Disusun oleh:
Taufik Zuneldi
2020-84-038
Pembimbing:
dr. Yulandri Uneputty Sp. B
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
guna penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada bagian Bedah dengan judul
Dalam penulisan referat ini, banyak pihak yang turut terlibat untuk
2. Orang tua dan semua pihak yang telah membantu serta memberi motivasi
Penulis manyadari bahwa sesungguhnya laporan kasus ini masih jauh dari
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan laporan
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
2.8 Planning........................................................................................................7
BAB IV DISKUSI..................................................................................................36
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
dinding perut. Hernia merupakan salah satu penyakit yang paling sering
membutuhkan tindakan operasi, yaitu sebanyak 37% dari total operasi pada rumah
sakit anak. Hernia inguinalis merupakan tipe hernia yang paling sering terjadi pada
anak. Mayoritas kejadian hernia inguinalis pada bayi dan anak-anak adalah hernia
bawaan indirek (99%) sebagai konsekuensi dari patensi prosesus vaginalis. 1,2
untuk perbaikan dengan operasi. Hernia inguinalis tidak kembali secara spontan
dan perbaikan awal akan mengurangi resiko inkarserata dan komplikasi yang
LAPORAN KASUS
Thoraks
✓ Inspeksi : pengembangan dada simetris
✓ Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-)
✓ Perkusi : Sonor
✓ Auskultasi : vesikuler dikedua lapangan paru, wheezing (-), BJ I
dan II murni reguler
Abdomen
✓ Inspeksi : Cembung
✓ Auskultasi : BU (+) kesan meningkat
✓ Palpasi : nyeri tekan (-)
✓ Perkusi : hipertimpani
Ektremitas : edema (-/-/-/-), hangat (+/+/+/+), CRT <2’
d. USG (-)
2.5 RESUME
Anak usia 1 tahun 4 bulan diantar orang tua ke rumah sakit dengan keluhan
muntah-muntah sejak 2 hari yang lalu. Muntah sebanyak 9 kali menyemprot,
muntah setiap kali makan berisi cairan dan makanan, sehari yang lalu anak
muntah menyemprot cairan berwarna hijau. Pasien memiliki benjolan scrotum
kanan sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan muncul saat pasien
mengejan atau batuk dan menghilang jika pasien istirahat. Pada pemeriksaan
fisik, pemeriksaan umum normal dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan abdomen pada regio inguinalis dextra ditemukan benjolan,
beratas tegas, konsistensi kenyal, ukuran 4 x 3 cm, tidak dapat dimasukan
kembali ke dalam rongga abdomen. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
peningkatan leukosit (13.12 x 10^3/mm3).
2.7 PENATALAKSANAAN
• Terapi
✓ IVFD RL 28tpm
✓ Inj Ondancetron 2mg/12 jam/ IV
✓ Inj Ceftriaxone 250mg/12 jam/ IV
✓ Inj Paracetamol 250mg/8jam/IV
✓ Pemasangan NGT
• Planning
Pro herniotomi.
2.8 PROGNOSIS
• Ad Vitam : Bonam
• Ad fungsionam : Bonam
• Ad sanationam : Bonam
04/05/2021 (06.00)
S : demam tengah malam, sulit tidur
O : Keadaan umum tenang, GCS: kompos mentis, TD: 90/60 mmHg, Nadi:
130x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 38,2˚C, SpO2: 99% dengan O2 1 lpm,
BAB: 2x hijau.
Status Lokalis: Abdomen, datar, BU (+) 12x/menit, tympani 4 kuadran,
nyeri tekan (-)
A : HIL Dextra Inkarserata, Post Herniotomi H+3
P : Head up 30º, IVFD RL 8tpm mikrodrip, Inj PCT 200mg/8jam, Inj.
Ceftriaxone 200mg/12jam, Inj. Ondancetron 2mg/12jam, rawat luka tiap 2
hari, diet bubur
04/05/2021 (15.00)
S : tidak ada keluhan
O : Keadaan umum tenang, GCS: kompos mentis, TD: 110/70 mmHg, Nadi:
100x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 37,6˚C, SpO2: 98% tanpa O2, BAB: 2x
Status Lokalis: Abdomen, datar, BU (+) 12x/menit, tympani 4 kuadran,
nyeri tekan (-)
A : HIL Dextra Inkarserata, Post Herniotomi H+3
P : Head up 30º, IVFD RL 8tpm mikrodrip, Inj PCT 200mg/8jam, Inj.
Ceftriaxone 200mg/12jam, Inj. Ondancetron 2mg/12jam, rawat luka
05/05/2021 (06.00)
S : tidak ada keluhan
O : Keadaan umum tenang, GCS: kompos mentis, TD: 90/70 mmHg, Nadi:
90x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 35,7˚C, SpO2: 98% tanpa O2, BAB: 1x
Status Lokalis: Abdomen, datar, BU (+) 12x/menit, tympani 4 kuadran,
nyeri tekan (-)
A : HIL Dextra Inkarserata, Post Herniotomi H+4
P : Head up 30º, IVFD RL 8tpm mikrodrip, Inj PCT 200mg/8jam, Inj.
Ceftriaxone 200mg/12jam, Inj. Ondancetron 2mg/12jam, rawat luka
05/05/2021 (15.00)
S : tidak ada keluhan
O : Keadaan umum tenang, GCS: kompos mentis, TD: 90/70 mmHg, Nadi:
100x/menit, RR: 24x/menit, Suhu: 36˚C, SpO2: 99% tanpa O2
Status Lokalis: Abdomen, datar, BU (+) 12x/menit, tympani 4 kuadran,
nyeri tekan (-)
A : HIL Dextra Inkarserata, Post Herniotomi H+4
P : cefadroxil 2x1, rawat jalan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau kongenital dan hernia didapat atau akuisata. Berdasarkan letaknya,
hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,
inguinal, umbilikial, femoralis, dll.1
Gambar 1. Letak hernia. (1) ventral, (2) epigastrik, (3) umbilikal, (4) Inguinal
direk/lateral, (5) a.v. epigastrika inferior, (6) inguinal direk/medial, (7) a.v.
femoralis, (8) femoral, (9) obtoratoria perineal, (10) rektum, (11) perineal, (12)
iskiadika, (13) m. piriformis, (14) a.v. iliaka komunis kiri, (15) lumbal (Petit,
Grynfelt, (16) aorta, (17) hilus diafragma. (18) v. kava inferior.
Sumber : Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. EGC; 2010
Pada hernia di abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong,
dan isi hernia.1,2
Gambar 2. Skema Hernia Abdomen. (1) kulit dan jaringan subkutis, (2) lapisan
muskulo-aponeurosis, (3) peritoneum paarietale praperitoneal, (4) rongga perut, (5)
cincin atau pintu hernia, (6) kantong hernia.
Sumber: Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. EGC; 2010
Menurut sifatnya, hernia disebut reponibel jika isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk kembali ketika
berbaring atau bila didorong masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantung tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini
biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritoneum kantung hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Masih tidak ada keluhan nyeri, tidak juga tanda
sumbatan usus.1,2
Hernia disebut hernia inkaserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis, istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang
disertai gagguan pasase, sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut
hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi. Pada keadaan sebenarnya,
gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat terjepit dimulai, dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.1
Gambar 3. Hernia Usus. (1) Kulit dan jaringan subkutis, (2) lapisan otot/dan
aponeurosis, (3) peritoneum parietale jaringan praperitoneal, (4) kantong hernia
dengan usus.
A. Hernia reponibel tanpa inkarserasi dan strangulasi
B. Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perleketan, Tidak
ada gejala atau gangguan pasase isi usus.
C. Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus.
D. Hernia strangulata, bila ileus obstruksi disertai nekrosis
sampai gangren akibat peredaran darah.
Sumber: Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. EGC; 2010
Hernia insipiens atau hernia yang membalut merupakan hernia indirek pada
kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus. Hernia yang
kantorngnya menjorok ke dalam celah antara lapiran dinding perut dinamakan
hernia interparietalis atau hernia interstisialis. 1
Gambar 5. Hernia Interstitialis. Kantong hernia terletak di antara
lapisan otot perut.
Sumber : Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. EGC; 2010
Hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ sisi hernia,
misalnya sekum, kolon desenden atau dinding kandung kemih, disebut hernia
gelincir atau sliding hernia. Hernia gelincir dapat terjadi karena isi kantong berasal
dari organ yang letaknya ekstraperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke
kantong hernia, melainkan menggelincir turun ke rngga kantong hernia. 1
Terdapat 2 jenis linea/ garis yang terdapat pada abdomen, antara lain: 1,3
1. Linea alba
Merupakan pita fibrosa yang merupakan persatuan aponeurosis dari
otot-otot dinding anterior abdomen. Garis ini membentang di linea
mediana anterior dari procesus Xyphoideus hingga ke symphisis pubis.
2. Linea Semilunaris
Merupakan garis yang terletak pada pinggir lateral m. rectus abdominis
(MRA) dan menyilang pinggir costae pada ujung cartilago costae
3.2.2 Struktur Dinding Abdomen
Gambar 7. (a) Rectus abdominis kanan (b) dan (c) Potongan transversal dari dinding
abdomen depan
Sumber: Anatomy of the anterior abdominal wall and groin
3.2.6 Vaskularisasi
1. Arteri
a. A. epigastrica superior
Cabang dari a. thoracica (mammaria) interna cabang dari a.
subclavia prescalenus.1,3
b. A. epigastrica inferior
Cabang dari a. iliaca eksterna memasuki vagina musculi recti
melalui linea.1,3
c. Aa. Intercostalis (VII - XII) dan a. lumbalis
Cabang dari aorta abdominalis berjalan ke lateral bersama dg nervus
nya.1,3
d. A. circumflexa ilium profunda
Cabang dari a. femoralis. Homolog dengan a. musculophrenica
cabang dari a. thoracica interna yang terletak di antara MOAE dan
MTA.1,3
e. Aa. Inguinales superfisiales1,3
f. A. epigastrica superficial
Memvaskularisasi umbilicus1,3
g. A. pudenda externa
Memvaskularisasi skrotum menyilang ventral dari funiculus
spermaticus.1,3
h. A. circumflexa ilium superficial
Di caudal lig. inguinalis lateral.1,3
2. Vena
Selain vena yang berjalan bersama dengan arteri, ada vena-vena
superfisial yaitu Vv. Inguinales superfisiales yang bermuara ke v.
saphena magna.1,3
3.3 ETIOLOGI
Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu :1,4,5
Testis turun mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutu. Akan tetapi kejadian hernia pada pada umur ini
hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak penderita prosesus vaginalis paten
mengidap hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus
vaginalis kontralateral, tetapi insidensi hernia tidak melebihi 20%. Umumnya
disimpulkan bahwa prosesus vaginalis paten bukan merupakan penyebab tunggal
hernia, tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites, sering disertai hernia inguinalis. 1
Insidensi hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%.
Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral
15%. kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibandingkan laki-laki kira-
kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih
tinggi pada perempuan.1
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan 16% menderita hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidensi
hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan terjadinya hernia
bilateral dari insidensi tersebut mendekati 10%.1
Embriologi
Testis mulai menuruni kanal pada bulan ketujuh kehidupan fetal didahului
dan dituntun oleh prosesus vaginalis. Prosesus yang terletak anterior dari struktur
korda, perlahan menutup dan bagian scrotal membentuk tunika vaginalis. Waktu
yang tepat terjadi PPV pada bayi baru lahir tidak diketahui dan tergantung pada
jenis kelamin serta umur kehamilan. Insiden diperkirakan sekitar 40 sampai 60%
tapi mungkin bisa lebih rendah. Lapisan dari dinding abdomen berkontribusi
terhadap pembentukan lapisan testis dan korda spermatika selama penurunan
gonad. Fasia spermatika interna adalah kelanjutan dari fasia transversalis, musculus
cremaster berasal dari musculus oblique interna da fasia spermatika ekrterna berasal
dari aponeurosis oblik eksterna. Prosesus vaginalis menyelubungi testis sebagai
lapisan parietal dan visceral tunika vaginalis.
3.4 EPIDEMIOLOGI
1. Sekitar 75% dari seluruh hernia adalah inguinal, dimana pada jumlah
tersebut, 50% indirect (rasio pria banding wanita adalah 7:1), dengan
dominasi pada sisi kanan, dan 25% direct ; hernia inguinalis memiliki
sliding komponen, paling sering di sisi kiri (rasio kiri ke kanan 4.5:1)
2. Sekitar 14% dari hernia adalah umbilical
3. Sekitar 10% dari hernia adalah insisional atau ventral (rasio perempuan-
laki-laki, 2:1)
4. Hanya terdapat 3-5% hernia femoralis
5. Hernia interparietal, supravesical, lumbar, scatic dan perineal jarang
terjadil hernia intraparietal berada di sisi kanan dalam 70% kasus, dan
presentase kasus yang serupa melibatkan testis maldescent (kantong
Denis-Browne)
3.5 DIAGNOSIS
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.1
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang muncul
sebagai penonjolan pada regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial
bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus dengan cara menggesek dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda
ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, bergantung isinya, pada
palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau ovarium. Dengan jari telunjuk, atau
jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah
isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika hernia tersebut dapat direposisi, pada
waktu masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau
ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi
jari yang menyentuhnya berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi
perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat, biasanya terdiri atas
ovarium.1,2 Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika
tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya batas yang jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. 1,4,5 Hernia ini harus
dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai
sebagai pegangan untuk membedakannya.1,4,5
Gambar 11. Hernia Inguinalis direk dan indirek. Hernia inguinalis indirek diraba
dengan ujung jari dan hernia inguinalis direk diraba dengan sisi ujung jari.
Sumber : Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. EGC; 20101
2. Hernia Inguinalis Lateralis
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan berupa
tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
turunnya testis ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di sebelah
kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi sekum dan
sebagian kolon asendens, sedangkan yang dikiri berisi sebagiaan kolon
desendens.1
Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha
yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang
hilang timbul di lipat pahaa biasanya diketahui oleh orangtua. Jika hernia
mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang perut
kembung, harus dipikirkaan kemungkinan hernia strangulata. 1,2
Pada inspeksi, diperlihatkan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,
skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan
atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan terposisi dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak, cincin hernia, berupa anulus inguinalis yang
melebar, kadang dapat diraba.1
Pada hernia insipien, tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari
di dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak, kadang
tidak terlihat adanya benjolan sewaktu menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal
ini, perlu dilakukan palpasi funikulus spermatikus, dengan membandingkan sisi kiri
dan kanan. Kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera. 1
3.6 TATALAKSANA
Gambar 13. Hernia Inguinalis direk. Kanalis ingunalis dibuka. Kantong hernia
yang terlepas dari funikulus menonjol langsung dari belakang. (1) tali sperma, (2)
hernia, (3) fasia transversa, (4) m. oblikus internus, (5) fasia m. oblikus eksternus.
Setelah hernia direposisi, defek di fasia transversa dditutup dan operasi diteruskan
seperti pada hernia indirek dengan plastik dinding perut (Bassini), penutupan
kanalis inguinalis, dan jahitan kulit.
Sumber : Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. EGC; 20101
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan pada otot-otot yang dijahit. Untuk
mengatasi masalah ini, pada tahun 1980-an dipopulerkan pendekatan operasi bebas
regangan, yaitu teknik hernioplasti bebas regangan menggunakan mesh
(hernioplasti bebas regangan), dan sekarang teknik ini banyak dipakai. Pada teknik
ini, digunakan mesh prostesis untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke ligamentum
inguinale.1
3.7 KOMPLIKASI
Kompllikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia tertahan dalam kantong hernia ireponibel. Hal ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau
merupakan hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan.
Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia inkarserata yang memunculkan
gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial
seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan
parsial. Jarang terjadi inkerserata retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di
dalam kantung hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum
seperi huruf W.1
Gambar 14. Hernia W. Biasanya ketiga belokan, dua di kantong heria dan satu
lagi di rongga perut, mengalami strangulasi.
Sumber : Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. EGC; 20101
3.8 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia, serta pada kemampuan
untuk mengurangi faktor risiko yang terkait dengan perkembangan hernia.
Umumnya prognosis baik pada diagnosis yang tepat waktu. Morbiditas biasanya
sekunder akibat hilangnya diagnosis hernia atau komplikasi yang terkait dengan
penatalaksanaan penyakit.6
BAB IV
DISKUSI
Diagnosis hernia pada anak ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Benjolan diakui ibunya saat anak berusia 4 bulan. Benjolan akan muncul
khususnya saat anak mengejan dan batul dan menghilang saat anak istirahat. Hal
ini merupakan tanda patognomonik dari hernia dimana saat beaktivitas akan terjadi
vaginalis yang paten. Ketika anak tersebut beristirahat tekanan intraabdominal akan
dan makanan diikuti perut yang semakin kembung. Anak juga menangis terus
spermatika yang menunjukkan rabaan seperti sutera (silk glove sign) yang
merupakan tanda perabaan dari kantong hernia dalam prosesus paten. Jika benjolan
merupakan hidrokel perabaan akan dirasakan fluktuatif karena berisi cairan. Uji
transiluminasi juga harus dilakukan dimana pada hidrokel akan menunjukkan hasil
yang positif karena pembiasan cahaya dalam skrotum melalui media cair..
Operasi yang dilakukan pada anak saat setelah penegakkan diagnosis untuk
dilakukan tanpa pengaplikasian mesh prostetik. Hal ini dikarenakan pada anak
hanya terjadi PPV (patent processus vaginalis) dan bukan karena suatu kelemahan
membuat waktu operasi lebih cepat dan tidak menimbulkan nyeri pasca operasi.
sebagai analgesik yang aman untuk anak. Pasien dipulangkan pada hari ke-4 pasca
operasi dengan pertimbangan tidak ada keluhan yang muncul pada pasien, keadaan
PENUTUP
Hernia inguinalis pada bayi terjadi akibat adanya patensi prosesus vaginalis
(PPV). Hal ini dapat terjadi akibat kegagalan embriogenesis prosesus vaginalis
PPV ini dan menjadi hernia. Diagnosis hernia dapat berdasarkan anamnesis, dimana
benjolan yang muncul pada saat beraktifitas dan menghilang saat beristirahat
dalam skrotum. Pembedahan tanpa mesh dilakukan pada bayi karena semata-mata
merupakan kondisi PPV dan bukan merupakan kelemahan dinding (lokus minoris)
abdomen yang sering terjadi pada orang dewasa. Penatalaksaan operatif hernia
3. Mahadevan V. Anatomy of the anterior wall and groin. 2012. Elsevier. Surgery
30:6
4. Fitch MT, Manthey DE. Abdominal hernia reduction. Roberts JR, Custalow
CB, Thomsen TW, et al, eds. Roberts and Hedges Clinical Procedures in
Emergency Medicine. 6th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2014.hal.873-9
5. Towsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabiston textbook of Surgery. 19th
Ed. Elsevier; 2012
6. Coelho JC, Claus CM, Michelotto JC, Fernandes FM, Valle CL, Andriguetto
LD, et al. Complications of laparascopic inguinal herniorrhaphy including one
case of atypical mycobacterial infecton. Surg Endisc, 2010 Nov;24(11):2708-
12.