FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
ABORTUS INKOMPLIT
Disusun oleh :
Bella Aprilni Kriwangko
C014182069
Residen Pembimbing :
dr. Ardio Rizky Tansil, Tan
Supervisor :
Dr. dr. Elizabet Catherine Jusuf, Sp.OG (K), M.Kes
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, November 2020
Mengetahui,
Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor
dr. Ardio Rizky Tansil, Tan dr. Elizabet Catherine Jusuf, Sp.OG (K), M.Kes
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang : Hal ini telah dialami pasien sejak 1 minggu ini dan
memberat dalam 1 hari terakhir. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman
disertai gumpalan darah, frekuensi 1-2 kali ganti pembalut per hari. Keluhan ini
disertai dengan nyeri perut seperti mulas-mulas dan nyeri pinggang. Pasien mengaku
dirinya tidak haid sejak bulan September 2020. Pasien melakukan pemeriksaan tes
pack urin dan mendapatkan hasil yang positif. Akan tetapi, pasien belum pernah
konfirmasi hasil kehamilan ini ke dokter kandungan. Pada tanggal 1 Oktober 2020,
pasien mengaku pernah jatuh terduduk ke lantai saat mandi di kamar mandi. Namun,
tidak ada nyeri perut atau keluarnya darah dari kemaluan. Riwayat keluar air-air dari
kemaluan disangkal, riwayat keputihan (-), riwayat demam (-), riwayat operasi (-) dan
riwayat minum jamu-jamu (-). BAK (+), BAB (+), kesan normal.
Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan Sekarang : G1P0A0
HPHT : 25 Agustus 2020
Usia Kehamilan : 10 minggu 4 hari
HPL : 5 Juni 2021
ANC :-
Immunisasi TT :-
Riwayat Haid :
Menarche : 15 Tahun
Lama : 5-7 Hari
Siklus : 28-30 hari, teratur
Ganti Pembalut : 3-5 kali sehari
Dismenorhoe : Disangkal
Riwayat Ginekologi
Infertilitas : Tidak ada
Penyakit : Tidak ada
Operasi : Tidak ada
Riwayat KB
KB : Tidak ada
Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
Sakit sedang / Gizi Baik
Kesadaran : GCS 15 / Compos mentis, baik
Tanda Vital :
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,70
Antropometri
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 22,65 kg/m2
Status Gizi : Gizi baik
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II regular, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, mengikuti gerak napas
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Status Obstetrik
Tinggi fundus Uteri : Tidak teraba
Massa Tumor : Tidak teraba
Nyeri Tekan : ada
Fluksus : darah minimal
Leopold I : TFU tidak teraba
Leopold II : Tidak dapat dinilai
Leopold III : Tidak dapat dinilai
Leopold IV : Tidak dapat dinilai
Pemriksaan Penunjang
Laboratorium
Jenis
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Darah Rutin
WBC 9,4 4,00 - 10,00 103/uL.
RBC 5,02 4,00 – 6,00 106/uL.
HBG 13.0 12,0 – 16,0 g/dL.
HCT 39.8 37,0 - 48,0 %
MCV 79.3 80,0 – 97,0 fL.
MCH 25.9 26,5 – 33,5 pg.
MCHC 32.7 31,5 – 35,0 g/dL.
PLT 318 150 – 400 103/uL.
NEUT 58.4 50,0-70,0 %
LYMP 25.9 20,0-40,0 %
MONO 5.7 2,00 - 8,00 %
Urin
Beta HCG urin + -
Faktor Koagulasi
PT 13,3 10-14 Detik
INR 1,1 1-1,3
USG :
- Uterus anteflexi, besar biasa ukuran 67,7 mm x 59,7 mm x 46,8 mm
- Tampak gambaran hipoekoik pada fundus uteri kesan sisa jaringan
- Cairan bebas (-)
- Kesimpulan : Sisa Konsepsi
Tatalaksana :
Observasi TTV, keadaan umum pasien dan perdarahan.
Rencana kuretase
1. DEFENISI
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil
konsepsi baik secara spontan atau dengan induksi oleh akibat-
akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20
minggu atau 22 minggu (WHO) atau berat badan janin
kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan.1,2
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
3. EPIDEMIOLOGI
Kematian ibu secara keseluruhan sekitar 99% terjadi
di negara berkembang, 66% Sub Sahara Afrika, diikuti 21%
Asia. Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2015,
AKI kembali menunjukan penurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian
ibu disebabkan oleh perdarahan 30,2%, hipertensi 27,1%,
aborsi 13% dan infeksi 7,3%.6
4. ETIOLOGI
a. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan
abortus. Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh
kelainan kariotip dari embrio. Triplodi ditemukan pada 16%
kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum normal oleh 2
sperma (dispermi). Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah
penyebab terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma
Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang
sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir. Selain kelainan
sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal yaitu
dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan
dengan abortus absolut. Kelainan dari struktur kromosom juga
adalah salah satu penyebab kelainan sitogenetik yang berakibat
aborsi. Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa
mengganggu proses impantasi dan mengakibatkan abortus
seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada kombinasi gen
yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Gangguan genetik
seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos,
hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan
gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat abortus. Kelainan
hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia,
disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus
dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
b. Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi
obstetrik terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat
abortus, ditemukan anomali uterus pada 27% pasien. Penyebab
terbanyak abortus karena kelainan anatomi uterus adalah
septum uterus akibat dari kelainan duktus Mulleri (40-80%),
dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%). Mioma
uteri juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas
akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus.
Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan
mengganggu tempat implantasi serta pasokan darah pada
permukaan endometrium. Kelainan kogenital arteri uterina
yang membahayakan aliran darah endometrium dapat juga
berpengaruh. Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi
intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis
mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat
mengakibatkan abortus.3
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten
juga telah terbukti dapat meyebabkan abortus terutama pada
kasus abortus spontan. Wanita dengan serviks inkompeten
selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2 cm atau
lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. Apabila
dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang
aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan
mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1 Faktor-faktor
yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan
berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks,
dan abnormalitas dari anatomi serviks.3
c. Faktor endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat
bergantung pada koordinasi sistem pengaturan hormonal
martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem humoral
secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah
konsepsi terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam
mengantisipasi abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c
yang tinggi pada trimester yang pertama akan berisiko untuk
mengalami abortus dan malformasi janin. IDDM dengan
kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.3
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi
resptivitas endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar
progesteron yang rendah diketahui dapat mengakibatkan
abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana
trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang
kehamilan.3 Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga
berperan pada kelangsungan kehamilan. Perubahan
endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada
mukosa uterus. Perubahan morfologi dan fungsional ini
mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan
mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu. Selain itu,
hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik
ovarium dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran
dengan menggangu balans humoral yang penting pada
kelangsungan kehamilan.3
d. Faktor infeksi
Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan
infeksi dengan kejadian abortus antaranya adalah adanya
metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan sitokin yang
berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta. Infeksi
janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat
sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.2
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta
dan bisa berlanjut kematian janin. Infeksi kronis endometrium
dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram
positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus.
Infeki virus pada kehamilan awal dapat mengakibatkan
perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi
rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella
zoster.3
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak
pada kejadian abortus1
Bakteria: Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis, Neisseria gonorhoeae,
Streptococcus agalactina.
Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
Parasit: Toksoplasma gondii, Plasmodium falsifarum.
Spirokaeta: Treponema pallidum.3
e. Faktor imunologi
5. PATOLOGI8
6. MANIFESTASI KLINIS8
Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20
minggu, mual-muntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae,
dan tes kehamilan positif
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya
sebagaian jaringan hasil konsepsi
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta suhu badan
normal atau meningkat
Pada pemeriksaan fisik, jaringan dapat teraba pada vagina,
serviks yang membuka, dan besar uterus yang mulai
mengecil.
Pada keadaan ini tes kehamilan masih positif, tetapi
kehamilan tidak dapat dipertahankan.
7. DIAGNOSIS
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisis
Darah Lengkap
Kadar Hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik
LED dan jumlah leukosit tanpa adanya infeksi
Waktu bekuan, waktu peradarahan dan faktor pembekuan.
USG
USG transvaginal dapat digunakan untuk
mendeteksi kehamilan 4-5 minggu
DJJ
Menginterpretasikan apakah kehamilan viabel atau
non-viabel.
8. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
Diagnosis Pemeriksaan
Gejala Pemeriksaan Fisik
Banding Penunjang
Abortus -Perdarahan dari uterus pada - TFU sesuai umur - Tes Kehamilan urin
Imminens kehamilan sebelum 20 kehamilan masih (+)
minggu berupa flek-flek - Dilatasi serviks (-) - USG: gestasional sac
-Nyeri perut ringan (+), fetal plate (+), fetal
- keluar jaringan (-) movement (+), fetal heart
movement (+)
Abortus - Perdarahan banyak dari -TFU sesuai dengan -Tes kehamilan urin
insipient uterus pada kehamilan umur kehamilan masih positif
sebelum 20 minggu -Dilatasi serviks (+) -USG : gestasional sac
- Nyeri perut berat (+), fetal plate (+), fetal
- Keluar jaringan (-) movement (+/-), fetal
heart movement (+/-)
Abortus -Perdarahan banyak/ - TFU kurang dari -Tes kehamilan urin
inkomplit sedang dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum 20 - Dilatasi serviks (+) -USG :terdapat sisa
minggu - Teraba jaringan hasil konsepsi (+)
-Nyeri perut ringan dari cavum uteri atau
-Keluar jaringan sebagian masih menonjol dari
(+) OUE
Abortus - Perdarahan (-) - TFU kurang dari umur -Tes kehamilan urin
Komplit - Nyeri perut(-) kehamilan masih positif bila terjadi
- Keluar jaringan -Dilatasi serviks (-) 7-10 hari setelah abortus
-USG: Sisa hasil
konsepsi (-)
Missed -Perdarahan (-) -TFU kurang dari -Tes kehamilan negatif
abortion -Nyeri perut (-) umur kehamilan setelah 1 minggu dari
-Biasanya tidak merasakan -Dilatasi serviks (-) terhentinya pertumbuhan
keluhan apapu kecuali kehamilan
merasakan pertumbuhan -USG: gestasional sac
kehamilannya tidak seperti (+), fetal plate (+), fetal
yang diharapkan. Bila movement (-), fetal heart
kehamilannya > 14 movement (-)
minggu sampai 20 minggu
penderita merasakan
rahimnya semaki mengecil,
tanda-tanda kehamilan
sekunder pada payudara
mulai menghilang.
Mola -Tanda kehamilan (+) -TFU lebih dari umur -Tes kehamilan urin
hidatidosa -Terdapat banyak atau kehamilan masih positif (Kadar
sedikit gelembung mola -Terdapat banyak atau HCG lebih dari 100,000
-Perdarahan banyak / sedikit gelembung mIU/mL)
sedikit mola - USG : adanya pola
-Nyeri perut (+) - DJJ (-) badai salju (Snowstorm).
ringan
-Mual - muntah (+)
Blighted -Perdarahan berupa flek- -TFU kurang dari usia -Tes kehamilan urin
ovum flek kehamilan positif
-Nyeri perut ringan -OUE menutup -USG : gestasional sac
-Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong (tidak
terisi janin).
KET -Nyeri abdomen (+) -Nyeri abdomen (+) -Lab darah : Hb rendah,
-Tanda kehamilan (+) -Tanda-tanda syok eritrosit dapat
-Perdarahan pervaginam (+/-): hipotensi, pucat, meningkat, leukosit
(+/-) ekstremitas dingin. dapat meningkat.
-Tanda-tanda akut - Tes kehamilan positif
abdomen (+): perut USG : gestasional sac
tegang bagian bawah, diluar cavum uteri.
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding
abdomen.
-Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
-Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus yang
batasnya sukar di-
tentukan.
-Cavum douglas
menonjol berisi darah
dan nyeri bila diraba
Tabel 2. Diferensial diagnosis11
9. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Syok2
5. Identifikasi penyebab syok dan atasi sesuai: pada kasus aborsi yang
tidak tuntas, penyebab syok adalah kehilangan darah, oleh karena itu
harus segera diambil tindakan untuk menangani perdarahan.
Tatalaksana Perdarahan 2
Penatalaksanaan tepat waktu untuk perdarahan vagina yang parah sangat
penting dalam perawatan aborsi, karena penundaan penggantian cairan
atau volume darah dapat berarti kematian bagi wanita tersebut. Manajemen
harus melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Penatalaksanaan syok
2. Identifikasi lokasi perdarahan: Penatalaksanaan definitif dari
perdarahan vagina yang parah memerlukan penilaian dari semua
kemungkinan sumber perdarahan dan oleh karena itu penting untuk
mengidentifikasi secara benar sumber perdarahan yang sebenarnya
dengan visualisasi atau tes diagnostik. Tempat yang mungkin dari
perdarahan vagina termasuk situs plasenta karena produk konsepsi
yang tertinggal, laserasi saluran serviks atau genital, dan cedera
intra-abdominal.
3. Evakuasi uterus: Jika sisa hasil konsepsi merupakan penyebab
perdarahan, uterus harus dievakuasi untuk menghentikan
perdarahan. Metode pilihan untuk mengevakuasi uterus akan
bergantung pada ukuran uterus yang diukur dalam beberapa minggu
penuh dari HPHT. Teknik evakuasi uterus yang digunakan dalam
perawatan aborsi darurat pada trimester pertama (kapan saja hingga
12 minggu HPHT, yaitu 12 minggu dari hari pertama periode
menstruasi normal terakhir) adalah sebagai berikut:
- aspirasi vakum manual atau MVA memerlukan jarum suntik vakum
genggam dan kanula plastik dengan berbagai diameter. MVA telah
terbukti sangat efektif dalam mengeluarkan produk konsepsi yang
tertinggal dari rahim dan dikaitkan dengan tingkat komplikasi yang
rendah. Tindakan ini tidak memerlukan anestesi umum dan tidak perlu
dilakukan di ruang operasi . Pompa mekanis yang dioperasikan dengan
listrik atau kaki juga dapat digunakan untuk aspirasi vakum.
- Dilatasi dan kuret jika ekstraksi vakum manual tidak tersedia. Ini
membutuhkan pelebaran serviks dengan dilator instrumental, diikuti
dengan penyisipan kuret dan pengikisan sistematis dinding rahim
untuk mengeluarkan produk konsepsi. Di banyak belahan dunia,
prosedur ini telah diganti dengan aspirasi vakum yang lebih aman dan
tidak menimbulkan trauma jika peralatan tersedia dan dirawat dengan
baik. Evakuasi uterus menggunakan berbagai sumber vakum dapat
membuat vakum aspirasi berguna saat uterus lebih besar, hingga dan
sekitar 14 minggu dari HPHT.
4. Pemeriksaan hasil konsepsi: Jaringan yang dikeluarkan dari rahim
harus diperiksa segera setelah prosedur evakuasi, sebelum wanita
meninggalkan ruang perawatan / prosedur. Sarung tangan harus
dipakai dan protokol pencegahan infeksi sehubungan dengan
perlindungan staf dan pembuangan limbah harus diikuti. Jaringan
sebaiknya tidak ditempatkan dalam fiksatif sebelum pemeriksaan.
Darah berlebih dan gumpalan kecil harus dihilangkan dengan
menempatkan jaringan dalam saringan halus dan dengan lembut
menuangkan air ke atasnya. Jaringan kemudian harus ditempatkan
dalam wadah air atau garam yang jernih. Dengan menambahkan
larutan asam asetat lemah (cuka) ke dalam air, darah yang tersisa
akan dibuang dan vili akan memutih, sehingga lebih mudah
dikenali. Untuk memeriksa tisu, pegang wadah di depan jendela
atau lampu. Kaca pembesar atau mikroskop (jika tersedia) mungkin
berguna meskipun tidak mutlak diperlukan.
5. Perbaikan laserasi saluran serviks atau genital: Setiap laserasi pada
serviks atau saluran genital yang merupakan sumber perdarahan
hebat, harus dijahit.
6. Penatalaksanaan perforasi uterus: Jika sewaktu-waktu perforasi
uterus dicurigai sebagai sumber perdarahan hebat (termasuk selama
prosedur vakum manual Aborsi tidak tuntas 63 aspirasi), aspirasi
tidak boleh dilakukan atau harus segera dihentikan dan diambil
langkah yang tepat, seperti memulai pemberian cairan IV (jika
belum dilakukan) dan pengamatan perdarahan dan kondisi umum
wanita (tanda-tanda vital; derajat pucat, nadi, TD, kesadaran dan
keluaran urin) sampai investigasi yang cermat dengan laparoskopi
atau laparotomi telah dilakukan.
7. Rujukan dan pemindahan: Dalam situasi di mana staf terampil atau
persediaan dan peralatan yang diperlukan tidak tersedia (misalnya
untuk perbaikan luka pada saluran genital dan perforasi uterus),
wanita tersebut harus dipindahkan tanpa penundaan ke fasilitas di
mana perawatan yang sesuai tersedia. Dia harus didampingi oleh
petugas kesehatan yang mampu memantau kondisinya selama
pemindahan, menjaga penggantian cairan, memastikan kehangatan
dan kenyamanan, dan memberikan laporan rinci tentang kondisi
wanita tersebut setibanya di fasilitas rujukan
kebutuhan
10. KOMPLIKASI
a) Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera
pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.9
b) Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien
biasanya datang dengan syok hemoragik.9
c) Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus
diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan
histologik harus dilakukan dengan teliti.9
d) Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga
gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama
sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah
kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-
100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.9
e) Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang
dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik.
Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara
mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.9
f) Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik
lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-
obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb,
pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.9
g) Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan
tetapi memerlukan waktu. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme
yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus
adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetanii. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.9
11. PROGNOSIS
13. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC; 2007.
14. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2010.