Anda di halaman 1dari 35

Presentasi Referat

PERTUMBUHAN
JANIN TERHAMBAT
O L EH :
S I T I N U R DI A NT I / 1 10 2 01 4 25 3
P E M B I MB I N G :
L E T KOL C K M D R . R I FA R DI R I F I A R , S P, OG
PENDAHULUAN
◦ Pertumbuhan janin terhambat merupakan salah satu penyumbang angka
mortalitas dan morbiditas nenoatus.

◦ Sekitar dua per tiga PJT berasal dari kelompok kehamilan yang berisiko tinggi,
misalnya hipertensi, perdarahan antepartum, penderita penyakit
jantung, dan kehamilan multipel sedangkan sepertiga lainnya berasal dari
kelompok kehamilan tidak mempunyai risiko

◦ Oleh karena itu , dibutuhkan penegakan diagnosis yang akurat dan


penatalaksanaan yang sesuai guna mencegah dan menurunkan komplikasi yang
lebih lanjut.
APA ITU PJT???
Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah suatu keadaan yang dialami oleh janin
yang mempunyai berat badan di bawah batasan tertentu dari umur kehamilannya.

Secara definisi, PJT adalah janin yang berat badannya sama atau kurang dari 10
persentil yang tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal karena terhambat
oleh faktor maternal, fetal atau plasenta.

Ada klinisi yang menggunakan titik potong (cut-off point) 5 persentil, ataupun 2
Standar deviasi (SD) (kurang lebih 3 persentil).

Selain melalui berat badan beberapa mendefinisikan dengan lingkar perut kurang
atau sama dengan 5 persentil atau femur lenght (FL)/ abdominal circumference (AC) >
24
Faktor Resiko
Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan faktor
risiko dan ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur
kehamilan.

Beberapa faktor risiko PJT antara lain


• lingkungan sosio-ekonomi rendah,
• adanya riwayat PJT dalam keluarga,
• riwayat obstetri yang buruk,
• berat badan sebelum dan selama kehamilan yang
rendah.
Faktor risiko yang dapat dideteksi
sebelum kehamilan antara lain ada
riwayat PJT sebelumnya

riwayat penyakit kronis

riwayat Antiphsopholipid syndrome (APS)

indeks massa tubuh yang rendah

keadaan hipoksia maternal.


Sedangkan faktor risiko yang dapat dideteksi selama kehamilan antara lain :

Peningkatan kadar hCG

Riwayat minum jenis obat-obatan

Perdarahan pervaginam

Kelainan plasenta

Partus prematur

Kehamilan ganda

Kurangnya penambahan berat badan selama kehamilan.


Etiologi
Faktor Genetik
Faktor Plasenta
• Infark plasenta
• Solusio plasenta
• Plasenta previa
• Kelainan pembuluh darah plasenta
• Insersi velamentosa
• Korioangioma
• Plasenta sirkumvalata
Faktor Fetal
Kelainan kromosom
• Trisomi 13, 18, dan 21
• Sindrom Turner

Malformasi janin
• Anensefal
• Kelainan jantung
• Hernia diafragmatika
• Kelainan ginjal

Kehamilan multifetus

Infeksi janin
• Rubella
• Cytomegalovirus (CMV)
• Varisela Zoster
Faktor Maternal
• Faktor konstitusi
• Faktor nutrisi
• Kondisi hipoksia
• Problem vaksuler
• Hipertensi kronis
• Preeklmasi
• Anti phospholipid syndrom
• Insulin dependent diabetes melitus
• Penyakit kolagen
Faktor Maternal
• Penyakit ginjal
Faktor Maternal
• Faktor Lingkungan
• Merokok
• Penggunaan obat-obatan
• Dataran tinggi
• Riwayat obstreti buruk
• Riwayat PJT
• Riwayat lahir mati
• Riwayat prematur
Klasifikasi

Tipe I (pertumbuhan janin terhambat


simetris)

Tipe II (pertumbuhan janin terhambat


asimetris)
PATOFISIOLOGI

Pertumbuhan janin terhambat adalah kegagalan janin untuk mencapai / potensi


pertumbuhan intrinsik nya, karena anatomi dan / atau gangguan fungsional dan
penyakit di unit feto-plasenta-ibu.

Pertumbuhan janin terhambat dibagi menjadi


• simetris jika berat, panjang, dan lingkar kepala yang rendah, biasanya indikasi pada proses yang berasal di
awal kehamilan

• asimetris saat sparing otak terjadi dan kepala lingkar dalam batas normal, indikasi proses yang terjadi
sebagai kemajuan kehamilan. Pertumbuhan janin terhambat tipe asimetris biasanya terkait dengan
gangguan fungsi uteroplasenta atau kekurangan nutrisi.
Banyak studi epidemiologi menunjukkan hubungan yang kuat antara
pertumbuhan janin terhambat dan perkembangan selanjutnya dari
sindrom metabolik.

Hipotesis fenotipe mengusulkan bahwa hubungan antara


pertumbuhan janin terhambat dan selanjutnya pengembangan
diabetes tipe 2 / sindrom metabolic, menghasilkan perubahan
permanen dalam metabolisme glukosa-insulin.

Perubahan ini termasuk mengurangi kapasitas sekresi insulin dan


resistensi insulin.

Dalam hal ini, perubahan dalam gizi janin dapat mengakibatkan


adaptasi perkembangan yang permanen mengubah fisiologi dan
metabolisme keturunan, sehingga predisposisi individu untuk
metabolisme, endokrin, dan gangguan kardiovaskular
Peran jaringan adiposa
Sebuah bukti baru-baru ini menyarankan bahwa jaringan adiposa
juga mungkin mempunyai peran utama dalam hubungan
pertumbuhan janin untuk perkembangan penyakit dewasa.

Resistensi insulin, diabetes terkait obesitas, dan gangguan


metabolisme yang menyertainya sangat terkait dengan
peningkatan massa lemak visceral.

Pertumbuhan janin terhambat dikenal untuk mengubah


perkembangan janin jaringan adipose.

Janin pada pertumbuhan janin terhambat menunjukkan


pengurangan massa lemak tubuh, yang terutama mencerminkan
penurunan akumulasi lipid dalam sel lemak.
DIAGNOSIS
Kecurigaan adanya suatu PJT jika didapatkan satu atau lebih dari
beberapa tanda berikut, yaitu:
• Tinggi fundus uteri (TFU) lebih dari atau sama dengan 3 cm lebih dibawah
normal
• Pertambahan berat badan kurang dari 5 kg pada usia kehamilan (UK) 24
minggu atau kurang dari 8 kg pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu
dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) < 30)
• Estimasi berat badan < 10 persentil,
• Dari pemeriksaan ultrasonografi HC/AC > 1
• AFI kurang dari atau sama dengan 5 cm,
• Sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3
• Ibu merasa gerakan janin berkurang
1. Anamnesis

Ada riwayat/faktor risiko


• Hipertensi
• Penyakit paru kronis
• Penyakit jantung sianotik
• Pemakaian obat-obatan
• Merokok
• Infeksi jantung
• Riwayat PJT sebelumnya
2. Pemeriksaan klinis
Pengukuran tinggi fundus uter (TFU) dan lingkaran perut (LP).

Kecurigaan PJT ditegakkan apabila TFU ditemukan menetap pada 2 kali


pemeriksaan dengan selang 1-2 minggu atau menurun dibawah persentil 10.
Untuk menentukan biometri dan keadaan fungsi organ lain
Diameter biparietal (BPD)

Panjang femur

Lingkaran kepala

Lingkaran perut

Taksiran berat badan janin (TBBJ)

Velosimetri Doppler

Cairan amnion
Evaluasi
Evaluasi kesejahteraan janin untuk mendiagnosis keadaan hipoksia janin, dengan
melakukan pemeriksaan :
Pemantauan gerakan janin (Fetal kick count) setiap hari

USG Doppler setiap minggu

NST (uji tanpa kontraksi) setiap minggu

OCT (uji dengan kontraksi) bila NST non reaktif

Cairan amnion, untuk mendiagnosis oligohidramnion (diameter kantong terdalam < 2


cm atau AFI < 5)

BPP setiap minggu (profil biofisik berupa denyut jantung janin, pernapasan)
Tatalaksana
Non Stress Test (NST).
Bila janin sudah didiagnosis
mengalami PJT, maka harus
disiapkan pengawasan Contraction Stress Test (CST) dan
Biophisic Score (BPS) / Biophysical
perinatal janin dan waktu profile (BPP)
terminasi yang optimal.
Pengawasan ante partum
Amniosentesis
yang diperlukan antara lain:

Volume cairan amnion

Cordosentesis.
Penatalaksanaan pada
pertumbuhan janin terhambat,
antara lain :

terapi kausal terhadap penyebab atau penyulit yang


mendasari
konservatif
◦ tirah baring (tidur miring)
◦ pemberian kalori ≥2600 kal/hari peroral atau parenteral
◦ pemberian kortikosteroid
Terminasi kehamilan
Tergantung pada perkembangan hasil terapi
◦ hamil aterm (≥ 37 minggu)
◦ sudah mendapat terapi kortikosteroid (kehamilan 24-34
minggu) yang disertai dengan tanda-tanda di bawah ini :
◦ skor biofisik < 2 (terutama bila ditemukan oligohidramnion)
◦ deselerasi lambat, variabel yang berulang
◦ doppler a. Umbilikalis : REDF (Reversed end diastolic flow) atau AEDF
(Absent of End Diastolic flow)
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Faktor risiko PJT


Konfirmasi penyakit yang mendasari
Pemeriksaan TFU dan BB ibu pmeriksaan USG

Simetris Asimetris

Amniosentesis
Analisa kromosom (bila memungkinkan)
Identifikasi infeksi

Pemeriksaan antenantal
a. USG dan Doppler USG setiap 2 minggu
b. Observasi gerakan janin (Fetal kick count) setiap hari
c. NST 2 kali seminggu
d. OCT bila NST abnormal
e. Cairan amnion dan BPP

Terapi kausal

Terapi konservatif

Terminasi kehamilan pada :


- hamil aterm (≥ 37 minggu)
Bagan 1 Pertumbuhan - diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin pada kehamilan 24-34 minggu
Janin Terhambat - skor biofisik < 2 (terutama bila terdapat prematuritas)
Sumber : Panduan praktik - deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang berulang
klinis obstreti da ginekologi - Kelainan gambaran doppler a. Umbilikalis
RSHS4
Penatalaksanaan pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan sebelum aterm
tidak ada tatalaksana khusus untuk memperbaiki kondisi. Misalnya tidak
ada bukti bahwa tirah baring mampu mempercepat pertumbuhan atau
memperbaiki prognosis.
Meskipun demikian banyak dokter yang secara tidak sengaja
menyarankan modifikasi istirahat. Menurut American College of
Obstreticians and Gynecologist (2006) mengatakan bahwa suplementasi
nutrisi, upaya penambahan volume plasma, terapi oksigen, obat-obatan
antihipertensi, heparin dan aspirin semuanya telah terbukti tidak
efektif.
Pada kebanyakan kasus yang terdiagnosa sebelum aterm, tidak ada
etiologi yang tepat ataupun terapi khusus yang jelas. Keputusan terapi
berdasarkan dengan penilaian terhadap risiko relatif kematian janin
dengan penatalaksanaan yang seharusnya versus kelahiran kurang
bulan.
Pencegahan
Pencegahan pertumbuhan janin terhambat idealnya dimulai
sebelum konsepsi terjadi dengan mengoptimalkan Kondisi
kesehatan ibu, pengobatan, dan gizi.

Penghentian kebiasaan merokok sangatlah dianjurkan.

Pada kehamilan-kehamilan yang berisiko mengalami


pertumbuhan janin terhambat misalnyapada perempuan
dengan hipertensi atau dengan rwayat PJT sebelumnya,
profilaksis dengan aspirin dosis rendah pada awal kehamilan
telah terbukti mengurangi PJT sebesar 10 persen.
Prognosis

PJT tipe II lebih baik PJT tipe I (terutama


daripada bayi lahir dengan kelainan
kurang bulan tetapi kongenital yang
sering pada anak ini multipel) buruk.
memperlihatkan juga
gangguan
pertumbuhan setelah
lahir
Komplikasi
SIMPULAN
Secara rasional pengelolaan kehamilan yang dicurigai PJT dapat dimulai dari tindakan
untuk menghilangkan faktor risiko seperti infeksi, kekurangan nutrisi, pengobatan
hipertensi, mencegah atau menghilangkan kebiasaan merokok, dan sebagainya.

Berbagai upaya intervensi telah dicoba namun hasilnya belum dapat


direkomendasikan secara ilmiah, seperti terapi oksigen, nutrisi, rawat inap di RS, bed rest,
betamimetik, calcium channel blockers, terapi hormon, plasma ekspander, pemberian
aspirin, dan sebagainya. Pemberian kortikosteroid pada kehamilan 24-36 minggu dapat
menurunkan kejadian sindroma distres pernafasan (RDS).

Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan Doppler USG, KTG dan profil
biofisik. Terminasi kehamilan dilakukan apabila ditemukan gambaran Doppler yang
abnormal (AEDF/REDF, A/R Ductus Venosus flow, pulsasi v.umbilikalisis), KTG dan profil
biofisik yang abnormal.

Anda mungkin juga menyukai