lain yang membasuh anggota tubuhnya ketika wudhu). 
4. jika pada sebagian anggota tubuh yang harus disucikan terdapat luka, maka luka
tersebut tetap dibasuh dengan air. Apabila dibasuh dengan air berdampak sesuatu
(membuat luka bertambah parah, pen), cukup bagian yang terluka tersebut diusap
dengan satu kali usapan. Caranya adalah tangan dibasahi dengan air, lalu luka tadi
diusap dengan tangan yang basah tadi. Jika diusap juga berdampak sesuatu, pada
saat ini diperbolehkan untuk bertayamum. [Keterangan : membasuh adalah dengan
mengalirkan air pada anggota tubuh yang ingin dibersihkan, sedangkan mengusap
adalah cukup dengan membasahi tangan dengan air, lalu tangan ini saja yang
dipakai untuk mengusap, tidak dengan mengalirkan air]
5. jika sebagian anggota tubuh yang harus dibasuh mengalami patah, lalu dibalut
dengan kain (perban) atau gips, maka cukup anggota tubuh tadi diusap dengan air
sebagai ganti dari membasuh. Pada kondisi luka yang diperban seperti ini tidak perlu
beralih ke tayamum karena mengusap adalah pengganti dari membasuh.
6. boleh seseorang bertayamum pada tembok yang suci atau yang lainnya, asalkan
memiliki debu . Namun apabila tembok tersebut dilapisi dengan sesuatu yang bukan
tanah -seperti cat-, maka pada saat ini tidak boleh bertayamum dari tembok
tersebut kecuali jika ada debu. 
7. jika tidak ditemukan tanah atau tembok yang memiliki debu, maka tidak
mengapa menggunakan debu yang dikumpulkan di suatu wadah atau di sapu tangan,
kemudian setelah itu bertayamum dari debu tadi.
8. jika kita telah bertayamum dan kita masih dalam keadaan suci (belum melakukan
pembatal) hingga masuk waktu shalat berikutnya, maka kita cukup mengerjakan shalat
dengan menggunakan tayamum yang pertama tadi, tanpa perlu mengulang tayamum lagi
karena ini masih dalam keadaan thoharoh (suci) selama belum melakukan pembatal.
9. wajib bagi orang yang sakit untuk membersihkan badannya dari setiap najis. Jika dia
tidak mampu untuk menghilangkannya dan dia shalat dalam keadaan seperti ini, shalatnya
tetap sah dan tidak perlu diulangi.
10. wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat dengan pakaian yang suci. Jika pakaian
tersebut terkena najis, maka wajib dicuci atau diganti dengan pakaian yang suci. Jika dia
tidak mampu untuk melakukan hal ini dan shalat dalam keadaan seperti ini, shalatnya tetap
sah dan tidak perlu diulangi.
11. wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat pada tempat yang suci. Apabila tempat
shalatnya (seperti alas tidur atau bantal, pen) terkena najis, wajib najis tersebut dicuci atau
diganti dengan yang suci, atau mungkin diberi alas lain yang suci. Jika tidak mampu untuk
melakukan hal ini dan tetap shalat dalam keadaan seperti ini, shalatnya tetap sah dan tidak
perlu diulangi.
12. tidak boleh bagi orang yang sakit mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya dengan
alasan karena tidak mampu untuk bersuci. Bahkan orang yang sakit ini tetap wajib bersuci
sesuai dengan kadar kemampuannya, sehingga dia dapat shalat tepat waktu; walaupun
badan, pakaian, atau tempat shalatnya dalam keadaan najis dan tidak mampu dibersihkan
(disucikan)
2. Cara Sholat Bagi Orang Sakit

1. wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat fardhu dalam keadaan berdiri, walaupun tidak bisa
berdiri tegak (berdiri miring), atau bersandar pada dinding atau tongkat. 
2. Jika tidak mampu shalat sambil berdiri, dia diperbolehkan shalat sambil duduk. Ketika shalat sambil
duduk, yang paling utama jika ingin melakukan gerakan berdiri (qiyam) dan ruku’ adalah dengan
duduk mutarobi’an (duduk dengan kaki bersilang di bawah paha). Sedangkan jika ingin melakukan
gerakan sujud, yang lebih utama adalah jika dilakukan dengan duduk muftarisyan (duduk seperti
ketika tasyahud awwal). 
3. Jika tidak mampu mengerjakan shalat sambil duduk, boleh shalat sambil tidur menyamping (yang
paling utama tidur menyamping pada sisi kanan) dan badan mengarah ke arah kiblat. Jika tidak
mampu diarahkan ke kiblat, boleh shalat ke arah mana saja. Jika memang terpaksa seperti ini,
shalatnya tidak perlu diulangi. 
4. jika tidak mampu mengerjakan shalat sambil tidur menyamping, maka dibolehkan tidur terlentang.
Caranya adalah: kaki dihadapkan ke arah kiblat dan sangat bagus jika kepala agak sedikit diangkat
supaya terlihat menghadap ke kiblat. Jika kakinya tadi tidak mampu dihadapkan ke kiblat, boleh
shalat dalam keadaan bagaimanapun. Jika memang terpaksa seperti ini, shalatnya tidak perlu
diulangi.
5. Wajib bagi orang yang sakit melakukan gerakan ruku’ dan sujud. Jika tidak
mampu, boleh dengan memberi isyarat pada dua gerakan tadi dengan kepala. Dan
sujud diusahakan lebih rendah daripada ruku’. Jika mampu ruku’, namun tidak
mampu sujud, maka dia melakukan ruku’ sebagaimana ruku’ yang biasa dilakukan
dan sujud dilakukan dengan isyarat. Jika dia mampu sujud, namun tidak mampu
ruku’, maka dia melakukan sujud sebagaimana yang biasa dilakukan dan ruku’
dilakukan dengan isyarat. 
6. jika tidak mampu berisyarat dengan kepala ketika ruku’ dan sujud, boleh
berisyarat dengan kedipan mata. Jika ruku’, mata dikedipkan sedikit. Namun
ketika sujud, mata lebih dikedipkan lagi. Adapun isyarat dengan jari sebagaimana
yang biasa dilakukan oleh sebagian orang yang sakit, maka ini tidaklah benar. Aku
sendiri tidak mengetahui kalau perbuatan semacam ini memiliki landasan dari Al
Kitab dan As Sunnah atau perkataan ulama.
7. jika tidak mampu berisyarat dengan kepala atau kedipan mata, maka dibolehkan
shalat dalam hati. Dia tetap bertakbir dan membaca surat, lalu berniat melakukan
ruku’, sujud, berdiri dan duduk dengan dibayangkan dalam hati. Karena setiap
orang akan memperoleh yang dia niatkan. 
8. wajib bagi setiap orang yang sakit untuk mengerjakan shalat di waktunya (tidak boleh sampai
keluar waktu), dia mengerjakan sesuai dengan kemampuannya sebagaimana yang telah dijelaskan
dan tidak boleh mengakhirkan satu shalat dari waktunya. Jika memang menyulitkan bagi orang
yang sakit untuk mengerjakan shalat di waktunya, maka boleh baginya untuk menjama’ shalat
(menggabungkan shalat) yaitu menjama’ shalat Zhuhur dan Ashar atau Maghrib dan Isya. Boleh
dilakukan dengan jama’ taqdim atau pun jama’ takhir, terserah mana yang paling mudah. Jika
mau, dia boleh mengerjakan shalat Ashar di waktu Zhuhur atau boleh juga mengerjakan shalat
Zhuhur di waktu Ashar. Begitu pula boleh mengerjakan shalat Isya’ di waktu Maghrib atau boleh
juga mengakhirkan shalat Maghrib di waktu Isya’. Adapun shalat shubuh, maka tidak perlu dijama’
(digabungkan) dengan shalat yang sebelum atau sesudahnya karena waktu shalat shubuh terpisah
dengan waktu shalat sebelum atau sesudahnya.

Allah Ta’ala berfirman,‫ْل َف ْج ِر اَك َ ن‬111‫ َآن ا‬1‫ ْر‬11‫ْل َف ْج ِر َّ نُق‬111‫قُ ْ َرآنا‬1‫ل َّ ِْيل َو‬111‫سىَل َغ َس ِقا‬11‫ل َّش ِ ْم‬111‫كا‬1ِ ‫لص َةال دِل ُ ُلو‬111‫ا‬
َّ ‫ ِم‬1‫َأ ِق‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُود ًا‬1‫ ْشه‬1‫ “ َم‬Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al Isro’ [17] :
78) 
9. jika orang yang sakit tersebut ingin bersafar (melakukan perjalanan jauh) karena harus berobat
di negeri lain, dia boleh menqoshor shalat yaitu shalat 4 raka’at (Zhuhur, ‘Ashar dan Isya’)
diringkas menjadi 2 raka’at. Mengqoshor shalat di sini boleh dilakukan hingga dia kembali ke
negerinya, baik safar (perjalanan) yang dilakukan dalam waktu lama atau pun singkat.
Terimakasih
semoga bermanfaat
Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai