Anda di halaman 1dari 54

CSR

TETANUS

DISUSUN

Oleh:
HESTY WULANDARI
( 1010070100179 )


PEMBIMBING :
dr. Gustin Sukmarini, Sp.A
Anatomi dan Fisiologi

Organisasi Struktural Sistem Saraf

a.Sistem saraf pusat (SSP) Terdiri dari otak


dan medulla spinalis yang dilindungi tulang
kranium dan kanal vertebral

b.Sistem saraf perifer terdiri dari saraf cranial


dan saraf spinal yang menghubungkan otak
dan medulla spinalis dengan reseptor dan
efektor.
Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi
menjadi sistem aferen dan
sistem eferen :

a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi


dari reseptor sensorik ke SSP
b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi
dari SSP ke otot dan kelenjar.
Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki
dua sub divisi :

a. Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan


perubahanlingkungan eksternal dan pembentukan
respons motorik volunteer pada otot rangka.

b.Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh


respon involunter pada otot polos, otot jantung dan
kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf
melalui dua jalur yaitu :
1. Saraf simpatis
2. Saraf parasimpatis
Medula Spinalis

Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam


tubuh. Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui
traktus asenden dan desenden.
Definisi

Tetanus adalah penyakit neurologis dengan tanda


utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.

Gejala ini bukan secara langsung, tetapi sebagai


dampak eksotoksin (tetanospasmin), suatu toksin
protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium
tetanipada sinaps ganglion sambungan tulang
belakang, sambungan neuro muscular (neuro
muscular junction) dan saraf otonom.
Etiologi
Kuman yang menghasilkan toksin adalah
Clostridridium tetani, kuman ini berbentuk
batang dengan ukuran panjang 25 m dan
lebar 0,30,5 m memiliki sifat:

Mikroskopis Clostridium tetani


Kuman Memiliki Sifat
Basil Gram-positif dengan spora pada
pada salah satu ujungnya sehingga
membentuk gambaran khas seperti
pemukul genderang(drum stick).

Obligat anaerob (berbentuk vegetatif


apabila berada dalam lingkungan anaerob)
dan dapat bergerak dengan menggunakan
flagella.

Menghasilkan eksotoksin yang kuat.


Mampu membentuk spora dan mampu
bertahan dalam suhu tinggi (dalam
autoklaf pada suhu 121C selama 1015
menit)

Clostridium tetani menghasilkan 2


eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin

Kuman hidup di tanah, debu, dan di dalam


usus binatang.

Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi


pada tanah dan saluran pencernaan serta
feses dari kuda, domba, anjing, kucing,
tikus, babi, dan ayam.
Epidemiologi
Tetanus terjadi diseluruh dunia dan endemik pada 90
negara yang sedang berkembang, tetapi insidensinya
sangat bervariasi.

Bentuk yang paling sering, tetanus neonatorum (umbilicus),


membunuh sekurang-kurangnya 500.000 bayi setiap tahun
karena ibu tidak terimunisasi, lebih dari 70% kematian ini
terjadi pada sekitar 10 negara Asia dan Afrika tropis.

diperkirakan 15.000 30.000 wanita yang tidak


terimunisasi di seluruh dunia meninggal setiap dengan
C.tetani luka pascapartus, pascaabortus, atau pascabedah

Tetanus pada anak tersebar di seluruh dunia, terutama


pada daerah risiko tinggi dengan cakupan imunisasi DTP
yang rendah angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi,
akibat perbedaaan aktivitas fisiknya.
Grafik 1. Data Insiden Tetanus Menurut WHO

Di negara berkembang seperti Indonesia,


insiden dan angka kematian akibat
tetanus masih cukup tinggi, hal ini
disebabkan karena tingkat kebersihan
masih sangat kurang..
Port dentre tak selalu dapat diketahui dengan
pasti, namun
diduga Melalui :

Luka tusuk (paku, serpihan kaca, injeksi tidak steril,


injeksi obat, tindik), patah tulang komplikasi kecelakaan,
gigitan binatang, luka bakar yang luas.

Luka operasi (benang terkontaminasi), luka yang tak


dibersihkan (debridement) dengan baik.

Otitis media, karies gigi, abses gigi, luka kronik (ulkus


kronik), gangren.

Pemotongan tali pusat yang tidak steril,menyebabkan


terjadinya kasus tetanus neonatorum.
Patogenesis
MEDULA SPINALIS
Manifestasi Klinis

Variasi masa inkubasi sangat lebar berkisar 5-


14 hari.Makin lama masa inkubasi, gejala yang
timbul makin ringan.Derajat berat penyakit
selain berdasarkan gejala klinis yang tampak
juga dapat diramalkan dari lama masa
inkubasi atau lama period of onset.

Gejala Berupa :
Kekakuan dimulai pada otot setempat atau
trismus
Kaku kemudian menjalar ke seluruh tubuh,
tanpa disertai gangguan kesadaran.
Kekakuan tetanus sangat khas, yaitu fleksi
kedua lengan dan ekstensi pada kedua kaki,
fleksi pada kedua kaki, tubuh kaku
melengkung bagai busur.

Kesukaran menelan

gelisah, mudah terangsang

nyeri anggota badan sering merupakan


gejala dini
Ada 4 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:
1. Localized tetanus
Pada tetanus lokal dijumpai adanya kontraksi otot yang
persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi.Hal
ini tanda dari tetanus lokal.Kontraksi otot tersebut
biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan
tanpa progres dan biasanya menghilang secara
bertahap.

2. Chepalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari
tetanus.Masa inkubasi berkisar 1-2 hari, yang berasal
dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India),
luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya
benda asing dalam rongga hidung.Tetanus sefalik
dicirikan oleh lumpuhnya saraf kranial VII yang paling
sering terlibat.
3.Generalized tetanus
a. Ini bentuk yang sering, sering
menyebabkan komplikasi yang tidak dikenal
beberapa tetanus lokal oleh karena gejala
timbul secara diam-diam.

b. Trismus merupakan gejala utama dan


bersamaan dengan kekakuan otot leher yang
menyebabkan kaku kuduk dan kesulitan
menelan.
c. Gejala lain berupa :
risus sardonicus
opistotonus dan kejang dinding perut.
Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan
bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas,
sianosis, dan asfiksia.
4. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan
adanya infeksi tali pusat, umumnya karena teknik
pemotongan tali pusat yang aseptik dan ibu yang tidak
mendapat imunisasi yang adekuat.

Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk


menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan
spasme.Posisi tubuh klasik yaitu trismus, opistotonus yang
berat dengan lordosis lumbal.

Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku


dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi,
jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan
dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.

Kematian biasanya disebabkan henti nafas, hipoksia,


pneumonia, kolaps sirkulasi, dan kegagalan jantung paru. 1
Klasifikasi Ablett untuk Derajat
Manifestasi Klinis Tetanus
Derajat Manifestasi Klinis

I: Ringan Trismus ringan sampai sedang (3 cm); spastisitas


umum tanpa spasme atau gangguan
pernapasan;tanpa disfagia atau disfagia ringan.

II: Sedang Trismus sedang (3 cm atau lebih kecil); rigiditas


dengan spasme ringan sampai sedang dalam
waktu singkat; laju napas>30x/menit; disfagia
ringan.

III: Berat Trismus berat (1 cm); spastisitas umum;


spasmenya lama; laju napas>40x/menit; laju nadi
> 120x/menit disfagia berat.

IV: Sangat berat (Derajat III + gangguan sistem otonom termasuk


kardiovaskular) Hipertensi berat dan takikardia
yang dapat diselang-seling dengan hipotensi
relatif dan bradikardia, dan salah satu keadaan
tersebut dapat menetap.
Diagnosis
Ditegakan berdasarkan :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisis
3. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Anamnesis yang dapat membantu diagnosis
antara lain:1
Apakah dijumpai luka, luka tusuk, luka
kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dengan
nanah atau gigitan binatang
Apakah pernah keluar nanah dari telinga
Apakah menderita gigi berlubang
Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT
atau TT, kapan imunisasi yang terakhir
Selang waktu antara timbulnya gejala klinis
pertama (trismus atau spasme lokal) dengan
kejang yang pertama (period of onset)
Pemeriksaan Fisik
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan
ketegangan otot yang makin bertambah
terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu
48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
1.Trismus
Adalah kekakuan otot maseter sehingga sukar
membuka mulut. Pada neonates kekakuan ini
menyebabkan mulut mencucu seperti mulut
ikan sehingga bayi tidak dapat menetek.
Secara klinis untuk menilai kemajuan
kesembuhan, lebar bukaan mulut diukur setiap
hari.
2. Risus sardonikus
Akibat spasme otot muka, sehingga tampak
dahi mengkerut, alis tertarik ke atas, mata
agak tertutup, sudut mulut tertarik ke luar dan
ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
3. Opistotonus
Adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh
seperti otot punggung, otot leher (kaku
kuduk), otot badan, .Kekakuan yang sangat
berat dapat menyebabkan tubuh melengkung
seperti busur.

hhhhhhhh
Hhhhh, mafnCS<m>HH
4. Ketegangan otot dinding perut sehingga
dinding perut seperti papan.
5. Kejang umum
6. Asfiksia dan sianosis
7. Gangguan saraf autonom
Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas


untuk tetanus.
Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan
pada kasus tersangka tetanus.
Namun demikian, kuman C. tetani dapat
ditemukan di luka orang yang tidak mengalami
tetanus, dan seringkali tidak dapat dikultur
pada pasien tetanus.
Biakan kuman memerlukan prosedur khusus
untuk kuman anaerobik. Selain mahal, hasil
biakan yang positif tanpa gejala klinis tidak
mempunyai arti
Nilai hitung leukosit dapat normal atau tinggi.

Kadar antitoksin di dalam darah 0,01 U/mL


atau lebih, dianggap sebagai imunisasi dan
bukan tetanus.

Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di


dalam darah dapat meningkat.
Diagnosis Banding

1. Meningitis
2. Abses Submandibula
3. Abses Peritonsi
Komplikasi
1.Sistem saluran pernafasan
karena spasme otot-otot pernapasan dan
spasme otot laring dan seringnya kejang
menyebabkan terjadinya asfiksia.Karena
akumulasi sekresi saliva serta sukar menelan
air liur, makanan, dan minuman sehingga
sering terjadi pneumonia aspirasi.

2. Sistem kardiovaskular
Komplikasi berupa aktivitas simpatis meningkat
antara lain berupa takikardia, hipertensi,
vasokonstriksi periferdan rangsangan
miokardium.
3.Sistem muskuloskeletal
Pada otot karena spasme yang
berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam
otot.Pada tulang dapat terjadi fraktur columna
vertebralis akibat kejang yang terus menerus
terutama pada anak dan orang dewasa.

Komplikasi yang lain :


Laserasi lidah akibat kejang
Dekubitus

Penyebab kematian pada tetanus ialah akibat


komplikasi berupa bronkopneumonia, cardiac
arrest, septicemia, dan pneumotoraks
Penatalaksanaan umum

Penderita perlu dirawat dirumah sakit,


diletakkan pada ruang yang tenang pada unit
perawatan intensif
Menjaga saluran nafas tetap bebas, kalau
berat perlu trakeostomi
Memberikan tambahan oksigen
Mengurangi spasme dan mengatasi kejang
Diazepam merupakan golongan benzodiazepin
yang sering. Dosisnya0,1-0,3 mg/kgBB.
Penatalaksanaan khusus
1.Antibiotik
Antibiotik ini hanya bertujuan membunuh bentuk
vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang
dihasilkannya.

Antibiotik lini pertama yang diberikan adalah


metronidazole IV/oral dengan dosis awal secara
loading dose 15 mg/kgBB dalam 1 jam.
dilanjutkan 30 mg/kgBB/hari selama 1 jam
perinfus setiap 6 jam selama 7-10 hari.

Lini kedua dapat diberikan penisilin prokain


50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari.

2.Anti serum
Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU
dengan 50.000 IU IM dan 50.000 IU IV.

Pemberian ATS harus berhati-hati akan


terjadinya reaksi anafilaksis.

Pada tetanus anak pemberian anti serum dapat


disertai imunisasi aktif DT setelah anak pulang
dari rumah sakit.Bila fasilitas tersedia dapat
diberikan HTIG (Human Tetanus Immune
Globulin) 3.000-6000 IU IM.
Pencegahan
1.Perawatan luka

Perawatan luka harus segera dilakukan


terutama pada luka tusuk, luka kotor atau luka
yang diduga tercemar dengan spora tetanus.

Luka dibersihkan atau dilakukan


debridement.Terutama perawatan luka guna
mencegah timbulnya jaringan anaerob.
2.Pemberian ATS dan Toksoid Tetanus pada luka
Profilaksis dengan pemberian ATS hanya
efektif pada luka baru (kurang dari 6 jam) dan
harus segera dilanjutkan dengan imunisasi
aktif.

3. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT, dT,
atau Toksoid Tetanus.Jenis imunisasi
tergantung dari jumlah golongan umur dan
jenis kelamin.
Vaksin DPT diberikan sebagai imunisasi dasar
sebanyak 3 kali
DPT IV pada usia 18 bulan dan
DPT V pada usia 5 tahun
saat usia 12 tahun diberikan dT.
Toksoid tetanus diberikan pada wanita usia subur,
perempuan usia 12 tahun, dan ibu hamil.

DPT/dT diberikan setelah pasien sembuh


dilanjutkan imunisasi ulangan diberikan sesuai
jadwal, oleh karena tetanus tidak menimbulkan
kekebalan yang berlangsung lama.
Prognosis
Prognosis tetanus pada anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Jika masa inkubasi pendek
(kurang dari 7 hari), usia yang sangat muda
(neonatus), period of onset yang pendek (jarak
antara trismus dan timbulnya kejang kurang dari
48 jam), frekuensi kejang yang tinggi, pengobatan
terlambat, adanya komplikasi terutama spasme
otot pernapasan dan obstruksi jalan napas, semua
ini prognosisnya buruk.1,9,10

Mortalitas tetanus masih tinggi, di bagian Ilmu


Kesehatan Anak RSCM Jakarta didapatkan angka
80 % untuk tetanus neonatorum dan 30 % untuk
tetanus anak.1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Prawira


Usia: 12 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan: Pelajar
Alamat: Solok
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama: Islam
Pendidikan : SMP

ANAMNESIS PASIEN ( Alloanamnesis )


Keluhan Utama : mulut sulit dibuka sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang


Mulut sulit dibuka sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
Leher dan punggung kaku dan sulit digerakan sejak 4 hari
yang lalu
Demam sejak 4 hari yang lalu, demam hilang timbul
dengan suhu 38,5 derajat
Kejang sejak 1 hari yang lalu, kejang terjadi jika ada
rangsangan.
Perut teraba keras seperti papan
Pasien sebelumnya tertusuk paku sedalam 2 cm saat main
bola, luka di kaki hanya dicuci dengan air.
Gigi berlubang tidak ada
Keluar nanah dari telinga tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang
sama
Pasien belum pernah dioperasi maupun
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Riwayat hipertensi, asma, alergi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
hal yang sama dengan pasien
Riwayat hipertensi, asma, alergi, dan kencing
manis di keluarga disangkal.
Riwayat Imunisasi
Orang tua pasien lupa imunisasi pasien
lengkap atau tidak
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu : 38,5 oC
Kepala : normocephali, jejas (-), luka (-),
deformitas (-).
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokhor, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+)
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dilanjutkan di status lokalis
Leher : kaku, jejas (-)
KGB : Tidak ditemukan pembesarab Kgb
Thorax
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi: iktus cordis teraba di LMCS RIC V,
tidak kuat angkat.
Perkusi : Batas jantung kanan di LSD RIC IV.
Batas jantung kiri di LMCS RIC V.
Batas atas jantung , di LSS RIC II.
Batas pinggang jantung, di LPS RIC V, 2
jari medial.

Auskultasi : SI dan S2 Regular, bising (-),


gallop (-).
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis
dan dinamis.
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikular, Ronkhi (-), Wheezing (-).

Abdomen,
Inpeksi : Perut membuncit ( - ), Venektasi ( - ), Jaringan
Parut ( - )
Palpasi : Sulit dinilai ,perut teraba keras sperti papan (+)
Perkusi : Tympani di 9 regio abdome
Auskultasi : Bising usus ( + ) normal

Ekstremitas : Edema ekstremitas (-), akral hangat (+)


Kekuatan otot sulit dinilai
Status Lokalis Regio Oralis
Inspeksi : tampak kesulitan membuka mulut
Palpasi : trismus (+) 3 cm.

Status lokalis Regio abdomen


Inspeksi : Perut tampak kaku
Palpasi : Keras seperti papan

Regio Facialis
Inspeksi: Alis tertarik keatas, dahi tampak
mengkerut, sudut mulut tertarik keluar
dan bawah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Hb : 12,8 g/dL
Hematokrit : 37%
Lekosit : 11800/uL
Trombosit : 310.000/uL

Diagnosis : Trismus ec Susp Tetanus


PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Diazepam 5 mg IV ( amp ), 3 jam berikutnya
lanjut 2 mg IV
Metronidazol inf 150 mg( habis dalam 1 jam ),
lanjut 300 mg 6 jam berikutnya ( habis dalam 1 jam
)
HTIG 250 IU 1X1
Paracetamol tab 3 x1

Non Farmakoterapi
ML TKTP 1700 kkal
IVFD KaEn 1B 26 tts/i
O2 3 liter/i
Pasang Ngt
Diagnosis : Trismus ec tetanus

PENATALAKSANAAN
Pembersihan luka :
Luka dibersihkan
Dibuat insisi cross insisi
Luka dibiarkan terbuka dibilas nacl dan h2o2

Farmakoterapi
Diazepam 3 mg IV ), 3 jam berikutnya lanjut 2 mg IV
Metronidazol inf 50 mg( habis dalam 1 jam loading dose), lanjut 100
mg 6 jam selama 7-10 hari berikutnya ( habis dalam 1 jam )
Tetagam 250 IU 6X1 ( 1500 3000 iu ) untuk anak.
Non Farmakoterapi
MC TKTP 100 kkal
IVFD KaEn 1B 10 tts/i
O2 2 liter/i
Pasang Ngt
Terapi Suportif
1. Bebaskan jalan nafas
2. Hindari aspirasi
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
5. Isolasi diruangan dan bebas dari
rangsangan luar dan hindari ruangan yang
bising
6. Posisi tubuh diubah tiap 12 jam
Ajuran :

1. Pemeriksaan biakan kuman tetanus


2. Pemeriksaan elektrolit ( natrium, kalium ,
kalsium )
3. EKG

Anda mungkin juga menyukai