PROLAPSUS UTERI
OLEH :
Indah Kurniati
K1A1 14 080
OLEH :
Ditha Arisqa Nasir, S.Ked
K1B1 21 024
PEMBIMBING
dr. Steven Ridwan, M.Kes, Sp.OG
A. Pendahuluan
Prolapsus Uteri merupakan penurunan sebagian atau seluruh bagian
uterus ke introitus vagina. Hal tersebut dikarenakan dukungan yang tidak
adekuat dari ligamen yang menyokong uterus serta struktur penyangga pelvis
mengalami kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut
turun.1
Prolaps organ genitalia adalah kondisi umum yang terjadi sekitar 50%
wanita usia lanjut mengalaminya selama hidup mereka. Wanita yang
mengalami prolaps organ genitalia hanya 10-20% dari penderita yang
mengalami gejalanya dan 11% dari mereka menjalani intervensi bedah untuk
koreksi prolaps setidaknya sekali. 2
Kualitas hidup wanita yang mengalami prolaps organ genitalia meskipun
mungkin asimptomatik tetapi dampaknya sangat bervariasi. Banyak wanita
dengan prolaps organ genitalia mengalami gangguan dasar pelvis
komorbiditas, seperti masalah kemih dan / atau tinja, termasuk inkontinensia
yang secara serius dapat mengganggu kualitas hidup dan membatasi fungsi
sosial, psikologis dan seksual. 3
B. Anatomi
1. Uterus
Uterus pada orang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah
peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uerus adalah 7-7,5 cm, lebar
ditempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas
korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah).
Didalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uterri), yang membuka
keluar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak serviks. Bagian
bawah serviks yang terletak divagina dinamakan porsio uteri (pars
vaginalis servisis uteri). Sedangkan yang berada diatas vagina disebut pars
supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan servis masih terdapat
bagian yang disebut istmus uteri. Bagian atas uterus disebut fundus uteri,
di situ tuba Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus. 4
D. Epidemiologi
Prolapsus organ panggul merupakan masalah kesehatan yang umum
terjadi dan mengenai hingga 40% wanita yang telah melahirkan dan berusia
di atas 50 tahun.3 Prolapsus uteri menempati urutan kedua tersering setelah
cystourethrocele (bladder and urethral prolapse). Pada studi Women’s
Health Initiative (WHI) Amerika, 41 % wanita usia 50-79 tahun mengalami
Prolapsus Organ Panggul (POP), diantaranya 34% mengalami cystocele, 19%
mengalami rectocele dan 14% mengalami prolapsus uteri. Prolapsus terjadi di
Amerika sebanyak 52% setelah wanita melahirkan anak pertama, sedangkan
di Indonesia prolapsus terjadi sebanyak 3,4-56,4% pada wanita yang telah
melahirkan. Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan setiap
tahun terdapat 4767 kasus prolapsus, dan sebanyak 260 kasus pada tahun
2005-2010 mendapat tindakan operasi.5
F. Klasifikasi
Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan
pendapat antara lain ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan
beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu :
a. Prolapsus uteri TK I dimana servik uteri turun sampai introitus vaginae;
Prolapsus uteri TK II, dimana servik menonjol keluar dari introitus
vaginae ; Prolapsus uteri TK III, seluruh uterus keluar dari vagina;
prolapsus ini juga dinamakan Prosidensia uteri.
b. Prolapsus uteri TK I, servik masih berada di dalam vagina ; Prolapsus
uteri TK III, servik keluar dari introitus, sedangkan pada Prosidensia
uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina.
c. Prolapsus uteri TK I, servik mencapai introitus vaginae ; Prolapsus uteri
TK II , uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian ; Prolapsus uteri
TK III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari ½ bagian.
d. Prolapsus uteri TK I, servik mendekati prosessus spinosus; Prolapsus
uteri TK II, servik terdapat antara Proc. Spinosus dan introitus vaginae ;
Prolapsus uteri TK III , servik keluar dari introitus.
e. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi d, ditambah dengan Prolapsus
uteri TK IV (Prosidensia Uteri).4
Gambar 3. Derajat prolapsus uteri7
Untuk mengklasifikasikan POP telah dikembangkan beberapa sistem.
Untuk keperluan praktik klinis, sistem Baden-Walker telah digunakan secara
luas. Sistem Baden-Walker cukup adekuat digunakan dalam praktik klinik
selama penurunan atau protrusi dari semua kompartemen panggul (anterior,
apikal, dan posterior) diperiksa. Stadium prolaps uteri dibagi menjadi 5
bagian berdasarkan turunnya bagian terbawah organ 8
• Stadium 0 : Posisi normal untuk tiap lokasi
• Stadium 1 : Penurunan sampai dengan setengah jarak (halfway)
menuju himen
• Stadium 2 : Turun sampai dengan himen
• Stadium 3 : Turun setengah jarak (halfway) melewati himen
• Stadium 4 : Penurunan maksimum untuk tiap lokasi
G. Etiologi
Kondisi yang berhubungan dengan Prolapsus Uteri antara lain:
1. Trauma obstetrik (meningkat dengan multiparitas, ukuran janin lahir per
vaginam) akibat peregangan dan kelemahan jaringan penyokong pelvis.
2. Kelemahan kongenital dari jaringan penyokong pelvis (berhubungan
dengan spina bifida pada neonatus).
3. Penurunan kadar estrogen (contohnya menopause) berakibat hilangnya
elastisitas struktur pelvis.
4. Peningkatan tekanan intraabdominal, contohnya obesitas, penyakit
paru kronik, asma.
5. Varian anatomi tertentu seperti wanita dengan diameter transversal
pintu atas panggul yang lebar atau pintu atas panggul dengan orientasi
vertikal yang kurang, serta uterus yang retrograde.8
H. Patofisiologi
Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan
ligamentum membentuk dasar pelvis. Prolaps uteri terjadi ketika dasar pelvis
yaitu otot dan ligamentum mengalami peregangan, terjadi kerusakan, dan
kelemahan sehingga mereka tidak sanggup untuk menyokong organ pelvis,
sehingga uterus dan organ pelvis lainnya jatuh ke introitus vaginae. Prolaps
bisa saja terjadi secara tidak komplet, atau pada beberapa kasus yang berat,
terjadi prolaps yang komplet sehingga uterus jatuh sampai keluar vagiana. 10
Prolapsus Uteri diakibatkan oleh kelemahan jaringan penyokong
pelvis, meliputi otot, ligamen, dan fasia. Pada orang dewasa, kondisi ini
biasanya disebabkan oleh trauma obstetri dan laserasi selama persalinan.
Proses persalinan per vaginam menyebabkan peregangan pada dasar pelvis,
dan hal ini merupakan penyebab paling signifikan dari Prolapsus Uteri.
Selain itu, seiring proses penuaan, terdapat penurunan kadar estrogen
sehingga jaringan pelvis kehilangan elastisitas dan kekuatannya. 8
Rendahnya kadar kolagen berperan penting dalam Prolapsus Uteri,
ditunjukkan oleh peningkatan risiko pada pasien dengan sindrom Marfan dan
sindrom Ehlers- Danlos. Pada neonatus, Prolapsus Uteri disebabkan oleh
kelemahan otot atau defek persarafan pelvis secara kongenital. 8
I. Manifestasi Klinis
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak
keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai4:
Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genialia
Eksterna.4
Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.4
Prolaps uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
- Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu
berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
- Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan
karena infeksi serta luka pada portio uteri.4
I. Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala prolapsus uteri bersifat individual, berbeda-beda pada setiap
orang. Tingkat keparahan prolapsus uteri bervariasi. Kadangkala penderita
dengan prolapsus yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolapsus ringan mempunyai banyak
keluhan. Keluhan-keluhan yang paling umum dijumpai: Perasaan adanya
suatu benda yang mengganjal di vagina atau menonjol di genitalia eksterna9
a) Rasa sakit di panggul atau pinggang (backache) merupakan gejala
klasik dari prolapsus
b) Luka dan dekubitus pada porsio uteri akibat gesekan dengan celana
atau pakaian dalam
c) Gangguan berkemih, seperti inkontinensia urin atau retensi urin
d) Kesulitan buang air besar
e) Infeksi saluran kemih berulang
f) Perdarahan vagina
g) Rasa sakit atau nyeri ketika berhubungan seksual (dispareunia)
h) Keputihan atau cairan abnormal yang keluar melalui vagina
i) Prolapsus uteri derajat III dapat menyebabkan gangguan bila
berjalan dan bekerja
Gejala dapat diperburuk apabila berdiri atau berjalan dalam waktu
yang lama. Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan pada otot-otot
panggul oleh pengaruh gravitasi. Latihan atau mengangkat beban juga
dapat memperburuk gejala. 9
2. Pemeriksaan Fisik
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu:
a) Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan posisi
litotomi.
b) Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain.
c) Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai: Erosi atau ulserasi pada
epitel vagina. Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi
segera, ulkus yang bukan kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak
ada reaksi pada terapi. Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsus uteri
dan penting untuk mengetahui derajat prolapsus uteri dengan inspeksi
terlebih dahulu sebelum dimasukkan inspekulum.
d) Manuver Valsava
Derajat maksimum penurunan organ panggul dapat dilihat dengan
melakukan pemeriksaan fisik sambil meminta pasien melakukan
manuver Valsava. Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal,
dinding anterior vagina, serviks, apeks, cul-de-sac, dinding posterior
vagina, dan perineum perlu dievaluasi secara sistematis dan terpisah.
Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk mengejan pada
posisi berdiri di atas meja periksa.
Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) dapat dilakukan untuk
menentukan risiko inkontinensia tipe stres pasca operasi prolapsus.
e) Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan
kekuatan otot levator ani.
f) Pemeriksaan rektovaginal : Untuk memastikan adanya rektokel yang
menyertai prolapsus uteri. 9
J. Penatalaksanaan
Pendekatan Penanganan
Untuk wanita dengan asimtomatik atau gejala ringan, managemen
kehamilan masih memungkinkan dilakukan. Namun, pada wanita dengan
prolaps yang signifikan atau dengan gejala yang mengganggu, terapi tanpa
pembedahan atau dengan pembedahan mungkin bisa menjadi pilihan
tergantung pada tipe dan keparahan dari gejala, komorbiditas, keinganan untuk
melakukan hubungan seksual dikemudian hari, kemandulan, dan faktor risiko
rekuren. Penanganan yang diberikan harus memberikan perbaikan pada gejala
tetapi keuntungan terapi sendiri harus lebih besar daripada risiko yang dapat
dialami.6
Kombinasi terapi tanpa pembedahan dan dengan pembedahan sering
digunakan. Gejala-gejala harus di bagi berdasarkan keparahan dan tingkat
ketidaknyamanan dari gejala itu sendiri dan pilihan dari setiap hal itu harus
didiskusikan. Penilaian tingkat kesuksesan setiap pilihan harus berdasarkan
bukti. Pada kasus yang paling sederhana, pasien dengan prolaps apex vagina
yang melebihi hymen, memiliki gejala adanya tojolan atau tekanan panggul
yang bisa diberikan pilihan penanganan tanpa operasi atau dengan operasi.
Pada kasus yang lebih sulit, wanita dengan prolaps melebihi cincin hymenal
mungkin dapat terjadi tonjolan, konstipasi, inkontinensi terdesak, dan nyeri
panggul. Gejala-gejala tersebut harus diurutkan berdasarkan keparahan gejala
dan kepentingan dari resolusi. Untuk memenuhi semua keluhan, terapi
mungkin melibatkan pessarium atau pembedahan untuk gejala adanya tonjolan
dan terapi tanpa pembedahan untuk konstipasi, inkontinensi terdesak dan nyeri
panggul.6
1. Penanganan Tanpa Pembedahan
a. Latihan-latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus ringan, terutama yang
terjadi pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya
untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang
mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan.
Caranya ialah penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan
dasar panggul seperti biasanya setelah selesai BAB, atau penderita
disuruh membayangkan seolah-oleh sedang miksi dan tiba-tiba
menahannya. Latihan ini menjadi lebih efektif dengan menggunakan
perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas obrturator yang
dimasukkan ke dalam vagina, dan yang dengan suatu pipa
dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian, kontraksi
otot-otot dasar panggul dapat diukur.8
Sayangnya, tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang mendukung
latihan panggul sebagai pencegahan dan penanganan prolaps. Namun,
latihan otot dasar panggul mempunyai risiko minimal dan ringan
biaya. Karena alasan inilah, hal ini dapat ditawarkan pada wanita
dengan asimtomatik atau gejala ringan yang tertarik dengan
pencegahan perkembangan penyakit dan menolak penanganan yang
lain.6
b. Penggunaan pessarium pada Prolaps Organ Panggul
Pessarium adalah terapi bukan bedah standart untuk POP (Prolaps
Organ Panggul). Dalam sejarah, berbagai jenis alat dan bahan untuk
prolaps telah dijelaskan, termasuk kain, kayu, lilin, metal, gading,
tulang, busa dan gabus. Pessarium sekarang biasanya dibuat dari silicon
atau plastik lembam dan mereka aman dan mudah untuk diatur.6
1) Indikasi Penggunaan
Prolaps organ panggul masih menjadi indikasi paling umum
untuk pessarium. Secara tradisional, pessarium telah disediakan
untuk wanita yang tidak layak atau tidak mau menjalani operasi.
Sebuah survei dari anggota American Urogynecologic Society
mengkonfirmasi sentimen ini diantara para ahli ginekologi dengan
pengalaman praktik lebih dari 20 tahun. Namun, sebuah survei
yang sama dengan ahli ginekologi yang lebih muda khususnya
yang mendeskripsikan diri mereka sebagai ahli uroginekologi,
menunjukkan mereka menggunakan pessarium sebagai terapi lini
pertama sebelum merekomendasikan pembedahan. Wanita yang
telah melewati minimal satu kali upaya pembedahan sebelumnya
tanpa bantuan sering kali lebih memilih pessarium dibandingkan
pembedahan tambahan.6
Pessarium dapat juga digunakan secara diagnostik. Seperti
yang sebelumnya dibahas, gejala-gejala mungkin bisa tidak
berhubungan dengan tipe atau keparahan dari prolaps.
Penggunanan pessarium jangka pendek mungkin dapat membantu
pada proses ini. Meskipun pasien menolak menggunakan pessarium
jangka panjang, dia mungkin akan setuju untuk menggunakannya
dalam jangka pendek untuk menentukan apakah keluhan utama
mereka membaik atau terselesaikan, Pessarium juga dapat
digunakan secara diagnostik untuk mengidentifikasi wanita yang
berisiko mengalami inkontinensi setelah operasi perbaikan
prolaps.7
Baru-baru ini multisenter mengacak cross-over trial dengan
membandingkan dua tipe pessarium untuk mengatasi gejala-gejala
prolaps dan masalah urin. Penelitian ini mendemonstrasikan bahwa
pessarium dapat memberikan perbaikan yang sederhana pada
obstruksi urin, gejala yang mengganggu dan gejala stress.6
2) Tipe-Tipe Pessarium
Dua kategori umum untuk pessarium yang ada adalah
pessarium dengan bantuan (support pessaries) dan pessarium
pengisiruang (Space-filling pessaries). Alat ini tersedia dalam
berbagai bentuk dan ukuran, serta mempunyai indikasi tertentu.
K. Pencegahan
Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan kalau perlu
dilakukan elektif (seperti ekstraksi forceps dengan kepala sudah di dasar
panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka atau
kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar
dihindarkan penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul,
menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat Crede), mengawasi
involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta mencegah atau
mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal seperti
batuk-batuk yang kronik, merokok, mengangkat benda-benda berat. Pada
wanita sebaiknya melakukan senam Kegel sebelum dan setelah melahirkan.
Selain itu usia produktif dianjurkan agar penderita jangan terlalu banyak
punya anak atau sering melahirkan. Untuk wanita dengan IMT diatas normal,
sebaiknya menurunkan berat badan dengan olahraga, serta diet yang tinggi
serat. 12
L. Komplikasi
1. Kreatinisasi mukosa vagina dan porsio uteri
Ini terjadi pada prosidensia uteri, dimana keseluruhan uterus keluar dari
introitus vagina
2. Dekubitus
Dekubitus dapat terjadi karena uterus yang keluar bergeseran dengan paha
dan pakaian. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan sehingga perlu
dibedakan dengan penyakit keganasan, khususnya bila penderita sudah
berusia lanjut
3. Hipertrofi serviks uteri elongasio koli
Komplikasi ini dapat didiagnosis dengan periksa lihat dan periksa raba
4. Hidroureter dan hidronefrosis
Gangguan miksi dan stres incontinence menyebabkan menyempitnya
ureter sehingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis
5. Sering dijumpai infeksi saluran kencing dan kemandulan terutama pada
prolaps yang berat
6. Hemoroid dan inkarserasi usus halus sering terjadi sebagai komplikasi
prolaps yang terakhir ini memerlukan tindakan operatif. 5
M. Prognosis
Bila Prolapsus Uteri tidak ditatalaksana, maka secara bertahap akan
memberat. Prognosis akan baik pada pasien usia muda, dalam kondisi
kesehatan optimal (tidak disertai penyakit lainnya), dan IMT dalam batas
normal. Prognosis buruk pada pasien usia tua, kondisi kesehatan buruk,
mempunyai gangguan sistem respirasi serta IMT diatas batas normal.
rekurensi Prolapsus Uteri setelah tindakan operasi sebanyak 16%.5
DAFTAR PUSTAKA