Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN ASMA

BRONKIAL
BY LENSI TIRTA TRIBUANA
1. Mencegah ikatan Alergen-IgE
 Hiposensitisasi → menyuntikkan dosis kecil
alergen yg dosisnya makin ditingkatkan →
membentuk IgG → mecegah ikatan IgE pd sel
mast.
2. Mencegah pelepasan mediator
 Natrium kromolin → mencegah spasme bronkus
yg dicetuskan oleh alergen, tidak dapat mengatasi
spasme bronkus yg telah terjadi tp dipakai
sebagai obat profilaktik pd terapi pemeliharaan
dan efektif untuk asma anak yg penyebabnya
alergi.
 obat gol Agonis beta 2 maupun teofilin →
brokodilator dan mecegah pelepasan mediator.
3. Melebarkan saluran nafas dengan
bronkodilator
 simpatomimetik:
• agonis beta 2 (salbutamol, fenoterol, prokaterol) →
mengatasi asma akut. Dapat diberikan secara inhalasi
memalui MDI dan nebulizer.
• epinefrin: diberikan subkutan pengganti agonis beta 2
hanya pd asma anak dan dewasa muda.
 Aminofilin: asma akut → dosis awal diikuti dosis
pemeliharaan.
 Kortikosteroid sistemik: tidak termasuk obat gol
bronkodilator tp dapat melebarkan saluran napas →
serangan asma akut dan pemeliharaan asma berat.
 Antikolinergik (lipatropium bromida): suplemen
bronkodilator agonis beta 2 pada serangan asma.
4. Mengurangi respons dg jalan meredam
inflamasi saluran napas
 natrium kromolin
 kortikosteroid
5. Obat-obat anti asma
 Pecegah (controller): Kortikosterod hirup dan sistemik,
natrium kromolin, natrium nedokromolin, teofilin lepas
lambat (TLL), agonis beta 2 kerja panjang hirup
(salmaterol dan formoterol) dan oral, dan obat anti alergi.
Falmaterol, antileukotrien dan anti IgE.
 Penghilang gejala (reliever)
 Penghilang gejala (reliever)
 Agonis beta 2 hirup ( fenoterol, salbutamo, terbutalin) →
COD utk gejala asma akut dan mecegah asma saat
kegiatan jasmani dan sebagai penghilang gejala pd asma
episodik.
 Kortikosteroid sistemik pd asma akut → mecegah
perburukan gejala lebih lanjut.
 Antikolinergik hirup atau ipatropium bromida sebagai
tambahan terapi agonis beta 2 hirup pada asma akut dan
sebagai obat alternatif pd pasien yg tidak dapat
mentoleransi efek samping agonis beta 2.
 Teofilin maupun agonis beta 2 oral dipakai pd pasien yg
tidak bisa memakai sediaan hirup.
Pengobatan asma menurut GINA
(global initiative for asthma)
1. Bila hubungan yg baik antara pasien
dengan dokter.
2. Identifikasi dan kurangi pemaparan faktor
resiko.
3. Penilaian, pengobatan dan pemantauan
keadaan kontrol asma
 pengukuran kontrol asma.
Pengobatan asma berdasarkan sistem wilayah
bagi pasien.
 pengukuran kontrol asma: diperkenalkan oleh Nathan
dkk yg berisi 5 pertanyaan dan masing-masing
pertanyaan mempunyai skor 1-5 sehingga nilai terendah
ACT adalah 5 dan tertinggi 25. interpretasi dari skor
tersebut adalah
 bila kurang atau sama dg 19 → asma tidak terkontrol sdgkan
dibawah 15 terkontrol buruk.
 20-24 → terkontrol baik.
 25 → terkontrol total atau sempurna

 pengobatan asma berdasarkan sitem wilayah bagi


pasien: mengetahui perjalanan dan kronisitas asma,
memantau kondisi penyakitnya, mengenal tanda serangan
asma dan dapat bertidak mengatasi kondisi tersebut →
menggunakan peak flow meter mengukur secara teartur
setiap hari dan mebandingkan nilai APE yg didapat pd
waktu itu dg nilai terbaik APE pasien.
4. Merencanakan pengobatan asma akut
(serangan asma)
 pengobatan asma akut
 Pemberian oksigen 1-3 liter/menit diusahakan mencapai Sa
O2 ≥ 92%
 Bronkodilator: agonis beta 2 hirup (kerja pendek) obat anti
asma pd serangan asma baik MDI atau nebulizer.
 Serangan asma ringan/sedang: Aerosol 2-4 kali setiap 20
menit.
 Obat anti asma lain: antikolinergik hirup, teofilin, dan
agonis beta 2 oral → obat alterntif karna kerja nya lama
dan efek sampingnya besar.
 Kortikosteroid sistemik: diberikan bila respon thd agonis
beta 2 tidak memuaskan. Dosis prednisolon diberikan
berkisar antara 0.5-1 mg/kgBB

Anda mungkin juga menyukai