Spora C. tetanii dijumpai pada tinja hewan terutama kuda. Spora ini bisa
bertahan mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Kebanyakan kasus terjadi setelah trauma akut pada kulit (luka tusuk atau
laserasi), luka terkontaminasi, belum mendapatkan imunisasi atau imunisasi
primer yang tidak lengkap.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Tetanus Neonatorum Tetanus Lokal
● Bentuk tetanus ini terjadi ketika ada ● Area yang terisolasi yang terpengaruh
perawatan tali pusat yang kurang steril dari ● Spasme otot lokal
ibu yang tidak diimunisasi, atau proses ● Gejala awal: kekakuan, rasa tertarik, nyeri
persalinan yang tidak steril dan bukan di pada otot disekitar luka,
pusat kesehatan. kedutan dan spasme ringan pada
otot terkena
● Kejang generalisata dan kekakuan batang ● Spasme involunter terus menerus menjadi
tubuh dan tungkai yang terjadi pada jelas
neonatus beberapa hari setelah lahir harus ● Resistensi bagian tersebut terhadap
selalu didiagnosis sebagai tetanus. gerakan pasif
● Pada neonatus, gejala yang paling sering ● Gejala bertahan selama beberapa minggu
muncul adalah sulit menyusui (sucking) atau bulan
Manifestasi Klinis
Ophthalmoparesis
Tetanus Sefalik
Anamnesis
● Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka
dengan nanah atau gigitan binatang ?
● Apakah pernah keluar nanah dari telinga?
● Apakah pernah menderita gigi berlubang?
● Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang
terakhir?
● Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme
lokal) dengan spasme yang pertama (period of onset)?
Diagnosis
Pemeriksaan Fisis
a. Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap
b. Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, risus sardonikus dan disfungsi nervus
kranial.
c. Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan
dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai,
kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar,
suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
d. Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi tubuh
klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opistotonus
yang berat dengan lordosis lumbal.
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
→ Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas untuk tetanus.
● Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus.
● Kadar antitoksin di dalam darah 0,01 U/ml atau lebih, dianggap sebagai imunisasi dan bukan tetanus.
● Nilai hitung leukosit dapat tinggi.
● Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat menunjukkan hasil yang normal.
● Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di dalam darah dapat meningkat.
● EMG dapat menunjukkan pelepasan subunit motorik yang terus-menerus dan pemendekan atau tidak adanya interval
tenang yang normal yang diamati setelah potensial aksi.
● Dapat ditemukan perubahan yang tidak spesifik pada EKG
Kriteria Diagnosis
Kriteria Pattel Joag
• Dosis TT:
Usia ≥ 7 th: 0,5 ml (5 U) im
Usia < 7 th: Gunakan DTP (DPT) atau DtaP (Tdap) sebagai pengganti TT.
Jika kontraindikasi terhadap pertusis, berikan DT, dosis 0,5 ml im
• Dosis TIG:
Profilaksi dewasa : 250-500 U im, pada ekstremitas kontralateral lokasi penyuntikan TT.
Profilaksi anak : 250 U im. Pada ekstremitas kontralateral lokasi penyuntikan TT.
Penatalaksanaan 24 jam pertama diberikan ATS iv 10.000 U didahului dengan skin test
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi Prognosis