Anda di halaman 1dari 24

1.

KB ditinjau dari tujuannya

1. Tahdidun nasl/ membatasi kelahiran


Jelas hukumnya terlarang karena bertentangan ajaran Islam. Baik dengan alasan tidak bisa
mencari rezeki ataupun susah dan tidak mau repot mengurus anak.
Allah Ta’ala berfirman,
‫نونجنعكلنناَكككم أنككثننر ننففيِراا‬
Dan Kami jadikan kelompok yang lebih besar. [Al-Isra’: 6]
Dan jumlah yang banyak adalah karunia semua kaum. Kaum Nabi
Syu’aib ‘alaihissalam diperingati tentang karunia mereka,
‫نواكذكككروكا إفكذ ككنتككم قنفليِلا فننكثثنركككم‬
Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah
kamu. [Al-A’raf: 86]

2.] tandzimun nasl/mengatur jarak kelahiran


Hal ini boleh jika dengan alasan kesehatan dan berdasarkan saran dari dokter yang terpercaya,
karena jika sudah jelas berdasarkan fakta dan penelitian bahwa itu berbahaya maka tidak boleh
dilakukan. Allah Ta’ala berfirman,
‫ب اكلكمكحفسفنيِنن‬ ‫نولن تككلكقوكا بفأ نكيفديكككم إفنلىَ التثكهلكنكفة نوأنكحفسنكنوكا إفثن ا‬
ِ‫ان يكفح ب‬
“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”[Al-Baqarah: 195]
Kb ditinjau dari metodenya:

Metode yg boleh adalah


• Metode penanggalan → Yaitu mengetahui masa subur istri. Masa subur istri
adalah 14 hari setelah hari pertama menstruasi, empat hari sesudah ataupun
sebelumnya bisa terjadi masa subur.
• ‘azl → mengeluarkan air mani di luar vagina. Hukum ‘Azl ada perselisihan diantara
ulama, namun pendapat terkuat adalah mubah.
• Metode barier/kondom
• metode hormon baik dengan obat dan suntik KB → Sebaiknya metode ini baru
digunakan jika metode di atas (penanggalan, kondom dan ‘azl )tidak bisa
digunakan atau tidak sanggup dilakasanakan
• metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim [AKDR] misalnya spiral → secara medis
insya Allah tidak merusak rahim sehingga tidak haram. Hanya sebgai pencegah atau
mematikan sperma ketika hendak masuk ke rahim

Metode yang haram adalah


• vasektomi dan tubektomi → istilah awam disebut Steril, yaitu metode yang
membuat laki-laki atau wanita tidak bisa mempunyai anak untuk selama-lamanya
dengan metode operasi tertentu.
2. ABORSI:

Pengertian → Aborsi atau Abortus dalam bahasa latin, adalah


berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin.
• Spontaneous Abortion adalah kandungan yang gugur karena
trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami yang tidak disengaja
atau memang sudah alamiah mengalami keguguran
• Induced Abortion atau Procured Abortion adalah pengguran
kehamilan yang disengaja . istilah lainnya adalah Therapeutic
Abortion yaitu pengguguran yang dilakukan karena dapat
mengancam rohani atau fisik si ibu. Biasanya dilakukan pula
karena korban pemerkosaan.
• Eugenic Abortion adalah pengguguran yang dilakukan karena
janin mengalami cacat yang dapat membahayakan jika terus
dilakukan.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005, tentang Aborsi
menetapkan ketentuan hukum Aborsi sebagai berikut;

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada


dinding rahim ibu (nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat
ataupun hajat. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang
apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati
atau hampir mati. Sedangkan Hajat adalah suatu keadaan di mana
seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka
ia akan mengalami kesulitan besar.
a) Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang
membolehkan aborsi adalah:
• Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium
lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya
yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.
• Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
b) Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan
yang dapat membolehkan aborsi adalah:
• Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat
genetic yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan.
• Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh
Tim yang berwenang yang di dalamnya terdapat
antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
c) Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf
b harus dilakukan sebelum janin berusia 40 hari.
3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada
kehamilan yang terjadi akibat zina.
3. Hukum bayi tabung dalam islam
1) Mendatangkan Pihak Ketiga Sehingga Haram→ Metode bayi tabung dan juga
inseminasi merupakan metode yang mempergunakan pihak ketiga selain dari suami dan
istri dalam memanfaatkan sperma, sel telur atau rahim dan juga bisa dilaksanakan
sesuah berakhir sebuah ikatan perkawinan. Dengan penggunaan pihak ketiga ini, maka
metode bayi tabung dikatakan haram seperti pendapat banyak ulama mu’ashirin.
2) Menggunakan Rahim Wanita Lain Adalah Haram → Apabila metode dengan
inseminasi buatan yang terjadi di luar rahim antara sperma dan sel telur dan ri suami
istri sah akan tetapi fertilisasi atau pembuahan dilaksanakan pada rahim wanita lainnya
yang merupakan istri kedua dari pemilik sperma, maka para ulama memiliki perbedaan
pendapat dan lebih tepatnya tetap diharamkan sebab ada peran pihak ketiga dalam
pelaksanaannya.
3) Bayi Tabung Pada Masa ‘Iddah Hukumnya Haram → Apabila metode yang
dilakukan yakni bayi tabung dan inseminasi sesudah wafat sang suami, maka para
ulama juga memiliki perbedaan pendapat dan tetap mengharamkan sebab sang suami
sudah wafat sehingga akan pernikahan juga sudah berakhir. Jika masa inseminasi
dilakukan pada ‘iddah, maka ini menjadi pelanggaran karena saat berada dalam masa
‘iddah masih membuktikan rahim tersebut kosong.
4) Diperbolehkan Dalam Ikatan Suami dan Istri
5) Bayi Tabung Dengan Jenis Kelamin Sesuai Keinginan
– Memiliki Tujuan Untuk Menyelamatkan Penyakit Turunan
– Tidak Diperbolehkan Jika Hanya Mengikuti Keinginan
4. BANK ASI

• Pengertian Bank ASI


Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI yang
kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI sendiri
ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi
pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang
didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri Semua ibu donor
diskrining dengan hati-hati. Ibu donor harus memenuhi syarat, yaitu non-perokok,
tidak minum obat dan alkohol, dalam kesehatan yang baik dan memiliki kelebihan
ASI.
• Batasan Umur Anak Menerima ASI
Para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan umur ketika menyusui
yang bisa menyebabkan kemahraman. Mayoritas ulama mengatakan bahwa
batasannya adalah jika seorang bayi berumur dua tahun ke bawah. Dalilnya adalah
firman Allah swt
(QS. Al-Baqarah: 233)
• Jumlah Susuan
Madzhab Syafi'i dan Hanbali mengatakan bahwa susuan yang mengharamkan
adalah jika telah melewati 5 kali susuan secara terpisah. Kapan bayi dianggap
sebagai satu susuan? Yaitu jika dia menyusui, setelah kenyang dia melepas susuan
tersebut menurut kemauannya. Jika dia menyusu lagi setelah satu atau dua jam,
maka terhitung dua kali susuan dan sampa menyusu lagi, maka hal itu dihitung satu
kali susuan saja.
• Cara Menyusu
 Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara menyusu yang bisa
mengharamkan. Mayoritas ulama mengatakan bahwa yang penting adalah
sampainya air susu tersebut ke dalam perut bayi, sehingga membentuk daging
dan tulang, baik dengan cara menghisap puting payudara dari perempuan
langsung, ataupun dengan cara as-su'uth (memasukkan susu ke lubang
hidungnya), atau dengan cara al-wujur (menuangkannya langsung ke
tenggorakannya), atau dengan cara yang lain.
 Adapun Madzhab Dhahiriyah mengatakan bahwa persusuan yang
mengharamkan hanyalah dengan cara seorang bayi menghisap puting payudara
perempuan secara langsung. Selain itu, maka tidak dianggap susuan yang
mengharamkan. Mereka berpegang kepada pengertian secara lahir dari kata
menyusui yang terdapat di dalam firman Allah.
• Hukum Jual Beli ASI
Adapun Hukum pendirian jual belikan ASI ada 2 pendapat:
 Pertama, tidak boleh menjualnya. Ini merupakan pendapat ulama madzhab
Hanafi kecuali Abu Yusuf.
 Kedua, pendapat yang mengatakan dibolehkan jual beli ASI manusia. Ini
merupakan pendapat Abu Yusuf (pada susu seorang budak), Maliki dan Syafii,
Khirqi dari madzhab Hanbali, Ibnu Hamid, dikuatkan juga oleh Ibnu Qudamah
dan juga madzhab Ibnu Hazm.

• Hukum pendirian Bank ASI


Adapun Hukum pendirian bank ASI ada 3 pendapat
1. Pendapat Pertama menyatakan bahwa mendirikan bank ASI hukumnya boleh.
Salah satu alasannya: Bayi tidak bisa menjadi mahram bagi ibu yang disimpan ASI-
nya di bank ASI.
2. Pendapat Kedua menyatakan hukumnya haram. Menimbang dampak buruknya
menyebabkan tercampurnya nasab.
3. Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan jika telah
memenuhi beberapa syarat yang sangat ketat.
5. KHITAN

• Pengertian
Khitan menurut bahasa berasal dari akar kata arab khatana yakhtanu,khatnan yang berarti
"memotong". Berdasarkan ilmu syar'I pengertian khitan berbeda untuk laki-laki dan
perempuan. Khitan bagi laki-laki adalah memotong kulit yang menutupi hasyafah (kepala
kemaluan), sehingga menjadi terbuka. Sedangkan khitan bagi perempuan adalah membuang
bagian dalam faraj yaitu kelentit atau gumpalan jaringan kecil yang terdapat pada ujung
lubang vulva bagian atas kemaluan perempuan. Khitan bagi laki-laki dinamakan juga l'zar
dan bagi perempuan disebut khafd. Namun keduanya lazim disebut khitan.

• Manfaat Khitan
Di antara hikmah-hikmah khitan yang terkandung dari pelaksanaan khitan adalah:
1.Khitan merupakan pangkal fitrah, syiar Islam dan syari'at.
2.Khitan merupakan salah satu masalah yang membawa kesempumaan ad-Din yang
disyari'atkan Allah swt.
3. Khitan itu membedakan kaum muslimin daripada pengikut agama lain.
4.Khitan merupakan pernyataan Ubudiyah terhadap Allah swt, ketaatan melaksanakan
perintah, hukum dan kekuasaannya.
• Hukum Khitan Menurut Imam Mazhab
Hukum dasar khitan menurut beberapa mazhab berbeda-beda. Menurut beberapa fuqaha mengenai
hukum dasar khitan adalah sebagai berikut
1.Mazhab Syafi'i. Menurut mazhab Syafi'i, khitan bagi laki-laki dan perempuanhukumnya wajib. Hal ini
didasarkan pada Al Qur'an, surah An Nahl 123.
2.Mazhab Hambali Menurut mazhab Hambali, khitan bagi laki-laki hukumnya wajib dan khitan
memuliakan bagi perempuan. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah saw, "Khitan itu sunah buat laki-
laki dan memuliakan buat wanita" (Ahmad dan Baihaqi).
3.Mazhab Maliki dan Hanafi Menurut kedua mazhab ini hukum khitan adalah sunnah muakkad bagi
laki-laki dan perempuan, dalilnya: Dari Anas Ibn Malik R.a, bahwa Nabi Muhammad SAW
memerintahkan kepada Ummu Athiyyah, tukang khitan perempuan di Madinah: "Sentuhlah sedikit saja
dan jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian kenikmatan perempuan dan kecintaan suami" (HR
Abu Dawud).

• Khitan Bagi Laki-Laki


Khitan pada anak laki-laki dilakukan dengan cara memotong kulup(galfab/preputium) atau kulit yang
menutupi ujung zakar. Minimal menghilangkan apa yang menutupi ujung zakar dan disunnahkan untuk
mengambil seluruh kulit di ujung zakar tersebut Al-Imam al-Mawardi telah menjelaskan, untuk
melaksanakan khitan ada dua waktu, waktu yang wajib dan waktu yang mustahab (sunnah). Waktu
yang wajib adalah ketika seorang anak mencapai baligh, sedangkan waktu mustahab sebelum baligh.
Boleh pula melakukannya pada hari ketujuh setelah kelahiran. Juga disunnahkan untuk tidak
mengakhirkan pelaksanaan khitan dari waktu mustahab kecuali karena ada uzur.
• Khitan bagi wanita.
Khitan bagi perempuan adalah memotong sedikit kulit (selaput) yang menutupi ujung
klitoris (preputium clitoris) atau membuang sedikit dari bagian klitoris (kelentit) atau
gumpalan jaringan kecil yang terdapat pada ujung lubang vulva bagian atas kemaluan
perempuan. Khitan bagi laki-laki dinamakan jugal'zar dan bagi perempuan disebut khafd.
Bagi wanita fungsi khitan adalah (di antaranya) untuk menstabilkan rangsangan
syahwatnya. Jika dikhitan terlalu dalam bisa membuat dia tidak memiliki hasrat sama
sekali, sebaliknya, jika kulit yang menonjol ke atas vaginanya (Klitoris) tidak dipotong
bisa berbahaya, karena kalau tergesek atau tersentuh sesuatu dia cepat terangsang. Maka
Rasulullah SAW bersabda kepada tukang khitan wanita (Ummu AThiyyah), yang artinya.
"Janganlah kau potong habis, karena (tidak dipotong habis) itu lebih menguntungkan bagi
perempuan dan lebih disenangi suami

• Hukum khitan.
Ulama-Ulama Yang Mengatakan Wajib Imam Nawawi mengatakan bahwa jumhur atau
mayoritas ulama menetapkan khitan itu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Kalau
menurut Imam Ibn Qudamah malah lain lagi. Menurut beliau jumhur menetapkan bahwa
khitan wajib bagi laki-laki tapi dianjurkan (mustahab) bagi perempuan.
‫ِ نوتنكقفليِكم الن ك‬،‫ب‬
‫ِ نوننكت ك‬،‫ظنفاَفر‬
‫ف النباَفط‬ ‫ص الثشاَفر ف‬ ‫الفف ك‬
ْ‫طنرةك نخكم س‬
ِ‫ِ نوقن ب‬،‫ِ نوافلكستفكحنداكد‬،‫ الفخنتاَكن‬:‫س‬
“Fitrah itu ada lima: (1) khitan; (2) mencukur bulu kemaluan; (3)
memotong kumis; (4) memotong kuku; dan (5) mencabut bulu
ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 257)
6. TRANSPLANTASI ORGAN
• Pengertian
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik . pada saat
ini juga, ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang memerlukan,
walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang buta.

• Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri—sendiri, yaitu;
a. Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi cermat dan general check
up, baik terhadap donor maupun terhadap penerima (resepient), demi menghindari
kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh resepien, dan
sekaligus mencegah resiko bagi donor.
b. Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera. Untuk tipe ini,
pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat control dan penunjang kehidupan,
misalnya dengan bantuan alat pernapasan khusus. Kemudian alat-alat tersebut di cabut
setelah pengambilan organ tersebut selesai.
c. Donor dalam keadaan meninggal. Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara medis
tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan yudiris dan
harus diperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau di transplantasi.
• Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ
Ada yang mengharamkan dan ada pula yang membolehkannya dengan mengemukakan
alas an masing-masing. Misalnya:
1. Bagi ulama yang mengharamkannya; mendasarkan pendapatnya pada hadits yang
berbunyi:
“Sesungguhnya pecahnya tulang mayat (bila dikoyak-koyak), seperti (sakitnya dirasakan
mayat) ketika pecahnya tulangnya diwaktu ia masih hidup. (H. R. Ahmad, Abu Daud
dan Ibnu Majah yang bersumber dari Aisyah.)
2. Bagi ulama yang membolehkannya; mendasarkan pendapatnya pada hajat
(kebutuhan) orang yang buta untuk melihat, maka perlu ditolong agar dapat terhindar
dari kesulitan yang dialaminya, dengan cara mendapatkan donor mata dari mayat.
Dalam ayat alqur’an disebutkan bahwa:
Artinya :
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung.”
• Donor organ yang di perbolehkan
Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat bahwa transplantasi organ
harus dipahami sebagai satu bentuk layanan altruistik bagi sesama muslim. Pendirian mereka tentang
transplantasi organ dapat diringkas sebagai berikut:
a) Kesejahteraan publik (al-Mashlahah)
Kebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan berikut:
• Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya bentuk (cara) penyembuhan yang bisa ditempuh.
• Derajat keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.
• Ada persetujuan dari pemilik organ yang akan ditransplantasikan atau dari ahli warisnya.
• Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar diakui oleh dokter yang reputasinya
terjamin, sebelum diadakan operasi pengambilan organ.
• Resipien organ tersebut sudah diberitahu tentang operasi transplantasi berikut implikasnya.
b) Altruisme (al-Itsar)
Dalam surat Al-maidah ayat 2 telah menganjurkan bahwa umat islam untuk bekerja sama satu sama lain
dan memperkuat ikatan persaudaraan mereka. Dengan demikian, berdasarkan ajaran diatas, tindakan
seseorang yang masih hidup untuk mendonorkan salah satu organ tubuhnya kepada saudara
kandungnya atau orang lain yang sangat membutuhkan harus dipandang sebagai tindakan altruisme
dari orang-orang yang menyadari bahwa mereka memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
c) Organ Tubuh Non muslim
Kebolehan bagi seorang muslim untuk menerima organ tubuh nonmuslim didasarkan pada dua
syarat berikut ;
1. Organ yang dibutuhkan tidak bisa diperoleh dari tubuh seorang muslim.
2. Nyawa muslim itu bisa melayang jika transplantasi tidak segera dilakukan.
• Donor Organ Yang di Haramkan (tidak diperbolehkan)
Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila :
1. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat, dengan
alasan :
Firman Allah dalam Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut mengingatkan ,
agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi harus memperhatikan akibatnya,
yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri pendonor, meskipun perbuatan itu mempunyai
tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur.
Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera meninggal maka transplantasi tetap
haram hukumnya karena hal itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah.
Dalam hadis nabi dikatakan :
“ Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat
pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)
2. Penjualan Organ Tubuh, mengenai praktik penjualan organ tubuh manusia, ulama sepakat
bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut :
Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya.
Sebuah hadis menyatakan, “ Diantara orang-orang yang akan dimintai pertanggungjawaban di
akhirat adalah mereka yang menjual manusia merdeka dan memakan hasilnya.”
Dengan demikian , jika seseorang menjual manusia merdeka, maka selamanya si pembeli tidak
memiliki hak apapun atas diri manusia itu, karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah
haram. Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan, dalam arti bahwa hal tersebut
dapat mengakibatkan diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran layaknya
komoditi lain.
BEDAH MAYAT
• Pengertian Bedah Mayat
Secara etimologi bedah mayat adalah pengobatan dengan jalan memotong bagian tubuh
seseorang. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Al-Jirahah yang berarti melukai,
mengiris, atau operasi pembedahan.
Sedangkan secara terminologi bedah mayat adalah suatu penyelidikan atau pemeriksaan
tubuh mayat, termasuk alat-alat organ tubuh dan susunannya pada bagian dalam. Setelah
dilakukan pembedahan atau pelukaan, dengan tujuan menentukan sebab kematian
seseorang, baik untuk kepentingan ilmu kedokteran maupun menjawab misteri suatu tindak
kriminal.

• Pembagian Bedah Mayat


Ditinjau dari aspek dan tujuannya bedah mayat dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Bedah Mayat Pendidikan: Ialah pembedahan mayat dengan tujuan menerapkan teori
yang diperoleh oleh mahasiswa kedokteran atau peserta didik kesehatan lainnya sebagai
bahan praktikum tentang ilmu viral tubuh manusia (anatomi).
Praktek yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran untuk mengetahui seluk-beluk organ
tubuh manusia. Agar bisa mendeteksi organ tubuh yang tidak normal dan terserang
penyakit untuk mengobatinya sedini mungkin atau tujuan lainnya seperti untuk mengetahui
penyebab kematiannya seiring maraknya dunia kriminal saat ini, dengan membedah jasad
manusia.
b. Bedah Mayat Keilmuan: Ialah pembedahan yang dilakukan terhadap mayat yang meninggal di rumah
sakit, setelah mendapat perawatan yang cukup dari para dokter. Bedah mayat ini biasanya dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui secara umum atau secara mendalam. Sifat perubahan suatu penyakit
setelah dilakukan pengobatan secara intensif terlebih dahulu semasa hidupnya dan untuk mengetahui
secara pasti jenis penyakit mayat yang tidak diketahui secara sempurna selama dia sakit. Dengan
melakukan otopsi ini seorang dokter dapat mengetahui penyakit yang menyebabkan kematian jenazah
tersebut, sehingga kalau memang itu suatu wabah dan di khawatirkan akan menyebar bisa segera
diambil tindakan preventif, demi kemashlahatan.

c. Bedah Mayat Kehakiman: Yaitu bedah mayat yang bertujuan mencari kebenaran hukum dari suatu
peristiwa yang terjadi, seperti dugaan pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan. Bedah mayat semacam
ini biasanya dilakukan atas permintaan pihak kepolisian atau kehakiman untuk memastikan sebab
kematian seseorang. Misalnya, karena tindak pidana kriminal atau kematian alamiah melalui visum
dokter kehakiman (visum et reperthum) biasanya akan diperoleh penyebab sebenarnya, dan hasil visum
ini akan mempengaruhi keputusan hakim dalam menentukan hukuman yang akan dijatuhkan. Jika
sebelum divisum telah diketahui pelakunya, maka visum ini berfungsi sebagai penguat atas dugaan yang
terjadi. Akan tetapi jika tidak diketahui secara pasti pelakunya dan jika bukan karena kematian secara
alamiah maka bedah mayat ini merupakan alat bukti bahwa kematiannya bukan secara alamiah dengan
dugaan pelakunya orang-orang tertentu.
Seorang hakim wajib memutuskan suatu perkara hukum secara benar dan adil diperlukan bukti-bukti
yang sah dan akurat. Autopsi Forensik merupakan salah satu cara atau media untuk menemukan bukti.
2.1.7. Hukum Bedah Mayat
• Pandangan Ulamat tentang Bedah Mayat (Autopsi)

Secara garis besar, dalam hal ini ada dua pendapat :


1. Pendapat pertama menyatakan semua jenis autopsi hukumnya haram
Alasannya hadits berikut, Dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah SAW
bersabda : “Sesungguhnya mematahkan tulang mayat itu sama (dosanya) dengan
mematahkannya pada waktu hidupnya.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
2. Pendapat kedua menyatakan autopsi itu hukumnya mubah (boleh)
Alasannya, tujuan autopsi anatomis dan klinis sejalan dengan prisip-prinsip yang
ditetapkan Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa seorang
Arab Badui mendatangi Rasulullah SAW seraya bertanya, “Apakah kita harus
berobat?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, hamba Allah. Berobatlah kamu,
sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan juga (menentukan)
obatnya, kecuali untuk satu penyakit, yaitu penyakit tua.” (HR Abu Daud,
Tirmidzi, dan Ahmad).

Anda mungkin juga menyukai