Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN
TENSION PNEUMOTHORAKS

KELOMPOK 4
 
CHRISTIKA O. PALAR (1814201021)
INGGRID S. WOLEY (1814201178)
RIVALDO ROMPAS (1714201237)
NIKEN BOGAR (1714201197)

KELAS/SEMESTER : A1/VI
MATA KULIAH : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
NAMA DOSEN : NS. FERDINAND KOAMPA, S.KEP., M.KES
Tension pneumothorax
merupakan keadaan dimana
meningkatnya pasokan udara
PENGERTIAN dalam rongga pleura yang
biasanya disebabkan karena
laserasi pada paru yang
menyebabkan udara masuk ke
dalam paru namun tidak bisa
keluar kembali.

 Pneumothoraks spontan
primer
 Pneumothoraks spontan
ETIOLOGI
sekunder
 Iatrogenik
 Traumatis
PATOFISIOLOGI

Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan


kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan
atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup
dan klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap
hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru,
kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi
pleuritis.
Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F
nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp.
MANIFESTASI
KLASIFIKASI KLINIS

 Nyeri dada kejam yang timbul


 Pneumotraks
secara tiba-tiba dan semakin nyeri
spontan
jika penderita menarik nafas dalam
 Pneumotoraks
atau terbatuk.
traumatik
 Sesak nafas
berdasarkan
 Dada terasa sempit
kejadian
 Mudah leleh
 Pneumotorak
 Denyut jantung cepat
berdasarkan
 Warna kulit menjadi kebiruan
fistulanya
akibat kekurangan oksigen
PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI

Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop
 Gas darah arteri
Pneumothoraks dapat  Pemeriksaan EKG
menyebabkan hipoksia dan  Sinar X dada,)
dispnea berat. Kematian  Torasentensis
menjadi akhir dari  Pemeriksaan darah vena
 Pengkajian tingkat kesadaran dengan
pneumothoraks jika tidak
menggunakan pendekatan AVPU
ditangani dengan cepat.  Pulse Oximeter
Gambaran ancaman terhadap
kehidupan pada pasien ekstrim Penatalaksanaan medis
yaitu pertimbangan tension  Chest wound/sucking chest wound
pneumothoraks, nafas pendek,  Blast injury or tention
hypotensi, tachykardy, trachea  Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed
berubah. Drainage
 Perawatan Per-hospital
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

 Foto toraks PA
 Analisa Gas Darah
 Pemeriksaan Computed Tomografi (CT-scan)
 Pemeriksaan Endoskopi (torakostomi)
 Pemeriksaan enoskopi ini dibagi menjadi 4 derajat,
yaitu:
- DERAJAT I
- DERAJAT II
- DERAJAT III
- DERAJAT IV
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Secondary Survey
SAMPLE
 S : Sign and Symptom
 Pengkajian
 A : Allergies
umum
 M : Medications
 Pengkajian Pengkajian Primer
 P :Previous medical/surgical
AVPU  Airway
history.
(Kesadaran)  Breathing
 sakit sebelumnya.
 Riwayat  Circulation
 L :Last meal (Time)
penyakit
 E :Events /Environment
Triage
surrounding the injury; ie.
Exactly what happened.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Pola napas tidak efektif


berhubungan dengan Hambatan Intoleransi aktivitas berhubungan
upaya napas di tandai dengan dengan Kelemahan di tandai
dengan mudah lelah
penggunaan otot bantu pernapasan
dan pola napas abnormal

Tujuan/ Tujuan/
kriteria kriteria
hasil hasil

Setelah di lakukan tindakan Setelah di lakukan tindakan


keperawatan … x 24 jam
Di harapkan : keperawatan … x 24 jam
 Penggunaan otot bantu napas
menurun Di harapkan :
 Frekuensi napas membaik  Keluhan lelah menurun
INTERVENSI
POLA NAPAS TIDAK
EFEKTIF

Intervensi utama :
• Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Manajemen jalan napas
• Lakukan penghisapan lendir kurang
Tindakan :
dari 115detik
Observasi
• Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
• Monitor pola napas (frekuensi,
penghisapan endotrakeal
kedalaman usaha napas)
• Keluarkan sumbatan benda padat
• Monitor bunyi napas tambahan (mis.
dengan fprsep McGill
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
• Berikan oksigen, jika perlu
kering)
Edukasi
• Monitor sputum (jumlah,warna, aroma)
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
Terapeutik
jika tidak kontraindikasi
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Ajarkan teknik batuk efektif
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
Kolaborasi
jika curiga trauma servikal)
• Kolaborasi pemberian bronkodilator,
• Posisikan semi fowler atau fowler
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
• Berikan minuman hangat
INTOLERANSI
AKTIVITAS

• Berikan aktivitas distraksi yang


Intervensi utama : menenangkan
• Manajemen energi • Fasilitasi duduk di sisi tempat
Tindakan : tidur, jika tidak dapat berpindah
Observasi atau berjalan
• Identifikasi gangguan fungsi tubuh Edukasi
yang mengakibatkan kelelahan • Anjurkan tirah baring
• Monitor kelelahan fisik dan emosional • Anjurkan melakukan aktivitas
• Monitor pola dan jam tidur secara bertahap
• Monitor lokasi dan ketidaknyamanan • Anjurkan menghubungi perawat
selama melakukan aktivitas jika tanda dan gejala kelelahan
Terapeutik tidak berkurang
• Sediakan lingkungan nyaman dan • Ajarkan strategi koping untuk
rendah stimulus mengurangi kelelahan
• Lakukan latihan rentang gerak pasif Kolaborasi
dan/aktif • Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
ANALISIS JURNAL 1
Peneliti/ author : Derek J Roberts, Simon Leigh-Smith, Peter D Faris,
Chad G Ball, Helen Lee Robertson,
Christopher Blackmore1, Elijah Dixon, Andrew W
Kirkpatrick, John B Kortbeek and Henry Thomas
Stelfox

Judul dan Tahun : Clinical Manifestations Of Tension Pneumothorax:


Protocol For A Systematic Review And Meta-Analysis
Tahun 2014

Nama Jurnal : Artikel studi dan kasus observasional (kelompok, kontrol


kasus, dan lintas seksi) yang melaporkan data asli pada
manifestasi klinis tension pneumothoraks
Latar belakang riset : Meskipun penyedia layanan kesehatan menggunakan tanda
dan gejala yang dijelaskan secara klasik untuk
mendiagnosis ketegangan pneumotoraks, sumber literatur
yang tersedia berbeda dalam deskripsi mereka tentang
manifestasi klinisnya. Apalagi sementara manifestasi klinis
dari tension pneumothorax telah disarankan untuk berbeda
antara subyek yang berbeda-beda status pernapasan, masih
belum diketahui apakah perbedaan ini didukung oleh bukti
klinis. Jadi, yang utama

Sample : Menggunakan 2 kelompok, dengan pasien dewasa dan


pasien anak – anak yang menerima tekanan positif ventilasi
atau nafas tanpa bantuan.

Metode : Tinjauan sistemasis dan Meta-analisis laporan


:

Metode & desain Metode / Desain: Kami akan mencari basis data bibliografi
elektronik (MEDLINE, PubMed, EMBASE, dan Cochrane
Database Ulasan Sistematis) dan registrasi uji klinis dari
tanggal pertama yang tersedia serta file pribadi,
mengidentifikasi ulasan artikel, dan termasuk artikel
bibliografi. Dua penyelidik akan secara mandiri menyaring
identifikasi judul dan abstrak artikel serta studi dan kasus
observasional (kelompok, kontrol kasus, dan lintas seksi)
terpilih laporan dan seri yang melaporkan data asli pada
manifestasi klinis tension pneumothorax. Simpatisan ini juga
akan secara independen menilai risiko bias dan mengekstraksi
data. Data yang teridentifikasi pada manifestasi klinis dari
ketegangan pneumotoraks akan dikelompokkan berdasarkan
apakah pasien dewasa atau pasien anak-anak menerima
tekanan positif ventilasi atau bernapas tanpa bantuan, serta
apakah kedua penyelidik secara independen setuju bahwa
kondisi klinis pasien yang diteliti sesuai dengan definisi kerja
tension pneumothorax yang dipublikasikan sebelumnya.
:

Data-data ini kemudian akan dirangkum menggunakan sintesis


naratif formal di samping meta-analisis pengamatan studi dan
kemudian laporan kasus dan seri jika memungkinkan. Taksiran
gabungan atau gabungan tingkat kejadian manifestasi klinis akan
dihitung menggunakan model efek acak (untuk studi observasi)
dan digeneralisasi memperkirakan persamaan yang disesuaikan
dengan faktor pembaur yang dilaporkan (untuk laporan dan seri
kasus).

Diskusi: Studi ini akan menyusun literatur dunia tentang tension


pneumothorax dan memberikan yang sistematis pertama
deskripsi manifestasi klinis gangguan menurut status pernapasan
pasien. Itu juga akan memperagakan serangkaian metode yang
dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin
Variabel Penelitian : dihadapi selama
Penelitian pelaksanaan
ini untuk darisecara
mengetahui meta-analisis data
sistematis yang
dan
terkandung
membedakandalam laporan dan
manisfestasi seridari
klinik kasus yang dipublikasikan.
ketegangan
pneumothorak antara pasien yang menerima ventilasi tekanan
positif dibandingkan dengan mereka yang bernafas tanpa
bantuan.
:
Hasil Penelitian (belum diketahui) karena hasil studi untuk menangani
masalah pengganggu atau modifikasi dan kesalahan
klasifikasi belum jelas
:
Kesimpulan Tinjauan sistematis ini akan menyusun literatur dunia
pada pneumothoraks tension dan memberikan
sistematis pertama deskripsi manifestasi klinis yang
terkait kepada dokter dan pengguna akhir lainnya.
Sebagai pneumothorak tension seringkali merupakan
diagnosa yang sulit mungkin ditemui dalam situasi
darurat, data ini akan menjadi digunakan untuk lebih
menginformasikan penyedia layanan kesehatan pada
klinis manifestasi kondisi dan dapat berkontribisi untuk
meningkatan pemahaman tentang definisi yang sesuai.
Penelitian ini juga menunjukkan metode untuk
melakukan sintesis naratif hasil tinjauan sistematis
bersama metaanalisis studi observasional
 

Manfaat Studi ini akan memberikan kompilasi sistematis pertama literatur


dunia mengenai manifestasi klinis dari ketegangan
pneumotoraks. Tertunda atau genap diagnosis yang terlewat
dapat menyebabkan hasil yang buruk dan telah dilaporkan di
antara pasien yang kurang dideskripsikan secara klasik
manifestasi klinis dari gangguan [7,18,19], deskripsi bukti-bukti
tentang manifestasi klinis dari tension pneumothorax
memungkinkan terciptanya a daftar kriteria berdasarkan bukti
untuk diagnosisnya. Lebih lanjut, jika hasil kami mendukung
perbedaan patofisiologis yang diamati di antara penelitian hewan
tentang tension pneumothorax, itu dapat juga memungkinkan
untuk penciptaan definisi yang terpisah untuk kondisi sesuai
dengan status pernapasan saat ini dari pasien. Sebagai
keterlambatan dalam pengobatan pneumotoraks tension dapat
mempengaruhi hasil, dan beberapa dokter dapat menunda
dekompresi toraks di antara mereka yang dicurigai memiliki
kondisi sebagai hemodinamiknya stabil [65], penelitian ini juga
berpotensi membantu dalam mengidentifikasi pasien yang
mungkin menjadi kandidat yang tepat untuk perawatan dengan
jarum atau tabung torakostomi
ANALISIS JURNAL II
Peneliti/Author : Ricat Hinaywan Malik
   

   

 
Judul Dan Tahun : Penanganan Gawat Darurat Tension Pneumothorax
  Tahun 2020
   
Nama Jurnal : Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Tension Pneumothorax
 

 
Latar belakang Riset : Tension pneumothorax merupakan keadaa gawat darurat dengan angka
  kematian tinggi yang bisa ditangani dengan tindakan sederhana. Selain
banyak disebabkan karena trauma toraks, tension pneumothorax jarang
 
disebabkan penyakit infeksi seperti tuberkulosis paru. Selama ini
  penanganannya dengan Needle thoracocentesis di sela iga ke dua linea
  mid-klavikula dan pemasangan chest tube-WSD di sela iga kelima
:
sample 1 orang pasien berumur 38 tahun, Laki-laki
:
Metode Laporan kasus , kasus dipilih dari kasus emergensi yang jarang terjadi
berupa kasus emergensi dimana pasien di beri penanganan dan dapat
bertahan hidup hingga pulang dari rumah sakit dengan keterbatasan
fasilitas dan sumber daya
Metode dan Desain
:
Metode yang digunakan oleh penulis adalah Case Report. Studi
dilakukan di rumah sakit dengan keterbatasan fasilitas dan jumlah
sumber daya di kota Demak, dicari kasus pasien yang bersifat emergensi
(mengancam nyawa) yang jarang terjadi yaitu tension pneumothorax
tetapi berada di bangsal antara tahun 2013 hingga tahun 2014.
Setelah ditemukan pasien dengan diagnosis tersebut, disiapkan
semua alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu: lidokain, spuit, kasa steril,
alkohol, IV cath no.14G, plester, infus/transfusion set, flabot kosong
(bekas infus 500 cc berisi cairan sekitar separuhnya, dan gunting. Semua
alat dan bahan tersebut seharusnya berada di IGD maupun bangsal
rumah sakit manapun (termasuk rumah sakit terpencil). Pasien dilakukan
anestesi lokal di sela iga kelima (ICS V) linea mid-aksila. Setelah
anestesi lokal, sebuah IV cath ukuran terbesar (14G) ditusukkan sebagai
torakosintesis di spatium interkosta kelima (ICS 5) tepat di sisi atas
kosta ke-6 linea mid- aksila kanan sesuai update terbaru Advance
Trauma Life Support (ATLS).(5) Jarum (needle) diambil dan cath tetap
menancap yang kemudian difiksasi dengan plester.
:
Setelah tidak didapatkan udara keluar dari needle,
dilanjutkan pemasangan mini-water sealed drainage (mini-
WSD) yang dapat dibuat menggunakan alat sederhana.
Mini-WSD terdiri dari selang infus yang disambungkan
dengan IV cath di satu sisi, sedangkan sisi lainnya
digunting/dipotong sebelum ujungnya dan dimasukkan ke
dalam botol infus yang berisi air setengah botol, dengan
ujung selang infus tenggelam hingga dasar botol. Pasien
dievaluasi undulasi dan gelembung udara (bubble) yang
muncul tiap pasien inspirasi.
Pasien diikuti perkembangannya (follow-up) dan data
didokumentasikan secara lengkap, untuk kemudian
dilaporkan dalam bentuk laporan kasus (case report).
 

Variabel penelitian : Pemeriksaan follow-up 2 jam setelah pemasangan mini-WSD,


pasien masih tampak sesak nafas tetapi hasil anamnesis
merasa lebih baik (sesak berkurang, RR menjadi 32
kali/menit), dan sudah tidak tampak undulasi dan bubble lagi.
Mini-WSD dilepas dan luka bekas jarum ditutup dengan kasa
povidon iodin dan diplester. Pemeriksaan radiologi X-foto
toraks ulang tidak dapat dilakukan karena keterbatasan
sumber daya manusia, sehingga baru dapat dilakukan 6 jam
kemudian (masuk hari kedua), dengan hasil menurut Ahli
Radiologi bahwa pneumothorax kanan relatif sama, emfisema
subkutis kanan, dan masih tampak TB aktif paru kiri. Tak
tampak cairan di kedua sisi hemotoraks
:
Hasil penelitian Seorang laki-laki berusia 38 tahun dibawa ke IGD, dilanjutkan foto
toraks dan rawat inap di bangsal rumah sakit dengan keluhan sesak
nafas. Pasien mengeluh sesak sejak sekitar 1 minggu yang lalu,
telah diperiksakan ke perawat dekat rumahnya, didiagnosis asma
dan mendapat obat tetapi sesak nafas tidak berkurang dan semakin
berat. Pasien mengeluh demam sejak 4 hari terakhir, batuk jarang
sejak 5 bulan terakhir dengan dahak kadang putih, kuning, dan
hijau kental. Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya,
bukan perokok, tidak pernah menjalani pengobatan TB dan
hipertensi. Pasien memiliki riwayat trauma dada sekitar 1 minggu
yang lalu karena jatuh di toilet dan dadanya membentur pipa, nyeri
dan tidak langsung sesak saat itu.
Pemeriksaan fisik di bangsal: status generalis tampak sulit
bernafas, kesadaran komposmentis, gizi cukup. Tanda vital:
tekanan darah 120/80 mmHg, HR 132 kali/menit, RR 36
kali/menit, dan suhu tubuh 37,5oC (aksila). Saturasi oksigen perifer
(SpO2) 80% dan dikoreksi menjadi 91% dengan oksigen non-
rebreathing mask (NRM). Rambut, kepala, kulit, mata, hidung,
telinga, mulut, tenggorokan, jantung, abdomen, anogenital, dan
ekstremitas dalam batas normal. Lehernya simetris, tidak teraba
deviasi trakhea, tetapi tampak jelas peningkatan tekanan vena
jugularis (dilatasi vena).
Kesimpulan : Pada penanganan tension pneumothorax, needle thoracocentesis di
sela iga kelima linea mid-aksila dan pemasangan mini-WSD lebih
mudah dilakukan dan bisa di lakukan di rumah sakit dengan
fasilitas kurang dan sumber daya terbatas,bahkan di bawah standar.
Needle thoracocentesis di sela iga kelima lebih mudah di lakukan
di karenakan dinding dada yang lebih tipis daripada di sela iga
kedua linea mid klavikula. Mni-WSD juga bisa di lakukan,
terutama bila tidak ada chest tube, WSD definiti,ahli paru maupun
ahli bedah. Needle thoracocentesis dan mini-WSD dapat
memperbaiki keadaan pasien tension pneumothorax. Penanganan
open thoracostomy di anggap lebih baik dan direkomendasikan
bila penolong memiliki keahlian tersebut.

Manfaat : Dalam penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui teoritis,dan


penanganan keadaan gawat darurat pada tension pneumotoraks,
berharap dari studi kasus ini mampu menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh diperguruan tinggi guna di
aplikasikan dilapangan dan mampu meningkatkan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan khususnya pada pasien pneumothorax
KESIMPULAN

Pneumotoraks adalah pengumpulan udara atau gas dalam


rongga pleura,yang berada antara paru-paru dan toraks.
Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa
kondisi paru-paru kronis (biasa disebut PneumotoraksPrimer) dan
orang dengan penyakit paru-paru (Pneumotoraks Sekunder).
Selain itu, banyak juga ditemui kasus pneumotoraks yang
disebabkan trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan atau
komplikasi dari berbagai pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai