Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 28 FEBRUARI 2022


UNIVERSITAS PATTIMURA

TETANUS
Oleh: Claudia Freyona M. Benamen
Pembimbing: dr. Leny Kurnia, Sp. N

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNPATTI
BAB I
PENDAHULUAN

Tetanus merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf,


Ditandai dengan kekakuan dan spasme otot, dimulai dari kaku
otot pada rahang (trismus, lockjaw), kaku leher, kemudian
menyebar keseluruh tubuh

Clostridium tetani
Bakteri gram positif anaerob
Tetanus sudah diidentifikasi sejak 3000 SM, pada
abad ke-4 SM diberi nama oleh Hipprocates

Tetanus terutama ditemukan di negara


berkembang yg beriklim hangat (Indonesia, Afrika,
Brazil)
Tetanus pada negara berkembang menjadi
penyebab kematian pada neonatus

di tahun 2015 terdapat 79% kematian karena Tetanus di Asia


selatan.
Tahun 2020, 47 dari 59 negara dinyatakan tereliminasi Tetanus
BAB II
PEMBAHASAN

Tetanus merupakan penyakit sistem saraf yang


mengancam jiwa, ditandai dengan kekakuan dan
spasme otot, dimulai dari kekakuan otot pada rahang

DEFINISI yang disebut dengan trismus (lockjaw), kekauan leher,


dan kemudian akan menyebar keseluruh tubuh.
Tetanus disebabkan oleh neurotoksin tetanospasmin
yang dihasilkan oleh C. tetani, dan dapat bertrasnmisi
dari luka tusuk, luka bakar, operasi, otitis media,
infeksi dental, bahkan gigitan binatang.
EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia angka kejadian tetanus masih cukup tinggi dari


tahun 1997-2000, sebanyak 1,6-1,8 per 10.000 kelahiran hidup
dengan angka kematian akibat tetanus neonatorum sebesar
7,9%.
Sebanyak 0,2/100.000 populasi ditemukan insidensi tetanus di
Indonesia.
ETIOLOGI

Tetanospasmin

C.tetani C.tetani dapat bertahan dari segala bentuk


disinfektan baik fisik maupun kimia hingga air
mendidih selama beberapa menit, dan dapat
tetap hidup serta bermultipikasi jika dalam
kondisi yang memungkinkan untuk hidup yaitu
jika potensial reduksi oksidasi rendah, pH
rendah, dan nutrisi terpenuhi
PATOFISIOLOGI
Jenis tetanus Letak luka Waktu inkubasi Manifestasi klinis

Kekakuan dans
spasme yang
Setiap permukaan
menetap disertai
tubu, sebgaian Beberapa
Lokalisata rasa sakit pada
besar pada hari/minggu
otot disekitar
tangan
atau proksimal
luka

DIAGNOSIS Trismus, kaku


leher, disfagia,
kaku pada dada
Anamnesis dan perut
(opistotonus),
Setiap bagian Beberapa hari –
Generalisata nyeri hebat,
permukaan tubuh beberapa minggu
kejang umum
akibat
rangsangan sinar,
suara dan
sentuhan

Luka kepala Trismus, disfagia,


(wajah, telinga; rhisus sardonikus,
Sefalik 1-2 hari
otitis media disfungsi nervus
kronis) kranial

Tidak mampu
menetek,
Neonatorum Tali pusat Beberapa hari kelemahan,
kekakuan dan
spasme otot
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

1.Tetanus lokal = kekakuan dan spasme yang menetap.


2. Tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan
leher, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-
abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang
dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar,
suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

1. Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus


sardonikus dan disfungsi nervus kranial.
2. Pada tetanus neonatorum = kekakuan dan
spasme, trismus, opisthotonus yang berat dengan
lordosis lumbal. Bayi = fleksi pada siku dengan
tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi,
jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi
dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi
jari-jari kaki.
Pemeriksaan Penunjang

1.Lab: DPL (Hb/Leu/Ht/Plt), GDA, SGOT, SGPT, Alb, Cl/Na/K,


Ur/Cr, analisa cairan serebro spinal, faal hemostasis, kultur
resistensi (aerob & anaerob).
2.EKG & Thorax PA/AP
3.Pungsi lumbal (diperiksa saat awal datang sebagai diagnosa
banding meningitis)
TATALAKSANA
Membuang sumber tetanospasmin

1. Bersihkan luka + Betadine + NaCL 0,5%. Jika luka cukup


dalam = cross insisi
2. Antiiotik
a. Metronidazole 15 mg/kgBB dilanjutkan 30 mg/kgBB/hari
IV setiap 6 jam selama 7-10 hari.
b. Penicilin 50.000-100.000 U/kbGG/hari selama 7-10 hari.
c. Alergi (+), Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (usia> 8 tahun).
TATALAKSANA
Netralisasi Toksin

1. Human tetanus immunoglobin (HTIG) im dosis total 3.000-


10.000 unit yang dibagi ke dalam 3 dosis yang di injeksikan ke
tiga tempat berbeda
a. Bayi, 500 IU im dosis tunggal
2. Anti tetanus serum (ATS), dosis 100.000-200.000 untit
dan 40.000 untuk intramuskular masing-masing pada hari
kedua dan ketiga
TATALAKSANA
Perawatan Suportif

1. Penempatan pasien di ruang gelap dan tenang


2. Posisikan pasien agar terhindar dari pneumonia aspirasi
3. Penanganan jalan napas guna memberi ruang bernapas pada pasien
mengingat kondisi disfagia dan asfiksia yang dialami pasien
4. Pengontrol spasme otot, diazepam 0,1-0,3 mg/kgBB interval 2-4 jam
sesuai gejala klinis
a. <2 tahun diberikan dengan dosis 2-3 mg/kgBB setiap 3 jam
b. 5 mg per rektal untuk BB <10 kg berikan per rektal
c. >10 kg dapat diberikan dengan dosis 10 mg per rektal
d. intravena untuk anak 0,3 mg/kgBB
TATALAKSANA
Perawatan Suportif

1. Diazepam
a. bayi dengan tetanus neonatorum diberikan dosis 0,1-0,2
mg/kgBB iv untuk menghilangkan spasme akut, dengan
infus tetap 15-40 mg/kgBB/hari
b. Setelah 5-7 hari dosis diazepam diturunkan bertahap 5-10
mg/hari
2. kontrol gangguan autonomik magnesium sulfat dengan loading
dose 5g intravena, lanjut dengan dosis 2-3 g/jam sampai
spasme terkontrol.
PROGNOSIS SKOR ABLET

Tingkat
Derajat Gejala
keparahan

Trismus ringan (<15mm), kaku


1 Ringan general, tanpa gangguan respirasi,
tanpa disfagia maupun spasme

Trismus sedang (15-<30mm),


kekakuan, spasme namun sebentar,
2 Sedang
disfagia ringan, gangguan respirasi
sedang, RR >30x/min

Trismus berat (30 - <35mm),


kekauan disertai spasme terus-
3 Berat menerus, disfagia berat, RR
>40x/min, kadang disertai apneu,
N >120x/min

Grade 3 disertai gangguan


4 Sangat berat
otonomik
SKOR PHILLIPS
SKOR DAKKAR
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai