OLEH:
Ahmad Fari Arief Lopa
70700120038
SUPERVISOR PEMBIMBING:
Dr. dr. Hj. Dewi Setiawati, Sp.OG, M.Kes
Supervisor
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan laporan kasus
dengan topik “Kehamilan Ektopik Terganggu”. Salam dan Shalawat semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. yang telah menjadi
rahmatan lil ‘alamiin. Laporan kasus ini penulis susun sebagai salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Klinik pada Departemen Ilmu Kesehatan Obstetri & Ginekologi
Program Profesi Dokter UIN Alauddin Makassar.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih, rasa hormat dan penghargaan atas
bimbingan dan arahan selama penyusunan laporan kasus ini kepada Dr.dr. Dewi
Setiawati, Sp.OG, M.Kes selaku supervisor, serta kepada semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun agar laporan kasus ini kelak bisa bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya dalam bidang ilmu kesehatan Obstetri & Ginekologi. Semoga Allah SWT.
senantiasa melindungi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
iii
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
1.2 Anamnesis...................................................................................................1
1.5 Diagnosis....................................................................................................6
1.7 Tatalaksana.................................................................................................6
1.9 Prognosis.....................................................................................................9
2.1. Pendahuluan..............................................................................................10
2.2. Definisi.....................................................................................................10
2.3. Epidemiologi.............................................................................................11
2.4. Etiologi.....................................................................................................12
2.5. Patomekanisme.........................................................................................12
2.6. Diagnosis..................................................................................................13
2.7. Penatalaksanaan........................................................................................16
iv
2.8. Prognosis dan Komplikasi........................................................................17
3.1. Diskusi..........................................................................................................
3.2. Kesimpulan...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................vi
v
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
No. RM : 281461
Nama : Ny. Hamsiah
Umur : 40 Tahun
Alamat : Maros
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : IRT
Masuk RS : 28 Desember 2022 Pukul 10.00 WITA
1.2 Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri perut bagian bawah
Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk dengan pengantar konsul dari bedah dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah sejak 2 minggu yang lalu. Mual (-), muntah (-), demam
(-), nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar. Keluhan ini dirasakan hingga
mengganggu aktivitas. Riwayat haid tidak teratur (-), riwayat pelepasan
lendir (-), darah (-), air (-).
Riwayat penyakit dahulu
o Riwayat penyakit yang sama : (-)
o Riwayat penyakit jantung : (-)
o Riwayat diabetes mellitus : (-)
o Riwayat hipertensi : (-)
o Riwayat merokok : (-)
1
o Riwayat minum alkohol : (-)
o Riwayat alergi : (-)
o Riwayat trauma : (-)
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dialami
pasien
Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali, sejak 18 tahun lalu
Riwayat menstruasi
Menarche sejak SMP
Siklus haid teratur
Durasi haid 6-8 hari
Riwayat obstetric
- 2005/Laki-laki/3300 gram/Aterm/PPN/Sehat
- 2010/Perempuan/Aterm/4000 gram/PPN/Sehat
- 2022/Kehamilan sekarang
- HPHT: ? September 2022
- HPL: ? Juni 2023
- UK: 11-12 minggu
- Riwayat ANC: Belum pernah melakukan ANC
- Riwayat USG: belum pernah
Riwayat kontrasepsi
- KB Implant tahun 2019 selama 1 tahun
2
o N : 96 x/menit
o RR : 20 x/menit
o S : 36,6 oC
Antropometri
o BB : 58 kg
o TB : 158 cm
o IMT : 23,2 kg/m2
Status Generalis
o Kepala : Normochepal, anemis (+), ikterik (-)
o Leher : Jejas (-), pembesaran KBG (-), pembesaran tiroid (-)
o Thoraks :
Inspeksi : Ekspansi simetris, jejas (-), ictus cordis tidak teraba
Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus normal kanan kiri
sama, krepitasi (-), ictus cordis teraba
Perkusi : Batas paru hepar di SIC VI linea midclavicula dekstra,
batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler, Rhonkhi -/-, Wheezing
-/-, bunyi jantung S1/S2 murni regular
o Abdomen :
Inspeksi : Permukaan datar, pelebaran vena (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+), kesan normal
Perkusi : Tympani 4 kuadran
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium, turgor kulit >2 detik
o Anogenital : tidak ada kelaianan
o Ekstremitas
Superior : akral hangat, jejas (-), edema (-), turgor kulit normal,
kekuatan otot 5/5
Inferior : akral hangat, jejas ( -), edema (-), turgor kulit normal,
kekuatan otot 5/5
3
Status Obstetri
o GPA : G3P2A0 + Kehamilan Ektopik Terganggu
o HPHT : ? September 2022
o TP : ? Juni 2023
o UK : 11-12 Minggu
Pemeriksaan Luar
o Abdomen : Distensi (+), BU (+), defans muscular (+)
o TFU : Belum teraba
o Massa Tumor : (-)
o Nyeri Tekan : (+)
o BAB : Lancar
o BAK : Lancar
Pemeriksaan Dalam
o Vulva/Vagina : TAK/TAK
o Portio : Nyeri goyang (+)
o Uterus : Anteflexi
o OUE/OUI : Tertutup/tertutup
o Cavum douglas : Kesan normal
o Fluksus : Darah (+), lender (+), keputihan (-)
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
4
Hematokrit 20,8 35-49 %
MCV 83,0 80-100 Fl
MCH 26,2 27-34 Pg
MCHC 31,7 31-37 g/dl
Trombosit 315.000 150.000-400.000 Ul
Pemeriksaan hematologic Hasil Nilai rujukan Satuan
Waktu pembekuan 10’ 10-15 Menit
Waktu perdarahan 1’30” 1-3 Menit
Pemeriksaan USG
5
Kesan :
- VU berisi urin
- Uterus anteflexi
- CRL (+)
- GS (+) ukuran 2,45 cm sesuai usia kehamilan 7 minggu 1 hari
- FHR (-)
- Kesan janin ekstrauterine
1.5 Diagnosis
G3P2A0 Gravid 7 Minggu 1 hari + Kehamilan Ektopik Terganggu + Syok
+ Anemia Berat
6
1.8 Follow Up
Tanggal SOAP Instruksi
29 Desember 2022 S/ - Observasi KU, TTV,
Nyeri luka operasi perdarahan
- Cek HB 2 jam post
O/ transfusi
KU : lemah
Compos mentis
TD : 110/55 mmHg
N : 92 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36,5oC
Vaginal bleeding : (+)
A/
POH-0 (Salpingektomi
dextra)
P/
- IVFD RL : 28 tpm
- Cefuroxime acetyl
1gr/12j/iv
- Asam traneksamat
7
500 mg/8j/iv
- Ranitidin 50mg/12j/iv
A/
POH-1 (Salpingektomi
dextra)
P/
8
- IVFD RL : 28 tpm
- Cefuroxime acetyl
1gr/12j/iv
- Asam traneksamat
500 mg/8j/iv
- Ranitidin 50mg/12j/iv
- Selesai transfuse 3
bag PRC pukul 04.00
WITA
1.9 Prognosis
a. Que ad vitam : Ad bonam
b. Que ad fungtionam : Ad bonam
c. Que ad sanationam : Ad bonam
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pendahuluan
11
relatif menurun yang menjadi predisposisi keterlambatan transportasi oosit.
Wanita dengan kehamilan ektopik sebelumnya memiliki risiko hingga sepuluh
kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Wanita yang melakukan
fertilisasi in vitro memiliki peningkatan risiko mengalami kehamilan ektopik
dengan kehamilan intrauterin bersamaan, yang dikenal sebagai kehamilan
heterotipik. Risikonya diperkirakan setinggi 1:100 wanita yang melakukan
fertilisasi in vitro. Risiko mengembangkan kehamilan heterotopik telah
diperkirakan setinggi 1:100 pada wanita yang melakukan fertilisasi in vitro.3,4
Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian yang dilakukan di RS Dr.
Soetomo menemukan 98 kasus ektopik dari kurun waktu 2013 hingga 2014.2
1.4. Etiologi
Kehamilan ektopik, pada dasarnya, adalah implantasi embrio di luar rongga
rahim dan paling sering terjadi di tuba fallopi. Kontraksi otot polos dan gerakan
siliar di dalam saluran tuba membantu pengangkutan oosit dan embrio.
Kerusakan tuba fallopi, biasanya akibat peradangan, menginduksi disfungsi
tuba yang dapat mengakibatkan retensi oosit atau embrio. Ada beberapa faktor
lokal, seperti toksin, infeksi, imunologi, dan hormonal, yang dapat
menyebabkan inflamasi. Terdapat peningkatan regulasi sitokin pro-inflamasi
setelah kerusakan tuba; yang selanjutnya mendorong implantasi embrio, invasi,
dan angiogenesis di dalam tuba fallopi. Infeksi Chlamydia trachomatis
menghasilkan produksi interleukin 1 oleh sel epitel tuba; ini merupakan
indikator penting untuk implantasi embrio dalam endometrium. Interleukin 1
juga memiliki peran dalam perekrutan neutrofil yang selanjutnya akan
berkontribusi pada kerusakan tuba fallopi. Frekuensi gerakan silia dipengaruhi
secara negatif oleh rokok dan infeksi. Variasi hormonal sepanjang siklus
menstruasi juga telah menunjukkan efek pada frekuensi gerakan silia.
12
Implantasi ektopik dapat terjadi di serviks, kornea rahim, miometrium,
ovarium, rongga perut, dan sebagainya. Wanita dengan ligasi tuba atau
perubahan pascaoperasi lainnya pada tuba fallopi mereka berisiko mengalami
kehamilan ektopik karena fungsi asli tuba fallopi telah berubah. Pasien juga
dapat mengalami kehamilan ektopik bersamaan dengan kehamilan
intrauterin, yang dikenal sebagai kehamilan heterotopik.3
1.5. Faktor Resiko
Faktor resiko meliputi :10
Penyakit radang panggul
Infertilitas
Penggunaan IUD
KET sebelumnya
Ligasi Tuba (pada wanita yang telah menjalani tubektomi)
1.6. Patofisiologi
Tempat yang paling umum adherensi ektopik adalah di daerah ampula tuba
fallopi. Dilaporkan 95% kehamilan ektopik berkembang di bagian ampula,
infundibular, dan isthmic tuba fallopi. Pada kehamilan dengan bekas luka sesar,
terdapat migrasi blastokista ke dalam miometrium karena bekas luka sisa dari
operasi caesar sebelumnya. Kedalaman implantasi menentukan jenis kehamilan
bekas luka sesar dengan tipe 1 dekat dengan dinding rahim dan tipe 2 yang
berimplantasi lebih dekat ke kandung kemih.4,5
1.7. Diagnosis
14
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh akan memberikan
kepastian yang lebih baik dibantu dengan pemeriksaan penunjang.1,5
Beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk membantu
mendiagnosis kehamilan ektopik adalah berikut ini :1,7
Kuldosentesis
Sebelum adanya perkembangan dari sonografi pelvis, terutama
transvaginal, kuldosentesis merupakan salah satu alat bantu diagnosis yang
penting untuk mengenali kehamilan ektopik. Penemuan hasil darah yang tidak
membeku pada kuldosentesis dan terutama bila hematokrit lebih dari 15 %
adalah bantuan yang amat berguna.
Laparaskopi
Diagnosis definitif dari kehamilan ektopik dapat hampir selalu ditegakkan
dengan melihat organ pelvis secara langsung melalui laparaskopi. Namun,
dengan adanya hemoperitoneum, adhesi, atau kegemukan dapat menjadi
penyulit dari laparaskopi.
15
Dalam penelitian oleh Samuellson dan Sjovall, didapatkan ada 4 dari 166
kehamilan ektopik yang tidak dapat dilihat oleh laparaskopis karena hal
negatif.
hCG pada kehamilan normal. Uji hCG tunggal kuantitatif tidak dapat
ovulasi dan konsepsi terjadi tidak diketahui pada banyak wanita. Pada
kehamilan yang abnormal seperti kehamilan ektopik ini, kadar hCG biasanya
persentase kenaikan kadar hCG tidak lebih dari 66%, maka kemungkinan
Progesteron
16
membedakan kehamilan ektopik dengan kehamilan normal intrauterin.
Ultrasonography
17
Gambar 5 : Contoh gambaran USG kehamilan ektopik
Saat serum kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, usia gestasi lebih dari
38 hari, atau serum kadar progesterone kurang dari 5 ng/ml dan tidak ada
kantong gestasi interauterin yang terlihat denga transvaginal USG, kuretase
kavum endometrial dengan pemeriksaan histologi pada jaringan yang dikerok,
dengan potong beku bila mau, dapat dikerjakan untuk menentukan apakah ada
jaringan gestasi. Spandorfer dkk. melaporkan bahwa potong beku 93 % akurat
dalam mengenali villi koriales. Jika tidak ada jaringan villi koriales yang
terlihat pada jaringan yang diangkat, maka diagnosis kehamilan ektopik dapat
dibuat dan dilakukan tindakan
1.8. Penatalaksanaan
18
Pemberian metotreksat intramuskular atau operasi laparoskopi adalah
modalitas pengobatan yang aman dan efektif pada wanita dengan hemodinamik
stabil dengan kehamilan ektopik yang tidak ruptur. Keputusan modalitas mana
yang harus ditempuh dipandu oleh gambaran klinis pasien, temuan
laboratorium, dan pencitraan radiologis serta pilihan pasien yang telah
diedukasi terkait risiko dan manfaat dengan setiap prosedur. Pasien dengan
kadar hCG yang relatif rendah akan mendapat manfaat dari protokol
metotreksat dosis tunggal. Pasien dengan kadar hCG yang lebih tinggi mungkin
memerlukan rejimen dua dosis. Ada literatur yang menunjukkan bahwa
pengobatan metotreksat tidak memiliki efek buruk pada cadangan ovarium atau
kesuburan. Tingkat hCG harus ditren sampai tingkat non- kehamilan dicapai
pasca pemberian metotreksat. Penatalaksanaan bedah diperlukan bila pasien
menunjukkan salah satu dari berikut ini: indikasi perdarahan intraperitoneal,
gejala yang menunjukkan ruptur massa ektopik yang sedang berlangsung, atau
ketidakstabilan hemodinamik.7
Manajemen bedah termasuk salpingostomi atau salpingektomi harus
dipandu oleh status klinis, tingkat kompromi tuba fallopi, dan keinginan untuk
memiliki anak di masa depan. Secara sederhana, salpingektomi melibatkan
pengangkatan tuba fallopii sebagian atau seluruhnya. Salpingostomi, atau
salpingotomi, melibatkan pengangkatan kehamilan ektopik melalui insisi tuba
dan meninggalkan tuba fallopi in situ.8
1.9. Prognosis dan Komplikasi
Pasien dengan tingkat beta hCG yang relatif rendah kemungkinan akan
memiliki prognosis yang lebih baik mengenai keberhasilan pengobatan dengan
metotreksat dosis tunggal. Semakin lanjut kehamilan ektopik, semakin kecil
kemungkinan terapi metotreksat dosis tunggal akan memadai. Pasien dengan
19
kondisi ekstrem atau dengan ketidakstabilan hemodinamik memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami perburukan seperti syok hemoragik atau
komplikasi perioperatif lainnya. Prognosis dengan demikian akan bergantung
pada pengenalan dan intervensi tepat waktu. Hasil kesuburan dengan
operasi konservasi tuba tetap diperdebatkan karena beberapa data
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat kehamilan
intrauterin ketika membandingkan salpingektomi dibandingkan manajemen
tuba konservatif.
Wanita yang hadir di awal kehamilan dan memiliki tes sugestif kehamilan
ektopik akan membahayakan kelangsungan hidup kehamilan intrauterin jika
diberikan Methotrexate. Wanita yang menerima rejimen Methotrexate dosis
tunggal berada pada risiko tinggi kegagalan pengobatan jika tingkat hCG tidak
turun 15% dari hari ke 4 sampai hari ke 7 sehingga mendorong rejimen dosis
kedua. Wanita yang mengalami perdarahan pervaginam dan nyeri panggul
dapat salah didiagnosis sebagai aborsi yang sedang berlangsung jika kehamilan
ektopik terjadi pada ostium servikalis. Pasien mungkin mengalami kehamilan
ektopik serviks dan dengan demikian akan menghadapi risiko perdarahan dan
potensi ketidakstabilan hemodinamik jika dilatasi dan kuretase dilakukan.
Komplikasi dari manajemen meluas ke kegagalan pengobatan, di mana wanita
dapat ketidakstabilan hemodinamik yang dapat mengakibatkan kematian
meskipun dilakukan intervensi operasi secara dini.8
1.10. Integrasi Keislaman
Q.S. al-Araf/7:189
20
Terjemahan :
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah
dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat,
keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:
"Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami
termasuk orang-orang yang bersyukur". (Q.S. Al-Araf /7: 31)
Dalam ayat ini Allah swt. Memerintahkan agar supaya dalam satu keluarga
baik suami dan istri saat diberi rezeki berupa kehamilan untuk senantiasa
mengucap rasa syukur kepada Allah swt. juga untuk berusaha memberikan
yang terbaik kepada janin berupa makanan yang sehat, aktivitas yang tidak
berlebihan, dan doa serta dzikir yang senantiasa melangkahi perjalanan dalam
masa kehamilan.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang terjadi di luar
endometrium kavum uteri. Berbagai faktor risiko kehamilan ektopik yaitu
pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, operasi panggul
sebelumnya, penggunaan alat kontrasepsi, riwayat penyakit radang panggul,
dan merokok pada saat pembuahan. Kehamilan ektopik ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan tempatnya menempel dan paling sering terjadi di
tuba fallopi khususnya bagian ampula dan diikuti oleh isthmus. Biasanya
penderita tidak mengalami gejala yang khas, mirip seperti ibu hamil muda
normal, tetapi terdapat trias gejala klinis kehamilan ektopik yaitu amenorea,
nyeri abdomen, dan perdarahan pervaginam. Untuk mendiagnosis kehamilan
ektopik diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang tepat. Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu terapi medis dengan
methotrexate, terapi expectant, dan terapi pembedahan yang terdiri atas
laparoskopi, laparotomi, salpingotomi, dan salpingektomi yang dilakukan
sesuai dengan indikasinya masing masing dan yang paling sering dilakukan
adalah laparotomi. Kehamilan ektopik tidak dapat dicegah tetapi komplikasi
serius dapat dihindari dengan diagnosis dan perawatan dini serta faktor
risikonya dapat dikurangi.
Pada pembelajaran kasus ini didapatkan pasien dengan diagnosis kehamilan
ektopik terganggu. Diagnosis ini dibuat berdasarkan dari data anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Penatalaksaan pasien dalam kasus ini sudah
sesuai dengan teori. Secara garis besar penanganan dari hiperemesis gravidarum
terapi medis dengan methotrexate, terapi expectant, dan terapi pembedahan
yang terdiri atas laparoskopi, laparotomi, salpingotomi, dan salpingektomi .
22
DAFTAR PUSTAKA
9. Hsu JY, Chen L, Gumer AR, Tergas AI, Hou JY, Burke WM, et al.
Disparities in the management of ectopic pregnancy. Am J Obstet Gynecol.
vi
2017
10. Question and Answer : Seputar kehamilan dan persalinan Dewi Setiawati,
Alauddin University Press, Makassar 2019
vii