Anda di halaman 1dari 20

Nama : oktavia rizkya putrid

Nim : G3A021025
Prodi : profesi ners

Skenario 2 : seorang laki-laki berusia 59 tahun dirawat diruagan penyakit dalam dengan keluhan
batuk berdahak, sulit mengeluarkan dahak dan demam. Hasil pengkajian didapatkan data, TD
130/80 mmHg, suhu 38,4 oc, frekuensi nadi 90x/menit dan frekuensi napas 24x/menit, terdengar
ronkhi pada auskultasi paru. Mengeluh tidak nafsu makan. BB saat ini 70 kg, sedangkan bb
sebeum sakit 2 bulan lalu 74 kg. pasien pernah minum obat tb dan menanyakan mengapa
sekarang kambuh lagi.

No Data Diagnosa
1 Do : mengeluh batuk berdahak, sulit Bersihan jalan nafas tidak efektif
mengelurkan dahak

Ds : frekuensi nafas 24x/menit, terdengar


ronkhi pada auskultasu paru
2 Do : mengeluh demam Hipertermi

Ds : suhu 38,4 oc

Diagnosa Luaran Intervensi


Bersihan Bersihan jalan  Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
jalan nafas nafas 1. Observasi
tidak efektif meningkat  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


1. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Latihan Batuk Efektif (I.01006)


1. Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah
dan karakteristik)
2. Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Hipertermi Termogulasi MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)


membaik 1. Observasi
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi
terpapar lingkungan panas penggunaan
incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu

REGULASI TEMPERATUR (I.14578)


1. Observasi
 Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C -37.5
C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat  tanda dan gejala hipotermia
dan hipertermia
2. Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir, untuk
mencegah kehilangan panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera
setelah lahir ( mis. bahan polyethylene, poly
urethane)
 Gunakan topi bayi untuk memcegah kehilangan
panas pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant
warmer
 Pertahankan kelembaban incubator 50 % atau
lebih untuk mengurangi kehilangan panas
Karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan yang
akan kontak dengan bayi (mis. seelimut,kain
bedongan,stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat jendela
terbuka atau di area aliran pendingin ruangan
atau kipas angin
 Gunakan matras penghangat, selimut hangat
dan penghangat ruangan, untuk menaikkan suhu
tubuh, jika perlu
 Gunakan kasur pendingin, water circulating
blanket, ice pack atau jellpad dan intravascular
cooling catherization untuk menurunkan suhu
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
3. Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat
stroke
 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin
 Demonstrasikan teknik perawatan metode
kangguru (PMK) untuk bayi BBLR
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu

Diagnosa Kolaborasi Justifikasi


Bersihan Pemberian Indikasi :
jalan nafas bronkodilator, Asama, ppok, pneumonia, bronkiektassis, bronkioliis,
tidak efektikf ekspektoran, fibrosis kisik, sinusitis,
mukolitik
melalui nebulizer Efek samping :
 tangan gemetar
 sakit kepala
 detak jantung tidak beraturan
 kram otot
 mual
 mulut kering
 batuk
 diare

Hipertermi Pemberian Indikasi : anti demam dann nyeri


antipiretik
Efek samping :
 Tukak lambung
 Sakit perut
 Mual
 Kehilangan nafsu makan
 Gastritis

Skenario 3 : seorang laki-laki usia 40 tahun dirawat di cardiac center dengan keluhan nyeri dada
menjalar ke rahang dan leher, serta kadang mual, keringat dingin dan sesak nafas. Nyeri seperti
tertindih benda berat. Nyeri tidak hilang dengan istirahat, pasien menderita penyakit ini sudah 6
bulan yang lalu. Riwayat merokok sejak usia 17 tahun, sehari 5-10 batang. Pasien tampak
gelisah, terlihat meringis menahan sakit, selalu memegang area nyeri, membatasi nyerinya
dengan membatasi aktifitasnya, nyerinya berskala 8, wajah terlihat pucat, cemas, keluar keringat
dingin, akral dingin, CRT 4 detik. Pasien selalu bertanya tentang keadaan sekarang. TTV suhuu
36.5 oc, nadi 95 kali/menit ireguler, posisi semifowler, terpasang kateter, Terpasang kateter, TD
13090 mmHg, RR 28 kali/menit, ADL dibantu. Pemeriksaan CKMB 64 U/I EKG, pemeriksaan
EKG tampak gambaran ST elevasi di lead I, AVL. V5 dan V6. Saat ini mendapatkan terapi
oksigen 4lt/menit, infuse nacl 20 tpm, terapi nitrogliserin sub lingual, morpin sulfat 4 mg, aspirin
360 mg, aspilet 80mg

No Data Diagnosa
1 Do : nyeri dada mejala ke rahang dan leher, Penurunan curah jantung
sesak nafas , keringat dingin

Ds : akral dingin, crt 4 detik, nadi 95


kali/menit ireguler ,TD 13090 mmHg, RR
28 kali/menit, Pemeriksaan CKMB 64 U/I
EKG, pemeriksaan EKG tampak gambaran
ST elevasi di lead I, AVL. V5 dan V6.
2 Do : nyeri dada, nyeri tidak hilang saat Intoleransi aktivitas
istirahat , sesak nafas

Ds : adl dibantu, membatasi nyeri dengan


membatasi asktivitas

Diagnosa Luaran Intervensi


Penurunan Curah jantung  PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
curah meningkat 1. Observasi
jantung  Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan
curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan,
adema ortopnea paroxysmal nocturnal
dyspenea, peningkatan CPV)
 Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan
curah jantung (meliputi peningkatan berat
badan, hepatomegali ditensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan
darah ortostatik, jika perlu)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas,
lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapoan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekwensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekwensi
nadisebelum dan sesudah aktifitas
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi
sebelum pemberian obat (mis. Betablocker,
ACEinhibitor, calcium channel blocker,
digoksin)
2. Terapeutik
 Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolestrol, dan
makanan tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk memepertahankan
saturasi oksigen >94%
3. Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

PERAWATAN JANTUNG AKUT : AKUT( I.02076)


1. Observasi
 Identifikasi karakteristik  nyeri dada
(meliputi faktor pemicu dan dan pereda,
kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi dan
frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan
ST dan T
 Monitor Aritmia( kelainan irama dan
frekuensi)
 Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
resiko aritmia( mis. kalium, magnesium
serum)
 Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-MB,
Troponin T, Troponin I)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner
akut(mis. Skor TIMI, Killip, Crusade)
2. Terapiutik
 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
 Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi koroner
perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan spiritual dan emosional
3. Edukasi
 Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
 Anjurkan menghindari manuver Valsava
(mis. Mengedan sat BAB atau batuk)
 Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
 Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
4. Kolbaorasi
 Kolaborasi pemberian antiplatelat, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiangina(mis.
Nitrogliserin, beta blocker, calcium channel
bloker)
 Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah
manuver Valsava (mis., pelunak, tinja,
antiemetik)
 Kolaborasi pemberian trombus dengan
antikoagulan, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada , jika
perlu

Intolerani Tolernasi terhadap MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)


aktivitas aktivitas meingkat 1. Observasi
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

TERAPI AKTIVITAS (I.05186)


1. Observasi
 Identifikasi deficit tingkat aktivitas
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu luang
 Monitor respon emosional, fisik, social, dan
spiritual terhadap aktivitas
2. Terapeutik
 Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan
deficit yang dialami
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi danrentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan social
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
 Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien
hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi
otot
 Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori
implicit dan emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu) untuk pasien dimensia,
jika sesaui
 Libatkan dalam permaianan kelompok yang
tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. vocal group,
bola voli, tenis meja, jogging, berenang,
tugas sederhana, permaianan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan
diri, dan teka-teki dan kart)
 Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembankan motivasi dan
penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
hari
 Berikan penguatan positfi atas partisipasi
dalam aktivitas
3. Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
 Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk member penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
Terapi medikasi Keterangan
Nitrogliserin sub Indikasi : infark miokard akut, angina pectoris, nyeri pada fisura anus atau
lingual hemoroid,

Kontraindikasi : Reaksi alergi pada penggunaan nitrat organik sangat


jarang terjadi, namun pernah dilaporkan. Nitrogliserin dikontraindikasikan
pada pasien yang alergi terhadap nitrogliserin.
Terapi nitrogliserin sublingual dikontraindikasikan pada pasien dengan
infark miokard inferior, anemia berat, dan peningkatan tekanan
intrakranial. Hal ini karena nitrogliserin menyebabkan vasodilatasi yang
dapat memperberat keluhan atau menyebabkan syok pada keadaan-
keadaan tersebut.
Penggunaan nitrogliserin juga dikontraindikasikan pada pasien yang
sedang menggunakan obat inhibitor PDE-5 seperti sildenafil sitrat,
tadalafil, dan vardenafil hidroklorida, karena senyawa-senyawa tersebut
terbukti meningkatkan efek hipotensif dari nitrat organik. 

Cara kerja : melebarkan pembuluh darah, serta meningkatkan pasokan


darah dan oksigen ke otot jantung

Efek samping :Sakit kepala ringan hingga berat dan persisten dapat terjadi
segera setelah penggunaan obat. Keluhan sakit kepala cukup sering terjadi
setelah konsumsi nitrogliserin, sehingga pasien sebaiknya diedukasi
mengenai hal ini.
Vertigo, rasa lemas, mabuk, palpitasi, dan manifestasi hipotensi postural
dapat terjadi pada beberapa kasus. Sensitivitas terhadap efek hipotensi
nitrat, dengan gejala mual, muntah, lemas, diaforesis, pucat, dan pingsan,
dapat terjadi pada pemberian dosis terapeutik. Tekanan darah sebaiknya
dimonitor pada pemberian nitrogliserin intravena atau sublingual
berulang.
Kulit merah (flushing), ruam merah pada kulit, dan dermatitis eksfoliatif
dilaporkan pada beberapa pasien dengan hipersensitivitas

Hal yang harus diperhatikan : Keuntungan nitrogliserin sublingual pada


pasien dengan infark miokard akut atau gagal jantung kongestif hingga
saat ini belum dapat dipastikan. Jika seorang pasien ingin menggunakan
nitrogliserin pada kondisi-kondisi tersebut, monitoring klinis dan
hemodinamik yang ketat perlu dilakukan untuk kemungkinan kondisi
hipotensi dan takikardia.
Hanya dosis efektif terkecil untuk menurunkan gejala serangan angina
akut yang sebaiknya digunakan. Penggunaan berlebihan dapat
menyebabkan toleransi obat.
Hipotensi postural dapat terjadi bahkan pada dosis kecil nitrogliserin.
Oleh karena itu, obat ini sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien
yang mungkin memiliki deplesi volume darah atau pada pasien, yang
dengan penyebab apapun, sudah mengalami hipotensi. Hipotensi yang
disebabkan oleh nitrogliserin mungkin disertai dengan bradikardia
paradoksal dan gejala angina pektoris yang memberat.
Pada pekerja industri yang sudah terpapar dengan nitrat organik jangka
panjang, toleransi mungkin terjadi. Nyeri dada, infark miokard akut, dan
bahkan kematian mendadak telah terjadi pada penghentian sementara
nitrat pada pekerja-pekerja ini, menunjukkan adanya dependensi.
Nitrogliserin sebaiknya dihentikan apabila pasien mengalami gangguan
penglihatan atau mulut kering. Dosis nitrogliserin yang berlebihan dapat
menyebabkan nyeri kepala yang berat.

Morpin sulfat 4 mg Indikasi : analgesik kuat untuk nyeri moderat hingga berat onset akut
maupun kronis

 Kontra indikasi : Hipersensitivitas terhadap morfin


 Pasien dengan depresi napas dan tidak tersedia alat resusitasi
 Asma akut atau berat
 Keadaan hiperkarbia
 Dicurigai atau sudah pasti mengalami ileus paralitik

Cara kerja : Cara kerja morfin pada sistem saraf pusat adalah dengan
mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid yang dapat meningkatkan
ambang batas nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

Efek samping : Kardiovaskular: bradikardia atau takikardia, hipertensi


atau hipotensi, vasodilatasi
 Gastrointestinal: rasa haus, mulut kering, anoreksia, disfagia,
dispepsia, gastroenteritis, konstipasi, ileus paralitik, tes fungsi hati
abnormal, nyeri bilier karena spasme saluran bilier
 Metabolik dan endokrin: hipogonadisme, penurunan berat badan,
edema
 Hematologi dan limfatik: anemia dan trombositopenia
 Muskuloskeletal: otot skeletal/lurik menjadi kaku, penurunan
densitas tulang
 Pernapasan: cegukan, hipoventilasi, perubahan suara
 Saraf: mimpi abnormal, gait/gaya berjalan abnormal, agitasi,
ansietas, rasa tegang, depresi, ataksia, amnesia, kebingungan,
delirium, disorientasi, pemikiran abnormal, halusinasi, tremor dan
gerakan involunter lainnya, kejang, penurunan kesadaran, letargi,
koma, kelemahan, vertigo, sakit kepala
 Dermatologi: kulit kering, urtikaria, pruritus, rash
 Mata: nyeri pada mata, pandangan kabur, ambliopia
 Urogenital: ejakulasi abnormal, disuria, impotensi, penurunan
libido, oliguria, retensi urine atau hesitancy, amenorea
 Lain-lain: flushing, diaphoresis, feokromositoma, reaksi
anafilaksis

Pada kondisi in vitro morfin dapat menyebabkan mutasi genetik. Namun,


efek ini belum terbukti secara in vivo. Selain itu, belum ada studi pada
manusia ataupun hewan mengenai efek karsinogenesis morfin

Hal yang harus diperhatikan saat pemberian : Pemberian morfin harus


dilakukan dengan kehati-hatian karena perbedaan bentuk sediaan obat.
Perhatikan bentuk sediaan, konsentrasi obat,dan tata cara pemberian untuk
menghindari overdosis dan kematian
Akibat dari efek depresi pernapasan, selalu sediakan crash cart berisi
nalokson  sebagai antidot.
Perhatikan pemberian morfin pada kondisi-kondisi penyakit paru
seperti penyakit paru obstruktif kronis, cor pulmonal, dan pasien-pasien
yang menggunakan depresan. Pemberian morfin akan memperburuk
kondisi penyakit paru tersebut karena adanya pengurangan
pada respiratory reserve. Perhatikan interaksi obat yang meningkatkan
efek samping morfin.
Morfin, seperti golongan opioid lainnya seperti fentanyl, dapat
disalahgunakan pada populasi sehat  maupun sakit dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Setiap dokter harus mempertimbangkan
adanya efek ini. Sehingga membutuhkan kehati-hatian dalam meresepkan
obat.
Pasien yang menggunakan morfin sebaiknya tidak diperbolehkan untuk
melakukan tindakan berbahaya seperti menyetir mobil atau
mengoperasikan mesin karena efek sedasi. Kurangi dosis pasien dengan
pasien dengan gangguan ginjal dan hati, penyakit
Addison’s, hipotiroid, hipertrofi prostat, striktur uretra, pasien lansia dan
pasien tidak sadarkan diri

Aspirin 360 mg Indikasi : Indikasi utama aspirin (asam asetilsalisilat) saat ini adalah pada
sindroma koroner akut dan stroke. Penggunaan untuk indikasi sebagai
antipiretik dan antiinflamasi relatif lebih jarang di Indonesia.

Kontra indikasi :
 Riwayat perdarahan lambung atau usus yang baru terjadi
 Gangguan perdarahan, seperti hemofilia
 Gangguan hati dan ginjal yang berat
 Anak-anak berusia 16 tahun ke bawah dan sedang dalam proses
pemulihan dari infeksi virus
 Riwayat alergi, seperti serangan asma atau alergi parah setelah
penggunaan aspirin
 Kehamilan pada trimester ketiga
 Menyusui
 Pasien yang mengonsumsi NSAID dan methotrexate lainnya
Cara kerja : yaitu menghambat kerja enzim siklooksigense (COX) yang
menyebabkan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2 penurunan
sintesa prostaglandin. Hal ini yang mendasari efek analgetik dan
antiinflamasi

Efek samping : Sakit kepala ringan


Pastikan Anda istirahat dan minum banyak cairan. Jangan minum alkohol
saat mengonsumsi obat ini karena dapat memperburuk sakit kepala.
Mintalah apoteker merekomendasikan obat penghilang rasa sakit.
Sakit kepala biasanya akan hilang setelah minggu pertama mengonsumsi
obat ini. Bicaralah dengan dokter Anda jika berlangsung lebih dari
seminggu atau bertambah parah.
 Mual
Tetaplah mengonsumsi makanan sederhana dan hindari makanan
pedas. Minumlah air sedikit demi sedikit secara teratur. Namun,
jika Anda mengalami gagal jantung, perhatikan jumlah air yang
Anda minum.
 Sakit perut
 Mengantuk
 Perdarahan berkepaanjangan
 Ruam pada kulit
 Pembengkakan pada area kulit atau angioedema
 Gangguan saluran pencernaan

Hal yang harus diperhatikan saat pemberian :


Asma atau alergi musiman
 Sakit maag
 Gangguan ginjal atau hati sedang
 Gangguan perdarahan atau pembekuan darah
 Penyakit jantung
 Hipertensi
 Gagal jantung kongestif
 Lanjut usia
 Riwayat luka pada saluran pencernaan atau rentan terhadap
dispepsia
 Anemia
 Dehidrasi
 Akan menjalani prosedur pembedahan
Aspilet 80 mg Indikasi : untuk mencegah dan menangani angina pektoris dan infark
miokard (serangan jantung).

Kontraindikasi :
 Asma
 Gangguan perdarahan seperti hemofilia dan lainnya
 Tukak lambung aktif

Cara kerja : menghambat aktivitas COX-1 yang berperan untuk


metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan
prekursor prostaglandin yang memainkan peran utama dalam pathogenesis
peradangan, nyeri dan demam

Efek samping :
 Sakit perut
 Mual 
 Muntah
 Sakit kepala
 Mengantuk
 Ruam kulit
 Urine dan feses berwarna gelap
 Perdarahan saluran cerna
 Bronkospasme
 Masalah pada fungsi ginjal

Hal yang harus diperhatikan saat pemberian :


Penggunaan Aspilets secara bersamaan dengan obat berikut dapat
menimbulkan interaksi:
 Menaikkan risiko terjadinya perdarahan perut apabila digunakan
bersamaan dengan alkohol atau warfarin. Begitu juga jika
digunakan bersamaan dengan obat antiinflamasi nonsteroid
lainnya. 
 Meningkatkan efek intoleransi salisilat dengan asetazolamid dan
amonium klorida.
 Kortikosteroid mengurangi konsentrasi aspirin (acetosal).
 Ibuprofen dapat meniadakan efek antiplatelet aspirin (acetosal).
 Calcium 600 D (calcium/ vitamin D).
 Crestor (rosuvastatin).
 Vitamin D3 (cholecalciferol).
 Xanax (alprazolam).
 Tramadol.

Skenario 3 : seorang perempuan, usia 60 tahun, dirawat di cardiac center dengan CHF. Riwayat
AMI 1,5 tahun lalu, DM sejak 5 tahun lalu. Pengkajian awal didapatkan data pasien mengeluh
sesak nafas kencing sedikit, mudah lelah. Tampak lemah, kesadaran composmentis, gelisah,
tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi madi 112x/menit teraba kecil, kulit lembab dan sianosis,
bunyi jantung 3 (S3) positif, tangan dan kaki teraba dingin, edema tungkai derajat 2, CRT 3
detik, tinggi badan 165 cm, berat badan 65 kg. Hasil pemeriksaan GDS 251 mg/dL, rontgen
thorax gambaran edema pulmo, nilai cor thorax ratio sebesar 67%, pemeriksaan ekg gambaran
left ventrikel hipertropi dan ischemic inferior, pemeriksaan jvp 5 cmH2O.

N Data Diagnosa
o
1 Do : pasien mengatakan mudah lelah Gangguan perfusi jaringan perifer

Ds: kulit lembab, sianosis, tangan dan


kaki teraba dingin, crt 3 detik, nadi
teraba kecil
2 Do : pasien mengatakan kencing sedikit, Hipervolemi
sesak nafas

Ds: edema tungkai derajat 2, edema


pulmo, pemeriksaan jvp 5 cmH2O

Diagnosa Luaran Intervensi


Gangguan Perfusi perifer  PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
perfusi jaringan meningkat 1. Observasi
perifer  Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi
perifer, edema, pengisian kalpiler,
warna, suhu, angkle brachial index)
 Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi (mis. Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
2. Terapeutik
 Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan
torniquet pada area yang cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
3. Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol,
jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekakan
darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
 Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada
kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
 Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

MANAJEMEN SENSASI PERIFER (I. 06195)


1. Observasi
 Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
 Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan pakaian
 Periksa perbedaan sensasi tajam atau
tumpul
 Periksa perbedaan sensasi panas atau
dingin
 Periksa kemampuan mengidentifikasi
lokasi dan tekstur benda
 Monitor terjadinya parestesia, jika
perlu
 Monitor perubahan kulit
 Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
2. Terapeutik
 Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
3. Edukasi
 Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
 Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
 Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

Hipervolemi Keseimbangan MANAJEMEN HIPERVOLEMIA (I.03114)


cairan meningkat 1. Observasi
 Periksa tanda dan gejala hypervolemia
 Identifikasi penyebab hypervolemia
 Monitor status hemodinamik, tekanan
darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO
jika tersedia
 Monitor intaje dan output cairan
 Monitor tanda hemokonsentrasi
( kadar Natrium, BUN, hematocrit,
berat jenis urine)
 Monitor tanda peningkatan tekanan
onkotik plasma
 Monitor kecepatan infus secara ketat
 Monitor efek samping diuretik
2. Therapeutik
 Timbang berat bada setiap hari pada
waktu yang sama
 Batasi asupan cairan dan garam
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40
derajat
3. Edukasi
 Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5
ml/kg/jam dalam 6 jam
 Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1
kg dalam sehari
 Ajarkan cara mengukur dan mencatat
asupan dan haluaran cairan
 Ajarkan cara membatasi cairan
1. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuritik
 Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretic
 Kolaborasi pemberian continuous
renal replacement therapy

PEMANTAUAN CAIRAN (I.03121)


1. Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi nafas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
(mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering,
volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
9mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojogular
positif, berat badan menurun dalam
waktu singkat)
 Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,
apheresis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi intestinal)
2. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Diagnosa Kolaborasi Justifikasi
Hipervolemi Pemberian deuretik Indikasi : digunakan untuk membuang kelebihan
garam dan air dari dalam tubuh melalui urine

Efek samping :
 Pusing
 Sakit kepala
 Mulut kering
 Kram perut
 Kram otot
 Sembelit atau konstipasi
 Impotensi
 Telinga berdenging (tinnitus)
 Turunnya tekanan darah (hipotensi)
 Ginekomastia
 Rasa lelah dan lemas yang berlebihan
 Peningkatan kadar asam urat dan gout
 Peningkatan kadar gula darah
 Peningkatan kadar kolesterol dalam darah
 Perubahan dan ketidakseimbangan elektrolit,
termasuk kalium, natrium, klorida, atau
magnesium

Anda mungkin juga menyukai