Anda di halaman 1dari 33

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun oleh :
Bella Aprilni Kriwangko
C014182069

Residen Pembimbing :
dr. Ardio Rizky Tansil, Tan

Supervisor :
Dr. dr. Elizabet Catherine Jusuf, Sp.OG (K), M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Bella Aprilni Kriwangko
NIM : C014182069
Judul Lapsus : Abortus Inkomplit

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, November 2020

Mengetahui,
Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor

dr. Ardio Rizky Tansil, Tan dr. Elizabet Catherine Jusuf, Sp.OG (K), M.Kes

Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG (K)


LAPORAN KASUS
 Identitas
Nama : Ny.H
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Makassar
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 31 Oktober 2020, pukul 07.15 WITA
No.RM : xx.xx.xx
HPHT : 25 Agustus 2020
HPL : 5 Juni 2021
UK : 10 minggu 4 hari

 Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang : Hal ini telah dialami pasien sejak 1 minggu ini dan
memberat dalam 1 hari terakhir. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman
disertai gumpalan darah, frekuensi 1-2 kali ganti pembalut per hari. Keluhan ini
disertai dengan nyeri perut seperti mulas-mulas dan nyeri pinggang. Pasien mengaku
dirinya tidak haid sejak bulan September 2020. Pasien melakukan pemeriksaan tes
pack urin dan mendapatkan hasil yang positif. Akan tetapi, pasien belum pernah
konfirmasi hasil kehamilan ini ke dokter kandungan. Pada tanggal 1 Oktober 2020,
pasien mengaku pernah jatuh terduduk ke lantai saat mandi di kamar mandi. Namun,
tidak ada nyeri perut atau keluarnya darah dari kemaluan. Riwayat keluar air-air dari
kemaluan disangkal, riwayat keputihan (-), riwayat demam (-), riwayat operasi (-) dan
riwayat minum jamu-jamu (-). BAK (+), BAB (+), kesan normal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat Hipertensi : Tidak ada
 Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
 Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada
 Riwayat Asma : Tidak ada
 Riwayat Alergi Obat/Makanan : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat Hipertensi : Tidak ada
 Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
 Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada
 Riwayat Asma : Tidak ada
 Riwayat Alergi Obat/Makanan : Tidak ada

Riwayat Obstetri
 Riwayat Kehamilan Sekarang : G1P0A0
 HPHT : 25 Agustus 2020
 Usia Kehamilan : 10 minggu 4 hari
 HPL : 5 Juni 2021
 ANC :-
 Immunisasi TT :-

 Riwayat Haid :
Menarche : 15 Tahun
Lama : 5-7 Hari
Siklus : 28-30 hari, teratur
Ganti Pembalut : 3-5 kali sehari
Dismenorhoe : Disangkal

Riwayat Ginekologi
Infertilitas : Tidak ada
Penyakit : Tidak ada
Operasi : Tidak ada

Riwayat KB
KB : Tidak ada
 Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
Sakit sedang / Gizi Baik
Kesadaran : GCS 15 / Compos mentis, baik
Tanda Vital :
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,70

Antropometri
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 22,65 kg/m2
Status Gizi : Gizi baik

Pemeriksaan Fisis Umum


Kepala : Normocephal, rambut warna hitam sukar dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), gangguan visus (-)
Thorax :
Paru :
 Inspeksi : Normochest, Glandula mammae hipertrofi (+),
areola mammae hiperpigmentasi (+), simetris kanan dan kiri
statis maupun dinamis
 Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus simetris
 Perkusi : Sonor pada kedua hemitorax, batas paru hepar sesuai
 Auskultasi : Vesicular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Thrill tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi Jantung I/II regular, murmur (-)

Abdomen :
 Inspeksi : Datar, mengikuti gerak napas
 Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
 Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tidak teraba.
 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)

Ekstremitas : Edema (-), akral dingin (-)

Status Obstetrik
Tinggi fundus Uteri : Tidak teraba
Massa Tumor : Tidak teraba
Nyeri Tekan : ada
Fluksus : darah minimal
Leopold I : TFU tidak teraba
Leopold II : Tidak dapat dinilai
Leopold III : Tidak dapat dinilai
Leopold IV : Tidak dapat dinilai

Pemeriksaan dalam Vagina :


Vulva/vagina : Tak ada kelainan/ Tak ada kelainan
Portio : Lunak, nyeri goyang portio (-)
OUE/OUI : Terbuka/Terbuka
Cavum douglasi /adneksa : Tak ada kelainan/Tak ada kelainan
Pelepasan Pervaginam : Ada

 Pemriksaan Penunjang
Laboratorium
Jenis
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Darah Rutin
WBC 9,4 4,00 - 10,00 103/uL.
RBC 5,02 4,00 – 6,00 106/uL.
HBG 13.0 12,0 – 16,0 g/dL.
HCT 39.8 37,0 - 48,0 %
MCV 79.3 80,0 – 97,0 fL.
MCH 25.9 26,5 – 33,5 pg.
MCHC 32.7 31,5 – 35,0 g/dL.
PLT 318 150 – 400 103/uL.
NEUT 58.4 50,0-70,0 %
LYMP 25.9 20,0-40,0 %
MONO 5.7 2,00 - 8,00 %
Urin
Beta HCG urin + -
Faktor Koagulasi
PT 13,3 10-14 Detik
INR 1,1 1-1,3

USG :
- Uterus anteflexi, besar biasa ukuran 67,7 mm x 59,7 mm x 46,8 mm
- Tampak gambaran hipoekoik pada fundus uteri kesan sisa jaringan
- Cairan bebas (-)
- Kesimpulan : Sisa Konsepsi

 Diagnosis Kerja : Abortus Inkomplit

 Tatalaksana :
 Observasi TTV, keadaan umum pasien dan perdarahan.
 Rencana kuretase

 Prognosis : Dubia ad Bonam


TINJAUAN
PUST
AKA

1. DEFENISI
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil
konsepsi baik secara spontan atau dengan induksi oleh akibat-
akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20
minggu atau 22 minggu (WHO) atau berat badan janin
kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan.1,2

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut terjadinya abortus adalah sebagai berikut:

1) Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa


intervensi medis maupun mekanis.4
2) Abortus provokatus (disengaja, digugurkan), yaitu:

a. Abortus medisinalis atau abortus terapeutika (Abortus


provocatus artificialis atau abortus therapeuticus).
Indikasi abortus untuk kepentingan ibu dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu,
misalnya: penyakit jantung, hipertensi esential, dan
karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli
yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan
psikiatri atau psikolog.4
b. Abortus kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa indikasi medis yang sah atau
oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh
hukum.4

Klasifikasi menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:

1) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan


(threatened abortion) dimana terjadi perdarahan pervaginam,
Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil
kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada
vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau
nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Ostium uteri
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.5

Gambar 2.1. Abortus Imminens11

2) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang


sedang mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium
uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri. Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita
hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar
gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim
kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-
kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga
evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati
dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan
kontraindikasi.5
Gambar 2.2. Abortus Insipiens11

3) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya


sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal
adalah desidua atau plasenta. Perdarahan biasanya terus
berlangsung dengan volume banyak dan membahayakan ibu.
Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum).
Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya
dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri,
namun tidak sehebat pada abortus insipiens.5

Gambar 2.3. Abortus Inkomplit11

4) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil


konsepsi telah keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga
rahim kosong. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan
segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih
ada perdarahan juga, abortus inkomplit atau endometritis pasca
abortus harus dipikirkan.5
Gambar 2.4. Abortus Komplit11

5) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah


meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu,
akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan selama 6 minggu atau lebih.5

Gambar 2.5. Missed Abortion11

6) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan


terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi
abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa,
dimana sekiranya terjadi pembuahan hasilnya adalah patologis.
Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan
kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofi juga
merupakan etiologi dari abortus habitualis.5
Gambar 2.6. Abortus Habitualis11

7) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang


disertai infeksi genital.5
8) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai
infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya
kedalam peredaran darah atau peritonium.5

3. EPIDEMIOLOGI
Kematian ibu secara keseluruhan sekitar 99% terjadi
di negara berkembang, 66% Sub Sahara Afrika, diikuti 21%
Asia. Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2015,
AKI kembali menunjukan penurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian
ibu disebabkan oleh perdarahan 30,2%, hipertensi 27,1%,
aborsi 13% dan infeksi 7,3%.6

Aborsi adalah masalah kesehatan sosial dan


masyarakat yang penting. WHO memperkirakan 500.000
kematian ibu terjadi setiap tahun di dunia, dimana 99% terjadi
di negara berkembang. Diperkirakan 13% atau 67.000
kematian disebabkan oleh aborsi. Aborsi inkomplit adalah jenis
yang paling sering ditemui di antara wanita yang dirawat di
rumah sakit karena komplikasi aborsi. Setelah aborsi tidak
tuntas, berbagai komplikasi seperti perdarahan vagina, infeksi,
syok, dan bahkan kematian ibu dapat terjadi. Ini adalah
masalah kesehatan utama yang harus dikelola secara efektif
dengan prosedur yang aman dan tepat.7

4. ETIOLOGI
a. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan
abortus. Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh
kelainan kariotip dari embrio. Triplodi ditemukan pada 16%
kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum normal oleh 2
sperma (dispermi). Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah
penyebab terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma
Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang
sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir. Selain kelainan
sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal yaitu
dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan
dengan abortus absolut. Kelainan dari struktur kromosom juga
adalah salah satu penyebab kelainan sitogenetik yang berakibat
aborsi. Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa
mengganggu proses impantasi dan mengakibatkan abortus
seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada kombinasi gen
yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Gangguan genetik
seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos,
hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan
gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat abortus. Kelainan
hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia,
disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus
dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
b. Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi
obstetrik terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat
abortus, ditemukan anomali uterus pada 27% pasien. Penyebab
terbanyak abortus karena kelainan anatomi uterus adalah
septum uterus akibat dari kelainan duktus Mulleri (40-80%),
dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%). Mioma
uteri juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas
akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus.
Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan
mengganggu tempat implantasi serta pasokan darah pada
permukaan endometrium. Kelainan kogenital arteri uterina
yang membahayakan aliran darah endometrium dapat juga
berpengaruh. Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi
intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis
mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat
mengakibatkan abortus.3
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten
juga telah terbukti dapat meyebabkan abortus terutama pada
kasus abortus spontan. Wanita dengan serviks inkompeten
selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2 cm atau
lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. Apabila
dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang
aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan
mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1 Faktor-faktor
yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan
berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks,
dan abnormalitas dari anatomi serviks.3
c. Faktor endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat
bergantung pada koordinasi sistem pengaturan hormonal
martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem humoral
secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah
konsepsi terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam
mengantisipasi abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c
yang tinggi pada trimester yang pertama akan berisiko untuk
mengalami abortus dan malformasi janin. IDDM dengan
kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.3
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi
resptivitas endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar
progesteron yang rendah diketahui dapat mengakibatkan
abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana
trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang
kehamilan.3 Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga
berperan pada kelangsungan kehamilan. Perubahan
endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada
mukosa uterus. Perubahan morfologi dan fungsional ini
mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan
mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu. Selain itu,
hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik
ovarium dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran
dengan menggangu balans humoral yang penting pada
kelangsungan kehamilan.3
d. Faktor infeksi
Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan
infeksi dengan kejadian abortus antaranya adalah adanya
metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan sitokin yang
berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta. Infeksi
janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat
sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.2
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta
dan bisa berlanjut kematian janin. Infeksi kronis endometrium
dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram
positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus.
Infeki virus pada kehamilan awal dapat mengakibatkan
perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi
rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella
zoster.3
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak
pada kejadian abortus1
 Bakteria: Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis, Neisseria gonorhoeae,
Streptococcus agalactina.
 Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
 Parasit: Toksoplasma gondii, Plasmodium falsifarum.
 Spirokaeta: Treponema pallidum.3

e. Faktor imunologi

Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian


abortus. Antaranya adalah SLE dan Antiphospholipid
Antibodies (ApA). ApA adalah antibodi spesifik yang
ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang terjadinya
pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE
adalah 75%.3
f. Faktor trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya
abortus yang yang diakibatkan karena adanya perdarahan,
gangguan sirkulasi maternoplasental dan infeksi. Namun
secara statistik, hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan
karena trauma.3
g. Faktor nutrisi dan lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari
paparan obat, bahan kimia atau radiasi yang umumnya akan
berakhir dengan abortus. Faktor-faktor yang terbukti
berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah
merokok, alkohol dan kafein.3
Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko
abortus.1 Rokok mengandung ratusan unsur toksik antara lain
nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurukan
kadar oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.
Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat
meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus.
Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat pada
konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak
minum.3
Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari
dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang
meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier
dengan tiap jumlah tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain,
wanita hamil yang mempunyai level paraxantine (metabolit
kafein), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada
kontrol.2

5. PATOLOGI8

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis


kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga menjadi benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi


biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8
sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak terlepas sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,
disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi keluar
dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi, atau fetus papiraseus.

6. MANIFESTASI KLINIS8
 Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20
minggu, mual-muntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae,
dan tes kehamilan positif
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya
sebagaian jaringan hasil konsepsi
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
 Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta suhu badan
normal atau meningkat
 Pada pemeriksaan fisik, jaringan dapat teraba pada vagina,
serviks yang membuka, dan besar uterus yang mulai
mengecil.
 Pada keadaan ini tes kehamilan masih positif, tetapi
kehamilan tidak dapat dipertahankan.

7. DIAGNOSIS
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesis

Gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah


nyeri di perut bagian bawah terutamanya di bagian
suprapubik yang bisa menjalar ke punggung, bokong dan
perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak
tinggi. Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan
hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim. Selain
itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi
kurang 20 minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam
dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk
jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan
yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur.
Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah atas
simpisis.10
Riwayat penyakit sekarang seperti DM yang tidak
terkontrol, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol,
trauma, merokok, konsumsi alkohol dan riwayat infeksi
traktus genitalis harus diperhatikan. Riwayat kepergian ke
tempat endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui
jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus
akibat infeksi.10
Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian plasental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus. 9

b. Pemeriksaan Fisis

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.


Palpasi abdomen dapat memberikan idea keberadaan hasil
konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan bimanual.
Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,
dan konsistensinya.11 Pada pemeriksaan vagina, pada kasus
abortus inkomplit, kanalis servikalis masih terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau menonjol dari
ostium uteri eksternum.
Pemeriksaan fisis pada kehamilan muda dapat dilihat
dari table di bawah ini:11
Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan Diagnosis
tanda
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus
sedikit dengan usia bawah, uterus immines
hingga gestasi lunak
Tertutup/terbuka Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus
sedang janin, keluar
dari usia nyeri perut komplit
jaringan seperti
gestasi bawah,riwayat
anggur
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus
sehingga dengan usia nyeri perut insipien
masif kehamilan bawah, belum
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau Abortus
nyeri perut inkomplit
bawah,
ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
Terbuka Lunak dan Mual/muntah, Abortus
lebih besar kram perut mola
dari usia bawah,
gestasi sindroma mirip
PEB, tidak ada

Tabel 1. Pemeriksaan fisis pada abortus11

Pada pemeriksaan colok vagina didapatkan porsio


masih terbuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri
perabaan adneksa dan kavum douglas tidak menonjol dan
tidak nyeri.8
c. Pemeriksaan Penunjang

 Darah Lengkap
 Kadar Hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik
 LED dan jumlah leukosit tanpa adanya infeksi
 Waktu bekuan, waktu peradarahan dan faktor pembekuan.
 USG
 USG transvaginal dapat digunakan untuk
mendeteksi kehamilan 4-5 minggu
 DJJ
 Menginterpretasikan apakah kehamilan viabel atau
non-viabel.

8. DIFERENTIAL DIAGNOSIS

Diagnosis Pemeriksaan
Gejala Pemeriksaan Fisik
Banding Penunjang
Abortus -Perdarahan dari uterus pada - TFU sesuai umur - Tes Kehamilan urin
Imminens kehamilan sebelum 20 kehamilan masih (+)
minggu berupa flek-flek - Dilatasi serviks (-) - USG: gestasional sac
-Nyeri perut ringan (+), fetal plate (+), fetal
- keluar jaringan (-) movement (+), fetal heart
movement (+)
Abortus - Perdarahan banyak dari -TFU sesuai dengan -Tes kehamilan urin
insipient uterus pada kehamilan umur kehamilan masih positif
sebelum 20 minggu -Dilatasi serviks (+) -USG : gestasional sac
- Nyeri perut berat (+), fetal plate (+), fetal
- Keluar jaringan (-) movement (+/-), fetal
heart movement (+/-)
Abortus -Perdarahan banyak/ - TFU kurang dari -Tes kehamilan urin
inkomplit sedang dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum 20 - Dilatasi serviks (+) -USG :terdapat sisa
minggu - Teraba jaringan hasil konsepsi (+)
-Nyeri perut ringan dari cavum uteri atau
-Keluar jaringan sebagian masih menonjol dari
(+) OUE
Abortus - Perdarahan (-) - TFU kurang dari umur -Tes kehamilan urin
Komplit - Nyeri perut(-) kehamilan masih positif bila terjadi
- Keluar jaringan -Dilatasi serviks (-) 7-10 hari setelah abortus
-USG: Sisa hasil
konsepsi (-)
Missed -Perdarahan (-) -TFU kurang dari -Tes kehamilan negatif
abortion -Nyeri perut (-) umur kehamilan setelah 1 minggu dari
-Biasanya tidak merasakan -Dilatasi serviks (-) terhentinya pertumbuhan
keluhan apapu kecuali kehamilan
merasakan pertumbuhan -USG: gestasional sac
kehamilannya tidak seperti (+), fetal plate (+), fetal
yang diharapkan. Bila movement (-), fetal heart
kehamilannya > 14 movement (-)
minggu sampai 20 minggu
penderita merasakan
rahimnya semaki mengecil,
tanda-tanda kehamilan
sekunder pada payudara
mulai menghilang.
Mola -Tanda kehamilan (+) -TFU lebih dari umur -Tes kehamilan urin
hidatidosa -Terdapat banyak atau kehamilan masih positif (Kadar
sedikit gelembung mola -Terdapat banyak atau HCG lebih dari 100,000
-Perdarahan banyak / sedikit gelembung mIU/mL)
sedikit mola - USG : adanya pola
-Nyeri perut (+) - DJJ (-) badai salju (Snowstorm).
ringan
-Mual - muntah (+)
Blighted -Perdarahan berupa flek- -TFU kurang dari usia -Tes kehamilan urin
ovum flek kehamilan positif
-Nyeri perut ringan -OUE menutup -USG : gestasional sac
-Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong (tidak
terisi janin).
KET -Nyeri abdomen (+) -Nyeri abdomen (+) -Lab darah : Hb rendah,
-Tanda kehamilan (+) -Tanda-tanda syok eritrosit dapat
-Perdarahan pervaginam (+/-): hipotensi, pucat, meningkat, leukosit
(+/-) ekstremitas dingin. dapat meningkat.
-Tanda-tanda akut - Tes kehamilan positif
abdomen (+): perut USG : gestasional sac
tegang bagian bawah, diluar cavum uteri.
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding
abdomen.
-Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
-Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus yang
batasnya sukar di-
tentukan.
-Cavum douglas
menonjol berisi darah
dan nyeri bila diraba
Tabel 2. Diferensial diagnosis11
9. PENATALAKSANAAN

 Tatalaksana Syok2

Tujuan utama penanganan syok adalah menstabilkan pasien, sebagai


berikut:

1. Tindakan universal: pastikan jalan napas terbuka; memeriksa


tanda-tanda vital; jangan memberikan cairan melalui mulut karena
wanita tersebut dapat muntah dan menghirup atau menghirup
muntahan; jaga agar wanita tetap hangat tetapi jangan terlalu panas;
pertahankan sirkulasi ke organ vital dengan meninggikan kaki (baik
dengan meletakkan bantal di bawah kaki, meninggikan kaki tempat
tidur atau menempatkan pasien dalam posisi trendelenburg). Ingatlah
jika Anda terlalu meninggikan kaki tempat tidur, darah mungkin
terkumpul di dalam rahim daripada keluar.

2. Oksigen: jika oksigen tersedia, berikan dengan masker atau kanula


hidung dengan 6–8 liter per menit.

3. Cairan: segera mulai pemberian cairan infus; gunakan jarum berlubang


besar (mis. jarum 16-18) dan, jika mungkin, kumpulkan sampel darah
untuk pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serta crossmatch;
berikan ringer laktat atau saline normal dengan takaran 1 liter dalam
15-20 menit (biasanya dibutuhkan sekitar 1-3 liter, diinfuskan pada
kecepatan ini untuk menstabilkan pasien yang mengalami syok).
Transfusi darah diperlukan jika hemoglobin 5 g / 100 ml atau kurang
atau hematokrit 15% atau kurang.1 Tidak boleh diberikan cairan
melalui mulut.

4. Pengobatan: antibiotik spektrum luas harus dimulai baik secara


intravena atau intramuskular; Toksoid tetanus dan antitoksin harus
diberikan jika ada ketidakpastian tentang riwayat vaksinasi wanita
tersebut.

5. Identifikasi penyebab syok dan atasi sesuai: pada kasus aborsi yang
tidak tuntas, penyebab syok adalah kehilangan darah, oleh karena itu
harus segera diambil tindakan untuk menangani perdarahan.

 Tatalaksana Perdarahan 2
Penatalaksanaan tepat waktu untuk perdarahan vagina yang parah sangat
penting dalam perawatan aborsi, karena penundaan penggantian cairan
atau volume darah dapat berarti kematian bagi wanita tersebut. Manajemen
harus melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Penatalaksanaan syok
2. Identifikasi lokasi perdarahan: Penatalaksanaan definitif dari
perdarahan vagina yang parah memerlukan penilaian dari semua
kemungkinan sumber perdarahan dan oleh karena itu penting untuk
mengidentifikasi secara benar sumber perdarahan yang sebenarnya
dengan visualisasi atau tes diagnostik. Tempat yang mungkin dari
perdarahan vagina termasuk situs plasenta karena produk konsepsi
yang tertinggal, laserasi saluran serviks atau genital, dan cedera
intra-abdominal.
3. Evakuasi uterus: Jika sisa hasil konsepsi merupakan penyebab
perdarahan, uterus harus dievakuasi untuk menghentikan
perdarahan. Metode pilihan untuk mengevakuasi uterus akan
bergantung pada ukuran uterus yang diukur dalam beberapa minggu
penuh dari HPHT. Teknik evakuasi uterus yang digunakan dalam
perawatan aborsi darurat pada trimester pertama (kapan saja hingga
12 minggu HPHT, yaitu 12 minggu dari hari pertama periode
menstruasi normal terakhir) adalah sebagai berikut:
- aspirasi vakum manual atau MVA memerlukan jarum suntik vakum
genggam dan kanula plastik dengan berbagai diameter. MVA telah
terbukti sangat efektif dalam mengeluarkan produk konsepsi yang
tertinggal dari rahim dan dikaitkan dengan tingkat komplikasi yang
rendah. Tindakan ini tidak memerlukan anestesi umum dan tidak perlu
dilakukan di ruang operasi . Pompa mekanis yang dioperasikan dengan
listrik atau kaki juga dapat digunakan untuk aspirasi vakum.
- Dilatasi dan kuret jika ekstraksi vakum manual tidak tersedia. Ini
membutuhkan pelebaran serviks dengan dilator instrumental, diikuti
dengan penyisipan kuret dan pengikisan sistematis dinding rahim
untuk mengeluarkan produk konsepsi. Di banyak belahan dunia,
prosedur ini telah diganti dengan aspirasi vakum yang lebih aman dan
tidak menimbulkan trauma jika peralatan tersedia dan dirawat dengan
baik. Evakuasi uterus menggunakan berbagai sumber vakum dapat
membuat vakum aspirasi berguna saat uterus lebih besar, hingga dan
sekitar 14 minggu dari HPHT.
4. Pemeriksaan hasil konsepsi: Jaringan yang dikeluarkan dari rahim
harus diperiksa segera setelah prosedur evakuasi, sebelum wanita
meninggalkan ruang perawatan / prosedur. Sarung tangan harus
dipakai dan protokol pencegahan infeksi sehubungan dengan
perlindungan staf dan pembuangan limbah harus diikuti. Jaringan
sebaiknya tidak ditempatkan dalam fiksatif sebelum pemeriksaan.
Darah berlebih dan gumpalan kecil harus dihilangkan dengan
menempatkan jaringan dalam saringan halus dan dengan lembut
menuangkan air ke atasnya. Jaringan kemudian harus ditempatkan
dalam wadah air atau garam yang jernih. Dengan menambahkan
larutan asam asetat lemah (cuka) ke dalam air, darah yang tersisa
akan dibuang dan vili akan memutih, sehingga lebih mudah
dikenali. Untuk memeriksa tisu, pegang wadah di depan jendela
atau lampu. Kaca pembesar atau mikroskop (jika tersedia) mungkin
berguna meskipun tidak mutlak diperlukan.
5. Perbaikan laserasi saluran serviks atau genital: Setiap laserasi pada
serviks atau saluran genital yang merupakan sumber perdarahan
hebat, harus dijahit.
6. Penatalaksanaan perforasi uterus: Jika sewaktu-waktu perforasi
uterus dicurigai sebagai sumber perdarahan hebat (termasuk selama
prosedur vakum manual Aborsi tidak tuntas 63 aspirasi), aspirasi
tidak boleh dilakukan atau harus segera dihentikan dan diambil
langkah yang tepat, seperti memulai pemberian cairan IV (jika
belum dilakukan) dan pengamatan perdarahan dan kondisi umum
wanita (tanda-tanda vital; derajat pucat, nadi, TD, kesadaran dan
keluaran urin) sampai investigasi yang cermat dengan laparoskopi
atau laparotomi telah dilakukan.
7. Rujukan dan pemindahan: Dalam situasi di mana staf terampil atau
persediaan dan peralatan yang diperlukan tidak tersedia (misalnya
untuk perbaikan luka pada saluran genital dan perforasi uterus),
wanita tersebut harus dipindahkan tanpa penundaan ke fasilitas di
mana perawatan yang sesuai tersedia. Dia harus didampingi oleh
petugas kesehatan yang mampu memantau kondisinya selama
pemindahan, menjaga penggantian cairan, memastikan kehangatan
dan kenyamanan, dan memberikan laporan rinci tentang kondisi
wanita tersebut setibanya di fasilitas rujukan

 Tatalaksana Medis dan Pembedahan.


Aborsi trimester pertama dapat dilakukan dengan menggunakan
aborsi medis yang diinduksi obat, hingga sembilan minggu, atau teknik
bedah. Aborsi bedah dapat dilakukan dengan aspirasi (menggunakan
pompa listrik atau jarum suntik manual) atau dengan dilatasi dan kuretase
(kadang-kadang disebut dilatasi dan kuretase atau D&C). Dilatasi dan
kuretase adalah teknik bedah kuno yang harus diganti, bila
memungkinkan, dengan aspirasi atau aborsi medis (akibat obat) yang
merupakan pilihan yang lebih baik, seperti yang direkomendasikan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia dan IPPF.17
Teknik bedah (sebaiknya aspirasi) harus digunakan jika:
 itu adalah pilihan wanita
 ada kontraindikasi terhadap aborsi medis
 Pasien tidak dapat datang untuk tindak lanjut setelah aborsi medis sesuai

kebutuhan

Rekomendasi managemen medis untuk abortus inkomplit <13 minggu


usia kehamilan:16

 Menggunakan misoprostol 600 μg peroral


 Menggunakan misoprostol 400 μg sublingual

Wanita yang diobati dengan misoprostol oral 600 μg memiliki


tingkat keberhasilan aborsi yang lebih tinggi dan kejadian intervensi
bedah tambahan yang lebih rendah; ini didasarkan pada bukti kepastian
yang rendah. Bukti dengan kepastian yang rendah juga menunjukkan
bahwa penggunaan misoprostol sublingual 400 μg menyebabkan
tingginya tingkat keberhasilan aborsi. Penerimaan rejimen ini juga
tampak tinggi.16

Penting juga untuk menjelaskan kepada pasien bahwa proses


ekspulsi menggunakan obat membutuhkan waktu beberapa jam hingga
beberapa minggu dan perdarahan dapat berlangsung 2-4 hari dan diikuti
oleh bercak-bercak darah beberapa minggu.18

Rekomendasi managemen medis untuk abortus inkomplit ≥ 13 minggu


usia kehamilan:

 Menggunakan misoprostol 400 μg peroral atau pervaginal atau


sublingual dengan dosis berulang setiap 3 jam.16

Karena kurangnya bukti langsung tentang penatalaksanaan medis aborsi


tidak lengkap pada usia kehamilan ≥ 13 minggu, rekomendasi ini
didasarkan pada informasi yang diekstrapolasi dari data terkait
penatalaksanaan medis aborsi pada> 12 minggu dengan menggunakan
misoprostol saja. Individu yang mengalami aborsi tidak tuntas pada ≥ 13
minggu mungkin datang dengan jumlah jaringan sisa atau produk
konsepsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, anggota GDG
berpandangan bahwa karena rejimen yang digunakan untuk aborsi medis
pada> 12 minggu aman, efektif dan dapat diterima, maka rejimen ini juga
dapat diterapkan pada mereka yang dirawat untuk aborsi tidak lengkap di
mana pengeluaran isi rahim telah dimulai, seperti dibuktikan dengan
perdarahan, kram atau kontraksi.16

Rekomendasi managemen pembedahan untuk abortus inkomplit ≥ 13


minggu usia kehamilan:17

a. Aspirasi vakum adalah prosedur yang sangat aman dan efektif


yang harus, jika memungkinkan, menggantikan dilatasi dan
kuretase. Ini digunakan diatas 12 minggu dari HPHT. Aspirasi
lebih dari 99,5 persen efektif. Insiden perdarahan, infeksi
panggul, cedera serviks dan perforasi uterus lebih rendah
dibandingkan dengan dilatasi dan kuretase, dan dilatasi serviks
yang lebih sedikit diperlukan. Biaya prosedur, waktu staf dan
sumber daya yang dibutuhkan lebih rendah. Tidak diperlukan
ruang operasi atau anestesi umum.
b. Dilatasi dan kuretase kurang aman dan lebih menyakitkan
daripada aspirasi, jadi gunakan metode ini hanya jika aspirasi
atau aborsi yang dipicu oleh obat tidak tersedia. Manajer dan
penyedia layanan harus, jika memungkinkan, mengganti
dilatasi dan kuretag dengan aspirasi. Dilatasi dan kuretase
digunakan diatas 12 minggu dari periode menstruasi terakhir.
Prosedur ini lebih dari 99 persen efektif.

10. KOMPLIKASI

a) Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera
pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.9
b) Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien
biasanya datang dengan syok hemoragik.9
c) Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus
diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan
histologik harus dilakukan dengan teliti.9
d) Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga
gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama
sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah
kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-
100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.9
e) Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang
dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik.
Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara
mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.9
f) Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik
lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-
obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb,
pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.9

g) Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan
tetapi memerlukan waktu. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme
yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus
adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetanii. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.9

11. PROGNOSIS

Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi


memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi
Tenaga Kesehatan Edisi Pertama. Kemenkes RI. 2013
2. World Health Organization. Managing incomplete abortion. WHO. 2008
3. Prawirohardjo, S., 2014, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
4. Jarvis C: Physical examination and health assessment, ed 6, St Louis, 2012,
Elsevier, p 745.
5. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17.
6. Kurniary dkk. Penanganan Kasus Abortus Inkomplit pada Puskesma PONED
di Kabupaten Sumbawa Barat. BKM Journal of Community Medicine and
Public Health. Volume 35, nomor 1, 2019. H.1-6
7. Begum, Sheuly et al. A clinical study on management of incomplete Abortion
by Manual Vacuum Aspiration (MVA). Journal of Enam Medical College and
Hospital. 2012. P.1-5
8. Sari, Ratna Dewi Puspita dan Prabowo, Arif Yudho. Buku Ajar Perdarahan
pada Kehamilan Trimester 1. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

9. Kepmenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan


Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kepmenkes RI; 2013.
10. Gaufberg, S. M. 2015. Threatened Abortion. s.l. : Medscape.
11. Saifuddin A. 2010. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku

12. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC; 2010.

13. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC; 2007.
14. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2010.

15. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editor. Ilmu


Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.

16. World Health Organizatiton. Medical Management of Abortion. 2018


17. International Planned Parenthood Federation. First trimester abortion
guidelines and protocols Surgical and medical procedures.
18. Blum, J et al. Treatment of incomplete abortion and miscarriage with
misoprostol. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 2007.
P.186-189

Anda mungkin juga menyukai