Anda di halaman 1dari 40

THIS IS YOUR

PRESENTATION TITLE
HELLO!
I am Jayden Smith
I am here because I love to give presentations.
You can find me at @username
Transition headline
Let’s start with the first set of slides
Big concept
Bring the attention of your audience over a
key concept using icons or illustrations
✘ FISIOLOGI
Mekanisme Autoregulasi

✘ Terdapat 3 mekanisme yang berbeda, yang diajukan sebagai yang


bertanggung jawab pada respon crebrovasculer terhadap perubahan
tekanan perfusi.
1. Myogenic theory : perubahan tekanan intravaskuler mengubah strecth
forces pada vaskuler smooth muscle cell dan sel ini secara intrinsic
berkontraksi dan membesar sebagai respons terhadap berbagai tingkatan
strecth.
2. Neurogenic theory : menyatakan bahwa pusat otak yang spesifik
mempunyai hubungan arteri lansung dan tidak langsung dan respon
vaskuler dimediasi melalui hubungan ini.
3. Metabolic theory : mengusulkan bahwa hasil metabolisme otak mengatur
pressure autoregulation.
Myogenic response secara keseluruhan berhubungan dengan perubahan pada
tekanan perfusi dan merupakan teori yang didukung dengan baik oleh bukti-bukti
terbaru. Yang jelas ketiga teori ini tidaklah berdiri sendiri karena pressure
autoregulation merupakan suatu proses dinamis, sehingga dapat menyebabkan
serangkaian kombinasi dari berbagai mekanisme. Sebagai contoh : komponen
permulaan yang diberikan pengaturan kasar dari aliran, bisa meruopakan
Myogenic karena dilatasi atau kontraksi smooth, muscle, terjadi hampir simultan
dengan perubahan tekanan perfusi. Respon ini dapat diikuti oleh pengaruh
neurogenic, karena suatu masa laten yang khas sekitar 10-15 detik diperlukan oleh
neurocirutry untuk menyesuaikan responnya. Terakhir, mungkin metabolic
mechanism, yang mempunyai onset yang lebih lambat dan penyelesaiannya
lambat, yang mengatur komponen dari respon autoregulation.
Refleks fisiologis

✘ Reflek Fisiologis merupakan reflek


yang tersedia pada orang yang
normal
Ex : refleks regang
 Refleks Biceps (BPR) ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada
sendi siku. Respon fleksi lengan pada sendi siku.
 Refleks Triceps (TPR) ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon tensi lengan bawah
pada sendi siku.
 Refleks Periosto Radialis tukan pada periosteum ujung distal os posisi
simetris lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon fleksi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi
m.brachiradialis.
 Refleks Periostoulnaris ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna,
posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon
pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator kuadrat
 Refleks Patela (KPR) = ketukan pada tendon patella dengan
palu. Respon plantar fleksi longlegs karena kontraksi
m.quadrises femoris.
 Refleks Achilles (APR) = ketukan pada tendon achilles.
Respon plantar fleksi longlegs karena kontraksi
m.gastroenemius
 Refleks Klonus Lutut = pegang dan dorong os patella ke arah
distal. Respon kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris
selama rangsangan berlangsung
 Refleks Klonus Kaki = dorsofleksikan longlegs secara
maksimal, posisi tungkai fleksi sendi lutut. Respon kontraksi
reflektorik otot betis selama rangsangan berlangsung.
Upper motor neuron
✘ Berdasarkan perbedaan anatomik dan
fisiologi kelompok UMN dibagi menjadi :
1. jaras piramidal = traktus kortiko spinal
dan traktus kortiko bulbar.
2. ekstrapiramidal.
Jaras piramidal:

 Traktus kortiko spinal yaitu traktus yang berjalan melalui


koters serebri precentralis, korona radiata, kapsula interna,
pedunkulus serebri, pons dan basal medula kemudian
menyilang di daerah dekusasio piramidalis menjadi traktus
kortiko spinal lateral. Sedang traktus kortiko spinal yang
tidak menyilang menjadi traktus kortiko spinal anterior,
serabut ini menyilang lebih bawah melalui komisura anterior
medula spinalis. Kedua jenis traktus kortiko spinal menuju
cornu anterior medula spinalis. Traktus kotiko spinal
memiliki fungsi untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan
anggota gerak.
 Traktus kortiko nuklear yaitu impuls yang disalurkan dari dari
area motorik di korteks precentralis, menuju sustansia alba
serebri, krus posterior kapsula interna, bagian sental pedenkuus
serebri, menuju nukleus kranial batang otak. Traktus kortiko
bulbar memiliki fungsi untuk gerakan otot kepala dan leher
(Mardjono, 2010).
Jaras ekstrapiramidal:
yaitu terdiri atas kompenen-kompenen, yakni: corpus striatum,
globus palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamik,
substansia nigra, formatio retikularis batang otak, serebelum
berikut dengan korteks motorik tambahan. Jaras
ektrapiramidal mebentuk sebuah sirkuit striatal bersama-sama
dengan komponennya. Jaras ektrapiramidal menerima
masukan sensorik (input) melalui impuls ascenden non
spesifik ( sistem retikulo sistem) dan menyalurkan impuls
motorik hasil pengolahan sirkuit striatal ke motor neuron
(Mardjono, 2010).
Sindorm paresis spastik sentral, yaitu kumpulan gejala yang
timbul akibat adanya lesi di salah satu bagian dari Uper Motor
Neuron, sindrom tersebut antara lain.
• Penurunan kekuatan otot dan gangguan kontrol motorik halus.
• Peningkatan tonus spastik
• Reflek regang yang berlebihan/ hiperreflek.
• Klonus
• Hilangnya reflek ekteroseptif (reflek abdominal, reflek plantar,
dan reflek kremaster)
• Reflek patologis
• Masa otot tetap baik (Mardjono, 2010).
✘ PATOFISIOLOGI
Afasia
✘ Kelainan yang terjadi karena kerusakan dari
bagian otak yang mengurus bahasa.
✘ yaitu kehilangan kemampuan untuk
membentuk kata-kata atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti kata-kata
sehingga pembicaraan tidak dapat
berlangsung dengan baik.
 Afasia menimbulkan problem dalam bahasa lisan (bicara
dan pengertian) dan bahasa tulisan (membaca dan
menulis). Biasanya membaca dan menulis lebih terganggu
dari pada bicara dan pengertian.
 Afasia bisa ringan atau berat. Beratnya gangguan
tergantung besar dan lokasi kerusakan di otak.

Pembagian Afasia :
1. Afasia Motorik (Broca)
2. Afasia Sensorik (Wernicke)
3. Afasia Global
Afasia Motorik :
- Terjadi karena rusaknya area Broca di gyrus frontalis inferior.
- Mengerti isi pembicaraan, namun tidak bisa menjawab atau
mengemukakan pendapat
- Disebut juga Afasia Expressif atau Afasia Broca
- Bisa mengeluarkan 1 – 2 kata(nonfluent)

Afasia Sensorik
- Terjadi karena rusaknya area Wernicke di girus temporal superior.
- Tidak mengerti isi pembicaraan, tapi bisa mengeluarkan kata-
kata(fluent)
- Disebut juga Afasia reseptif atau Afasia Wernicke
Afasia Global
- Mengenai area Broca dan Wernicke
- Tidak mengerti dan tida bisa mengeluarkan kata kata

adalah bentuk afasia yang paling berat. Ini disebabkan lesi yang
luas yang merusak sebagian besar atau semua area bahasa pada
otak. Keadaan ini ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang sekali
bahasa spontan dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan
secara berulangulang, misalnya “baaah, baaah, baaah” atau “maaa,
maaa, maaa”. Pemahaman bahasa hilang atau berkurang. Repetisi,
membaca dan menulis juga terganggu berat. Afasia global hampir
selalu disertai dengan hemiparese atau hemiplegia.
Hemiplegi
✘ Hemplegia berarti kelumpuhan total dari satu sisi
tubuh termasuk wajah, lengan dan kaki.
Hemiplegia paling banyak terjadi karena adanya
rupture arteri yang memperdarahi korteks motorik
primer. Darah yang seharusnya berada di dalam
arteri merembes keluar sehingga mengurangi suplai
nutrisi terutama supai oksigen, hal itu
memungkinkan sel saraf untuk mengalami kematian
yang dapat menyebabkan kelumpuhan sesisi.
Selain itu, darah yang keluar dari arteri meneken sistem piramidalis yang
mengganggu impuls saraf atau perintah yang di berikan oleh girus
presentralis. Tekanan darah ini mengganggu kapsula interna sebagai tempat
di bentuknya jaras kortikospinalis dan kortikobular di daerah genu sampai
krus posterior, gangguan ini juga dapat menyebabkan lesi di daerah kapsula
interna sehingga kapsula interna ini tidak dapat meneruskan perintah yang
di berikan untuk sampai di kornu anterior dorsalis untuk di teruskan ke otot
yang di tuju demi menghasilkan gerakan yang di inginkan.

Hemiplegia yang di terjadi pada batang otak sesisi dinamakan hemiplegia


alternans. Hemplegia alternans mempunyai 3 jenis yang berbeda dan
mempengaruhi sraf cranial yang berbeda pula.
Refleks patologi
✘ REFLEKS PATOLOGIS UNTUK EKSTREMITAS
SUPERIOR:
1. Refleks Tromner
Cara: pada jari tengah gores pada bagian dalam
+ : bila fleksi empat jari yang lain

2. Refleks Hoffman
Cara : pada kuku jari tengah digoreskan
+ : bila fleksi empat jari yang lain
 REFLEKS PATOLOGIS UNTUK EKSTREMITAS INFERIOR:

1. Babinski : gores telapak kaki di lateral dari bawah ke atas ==> + bila
dorsofleksi ibu jari, dan abduksi ke lateral empat jari lain
2. Chaddok : gores bagian bawah malleolus medial ==> + sama dengan
babinski
3. Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang jari tengah dan jari
telunjung di sepanjang os tibia/cruris ==> + sama dgn babinski
4. Gordon : pencet/ remas m.gastrocnemeus/ betis dengan keras==> + sama
dengan babinski
5. Schaeffer : pencet/ remas tendo achilles ==> + sama dengan babinski
6. Gonda : fleksi-kan jari ke 4 secara maksimal, lalu lepas ==> + sama
dengan babinski
7. Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/ pangkal ==> + sama
dengan babinski
Parese nervus fasialis
✘ P a r e s e nervus fasialis merupakan
kelumpuhan otot-otot wajah

✘ D a p a t terjadi sentral dan perifer

✘ B i l a kerusakan lebih dari setengah atau lebih jaras


* paralisis pada wajah,
* kekeringan pada mata atau mulut,
* gangguan dalam pengecapan
Defenisi :
Kelumpuhan nervus fasialis ( N VII )
kelumpuhan otot-otot wajah dimana pasien tidak atau kurang
dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah pasien tidak
simetris, tampak sekali ketika pasien diminta untuk
menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi.
Etiologi:
1. Kongenital
2. Infeksi
3. Tumor
4. Trauma
5. Gangguan Pembuluh Darah
6. Idiopatik(Bell’s palsy)
7. Penyakit-penyakit tertentu
Lesi sentral dan perifer:
a. Lesi pada bagian
sentral, yang lumpuh
adalah bagian bawah
dari wajah
b. Lesi bagian perifer,
yanglumpuh adalah
semua otot sesisi wajah
dan mungkin juga
termasuk saraf yang
mengurus pengecapan
dan salivasi
Lokasi lesi:
1. Lesi diluar foramen
stilomastoideus
2. Lesi di kanalis
Fasialis(melibatkan korda
tympani)
3. Lesi dikanalis fasialis lebih tinggi
lagi(melibatkan m.stapedius)
4. Lesi dikanalis fasialis lebih tinggi
lagi(melibatkan ganglion genikulatum)
5. Lesi di meatus akustikus
internus
6. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis di
dari pons
Klasifikasi Parese nervus Fasialis

1. Grade I : normal disfungsi


2. Grade II : ringan
3. Grade III : disfungsi sedang
4. Grade IV : disfungsi sedang - berat
5. Grade V : disfungsi berat
6. Grade VI : total parese
House-Brackmann I
I (normal) Normal symmetrical function in all areas
House-Brackmann II
G r o s s : kelemahan sedikit pada inspeksi dekat,
sedikit sinkinesis
II A t rest : simetris dan selaras
Mild dysfunction/ Motion :
barely noticeable)  Forehead : sedang-baik
 Eye : menutup mata dengan usaha minimal
 Mouth :asimetris
House-Brackmann III
G r o s s : terlihat tapi tidak tampak perbedaan antara
III kedua sisi, adanya sinkinesis, dapat ditemukan spasme
Moderate atau kontraktur hemifasial
dysfunction/ A t rest : simetris dan selaras
obvious difference Motion :
 Forehead : ringan-sedang
 Eye : dengan usaha
 Mouth : sedikit lemah dengan pergerakanmaksimum
House-Brackmann IV
G r o s s : tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan
IV asimetri
Mo derately Motion :
severe  Forehead : tidak ada
dysfunctio n  Eye : tidak dapat menutup mata dengan sempurna
 Mouth : tampak asimetris dan sulit digerakkan
House-Brackmann V
G r o s s : wajah tampak asimetris, pergerakan wajah tidak ada
dan sulit dinilai,
V
Motion :
Severe
 Forehead : tidak dapat digerakkan
dysfunction
 Eye : tidak dapat menutup mata
 Mouth : tidak simetris dan sulit digerakkan
House-Brackmann VI
VI
Tidak ada pergerakkan
Total paralysis

Anda mungkin juga menyukai