Anda di halaman 1dari 37

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2020


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KONTRASEPSI SETELAH MELAHIRKAN

OLEH:
Bella Aprilni Kriwangko
C014182069

RESIDEN PEMBIMBING :

dr. Ardio Rizky Tansil, Tan

SUPERVISOR:
dr. Suzanna Siegers Pakasi, SpOG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Bella Aprilni Kriwangko

NIM : C014182069

Judul Lapsus : Kontrasepsi Setelah Melahirkan

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, November 2020

Mengetahui,

Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor

dr. Ardio Rizky Tansil, Tan dr. Suzanna Siegers Pakasi, SpOG (K)

Mengetahui,

Koordinator Pendidikan Mahasiswa

Bagian Obstetri & Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

2
Dr. dr. Elizabet C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG (K)

BAB 1
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. N
Tanggal Lahir : 12 Juni 1983
Agama : Islam
Alamat : Antang
Suku/Bangsa : Makassar
Pekerjaan : IRT
Tanggal diperiksa : 12 September 2020
Status : Menikah

1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Ingin kontrasepsi setelah melahirkan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita usia 37 tahun datang ke poliklinik bersama suaminya untuk
konsultasi rencana menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan. Pasien saat ini telah
melahirkan anak ke-5 secara normal 3 bulan yang lalu dengan jarak kehamilan 2
tahun. Pasien mengeluh sudah tidak ingin memiliki anak dan menginginkan
kontrasepsi jangka panjang. Pasien mengaku pernah menggunakan metode
kontrasepsi suntik selama 12 minggu setelah melahirkan anak pertama namun
berhenti dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi setelah itu. Siklus haid teratur,
dengan penggunaan pembalut 2-3 kali setiap hari haid, nyeri haid yang hebat tidak
ada. Pasien menyusui anaknya secara eksklusif. Riwayat persalinan anak pertama
sampai keempat normal tanpa komplikasi. Riwayat keputihan tidak ada. Riwayat
berganti-ganti pasangan tidak ada.

3
Riwayat Obsetri :

a. Riwayat Haid

 Menarche : 16 Tahun

 Lamanya : 6-7 Hari

 Siklus : 28 Hari, Teratur

 Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

 Dismenorhoe : Tidak ada

b. Riwayat Kehamilan, nifas, dan persalinan yang lalu

Hamil Jenis Penyulit Anak Nifas


Penolong
Ke- Partus Kehamilan JK BB ASI Penyulit
Pervagina
1 Bidan - P 3200 gram Ya -
m
Pervagina
2. Bidan - L 3000 gram Ya -
m
Pervagina
3. Bidan - L 3100 gram Ya -
m
Pervagina
4. Bidan - P 3200 gram Ya -
m
Pervagina
5. Bidan - L 3000 gram Ya -
m

c. Riwayat Penyakit

 Riwayat penyakit lainnya : Asma tidak ada, Hipertensi tidak ada,


Diabetes Melitus tidak ada

 Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada

 Riwayat Operasi : Tidak ada

d. Riwayat KB

4
 Kontrasepsi dipakai/lalu : Kontrasepsi suntik pada tahun 2012

 Keluhan : Tidak ada

 Lamanya Pemakaian : 12 minggu

 Alasan Berhenti :-

1. Pemeriksaan Fisis

a. Status Generalis

 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)

 Status gizi : BB = 60 kg

: TB = 156 cm

b. Tanda Vital

 Tekanan darah : 120/70 mmHg

 Nadi : 72 kali/menit

 Pernapasan : 20 kali/menit

 Suhu : 36.6 °C

c. Head to Toe Examination

 Kepala dan Leher : Normocephal,mesocephal.Tidak ada pembesaran KGB

 Mata : Konjunctiva pucat (-) sklera ikterik (-),mata cekung (-)

5
 Thorax : Cor : Bunyi jantung normal

: Pulmo : Rhonki dan wheezing tidak ada

 Abdomen : Hepar-Lien : Tidak teraba

: Bising Usus : Normal

 Ekstremitas : Dalam batas normal

d. Pemeriksaan Luar

 Inspeksi

Bentuk : Cembung

Striae : Ada

Bekas Luka Operasi : Tidak ada

 Pemeriksaan Genitalia Luar

Bentuk : Tidak ada kelainan

Varices : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Massa/Kista : Tidak ada

Pelepasan Pervaginam : Lendir (-), Darah (-), Air(-)

e. Pemeriksaan dalam

Vulva/vagina : Dalam batas normal

Portio : Lunak, sedang

Uterus : antefleksi

2. Pemeriksaan Penunjang

6
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Hemoglobin 15.2 g/dl 13.7-17.7

Lekosit 9.900 10^3/ul 4.4-11.9

Hematokrit 44 % 42-52

Trombosit 233 10^3/ul 150-450

Eritrosit 5.8 10^6/ul 4.5-5.9

RDW 12.0 % 11.5-14.5

MCV 12.3 U 11.5-14.5

MCH 30.2 Pcg 28-33

MCHC 32.4 g/dl 33-36

LED 13 mm/jam 0-15

Waktu bekuan 4’30’’ Menit 4-10

Waktu 2’30’’ Menit 1-7


perdarahan

GDS 131 mg/dl 70-200

3. Diagnosis

P5A0 + Calon Akseptor AKDR

4. Penatalaksanaan

Rencana penggunaan kontrasepsi jangka panjang.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keluarga Berencana (KB)


Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan.1

2.2 Latar Belakang Keluarga Berencana


Pada waktu yang bersamaan hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa angka
pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan dibandingkan dengan SP tahun 2000.
Sejak tahun 2002 sampai dengan 2012 terlihat Total Fertility Rate (TFR) stagnan pada
posisi 2,6 anak, artinya dalam 10 tahun terakhir menunjukkan tidak adanya penurunan
rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh wanita usia subur 15-49 tahun di Indonesia.2
Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah
terjadinya kehamilan. KB Pasca Persalinan adalah penggunaan alat kontrasepsi pada
masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan.k Alasan pelaksanaan KB pasca
persalinan antara lain termasuk kembalinya fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan,
jarak kehamilan yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta ketidak tersediaan
kontrasepsi.2

2.3 Tujuan Keluarga Berencana (KB)


Tujuan dilaksanakn program KB untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak. Tujuan
program KB lainnya untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, maka diadakan
kebijaksaan yang dikatergorikan dalam tiga fase ( menjarangkan, menunda, dan
menghentikan). Maksud dari kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak

8
akubat mekahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.1

2.4 Tujuan KB Pasca Persalinan


Tujuan pelayanan KB Pasca Persalinan adalah untuk mengatur jarak
kehamilan/kelahiran dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga setiap
keluarga dapat merencanakan kehamilan yang aman dan sehat. Pelayanan KB Pasca
persalinan dimulaii dengan memberi informasi dan konseling yang sudah dimulai sejak
masa kehamilan. Tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan memegang peranan
penting dalam memberikan infromasi konseling KB pasca persalinan kepada calon
peserta KB.1

2.5 Kelayakan Kontrasepsi


Dalam penggunaan kontrasepsi, terdapat kriteria kelayakan medis (MEC) yang terbagi
menjadi 4 kategori, seperti yang terlampir dalam kotak di bawah ini:
Tabel 1 Kategori kelayakan kontrasepsi.3

2.6 Definisi Kontrasepsi


Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen sebagai bentuk pencegahan terbuahinya
sel ovum oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel ovum yang telah
dibuahi ke dinding rahim. Tujuan kontrasepsi yaitu menunda kehamilan, menjarangkan
kehamilan, dan menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi.4
Kontrasepsi didefinisikan sebagai pencegahan konsepsi yang disengaja melalui
penggunaan berbagai perangkat, praktik seksual, bahan kimia, obat-obatan, atau prosedur
pembedahan. Dengan demikian, alat atau tindakan apa pun yang bertujuan untuk
mencegah seorang wanita hamil dapat dianggap sebagai kontrasepsi.7

9
2.7 Pemilihan Kontrasepsi4
Kriteria kontrasepsi yang bagus adalah yang mempunyai efektivitas yang tinggi,
efek samping yang minimal, reversible, melindungi dari STD, mudah didapatkan, dan
tidak ada kontraindikasi. Tujuan pemasangan kontrasepsi adalah untuk menunda
kehamilan, menjarangkan kehamilan, dan menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi.
Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional.4

Jarangkan 2-4 tahun (20-35


Tunda (<20 tahun) Menghentikan (>35 tahun)
tahun)
1) IUD 1) Sterilisasi
1) Pil
2) Suntik 2) IUD
2) IUD
3) Pil 3) Implan
3) Implan
4) Implan 4) Suntik
4) Suntikan
5) Sterilisasi 5) Pil

Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

a. MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ) yang termasuk dalam kategori ini
adalah jenis susuk/implant, AKDR, MOP dan MOW
b. Non MKJP ( Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ), yang termasuk dalam
kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan metode-metode selain yang termasuk
dalam MKJP.

Adapun macam-macam kontrasepsi, sebagai berikut:

a. Kontrasepsi Alamiah
Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB), metode ovulasi billings (MOB),
simptotermal (STB+Mukosa Serviks), senggama terputus, laktasi
b. Kontrasepsi Barier Mekanik
Kondom, diafragma, spermisida, AKDR
c. Kontrasepsi Hormonal
Bentuk pil, suntikan, implan
d. Kontrasepsi Mantap
Tubektomi, vasektomi

10
Kontrasepsi Alamiah
Mekanisme kerja dari kontrasepsi alamiah adalah dengan cara belajar mengetahui
kapan masa subur. Metode ini sangat efektif jika dilakukan dengan tertib, dan hampir tidak
mempunyai efek samping. Metode ini dapat dilakukan pada semua perempuan, paritas
berapapun, kurus atau gemuk, perokok, ada alas an Kesehatan tertentu, alas an agama tau
filosofi, atau tidak dapat menggunakan metode lain.

I. Pantang Berkala (Sistem Kalender)


Cara kerja nya adalah dengan menghindari senggama diwaktu subur.

11
II. Metode Suhu Basal/Suhu Tubuh Basal (STB)
Suhu tubuh basalah adalah suhu terrendah yang dicapai oleh tubuh selama

istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada
pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.5
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa thermometer basal.
Thermometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur
dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun
terlebih dahulu (hormone turun mendadak) dan naik menjadi 37-38 C kemudian tidak
akan kembali pada suhu 35 C. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi
(progesterone tinggi membuat suhu tubuh lebih tinggi). Kondisi kenaikan suhu tubuh
ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 C dan
akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena
produksi progesterone menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya krpus luteum yang memproduksi
progesterone. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubh dan terus
berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila

12
sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi
hormone progesterone, akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Factor yang mempengaruhi metode suhu basal tubuh antara lain penyakit,
gangguan tidur, merokok dan atau minum alcohol, penggunaan obat-obatan ataupun
narkoba, dan stress.

III. Metode Ovulasi Billings (MOB)


Cara kerja dari metode ini adalah dengan mengenali masa subur dari siklus
menstruasi dengan mengamati lender serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi.
Lender/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi
juga oleh sel-sel vagina. Pada saat menjelang ovulasi, lender serviks akan mengalir
dari vagina. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan
hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lender pada masa subur
berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.5
Jika lendir berwarna jernih, licin, dan mulus menunjukkan masa subur. Jika
lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket atau kering menunjukkan masa tidak
subur sehingga aman untuk berhubungan. Kelebihan dari metode ini adalah mudah
digunakan dan tidak memerlukan biaya. Keterbatasan dalam metode ini adalah tidak
efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain (misal metode simptothermal), dan tidak cocok untuk wanita yang tidak
menyukai menyentuh alat kelaminnya, wanita yang memiliki infeksi saluran
reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan.

13
IV. Simptotermal (STB+Mukosa Servik)
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA)
yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode ini
mekombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain
yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indicator kesuburan yaitu
perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa
subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada
wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode
ini Bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling
melengkapi.

V. Senggama Terputus/Pra-ejakulasi atau pancaran ekstravaginal


 Penegluaran penis dari vagina sesaat sebelum terjadinya ejakulasi. Efektifitas
4-18 kehamilan/100 perempuan/tahun.
 Prinsipnya adalah menghindari deposit sperma di dalam fornix atau vagina
untuk menghindarkan terjadinya pertemuan ovum dan sperma dalam periode
subur.
 Keuntungan: alamiah, efektif bila dilakukan dengan benar, tidak menganggu
produksi ASI, tidak ada efek sampugn, dapat dikombinasikan dengan berbagai
metode KB alamiah yang lain, tidak butuh biaya dan persiapan khusus
 Tidak dianjurkan pada pria dengan ejakulasi dini, pria yang sulit melakukan
sengama terputus, perempuan dengan pasangan yang sulit kerja sama, dan
pasangan yang sulit berkomunikasi

VI. Metode Amenore Laktasi (MAL)]


MAL merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely on)
pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan ASI yang
intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH sehingga sekresi

14
FSH dan LH rendah dan menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan
ovulasi.
Hanya dianjurkan pada perempuan: meysusui eksklusif (8-10x per hari dengan
interval <4 jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-6 bulan
sejak melahirkan bayinya.
Keterbatasan yaitu; tignkat efektivitas tergantung tingkat eksklusifitas
menyusui bayi, tidak melindungi pengguna dari PMS (HIV/AIDS), pada wanita yang
bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
Instruksi yang diberikan, yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast
feeding), dari kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada malam
hari (tidak boleh > 4-6 jam diantara 2 pemberian), jangan digantikan jadwal
pemberian ASI dengan makanan/cairan lain, dan selalu gunakan metode kontrasepsi
pendukung misalnya kondom

Kontrasepsi Barier Mekanik


I. Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah
penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila
pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan
dengan kontrasepsi lain untukmencegah PMS. Efektifitas 12-14
hamil/100/tahun.3,4,5

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai


bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02
mm.

15
II. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutupi serviks. Beberapa jenis diafragma:3,4,5
1. Flat spring (diafragma pegas datar). Jenis ini cocok untuk vagina normal dan
disarankan untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan
mudah di pasang.
2. Coil spring (diafragma pegas kumparan). Jenis ini cocok untuk wanita yang
vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas
kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar.
3. Arching spring. Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur
atau panjang dan posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini
merupakan kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan
tekanan kuat pada dinding vagina.

16
Cara kerja dari diafragma adalah mencegah masuknya sperma melalui
kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi), dan sebagai alat untuk
menempatkan spermisida..

Manfaat

- Efektif bila digunakan dengan benar


- Tidak menganggu produksi ASI
- Tidak menganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya
- Tidak menganggu Kesehatan klien
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik
- Memberikn perlindungan terhadap penyakit menular seksual
- Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid

Keterbatasan

- Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida)
- Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar
- Memerlkukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam
penggunaan alat kontrasepsi ini.
- Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
- Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra
- Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama

17
Tahap 1
Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air memgalir.
Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spmeisida pada kap diafragma
secara merata

Tahap 2
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat
dengan mengakat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring
ataupun sambal jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat
menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk
pegangan yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.

Tahap 3
Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian
depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina
sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah
terlindungi.

18
Perhatian
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma di dalam
vagina lebih darim 24 jam.

III. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia
(non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Aerosol (busa), tablet
vagina, suppositoria atau dissolvable film, dan krim merupakan jenis dari
spermisida. Cara kerja dari spermisida adalah dengan menyebabkan sel selaput sel
sperma pecah, memperlambat motilitas sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur.
Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi). Aerosol
dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode
kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan
disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 m3nit setelah dimasukkan
(insersi) sebelum hubungan seksual. Jenis spermsida jeli biasanya digunakan
bersamaan dengan diafragma.

Manfaat
1. Efektifk seketika (busa dan krim)
2. Tidak menganggu produksi ASI
3. Sebagai pendukung metode lain
4. Tidak menganggu Kesehatan klien
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
19
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik
9. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
dan HIV/AIDS.

Cara Pemakaian

Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun


demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain
seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida
bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim, dan jeli, vaginal
contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.

Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari


alat kontrasepsi spermisida ini 18% per tahun apabila digunakan dengan benar dan
konsisten dan 29% apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang
berkesinambungan.

Petunjuk Umum

1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar


sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator
(busa atau krim) dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
hubungan seksual. Ekcuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak
memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum
diisi ke dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum
terjadi senggama atau perlu spermsida tambahan bila senggama
dilanjutkan berulang kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis
tertutup secara keselurahan.

20
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai
dengan bentuknya:

a. Aerosol (busa)
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan
container dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut container
dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar.
Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali
pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator
segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian dikeringkan.
Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa)
dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan
hubungan seksual.

b. Krim dan Jeli


Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan
atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan
diafrgama atau kap serviks, atau dapat juga digunakan Bersama kondom.
Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli
keluar. Kemudian Tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera
dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.

c. Kontrasepsi Vagina Fil/Tissue


Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Spermisida bentuk film/tissue ini berupa kotak-kotak tipi
yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua
dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari anda ke dalam vagina
dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang
kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan
membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15
menit agar film laurt dan bekerja efektif.

21
d. Suppositoria
Suppositoria merupakan spermsida berbentuk kapsul yang dapat larut
dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari
kemasan. Sambal berbaring masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina.
Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan
selalu tablet vagina atau suppositoria.

IV. AKDR/IUD
Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices
(IUD) merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam Rahim yang terbuat dari
bahan polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid. IUD sangat efektif untuk
menjarangkan kehamilan dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka
panjang lainnya seperti implant, tubektomi,dan vasektomi. IUD merupakan
metode kontrasepsi jangka panjang yang paling banyak digunakan dalam program
KB di Indonesia, sekitar 22,6%.
Disamping keefektifan menggunakan IUD, terdapat beberapa kerugian
dalam penggunaannya, seperti perdarahan (spotting) antarmenstruasi, nyeri haid
yang berlebihan, periode haid lebih lama, dan perdarahan berat pada waktu haid.
Hal-hal tersebut memungkinkan terjadinya anemia dan resiko lainnya.
Setiap bulannya, wanita usia subur akan mengalami periode
kehilangan darah akibat menstruasi. Penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh
terhadap pengeluaran darah menstruasi pada wanita, termasuk IUD yang dapat
menignkatkan pengeluaran darah dua kali lipat saat menstruasi. Periode
menstruasi yang berlangsung lebih lama dari lima hari dan menggunakan IUD,
secara independent berhubungan dengan nilai hemoglobin yang lebih rendah
(secara berturut-turut -0,15 sampai -0,25 g/dl).

IUD dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:


a. Copper-T
Jenis ini berbentuk huruf T yang terbuat dari polietilen yang bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga ini memiliki

22
efek anti fertilitas yang cukup baik. Jenis ini melepaskan levonorgestrel
dengan konsentrasi yang rendah selama minimal 5 tahun.
Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian
metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorrhea.
b. Copper-7
Berbeda dengan Copper-T, jenis IUD ini memiliki bentuk seperti angka “7”,
dimana memiliki ukuran diameter batang vertical 32 mm dan dililit kawat
tembaga dengan luas permukaan 200 mm2. Fungsi bentuk seperti angka “7”
ini memudahkan dalam pemasangan kontrasepsi.
c. Multi Load
Terbuat dari polietilen dengan dua tangan, kanan dan kiri, berbentuk seperti
sayap yang fleksibel. Jenis ini memiliki panjang 3,6 cm dari atas hingga
bawah dan lilitan kawat tembaga memiliki luas permukaan 256 mm 2 atau 375
mm2 . Multi Load, memiliki tiga ukuran yaitu standar, small, dan mini
d. Lippes Loop
Merupakan jenis yang terbuat dari polietilen berbentuk spiral atau huruf S
bersambung. , yaitu tipe A berukuran 25 mm dengan benang berwarna biru,
tipe B berukuran 27,5 mm dengan benang berwarna hitam, tipe C berukuran
30 mm dengan benang berwarna kuning, dan tipe D berukuran 300 mm
dengan benang berwarna putih dan tebal.
Lippes Loop memiliki angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian jenis ini adalah apabila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic. Jenis ini merupakan
IUD yang banyak digunakan.

IUD memiliki cara kerja yang menghambat kemampuan sperma untuk


masuk kedalam tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai cavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu karena jalannya
terhalangi, dan memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus.Keuntungan dari penggunaan kontrasepsi ini antara lain:
1. Efektifitasnya tinggi sekitar 0,6 sampai 0,8 kehamilan per 100
perempuan, kegagalan dalam 125 sampai 170 kehamilan
23
2. Segera efektif saat terpasang di Rahim
3. Tidak memerlukan kunjungan ulang; tidak mempengaruhi hubungan
seksual
4. Tidak memiliki efek samping hormonal
5. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
6. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan
catatan tidak terjadi infeksi
7. Membantu mencegah kehamilan ektopik
8. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan; dapat digunakan hingga
menopause.
Kondisi-kondisi yang tidak diperbolehkan menggunakan IUD antara
lain kehamilan, gangguan perdarahan, peradangan alat kelamin, kecurigaan
tumor ganas pada alat kelamin, tumor jinak Rahim, kelainan bawaan rahum,
peradangan pada panggul, perdarahan uterus yang abnormal, karsinoma organ-
organ panggul, malformasi panggul, mioma uteri terutama submucosa,
dismenorhea berat, stenosis kanalis servikalis, anemia berat dan gangguan
koagulasi darah, dan penyakit jantung reumatik.

Efek samping penggunaan IUD antara lain:

1. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah di antara siklus menstruasi, spotting akan
muncul jika sedang kelelahan dan stress. Wanita yang aktif sering
mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi IUD.
2. Perubahan Siklus Menstruasi
Setelah pemasangan IUD, siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus
menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28
hair dengan lama haid tiga sampai tujuh hari, biasanya siklus haid akan
berubah menjadi 21 hari.
3. Amenorhea
Tidak didapat tanda-tanda haid selama tiga bulan atau lebih. Penganan
efek samping amenorrhea adalah ememriksa apakah sedang hamil atau

24
tidak. Apabila tidak, berikan konseling dan menyelidiki penyebab
amenorrhea apabila dikehendaki dengan posisi IUD tidak dilepas.
4. Dismenorhea
Munculnya rasa sakit menstruasi tanpa penyebab organic. Penangan
dismenorhea adalah memastikan dan menegaskan adanya penyakit radang
panggul (PRP) dan penyebab lain dari kram otot perut, serta
menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Berikan analgesic apabila
tidak ditemukan penyebabnya untuk sedikit meringankan rasa sakit.
5. Menorrhagia
Perdarahn berat secara berlebihan selama haid atau menstruasi (masa haid
lebih dari delapan hari). Memastikan dan menegaskan adanya infeksi
pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis,
perdarahn berkelanjutan serta perdarahan hebat, maka lakukan konseling
dan pemantauan. Terapi farmakologis untuk menorrhagia dapat
menggunakan Ibuprofen untuk mengurangi perdarahn dan memberikan
tablet besi.
6. Fluor Albus
Penggunaan IUD akan memicu rekrurensi vaginosis bacterial yaitu
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus
yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7. Pendarahan post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang IUD yang
menggesek mulut Rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendrahan, akan tetapi pendarahan yang muncul ini jumlahnya hanya
sedikit, pada beberapa kasus efek samping ini menjadi pembenar bagi
akseptor untuk melakukan drop out, terutama disebabkan dorongan yang
salah dari suami.

Pemasangan IUD pada masa pasca persalinan dilakukan setelah periode post
plasenta sampai 48 jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini
masih bisa dengan menggunakan ringed forsep, karena serviks masih berdilatasi,
tetapi tidak bisa dilakukan secara manual. Pnggunaan inserter IUD interval sebaiknya
tidak digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi.
25
Pemasangan IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan tidak dianjurkan
karena angka kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pemasangan segera pasca persalinan dan pemasangan IUD interval.6

Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal berisi 2 hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Estrogen sintetik adalah etinil estradiol, mestranol dan progesteron sintetik adalah progestin,
norethindron, noretinodrel, etinodiol, norgestrel. Alasan utama untuk menggunakan estrogen
dan progesteron sintetik adalah bahwa hormon alami hampir seluruhnya akan dirusak oleh
hati dalam waktu singkat setelah diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam sirkulasi porta.

Mekanisme kontrasepsi hormonal antara lain dengan penggunaan estrogen dan


progestin terus menerus terjadi penghambatan sekresi GnRH dan gonadotropin sedemikian
rupa hingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi. Progestin akan
menyebabkan bertambah kentalnya mukus serviks sehingga penetrasi sperma terhambat,
terjadi gangguan keseimbangan hormonal dan hambatan progesteron menyebabkan hambatan
gangguan pergerakan tuba.

Estrogen menginhibisi pelepasan FSH, progesteron menginhibisi pelepasan LH. Jelas


bahwa ovulasi dapat dicegah dengan inhibisi stimulus ovarium, maupun pencegahan
pertumbuhan folikel. Selain itu kontrasepsi oral dapat langsung bekerja pada saluran kelamin.
Endometrium harus berada pada status yang tepat di bawah pengaruh estrogen dan
progesteron untuk terjadinya nidasi dan hampir tidak mungkin terjadi implantasi pada
endometrium. Demikian pula sekret serviks yang banyak mengandung air, pada saat ovulasi
dianggap esensial bagi sperma dan lendir kental yang dihasilkan karena pengaruh progesteron
merupakan lingkungan yang tidak mendukung bagi sperma.2

I. Pil Kontrasepsi
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa pil dan diminum oleh
wanita, yang berisi estrogen dan progestin berkhasiat mencegah kehamilan bila
diminum secara teratur. Kontrasepsi oral yang paling sering dipakai saat ini
merupakan kombinasi esterogen dan progresteron yang diminum setiap hari
selama tiga minggu dan bebas minum selama satu minggu, dan pada saat itulah
terjadi pendarahan uterus-withdrawal.

26
Komponen estrogen dalam pil menghalangi maturasi folikel dalam
ovarium, sedangkan komponen progesteron memperkuat daya estrogen untuk
mencegah ovulasi. Pada keadaan biasa estrogen dan progesteron dihasilkan oleh
ovarium, karena pengaruh folikel stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) yang dikeluarkan oleh hipophyse, akan berpengaruh pada
endometrium sehingga terjadi siklus menstruasi. Selain itu esterogen dan
progresteron berpengaruh langsung pada hipotalamus, yaitu mekanisme feed back,
yang akan menghambat pengeluaran FSH dan LH releasing factor yang akibat
selanjutnya adalah dihambatnya pengeluaran FSH dan LH. Dengan dihambatnya
FSH dan LH maka tidak akan terjadi ovulasi. Pada pemakaian kontrasepsi
hormonal, estrogen dan progesteron yang diberikan akan mengakibatkan kadar
estrogen dan progesteron dalam darah tetap tinggi, sehingga mekanisme feed back
akan bekerja. Keruigaan pil KB:
 Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
 Mual terutama pada 3 bulan pertama
 Perdarahan bercak
 Pusing
 Nyeri payudara
 Berat badan naik
 Meningkatkan tekanan darah, retensi cairan sehingga resiko stroke dan
gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada usia
>35 tahun dan merokok perlu hati-hati.

Sampai sekarang dikenal 4 tipe kontrasepsi oral yakni tipe kombinasi, tipe
sekuensial, mini pil dan pil pasca sanggama (morning after pil). Tipe kombinasi
adalah yang mula mula dikenal dan efektifitasnya paling tinggi dan oleh karena itu
tipe inilah yang sampai sekarang paling banyak digunakan.3

1. Tipe kombinasi

Terdiri dari 21-22 pil yang setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin
dosis kecil, untuk penggunaan satu siklus. Pil pertama mulai diminum pada
hari kelima siklus haid selanjutnya setiap hari 1 pil selama 21-22 hari.
Umumnya 2-3 hari sesudah pil terakhir diminum akan timbul perdarahan haid

27
yang merupakan perdarahan putus obat (withdrawal bleeding). Penggunaan
pada siklus selanjutnya sama seperti siklus sebelumnya yaitu pil pertama
ditelan pada hari kelima siklus siklus haid.

2. Tipe Sekuensial

Pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal


tubuh, 12 pil pertama hanya mengandung estrogen, pil ke-13 dan seterusnya
merupakan kombinasi.

3. Mini Pil

Hanya berisi derivat progestin dosis kecil (0,5 mg atau lebih kecil) terdiri dari
21-22 tablet. Minipil bukan menjadi pengganti dari pil oral kombinasi, tetapi
hanya sebagai suplemen/tambahan, yang digunakan oleh wanita yang ingin
menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang
harus menghindari estrogen oleh sebab apapun.

4. Pil pasca senggama

Berisi dietilstilbestrol 25 mg diminum 2 kali sehari dalam kurang waktu 72


jam pasca senggama selama 5 hari berturut-turut (Hartanto, 2004). Keefektifan
kontrasepsi oral yaitu bagi ibu yang masih menyusui sampai sembilan bulan
pertama postpartum keefektifan pil ini mencapai 98,5%. Bagi ibu yang tidak
menyusui, keefektifan turun menjadi 96%

II. Kontrasepsi Suntik (Suntik KB)


Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan penyuntikan obat tersebut pada ibu yang
subur (Anonim, 2008). Mekanisme kerja kontrasepsi suntik secara primer kadar
Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan kadar Leutenizing Hormon (LH) menurun
sehingga tidak terjadi peningkatan LH. Respon kelenjar hypofise terhadap
gonadotropin realising hormon eksogenous tidak berubah, sehingga member
kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di hypofise.

28
Secara sekunder lender servik menjadi kental dansedikit, sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa serta membuat endometrium menjadi
kurangt baik untuk implantasi ovum yang telah dibuahi oleh sperma karena
edometrium menjadi atropi, selain itu juga mempengaruhi kecepatan transport
ovum di dalam tubafallopi. Jenis Kontrasepsi yang beredar di Indonesia:

1. DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat), mengandung 150 mg DMPA,


yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
2. Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200mg
noretisteron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.
3. Cyclofem, yang mengandung 25 mg depo medroksi asetat dan 5 mg
estradiol sipionat yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali

III. Sub-kutis/bawah kulit; Implant


Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgestrel yang dibungkusdalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan
dibawah kulit sebanyak 6 kapsul dan masing-masingkapsul panjangnya 34 mm
dan berisi 36 mglevonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30mcg levonorgestrel
dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul.Levonorgestrel
adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau
kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif.6

Mekanisme Kerja
- Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma
- Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok
untuk implantasi zygote
- Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi
- Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja
tersebut di atas. Daya guna Norplant cukup tinggi. Efektivitas antara 0,3 –
0,5/100 wanita/tahun

Keuntungan

29
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
5. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun
dan bersifat reversible). Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu
satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80% sampai 90% wanita dapat
menjadi hamil kembali.

Efek Samping

1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang


atau lebih sering berdarah (metrorrhagia)
2. Amenore
3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala
4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan
5. Timbulnya jerawat
6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat
kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan KB.

Indikasi

1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang


lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR
2. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen

Kontraindikasi

1. Kehamilan atau disangka hamil


2. Penderita penyakit hati
3. Kanker payudara
4. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis)

30
5. Varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik
7. Diabetes Mellitus
8. Kelainan kardiovaskuler

Waktu Pemasangan

Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga
adanya kehamilan dapat disingkirkan.

Kontrasepsi Mantap
I. Sterilisasi Perempuan/Tubektomi
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingg sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Metode ini sangat
efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan),
permanen, tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding), tidak
bergantung pada factor senggama, pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan
anestesi local, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, dan tidak ada
perubhan dalam fungsi seksual.
Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat
berikut; umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup, umur sekitar 30 tahun
dengan 3 anak hidup, dan umur sekitar 35 thun dengan 2 anak hidup. Yang
sebaiknya tidak menjalani tubektomi adalah dalam keadaan hamil, perdarahan
vaginal yang belum jelas penyebabnya, infeksi sistemik atau pelvik yang akut, dan
belum mendapatkan persetujuan tertulis.3

II. Vasektomi
Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan
dengan caraoperasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery).

31
Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul
steril jika dia telah mengalami 8-12 kali ejakulasi setelah vasectomy. Oleh karena
itu sebelumhal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada saat
koitus memakaikontrasepsi lain.
Komplikasi vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan, reasa
nyari,terjadinya hematoma karena perdarahan kapiler, epididimitis dan granuloma.
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan,
gagalmengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas
defernsmisalnya ada 2 vas deferens pada kanan atau kiri, koitus
dilakukamsebelum kantong seminalnya batul-betul kosong.1

BAB III

KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN

Semua metoda kontrasepsi bisa diberikan pada ibu pada masa pascapersalinan. Waktuuntuk
memulai suatu kontrasepsi tergantung dari status menyusui ibu. Metoda yang bisadigunakanjika

32
pasangan melakukan hubungan seksual meskipun segera setelah melahirkanadalah: Spermisida,
Kondom, Koitus interuptus.3

1. Wanita Menyusui
Wanita yang menyusui tidak perlu menggunakan kontrasepsi pada 6 minggu
pascapersalinan dan 6 bulan jika mereka menggunakan MAL. Gambar berikutmenunjukkan
waktu yang direkomendasikan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui.

2. Wanita Tidak Menyusui


Meskipun sebagian besar wanita yang tidak menyusui akan mendapat haiddalam 4-6
minggu pascapersalinan, hanya 1/3 dari menstruasi pertama yang terjadi ovulasi dan hanya
sebagian kecil yang terjadi kehamilan.

33
Metode Kontrasepsi Waktu pasca persalinan Ciri-ciri khusus
MAL Mulai segera pasca persalinan. Manfaat Kesehatan bagi ibu
Efektivitas tinggi sampai 6 dan bayi, dan memberika
bulan pasca persalinan dan waktu untuk memilih metode
sebelum haid kontrasepsi yang lain
Pil Kombinasi Jika menyusui:  Kontrasepsi kombinasi
 Jangan dipakai sebelum 6-
dapat mengurangi ASI dan
8 minggu pasca persalinan
mempengaruhi tumbuh-
 Sebaiknya tidak dipakai kembang bayi
dalam 6 minggu – 6 bulan
 Kontrasepsi kombinasi
pasca persalinan
dapat meningkatkan
 Jika pakai MAL, tunda masalah pembekuan darah
sampai 6 bulan
 Jika tidak menyusui dapat
dimulai 3 minggu pasca
persalinan
Mini Pil  Jika menyusui, jangan  Selama 6 minggu pasca
digunakan sebelum 6 persalinan, progestin
minggu mempengaruhi tumbuh-
 Jika tidak menyusui dapat kembang bayi
segera digunakan
 Jika dengan MAL, dapat
ditunda sampai 6 bulan
 Jika tidak menyusui > 6
minggu pasca persalinan
atau sudah dapat haid,
dapat dimulai setelah yakin

34
tidak hamil
AKDR  Dapat dipasang langsung,  Tidak ada pengaruh
sewaktu SC, atau 4B jam terhadap ASI
pasca persalinan
 Jika tidak, insersi ditunda
sampai 4-6 minggu
 Jika sudah haid, insersi
dilakukan setelah yakin
tidak hamil.
Tubektomi  Dapat dilakukan dalam 48  Tidak ada pengaruh
jam pasca oersalinan terhadap ASI
 Jika tidak, tunda sampai 6  Minialparatomi
minggu pasca persalinan pascapersalinan paling
mudah dilakukan dalam 48
jam pasca persalinan

BAB IV

KESIMPULAN

35
Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan usaha–usaha
pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanent.Dalam hal ini setiap calon
peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang
paling cocok untuk dirinya.

Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk mereka baik
dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi
dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.

Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan Sumber Daya
Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada
khususnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mujiati I, Budijanto D. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2013

36
2. S, Flourisa Juliana dan Anggraeni, Maria. Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita pasca
melahirkan dan pasca keguguran SKDI 2012. 2015
3. World Health Organization. Rekmendasi Praktik Terpilih pada Penggunaan
Kontraepsi, 3rd edition, 2016.
4. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta;
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006
5. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006
6. Putri P R, Oktaria D. Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai Alat
Kontrasepsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Volume 5. Nomor 4.
Oktober 2016
7. Affandi B, Albar Erjan. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

37

Anda mungkin juga menyukai