Anda di halaman 1dari 22

DEPARTMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

LAPORANKASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS
2020
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GAWAT JANIN

Oleh:
SARI MIFTAHUL JANNAH
C014182066

Residen Pembimbing:
dr. Muliati Arif

Supervisor :
dr. Nurbani Bangsawan, Sp. OG (K), MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Sari Miftahul Jannah

NIM : C014182066

Judul Lapsus & : Gawat Janin

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Agustus
2020

Mengetahui,

Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor

dr. Muliati Arif dr. Nurbani Bangsawan, Sp.OG (K),


MARS

Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

ii
Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG (K)

iii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN LAPSUS & REFERAT

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Sari Miftahul Jannah

NIM : C014182066

Benar telah membacakan referat dengan judul “Gawat Janin” pada :

Hari/Tanggal :

Tempat :

Minggu dibacakan :

Nilai :

Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebaga mana mestinya.
Makassar, Agustus 2020

Mengetahui,

Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor

dr. Muliati Arif dr. Nurbani Bangsawan, Sp.OG (K), MARS

Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG (K)

4
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. E
Umur : 40 tahun
Alamat : Makassar
Tanggal Masuk : 26 Agustus 2020
HPHT : 25 November 2019
TP :
Usia Kehamilan : 40 bulan 3 Hari

1.2 ANAMNESIS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
- Keluhan Utama : Nyeri perut tembus kebelakang
- Anamnesis terpimpin : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut tembus kebelakang
sejak 4 jam yang lalu, tidak disertai pelepasan air, tidak disertai keluar lendir
bercampur darah. Saat ini pasien merasa nyeri tembus ke belakang serta keluar lendir
bercampur darah. Riwayat ANC rutin, Riwayat suntik TT tidak ada, Riwayat
memakai KB pil, Riwayat operasi tidak ada, Riwayat Asma ada, Riwayat Alergi, DM
dan Hipertensi tidak ada.
2. Riwayat Haid
 Menarche : 14 Tahun
 Lamanya : 7 Hari
 Siklus : 28 Hari, Teratur
 Banyaknya : 3x ganti pembalut
 Dismenorhoe : Tidak ada
 HPHT :25/11/2019

3. Riwayat Kehamilan, nifas, dan persalinan yang lalu

Hamil Jenis Penyulit Anak Nifas


Tgl Partus UK Penolong
ke Partus kehamilan
JK BB PB ASI Penyulit

1 2009 37 PPN Dokter - Lk 2,8 48 Ya -

2 2015 38 PPN Dokter - Pr 2,8 49 Ya -

5
2019
3
(Kuretase)

4 2020

4. Riwayat Penyakit
 Riwayat penyakit lainnya : Asma ada Hipertensi tidak ada, Diabetes Melitus tidak ada
 Riwayat Operasi : Tidak ada
5. Riwayat KB
 Kontrasepsi dipakai/lalu : Pil KB
 Keluhan :-
 Lamanya Pemakaian : 6 Bulan

1.3 PEMERIKSAAN FISIS


 Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
Status gizi : BB = 72 kg TB = 158 cm
 Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36.4 °C
 Head to Toe Examination
Kepala dan Leher : Konjungtiva anemis tidak ada
Thorax : Cor : Bunyi jantung normal
Pulmo : Rhonki dan wheezing tidak ada

Abdomen :

- Liver/Spleen : Tidak teraba

- Bising Usus : Normal

Ekstremitas : dalam batas normal

6
1) PEMERIKSAAN LUAR
– TFU : 33 cm

– LP : 94 cm

– TBJ : 3102 gram

– Situs : Memanjang, punggung kanan

– His : 3x10’ (25-30)

– DJJ : 142x/menit

– Bagian terendah : Kepala

– Perlimaan : 4/5

– Gerak janin dirasakan ibu

– Anak kesan tunggal

2) PEMERIKSAAN DALAM

– Vulva/Vagina : intak/intak

– Portio : lunak, sedang

– Pembukaan : 4 cm

– Ketuban : (+)

– Bagian terdepan : Kepala

– Ubun-ubun kecil : sulit dinilai

– Penurunan : Hodge I

– Panggul dalam kesan cukup

– Pelepasan lender darah ada,

7
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium [08/07/2020]
Jenis
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Darah Rutin

WBC 35.8 4,00 - 10,00 10^3/uL.


RBC 2.14 4,00 – 6,00 10^6/uL.
HBG 6.2 12,0 – 16,0 g/dL.
HCT 18.6 37,0 - 48,0 %
MCV 89.6 80,0 – 97,0 fL.
MCH 29.0 26,5 – 33,5 pg.
MCHC 33.3 31,5 – 35,0 g/dL.
PLT 259 150 – 400 10^3/uL.
NEUT 23.1 50,0-70,0 %
LYMP 5.6 20,0-40,0 %
MONO 1.5 2,00 - 8,00 %
EO 0.6 0,0 – 10,0 %
BA 5.0 0,0 – 2,0 %

Pemeriksaan USG

- Gravid tunggal, Hidup, Intrauterine


- Presentasi kepala, punggung kanan
- Pasenta dan fundus uteri Grade II
- EFW: 3110 gr
- Usia gestasi 37 minggu 1 hari
- Ketuban AFI 6 cm

8
1.5 DIAGNOSIS
G4P2A1 Gravid 40 minggu 3 hari + inpartu kala I Fase Aktif + Gawat Janin

1.6 PENATALAKSANAAN
- Diberikan O2 6-8 lpm NRM
- Meminta ibu miring ke kiri
- Infus Ringer Laktat 500 cc (guyur)
- Pemantauan DJJ dan kontraksi uterus menggunakan kardiotokografi
- Cefotaxim 1gr/24 jam/intravena

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 yang cukup, sehingga akan mengalami,
hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik) dalam jangka waktu yang lama atau akut. Disebut gawat janin
bila ditemukan denyut jantung janin diatas 160/ menit atau dibawah 100/menit denyut jantung tidak
teratur atau keluarnya meconium yang kental pada awal persalinan.

2.2 Etiologi Gawat Janin

a. Penyebab Gawat Janin

penyebab gawat janin sebagai berikut :

1. Persalinan berlangsung lama

Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida

dan lebih dari 18 jam pada multigravida 2. Persalinan lama dapat mengakibatkan ibu

menjadi Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat

dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Bandle Ring, oedema serviks, cairan

ketuban berbau, terdapat mekonium.

2. Induksi persalinan dengan oksitosin

Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil belum inpartu baik secara

operatif maupun mesinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi

persalinan. Akibat pemberian oksitosin yang berlebih-lebihan dalam persalinan dapat

mengakibatkan relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta.

3. Ada perdarahan

Perdarahan yang dapat mengakibatkan gawat janin yaitu karena solusio plasenta.

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua

10
tersebut kemudian terbelah sehingga meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada

miometrium. Sebagai akibatnya, proses tersebut dalam stadium awal akan terdiri dari

pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya

penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.

4. Infeksi

Infeksi, yang disebabkan oleh pecahnya ketuban pada partus lama dapat

membahayakan ibu dan janin,karena bakteri didalam amnion menembus amnion dan

menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada

ibu dan janin. Pneomonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi,

adalah konsekuensi serius lainnya. 1

5. Insufisiensi plasenta

a. Insufisiensi uteroplasenter akut

Hal ini terjadi karena akibat berkurangnya aliran darah uterus- plasenta dalam waktu

singkat, berupa: aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonika uterus, dapat dihubungkan

dengan pemberian oksitosin, hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang,

perdarahan ibu karena solusio plasenta atau solusio plasenta.

b. Insufisiensi uteroplasenter kronis

Hal ini terjadi karena kurangnya aliran darah dalam uterus- plasenta dalam waktu

yang lama. Misalnya : pada ibu dengan riwayat penyakit hipertensi

6. Kehamilan Postterm

Meningkatnya resiko pada janin postterm adalah bahwa dengan diameter tali pusat

yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin pada

intrapartum, terutama bila disertai dengan oligohidramnion. Penurunan cairan amnion

biasanya terjadi ketika usia kehamilan telah melewati 42 minggu, mingkin juga

pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah

berkurang merupakan penyebabnya terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada

11
sindrom aspirasi mekonium.

7. Preeklamsia

Preeklamsia dapat menyebabkan kegawatan janin seperti sindroma distres napas.

Hal tersebut dapat terjadi karena vasopasme yang merupakan akibat dari kegagalan

invasi trofoblas kedalam lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah

mengalami kerusakan dan menyebabkan aliran darah dalam plasenta menjadi terhambat

dan menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadian gawat janin. 1

2.3 Penilaian Klinik Gawat Janin

Tanda gejala gawat janin dapat diketahui dengan :

1. DJJ Abnormal

Dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin abnormal adalah sebagai berikut :

a) Denyut jantung janin irreguller dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat

kembali setelah beberapa watu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi,

hal ini menunjukan adanya hipoksia.

b) Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak menghilang setelah

kontraksi menunjukan adanya gawat janin.

c) Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :

(1) Demam pada ibu

(2) Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misal: obat tokolitik) 1

Bila ibu tidak mengalami takikardi, DJJ yang lebih dari 160 per menit menunjukan

adanya anval hipoksia.

Denyut jantung janin abnormal dapat disebut juga dengan fetal distress. Fetal

distress dibagi menjadi dua yaitu fetal distress akut dan fetal distress kronis. dibawah ini

dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhinya.

a) Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut

(1) Kontraksi uterus


12
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah abnormal dan

uterus dalam keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi sirkulasi utero

plasenta, ketika kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia uterus.

(2) Kompresi tali pusat

Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi darah fetus dan dapat

mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan pada prolapsus, lilitan talu

pusat.

(3) Kondisi tali pusat

Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal ini berhubungan dengan

kelainan fetus.

(4) Depresi pusat pada sistem pernafasan

Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir sebagai akibat pemberian

analgetika pada ibu dalam persalinan dan perlukaan pada proses kelahiran

menyebabkan hipoksia.

b) Faktor yang mempengaruhi fetal distress kronis

Fetal distress kronis berhubungan dengan faktor sosial yang kompleks.7

(1) Status sosial ekonomi rendah

Hal ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.

Status sosial ekonomi adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan tetapi juga

kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.

(2) Umur maternal

Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35 tahun merupakan

umur resiko tinggi.

13
(3) Merokok

Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan menyebabkan penurunan

aliran darah uterus dimana karbonmonoksida mengurangi transport oksigen.

Angka mortalitas perinatal meningkat.

(4) Penyalah gunaan obat terlarang

Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan berhubungan dengan

banyak komplikasi meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan preterm yang

semuanya meningkatkan resiko kematian perinatal.

(5) Riwayat obstetrik yang buruk

Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm atau lahir mati

berhubungan dengan resiko tinggi pada janin dalam kehamilan ini.

(6) Penyakit maternal

Kondisi yang meningkatkan resiko fetal distress kronis dapat

mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan menyebabkan insufisiensi aliran

darah dalam uterus seperti: Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi

kronik, diabetes, penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang mempengaruhi

penurunan oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit skle sel, anemia berat (Hb

kurang dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-paru, penyakit jantung, epilepsi

(jiak tidak terkontrol dengan baik), infeksi maternal berat.

Kondisi tersebut meliputi insufisiensi plasenta, post matur, perdarahan

antepartum yang dapat mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.

14
(7) Kondisi plasenta

Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur, perdarahan

antepartum yang dapat mengakibatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini

mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.

(8) Kondisi fetal

Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan incompatibilitas

resus yang meningkatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini meningkat pada

kehamilan ganda.

(9) Faktor resiko inta partum

Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko

fetal distress, yaitu: malpresentasi seperti presentasi bokong, kelahiran dengan

forcep, SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi anastesi (meliputi:

hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau partus lama.

2. Deteksi fetus melalui pemeriksaan antenatal

Pemeriksaan yang digukankan untuk mendeteksi fetus meliputi:

(1) USG untuk menilai pertumbuhan fetus

(2) Profil biofisikal

Pemeriksaan fisik pada fetus menggunakan USG parameter

yang digunakan untuk menilai meliputi: gerakan pernafasan

fetus, gerakan fetus, tonus fetusindeks cairan amnion dan

NST.

(3) Non Stress Tes (NST)

Eksternal kardiotokograf (CTG), Kriteria yang seharusnya

diamati meliputi 2 hal atau lebih, yaitu : denyut jantung

janin, mengalami penurunan sedikitnya 15 denyutan

permenit, menetap sedikitnya 15 detik dalam 20 menit.


15
(4) Doppler

Tanda fetal distress dalam persalinan, sebagai berikut7 :

(a) Denyut jantung

a.1. Takikardi diatas 160 kali perdetik atau brakikardi

dibawah 120 kali perdetik.

a.2. Deselerasi dini

Ketika denyut jantung turun lebih dari 15 kali

permenit pada saat kontraksi, kontraksi deselarasi

menggambarkan kontraksi dan biasanya dianggap

masalah serius.

a.3. Deselerasi yang berubah-ubah

Deselerasi yang berubah-ubah hal ini sangat sulit

dijelaskan Ini dapat terjadi pada awal atau akhir

penurunan denyut jantung dan bentuknya tidak

sama. Hubungan antar peningkatan asidosis fetus

dengan dalam dan lamanya deselerasi adalah

adanya abnormalitas denyut jantung janin.

a.4. Deselerasi lambat

Penurunan denyut jantung janin menunjukan

tingkat deselerasi paling rendah tetapi menunjukan

kontraksi pada saat tingkat yang paling tinggi.

Deselerasi yang lambat menyebabkan penurunan

aliran darah fetus dan pengurangan transfer

oksigen selama kontraksi. Penurunan tersebut

mempengaruhi oksigenasi serebral fetus. Jika pola

tersebut terjadi disertai dengan abnormalitas

16
denyut jantung janin harus dipikirkan untuk

ancaman yang serius dalam kesejahteraan fetus.

a.5. Tidak adanya denyut jantung

Ini mungkin disebabkan oleh karena hipoksia

kronis atau berat dimana sistem syaraf otonom

tidak dapat merespon stress.

a.6. Mekonium bercampur air ketuban.

(b) Mekonium

Cairan amnion yang hijau kental menunjukkan bahwa

air ketuban jumlahnya sedikit. Kondisi ini

mengharuskan adanya intervensi. Intervensi ini tidak

perlu dilakukan bila air ketuban kehijauan tanpa tanda

kegawatan lainnya, atau pada fase akhir suatu

persalinan letak bokong.

17
2.4 Penanganan Gawat Janin pada persalinan

penanganan gawat janin saat persalinan adalah sebagai berikut :

1) Cara pemantauan
a) Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ selama persalinan :

(1) Setiap 15 menit kala I

(2) Setiap setelah his kala II

(3) Hitung selama satu menit setelah his selesai

b) Kasus resiko tinggi – gunakan pemantauan DJJ elektronik

secara berkesinambungan

c) Hendaknya sarana untuk pemeriksaan pH darah janin

disediakan

2) Interpretasi data dan pengelolaan

a) Untuk memperbaiki aliran darah uterus :

Pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi

plasenta

b) Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan)

c) Berikan oksigen 6-8 L/menit

d) Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anastesi

epidural) segera berikan infus 1 L infus RL

e) Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya

dinaikkan untuk meningkatkan aliran darah dalam arteri

uterina.

18
3) Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus

a) Pasien dibaringkan miring, untuk memperbaiki sirkulasi

plasenta.

b) Berikan ibu oksigen 6-8 L/menit

c) Perlu kehadirkan dokter spesialis anak

Biasanya resusitasi intrauterin tersebut diatas dilakukan selama 20

menit.

4) Tergantung terpenuhinya syarat-syarat, melahirkan janin dapat

pervaginam atau perabdominal.1

19
2.5 Pathway Gawat Janin Dalam Persalinan

Persalinan lama Induksi dgn Perdarahan/ Insufisiensi Preeklamsi Postterm


oksitosin infeksi plasenta

Ibu gelisah, letih, Relaksasi uterus Berkurangnya Kegagalan


lesu, suhu badan tdk cukup aliran darah invasi trofoblas Diameter
yg meningkat, memberikan uterus- plasenta ke dlm lapisan tali pusat yg
berkeringat, nadi pengisian dlm waktu otot pembuluh mengecil
cepat, pernafasan plasenta singkat/ lama
cepat. Adanya
bandle ring,
oedema serviks &
air ketuban
bercampur Bakteri di dlm Pelepasan,
amnion kompresi
menembus &penghancu
amnion ran plasenta

Pasokan oksigen berkurang

Garakan janin kurang


DJJ Ketuban bercampur Aliran darah ke otak
abnormal mekonium berkurang

Gawat janin

Kompensasi Dekompensasi

Ensefalopati/ Mati

20
2.4 Penatalaksanaan Gawat Janin dalam Persalinan

Gawat Janin

Apabila resiko rendah Pasien dibaringkan


denga pemantauan Posisikan ibu miring
miring ke kiri, untuk
ke kiri, untuk
auskultasi DJJ : memperbaiki
memperbaiki sirkulasi
sirkulasi plasenta
Kala I = 15 menit sekali plasenta
Kala II = setelah his, hitung
1 menit setelah his selesai
Pemantauan DJJ Hentikaninfus
Memperbaiki oksitosin
aliran Memperbaiki aliran
(jikauterus
darah sedang diberikan) darah umbilikus

Perlu kehadirkan
Berikan oksigen 6-8 dokter spesialis anak
Apabila resiko tinggi, L/menit
gunakanpemantauan DJJ
elektronik secara
Untuk memperbaiki
berkesinambungan
hipotensi ibu (setelah
pemberian anastesi Berikan ibu oksigen
Sediakan pemeriksaan epidural) segera berikan 6-8 L/menit
pH darah janin infus 1 L infus RL

Kecepatan infus cairan-


cairan intravaskular
hendaknya dinaikkan
untuk meningkatkan
aliran darah dalam arteri
uterina.

Pervaginam

KU ibu baik Ya
Adanya pembukaan
Panggul normal Tidak Perabdominal
21
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. (2016) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p: 282-294
2. Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Dashe, J. S., Hoffman, B. L., Casey,
B. M. & Spong, C. Y. (2018). Williams Obstetrics. 25th ed. Williams Obstetrics.
United States: McGraw-Hill Education. p: 2665
3. Creasy, K.R., Robert, R., Iams, JD., Lockwood, CJ., Moore, TR (2009). Creasy &
Resnik’s Maternal-Fetal Medicine. 6th ed. Saunders Elsevier.p: 967
4. Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
5. Oxorn, Harry, William R.Forte. 2010. ILMU KEBIDANAN Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essential Medica (YEM) Yogyakarta
6. Wheeler, L. 2004. Buku Saku Asuhan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta: EGC
7. Marmi, Retno. A.M.S., Fatmawati. E. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai