OLEH:
Bella Aprilni Kriwangko
C014182069
RESIDEN PEMBIMBING :
SUPERVISOR:
dr. Suzanna Siegers Pakasi, SpOG (K)
1
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : C014182069
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
dr. Ardio Rizky Tansil, Tan dr. Suzanna Siegers Pakasi, SpOG (K)
Mengetahui,
2
Dr. dr. Elizabet C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG (K)
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Ingin kontrasepsi setelah melahirkan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita usia 37 tahun datang ke poliklinik bersama suaminya untuk
konsultasi rencana menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan. Pasien saat ini telah
melahirkan anak ke-5 secara normal 3 bulan yang lalu dengan jarak kehamilan 2
tahun. Pasien mengeluh sudah tidak ingin memiliki anak dan menginginkan
kontrasepsi jangka panjang. Pasien mengaku pernah menggunakan metode
kontrasepsi suntik selama 12 minggu setelah melahirkan anak pertama namun
berhenti dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi setelah itu. Siklus haid teratur,
dengan penggunaan pembalut 2-3 kali setiap hari haid, nyeri haid yang hebat tidak
ada. Pasien menyusui anaknya secara eksklusif. Riwayat persalinan anak pertama
sampai keempat normal tanpa komplikasi. Riwayat keputihan tidak ada. Riwayat
berganti-ganti pasangan tidak ada.
3
Riwayat Obsetri :
a. Riwayat Haid
Menarche : 16 Tahun
c. Riwayat Penyakit
d. Riwayat KB
4
Kontrasepsi dipakai/lalu : Kontrasepsi suntik pada tahun 2012
Alasan Berhenti :-
1. Pemeriksaan Fisis
a. Status Generalis
Status gizi : BB = 60 kg
: TB = 156 cm
b. Tanda Vital
Nadi : 72 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36.6 °C
5
Thorax : Cor : Bunyi jantung normal
d. Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Bentuk : Cembung
Striae : Ada
e. Pemeriksaan dalam
Uterus : antefleksi
2. Pemeriksaan Penunjang
6
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Hemoglobin 15.2 g/dl 13.7-17.7
Hematokrit 44 % 42-52
3. Diagnosis
4. Penatalaksanaan
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
akubat mekahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.1
9
2.7 Pemilihan Kontrasepsi4
Kriteria kontrasepsi yang bagus adalah yang mempunyai efektivitas yang tinggi,
efek samping yang minimal, reversible, melindungi dari STD, mudah didapatkan, dan
tidak ada kontraindikasi. Tujuan pemasangan kontrasepsi adalah untuk menunda
kehamilan, menjarangkan kehamilan, dan menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi.
Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional.4
a. MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ) yang termasuk dalam kategori ini
adalah jenis susuk/implant, AKDR, MOP dan MOW
b. Non MKJP ( Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ), yang termasuk dalam
kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan metode-metode selain yang termasuk
dalam MKJP.
a. Kontrasepsi Alamiah
Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB), metode ovulasi billings (MOB),
simptotermal (STB+Mukosa Serviks), senggama terputus, laktasi
b. Kontrasepsi Barier Mekanik
Kondom, diafragma, spermisida, AKDR
c. Kontrasepsi Hormonal
Bentuk pil, suntikan, implan
d. Kontrasepsi Mantap
Tubektomi, vasektomi
10
Kontrasepsi Alamiah
Mekanisme kerja dari kontrasepsi alamiah adalah dengan cara belajar mengetahui
kapan masa subur. Metode ini sangat efektif jika dilakukan dengan tertib, dan hampir tidak
mempunyai efek samping. Metode ini dapat dilakukan pada semua perempuan, paritas
berapapun, kurus atau gemuk, perokok, ada alas an Kesehatan tertentu, alas an agama tau
filosofi, atau tidak dapat menggunakan metode lain.
11
II. Metode Suhu Basal/Suhu Tubuh Basal (STB)
Suhu tubuh basalah adalah suhu terrendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada
pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.5
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa thermometer basal.
Thermometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur
dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun
terlebih dahulu (hormone turun mendadak) dan naik menjadi 37-38 C kemudian tidak
akan kembali pada suhu 35 C. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi
(progesterone tinggi membuat suhu tubuh lebih tinggi). Kondisi kenaikan suhu tubuh
ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 C dan
akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena
produksi progesterone menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya krpus luteum yang memproduksi
progesterone. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubh dan terus
berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila
12
sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi
hormone progesterone, akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Factor yang mempengaruhi metode suhu basal tubuh antara lain penyakit,
gangguan tidur, merokok dan atau minum alcohol, penggunaan obat-obatan ataupun
narkoba, dan stress.
13
IV. Simptotermal (STB+Mukosa Servik)
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA)
yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode ini
mekombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain
yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indicator kesuburan yaitu
perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa
subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada
wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode
ini Bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling
melengkapi.
14
FSH dan LH rendah dan menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan
ovulasi.
Hanya dianjurkan pada perempuan: meysusui eksklusif (8-10x per hari dengan
interval <4 jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-6 bulan
sejak melahirkan bayinya.
Keterbatasan yaitu; tignkat efektivitas tergantung tingkat eksklusifitas
menyusui bayi, tidak melindungi pengguna dari PMS (HIV/AIDS), pada wanita yang
bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
Instruksi yang diberikan, yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast
feeding), dari kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada malam
hari (tidak boleh > 4-6 jam diantara 2 pemberian), jangan digantikan jadwal
pemberian ASI dengan makanan/cairan lain, dan selalu gunakan metode kontrasepsi
pendukung misalnya kondom
15
II. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutupi serviks. Beberapa jenis diafragma:3,4,5
1. Flat spring (diafragma pegas datar). Jenis ini cocok untuk vagina normal dan
disarankan untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan
mudah di pasang.
2. Coil spring (diafragma pegas kumparan). Jenis ini cocok untuk wanita yang
vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas
kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar.
3. Arching spring. Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang tampak kendur
atau panjang dan posisi serviks menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini
merupakan kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan
tekanan kuat pada dinding vagina.
16
Cara kerja dari diafragma adalah mencegah masuknya sperma melalui
kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi), dan sebagai alat untuk
menempatkan spermisida..
Manfaat
Keterbatasan
- Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida)
- Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar
- Memerlkukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam
penggunaan alat kontrasepsi ini.
- Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
- Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra
- Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama
17
Tahap 1
Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air memgalir.
Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spmeisida pada kap diafragma
secara merata
Tahap 2
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat
dengan mengakat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring
ataupun sambal jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat
menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk
pegangan yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.
Tahap 3
Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian
depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina
sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah
terlindungi.
18
Perhatian
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma di dalam
vagina lebih darim 24 jam.
III. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia
(non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Aerosol (busa), tablet
vagina, suppositoria atau dissolvable film, dan krim merupakan jenis dari
spermisida. Cara kerja dari spermisida adalah dengan menyebabkan sel selaput sel
sperma pecah, memperlambat motilitas sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur.
Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi). Aerosol
dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode
kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan
disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 m3nit setelah dimasukkan
(insersi) sebelum hubungan seksual. Jenis spermsida jeli biasanya digunakan
bersamaan dengan diafragma.
Manfaat
1. Efektifk seketika (busa dan krim)
2. Tidak menganggu produksi ASI
3. Sebagai pendukung metode lain
4. Tidak menganggu Kesehatan klien
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
19
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik
9. Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
dan HIV/AIDS.
Cara Pemakaian
Petunjuk Umum
20
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai
dengan bentuknya:
a. Aerosol (busa)
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan
container dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut container
dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar.
Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali
pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator
segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian dikeringkan.
Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa)
dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan
hubungan seksual.
21
d. Suppositoria
Suppositoria merupakan spermsida berbentuk kapsul yang dapat larut
dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari
kemasan. Sambal berbaring masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina.
Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan
selalu tablet vagina atau suppositoria.
IV. AKDR/IUD
Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices
(IUD) merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam Rahim yang terbuat dari
bahan polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid. IUD sangat efektif untuk
menjarangkan kehamilan dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka
panjang lainnya seperti implant, tubektomi,dan vasektomi. IUD merupakan
metode kontrasepsi jangka panjang yang paling banyak digunakan dalam program
KB di Indonesia, sekitar 22,6%.
Disamping keefektifan menggunakan IUD, terdapat beberapa kerugian
dalam penggunaannya, seperti perdarahan (spotting) antarmenstruasi, nyeri haid
yang berlebihan, periode haid lebih lama, dan perdarahan berat pada waktu haid.
Hal-hal tersebut memungkinkan terjadinya anemia dan resiko lainnya.
Setiap bulannya, wanita usia subur akan mengalami periode
kehilangan darah akibat menstruasi. Penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh
terhadap pengeluaran darah menstruasi pada wanita, termasuk IUD yang dapat
menignkatkan pengeluaran darah dua kali lipat saat menstruasi. Periode
menstruasi yang berlangsung lebih lama dari lima hari dan menggunakan IUD,
secara independent berhubungan dengan nilai hemoglobin yang lebih rendah
(secara berturut-turut -0,15 sampai -0,25 g/dl).
22
efek anti fertilitas yang cukup baik. Jenis ini melepaskan levonorgestrel
dengan konsentrasi yang rendah selama minimal 5 tahun.
Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian
metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorrhea.
b. Copper-7
Berbeda dengan Copper-T, jenis IUD ini memiliki bentuk seperti angka “7”,
dimana memiliki ukuran diameter batang vertical 32 mm dan dililit kawat
tembaga dengan luas permukaan 200 mm2. Fungsi bentuk seperti angka “7”
ini memudahkan dalam pemasangan kontrasepsi.
c. Multi Load
Terbuat dari polietilen dengan dua tangan, kanan dan kiri, berbentuk seperti
sayap yang fleksibel. Jenis ini memiliki panjang 3,6 cm dari atas hingga
bawah dan lilitan kawat tembaga memiliki luas permukaan 256 mm 2 atau 375
mm2 . Multi Load, memiliki tiga ukuran yaitu standar, small, dan mini
d. Lippes Loop
Merupakan jenis yang terbuat dari polietilen berbentuk spiral atau huruf S
bersambung. , yaitu tipe A berukuran 25 mm dengan benang berwarna biru,
tipe B berukuran 27,5 mm dengan benang berwarna hitam, tipe C berukuran
30 mm dengan benang berwarna kuning, dan tipe D berukuran 300 mm
dengan benang berwarna putih dan tebal.
Lippes Loop memiliki angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian jenis ini adalah apabila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic. Jenis ini merupakan
IUD yang banyak digunakan.
1. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah di antara siklus menstruasi, spotting akan
muncul jika sedang kelelahan dan stress. Wanita yang aktif sering
mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi IUD.
2. Perubahan Siklus Menstruasi
Setelah pemasangan IUD, siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus
menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28
hair dengan lama haid tiga sampai tujuh hari, biasanya siklus haid akan
berubah menjadi 21 hari.
3. Amenorhea
Tidak didapat tanda-tanda haid selama tiga bulan atau lebih. Penganan
efek samping amenorrhea adalah ememriksa apakah sedang hamil atau
24
tidak. Apabila tidak, berikan konseling dan menyelidiki penyebab
amenorrhea apabila dikehendaki dengan posisi IUD tidak dilepas.
4. Dismenorhea
Munculnya rasa sakit menstruasi tanpa penyebab organic. Penangan
dismenorhea adalah memastikan dan menegaskan adanya penyakit radang
panggul (PRP) dan penyebab lain dari kram otot perut, serta
menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Berikan analgesic apabila
tidak ditemukan penyebabnya untuk sedikit meringankan rasa sakit.
5. Menorrhagia
Perdarahn berat secara berlebihan selama haid atau menstruasi (masa haid
lebih dari delapan hari). Memastikan dan menegaskan adanya infeksi
pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis,
perdarahn berkelanjutan serta perdarahan hebat, maka lakukan konseling
dan pemantauan. Terapi farmakologis untuk menorrhagia dapat
menggunakan Ibuprofen untuk mengurangi perdarahn dan memberikan
tablet besi.
6. Fluor Albus
Penggunaan IUD akan memicu rekrurensi vaginosis bacterial yaitu
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus
yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7. Pendarahan post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang IUD yang
menggesek mulut Rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendrahan, akan tetapi pendarahan yang muncul ini jumlahnya hanya
sedikit, pada beberapa kasus efek samping ini menjadi pembenar bagi
akseptor untuk melakukan drop out, terutama disebabkan dorongan yang
salah dari suami.
Pemasangan IUD pada masa pasca persalinan dilakukan setelah periode post
plasenta sampai 48 jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini
masih bisa dengan menggunakan ringed forsep, karena serviks masih berdilatasi,
tetapi tidak bisa dilakukan secara manual. Pnggunaan inserter IUD interval sebaiknya
tidak digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi.
25
Pemasangan IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan tidak dianjurkan
karena angka kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pemasangan segera pasca persalinan dan pemasangan IUD interval.6
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal berisi 2 hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Estrogen sintetik adalah etinil estradiol, mestranol dan progesteron sintetik adalah progestin,
norethindron, noretinodrel, etinodiol, norgestrel. Alasan utama untuk menggunakan estrogen
dan progesteron sintetik adalah bahwa hormon alami hampir seluruhnya akan dirusak oleh
hati dalam waktu singkat setelah diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam sirkulasi porta.
I. Pil Kontrasepsi
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa pil dan diminum oleh
wanita, yang berisi estrogen dan progestin berkhasiat mencegah kehamilan bila
diminum secara teratur. Kontrasepsi oral yang paling sering dipakai saat ini
merupakan kombinasi esterogen dan progresteron yang diminum setiap hari
selama tiga minggu dan bebas minum selama satu minggu, dan pada saat itulah
terjadi pendarahan uterus-withdrawal.
26
Komponen estrogen dalam pil menghalangi maturasi folikel dalam
ovarium, sedangkan komponen progesteron memperkuat daya estrogen untuk
mencegah ovulasi. Pada keadaan biasa estrogen dan progesteron dihasilkan oleh
ovarium, karena pengaruh folikel stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) yang dikeluarkan oleh hipophyse, akan berpengaruh pada
endometrium sehingga terjadi siklus menstruasi. Selain itu esterogen dan
progresteron berpengaruh langsung pada hipotalamus, yaitu mekanisme feed back,
yang akan menghambat pengeluaran FSH dan LH releasing factor yang akibat
selanjutnya adalah dihambatnya pengeluaran FSH dan LH. Dengan dihambatnya
FSH dan LH maka tidak akan terjadi ovulasi. Pada pemakaian kontrasepsi
hormonal, estrogen dan progesteron yang diberikan akan mengakibatkan kadar
estrogen dan progesteron dalam darah tetap tinggi, sehingga mekanisme feed back
akan bekerja. Keruigaan pil KB:
Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
Mual terutama pada 3 bulan pertama
Perdarahan bercak
Pusing
Nyeri payudara
Berat badan naik
Meningkatkan tekanan darah, retensi cairan sehingga resiko stroke dan
gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada usia
>35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
Sampai sekarang dikenal 4 tipe kontrasepsi oral yakni tipe kombinasi, tipe
sekuensial, mini pil dan pil pasca sanggama (morning after pil). Tipe kombinasi
adalah yang mula mula dikenal dan efektifitasnya paling tinggi dan oleh karena itu
tipe inilah yang sampai sekarang paling banyak digunakan.3
1. Tipe kombinasi
Terdiri dari 21-22 pil yang setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin
dosis kecil, untuk penggunaan satu siklus. Pil pertama mulai diminum pada
hari kelima siklus haid selanjutnya setiap hari 1 pil selama 21-22 hari.
Umumnya 2-3 hari sesudah pil terakhir diminum akan timbul perdarahan haid
27
yang merupakan perdarahan putus obat (withdrawal bleeding). Penggunaan
pada siklus selanjutnya sama seperti siklus sebelumnya yaitu pil pertama
ditelan pada hari kelima siklus siklus haid.
2. Tipe Sekuensial
3. Mini Pil
Hanya berisi derivat progestin dosis kecil (0,5 mg atau lebih kecil) terdiri dari
21-22 tablet. Minipil bukan menjadi pengganti dari pil oral kombinasi, tetapi
hanya sebagai suplemen/tambahan, yang digunakan oleh wanita yang ingin
menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang
harus menghindari estrogen oleh sebab apapun.
28
Secara sekunder lender servik menjadi kental dansedikit, sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa serta membuat endometrium menjadi
kurangt baik untuk implantasi ovum yang telah dibuahi oleh sperma karena
edometrium menjadi atropi, selain itu juga mempengaruhi kecepatan transport
ovum di dalam tubafallopi. Jenis Kontrasepsi yang beredar di Indonesia:
Mekanisme Kerja
- Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma
- Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok
untuk implantasi zygote
- Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi
- Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja
tersebut di atas. Daya guna Norplant cukup tinggi. Efektivitas antara 0,3 –
0,5/100 wanita/tahun
Keuntungan
29
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
5. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun
dan bersifat reversible). Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu
satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80% sampai 90% wanita dapat
menjadi hamil kembali.
Efek Samping
Indikasi
Kontraindikasi
30
5. Varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik
7. Diabetes Mellitus
8. Kelainan kardiovaskuler
Waktu Pemasangan
Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga
adanya kehamilan dapat disingkirkan.
Kontrasepsi Mantap
I. Sterilisasi Perempuan/Tubektomi
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingg sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Metode ini sangat
efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan),
permanen, tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding), tidak
bergantung pada factor senggama, pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan
anestesi local, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, dan tidak ada
perubhan dalam fungsi seksual.
Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat
berikut; umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup, umur sekitar 30 tahun
dengan 3 anak hidup, dan umur sekitar 35 thun dengan 2 anak hidup. Yang
sebaiknya tidak menjalani tubektomi adalah dalam keadaan hamil, perdarahan
vaginal yang belum jelas penyebabnya, infeksi sistemik atau pelvik yang akut, dan
belum mendapatkan persetujuan tertulis.3
II. Vasektomi
Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan
dengan caraoperasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery).
31
Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul
steril jika dia telah mengalami 8-12 kali ejakulasi setelah vasectomy. Oleh karena
itu sebelumhal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada saat
koitus memakaikontrasepsi lain.
Komplikasi vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan, reasa
nyari,terjadinya hematoma karena perdarahan kapiler, epididimitis dan granuloma.
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan,
gagalmengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas
defernsmisalnya ada 2 vas deferens pada kanan atau kiri, koitus
dilakukamsebelum kantong seminalnya batul-betul kosong.1
BAB III
Semua metoda kontrasepsi bisa diberikan pada ibu pada masa pascapersalinan. Waktuuntuk
memulai suatu kontrasepsi tergantung dari status menyusui ibu. Metoda yang bisadigunakanjika
32
pasangan melakukan hubungan seksual meskipun segera setelah melahirkanadalah: Spermisida,
Kondom, Koitus interuptus.3
1. Wanita Menyusui
Wanita yang menyusui tidak perlu menggunakan kontrasepsi pada 6 minggu
pascapersalinan dan 6 bulan jika mereka menggunakan MAL. Gambar berikutmenunjukkan
waktu yang direkomendasikan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui.
33
Metode Kontrasepsi Waktu pasca persalinan Ciri-ciri khusus
MAL Mulai segera pasca persalinan. Manfaat Kesehatan bagi ibu
Efektivitas tinggi sampai 6 dan bayi, dan memberika
bulan pasca persalinan dan waktu untuk memilih metode
sebelum haid kontrasepsi yang lain
Pil Kombinasi Jika menyusui: Kontrasepsi kombinasi
Jangan dipakai sebelum 6-
dapat mengurangi ASI dan
8 minggu pasca persalinan
mempengaruhi tumbuh-
Sebaiknya tidak dipakai kembang bayi
dalam 6 minggu – 6 bulan
Kontrasepsi kombinasi
pasca persalinan
dapat meningkatkan
Jika pakai MAL, tunda masalah pembekuan darah
sampai 6 bulan
Jika tidak menyusui dapat
dimulai 3 minggu pasca
persalinan
Mini Pil Jika menyusui, jangan Selama 6 minggu pasca
digunakan sebelum 6 persalinan, progestin
minggu mempengaruhi tumbuh-
Jika tidak menyusui dapat kembang bayi
segera digunakan
Jika dengan MAL, dapat
ditunda sampai 6 bulan
Jika tidak menyusui > 6
minggu pasca persalinan
atau sudah dapat haid,
dapat dimulai setelah yakin
34
tidak hamil
AKDR Dapat dipasang langsung, Tidak ada pengaruh
sewaktu SC, atau 4B jam terhadap ASI
pasca persalinan
Jika tidak, insersi ditunda
sampai 4-6 minggu
Jika sudah haid, insersi
dilakukan setelah yakin
tidak hamil.
Tubektomi Dapat dilakukan dalam 48 Tidak ada pengaruh
jam pasca oersalinan terhadap ASI
Jika tidak, tunda sampai 6 Minialparatomi
minggu pasca persalinan pascapersalinan paling
mudah dilakukan dalam 48
jam pasca persalinan
BAB IV
KESIMPULAN
35
Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan usaha–usaha
pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanent.Dalam hal ini setiap calon
peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang
paling cocok untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk mereka baik
dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi
dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan Sumber Daya
Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mujiati I, Budijanto D. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2013
36
2. S, Flourisa Juliana dan Anggraeni, Maria. Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita pasca
melahirkan dan pasca keguguran SKDI 2012. 2015
3. World Health Organization. Rekmendasi Praktik Terpilih pada Penggunaan
Kontraepsi, 3rd edition, 2016.
4. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta;
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006
5. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006
6. Putri P R, Oktaria D. Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai Alat
Kontrasepsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Volume 5. Nomor 4.
Oktober 2016
7. Affandi B, Albar Erjan. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
37