KARSINOMA SERVIKS
Disusun oleh :
Residen Pembimbing :
dr. Nadya Kurnia Wardani
Supervisor :
Dr. dr. Sriwijaya, Sp.OG(K)
NIM : C014192172
Telah menyelesaikan laporan kasus dengan judul Karsinoma serviks yang telah
disetujui dan di bacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam rangka
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Periode 25 April – 10 Juli 2022.
Nama : Ny. EH
Umur : 46 Tahun
Status Obstetri : P1A0
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Kendari
Tanggal MRS : 18 Juni 2022
RS : RSPTN UNHAS
1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama: Perdarahan pervaginam
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang ibu P1A0 datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
dan sekitar kemaluan sejak 3 bulan yang lalu, nyeri dirasakan terus
menerus dan memberat 3 hari terakhir, lemas ada. Keluhan diserati keluar
darah dari kemaluan sejak 7 hari yang lalu, terjadi di luar waktu haid ,
perdarahan terus menerus berwarna hitam berupa gumpalan. Pasien
mengaku 3 hari terakhir >5x ganti pembalut/hari. Riwayat keputihan ada,
berwarna putih kekuningan dan berbau. Riwayat haid selama 3 bulan.
Riwayat KB tidak ada. Nafsu makan menurun dan ada penurunan berat
badan -/+ 2kg selama 3 bulan (50kg ke 48kg). Buang air besar dan kecil
normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : Disangkal
Diabetes mellitus : Disangkal
Asma : Disangkal
Alergi : Disangkal
Operasi : Appendectomy tahun 1997
Kemoterapi : tidak ada
e. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : ±28 hari, teratur
Lama : 5-7 hari
Dismenorhea : Ada
Banyak : 1-2x ganti pembalut per hari
f. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1x saat usia 23 tahun
h. Riwayat KB
Kontrasepsi dipakai/lalu : Tidak ada
Keluhan :-
Lamanya Pemakaian :-
1.3 Pemeriksaan Fisik
a) Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
b) Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu (axilla) : 36,5 °C
NPRS :7
c) Status Gizi
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 48 kg
Status Gizi : IMT 19,2
d) Status Internus
Kepala : Mesosefal
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Mata : Konjungtiva anemis +/+ , ikterik -/-, perdarahan -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-)
Jantung : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru – paru : Bunyi napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, massa tumor (-)
Ekstremitas : akral hangat + + edema - -
+ + - -
e) Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Abdomen : Datar, lemas simetris
TFU : Tidak teraba
Massa tumor : Tidak teraba
Nyeri tekan : Ada
Cairan Bebas : Tidak ada
Inspekulo
Porsio : Tidak licin, berbenjol, tampak massa rapuh ukuran 4x3
cm, mudah berdarah
Fluor : Tidak ada
Fluxus : Darah (+), tidak aktif
Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Berbenjol, tepi ireguler
Adnexa : Kesan normal
Pelepasan : Darah (+), Lendir (-)
Rectal Touche
Tonus sfingter ani : Baik
Mukosa : Licin
Massa intralumen : Tidak ada
Ampulla recti : Kosong
Adneka parametrium : Kesan normal
Hitopatologi (15/5/2022)
- Squamous cell carcinoma non keratinisasi
1.5 Resume
Seorang ibu P1A0 datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan
sekitar kemaluan sejak 3 bulan yang lalu, nyeri dirasakan terus menerus dan
memberat 3 hari terakhir, lemas ada. Keluhan diserati keluar darah dari
kemaluan sejak 7 hari yang lalu, terjadi di luar waktu haid , perdarahan terus
menerus berwarna hitam berupa gumpalan. Pasien mengaku 3 hari terakhir >5x
ganti pembalut/hari. Riwayat keputihan ada, berwarna putih kekuningan dan
berbau. Riwayat haid selama 3 bulan. Riwayat KB tidak ada. Nafsu makan
menurun dan ada penurunan berat badan -/+ 2kg selama 3 bulan (50kg ke
48kg). Buang air besar dan kecil normal. Riwayat haid selama 3 bulan.
Riwayat KB tidak ada.
Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan portio tidak licin, tampak massa
rapuh mudah berdarah berukuran 4x3 cm dan mudah berdarah, fluksus berupa
darah, perdarahan tidak aktif. Pada pemeriksaan dalam vagina ditemukan
portio yang berbenjol dengan tepi irreguler. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan peningkatan leukosit yaitu 13.450/mm3, Hemoglobin 7.8 g/dL. Hasil
histopatologi yaitu squamous cell carcinoma non keratinisasi.
1.7 Penatalaksanaan
Terapi :
• Drip RL 500 ml + Neurobion 28 tpm
• Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/IV
• Transfusi 2 bag PRC
• Ketorolak 30mg/8jam/iv
• Ranitidine 50mg/8jam/iv
Monitoring :
● Observasi KU, TTV, perdarahan
● Cek Hb serial tiap 2 jam
1.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia
Quo ad functionam : Dubia
Quo ad sanationam : Dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Karsinoma serviks merupakan tumor ganas pada wanita kedua
terbanyak di dunia yang mengancam kesehatan wanita secara serius.
Risiko tinggi infeksi persisten human papillomavirus (HPV) telah
diklarifikasi sebagai penyebab Karsinoma serviks 1. Karsinoma serviks
merupakan keganasan berupa tumbuhnya sel abnormal yang berasal
serviks (kanalis servikalis dan/atau porsio. Serviks merupakan sepertiga
bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.2
2.2 Epidemiologi
Karsinoma serviks menduduki peringkat pertama untuk negara
bekembang dengan perkiraan 570ribu kasus baru pada tahun 2018 dan
termasuk ke dalam kategori sepuluh penyakit dengan populasi terbesar di
negara maju. Secara global, kanker serviks berada di peringkat 7 untuk
angka kejadian tertinggi dan berada di peringkat ke 8 untuk angka
kematian.3 Menurut data WHO tahun 2018, daerah Asia Timur
merupakan kawasan dengan angka kejadian kanker serviks tertinggi,
kemudian diikuti oleh kawasan Asia Tenggara. Untuk data mortalitas,
pada tahun 2018, sekitar 311 ribu wanita meninggal karena kanker
serviks; lebih dari 85% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan
menengah ke bawah Angka mortalittas tertinggi dicapai oleh kawasan
Afrika Timur.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI, saat ini jumlah kasus
baru kanker serviks adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk per
tahun.. Kanker serviks menduduki peringkat ke-2 dari 10 kanker
terbanyak di Indonesia dengan insiden sebesar 12,70%. Dan memiliki
angka mortalitas dengan persentase 10,12%, menduduki peringkat ke 3
setelah kanker payudara dan kanker paru-paru. Provinsi Jawa Timur
merupakan provinsi dengan jumlah kasus kanker serviks tertinggi di
Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 21.313 kasus. 2
2.4 Etiologi
Karsinoma serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
HPV atau Human Papilloma Virus, mempunyai presentase yang cukup
tinggi dalam menyebabkan kanker serviks yaitu sekitar 99,7%. Lebih dari
70% kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 dan 18.2
Sifat onkogenik dikaitkan dengan protein virus E6 dan E7 yang
menyebabkan peningkatan proliferasi sel sehingga terjadi lesi pra kanker
dan dapat berkembang menjadi kanker.2
2.5 Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai
squamo-columnar junction (SCJ). Histologis antara epitel gepeng
berlapis dari porsio dengan epitel kuboid/silinder pendek selapis
bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Secara umum perkembangan
menjadi kanker invasif membutuhkan beberapa tahun, namun terdapat
beberapa variasi yang luas. Perubahan molekuler yang terlibat dengan
karsinogenesis serviks sangat kompleks dan tidak sepenuhnya diapahami,
dengan demikian karsinogenesis diduga hasil dari efek interaktif antara
pengaruh lingkungan, imunitas, dan variasi sel genom somatic.4
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila
telah menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah
perdarahan (contact bleeding, perdarahan saat berhubungan intim)
dan keputihan. Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang mejladi
nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di
daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, buang air kecil
atau buang air besar yang sakit, bahkan sampai oligo atau anuria.
Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ
yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal,
edema tungkai.7
Pemeriksaan panggul harus dilakukan pada semua wanita yang
dicurigai adanya kanker serviks. Visualisasi dengan spekulum dapat
menemukan gambaran normal atau gambaran lesi pada serviks.
Semua lesi yang terlihat harus dilakukan biopsi, kecuali dicurigai
suatu kista nabothian. Kanker serviks umumnya berasal dari zona
transformasi serviks, lesi yang dapat muncul berupa ulserasi
superficial, tumor eksofitik pada ektoserviks, ataupun infiltrasi
pada endoserviks. Tumor endofitik dapat menyebabkan serviks
bertambah besar, licin dan adanya indurasi sehingag sering dikenal
sebagai barrel shaped cervix. Melalui pemeriksaan ini, termasuk
pemeriksaan rektovaginal, dapat dilakukan diagnosis uuran tumor
dan keterlibatan vagina atau parametrium untuk menentukan stadium
kanker serviks.8
2.7.2 Pemeriksaan
Penunjang Tes
Pap Smear dan
Sitologi
Tes Pap pada saat ini merupakan alat skrining yang diandalkan. Tes
Pap direkomendasikan pada saat mulai melakukan aktivitas seksual
atau setelah menikah. Setelah tiga kali pemeriksaan tes Pap tiap tahun,
interval pemeriksaan dapat lebih lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi
kelompok perempuanyang berisiko tinggi (infeksi hPV, HIV,
kehidupan seksual yang berisiko) dianjurkan pemeriksaan tes Pap
setiap tahun. Pap Smear test adalah suatu tes yang aman dan sederhana
dengan pengambilan sample mengunakan kapas di serviks dan dilihat
secara mikroskopik untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi
pada sel-sel leher rahim.
Sitologi serviks yang abnormal menunjukkan sel skuamosa yang
berbeda tahapkematangan (diskariosis) setelah dikenakan. Seperti CIN,
sitologi serviks diklasifikasikan sebagai derajat rendah (kelainan
sitologi minor yang menunjukkan diskariosis ringan atau perubahan
batas) atau derajat tinggi (sedang dan dyskaryosis parah). Test ini
ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga
dinamakan Pap Smear Test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel
rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa
tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat
berkembang menjadi sel kanker. 9
Tes IVA
Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-
5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan
warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat
adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu metode
skrining kanker serviks . Interpretasi dari tes ini berupa terjadinya
Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, biasanya dekat SSK
apabila positif . Asam asetat menyebabkan nukleoprotein di dalam sel
membeku sementara. Oleh karena itu, area peningkatan pergantian sel,
termasuk CIN, tampak putih.10
Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan inspeksi serviks dengan
menggunakan sumber cahaya. Ini digunakan untuk baik diagnosis
maupun pengobatan. Pasien akan membuka pakaian dan menempatkan
kakinya pada posisi semi-litotomi dan spekulum ditempatkan di vagina
dan serviks sebelum diperiksa dengan sumber cahaya, di bawah
pembesaran (5-20 ganda). Penerapan larutan asam asetat dan yodium
dapat menyoroti area abnormal pada serviks dibiopsi.9
Tes HPV
Mengingat HPV tidak dapat ditumbuhkan pada kultur
konvensional dan ujiserologis hanya memiliki sensitivitas terbatas
diagnosis infeksi HPV memerlukandeteksi genomnya dalam sampel
seluler yang dikumpulkan dari situs di bawahpenyelidikan.
Teknologi molekuler untuk mendeteksi DNA HPV dapat secaraluas
dibagi menjadi amplifikasi dan non-amplifikasi. Tes yang terutama
digunakan dalam penelitian klinis menggunakan metode amplifikasi,
yangselanjutnya dibagi menjadi sinyal diperkuat dan target diperkuat.
Teknikperwakilan utama dari setiap kategori adalah hybrid capture
2 (HC2; DigeneCorporation, Gainthersburg, MD,USA) dan
polymerase chain reaction (PCR).11 Biopsi Serviks
Ada beberapa tipe biopsi yang dapat digunakan unuk mendiagnosis
lesi prankanker dan kanker. Jika dengan menggunakan biopsi dapat
mengangkat seluruh jaringan yang abnormal, hal ini bisa menjadikan
biopsi sebagai tatalaksana pengobatan. Jaringan yang diangkat bisa
dinilai derajat histopatologi yaitu penilaian terhadap morfologi sel
yang dicurigai sebagai bagian dari jaringan tumor secara mikroskopik.
Derajat histopatologi kanker serviks didasarkan pada ukuran dari sel-
sel tumor dimana semakin pleomorfik sel-sel tersebut maka derajatnya
semakin jelek, pembentukan keratinisasi per sel, pembentukan mutiara
tanduk, semakin banyak sel yang mengalami keratinisasi dan
membentuk mutiara tanduk semakin baik diferensiasinya, jumlah sel
yang mengalami mitosis, invasi ke pembuluh darah maupun ke
pembuluh limfe, dan batas tumor, semakin jelas batasan sel-sel
ganasnya memiliki derajat diferensiasi yang lebih baik. 11
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan radiologic berupa foto paru-paru, pielografi intravena
atau CT- scan merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat
perluasan penyakit, serta menyingkirkan adanya obstruksi ureter.
Pemeriksaan laboratorium klinik berupa pemeriksaan darah tepi, tes
fungsi ginjal, dan tes fungsi hati diperlukan untuk mengevaluasi fungsi
organ serta menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan.9
2.9 Tatalaksana
Tatalaksana Lesi Pra-Kanker
Tatalaksana lesi prakanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan
kesehatan, kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
ada. Pada tingkat pelayanan primer, dapat dilakukan program skrining
atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat
dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat program,
yaitu jika ditemukan IVA positif, maka dilakukan pengobatan sederhana
dengan krioterapi oleh dokter umum.6
Jika dilakukan skrining dengan papsmear, maka temuan hasil yang
abnormal direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan
pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan, maka dilanjutkan dengan
tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large
Loop Excision of the Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan
diagnostik maupun terapeutik. Bila hasil elektrokauter tidak mencapai
bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau
histerektomi total. Jika ditemukan temuan abnormal setelah melakukan
kolposkopi,
• Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation),
suatu muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi
campuran gas helium, gas nitrogen, dan gas CO2 sehingga akan
menimbulkan sinar laser yang mempunyai panjang gelombang 10,6u.
Perubahan patologis yang terdapat pada serviks dapat dibedakan dalam
dua bagian, yaitu penguapan dan nekrosis. Lapisan paling luar dari
mukosa serviks menguap karena cairan intraselular mendidih,
sedangkan jaringan yang mengalami nekrotik terletak di bawahnya.
Volume jaringan yang menguap atau sebanding dengan kekuatan dan
lama penyinaran.7
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai
stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi
mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia
pramenopause. Kanker serviks dengan diameter Iebih dari 4 cm
menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi
daripada operasi. Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang
dari 1 %. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1% sampai
2%),kehilangan darah, atonia kandung kemih yang membutuhkan
kateterisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa antagonis.9
• Stadium I A1 tanpa invasi limfo-vaskuler: Konisasi serviks atau
histerektomia totalis simpel. Risiko metastasis ke kelenjar getah
bening/residif 1%.
• Stadium I A1 dengan invasi limfo-vaskuler, stadium I A2. Modifikasi
histerektomia radikal (tipe II) dan limfadenektomia pelvik. Stadium I
Al dengan invasi limfovaskuler didapati 5% risiko metastasis keleniar
getah bening.
• Stadium I A2 berkaitan dengan 4% sampai 10% risiko metastasis
kelenjar getah bening.
• Stadium I B sampai stadium II A: Histerektomia radikal (tipe III) dan
limfadenektomia pelvik dan para-aorta.
Radiasi ajuvan diberikan pascabedah pada kasus dengan risiko tinggi
(lesi besar, invasi limfo-vaskuler atatr invasi stroma yang dalam).
Radiasi pascabedah dapat mengurangi residif sampai 50%.
Radioterapi9
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai
stadium II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil
tetapi tidak merupakan kandidat untuk pembedahan. Penambahan
Cisplatin selama radioterapi whole pebic dapat memperbaiki kesintasan
hidup 30% sampai 50 %.
Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi
gastrointestinal seperti proktitis, kolitis, dan traktus urinarius seperti
sistitis dan stenosis vagina.
Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi
ajuvan atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang
paling aktif adalah Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang
sama dengan Cisplatin.8 Jenis kemoterapilainnya yang mempunyai
aktivitas yang dimanfaatkan dalam terapi adalah Ifosfamid dan pac-
Iitaxel.9
4. Cunningham, F. Gary. William Gynecologi 3th edition. McGraw Hill: New York.
2018.