Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Praktik Lapangan Gawat Darurat
Minggu 1 (29 Maret – 02 April 2021)
Dosen Pembimbing : Ria Anggraini, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Di Susun Oleh :
A. DEFINISI
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin
(tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang
belakang, sambungan neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (Smarmo 2002)
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani, bermanifestasi dengan
kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan otot seluruh badan, khususnya otot-otot
massester dan otot rangka.
1. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada
bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
2. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah
otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX,
dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
3. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku kuduk, nyeri
tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang
menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme
berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
4. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila tidak ditanggani,
terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas,
sulit menelan ASI, iritabilitas, spasme.
1. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang, spasitas general,
tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia
2. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat ringan sampai
sedang, gangguan pernapasan sedang RR ≥ 30x/ menit, disfagia ringan.
3. Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek berkepanjangan, RR ≥
40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat, takikardia ≥ 120.
4. Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan sistem kardiovaskuler.
Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah
satunya dapat menetap.
B. ETIOLOGI
Luka tusuk, tembak, bakar, dan kotor
Terkena pecahan kaca atau kaleng
Infeksi gigi atau telinga
Digigit serangga atau hewan
Pemotongan tali pusat BBL
Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat
neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Termasuk
bakteri gram positif. Bentuk: batang. Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan binatang (khususnya
kuda) sebagai spora, debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat bertahan bertahun-tahun (> 40
tahun)
C. MANIFESTASI KLINIS
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) rata-rata 7-10 hari
dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama)
bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama: regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya
dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan
lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2009)
1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut (trismus)
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
a. Otot leher
b. Otot dada
c. Merambat ke otot perut
d. Otot lengan dan paha
e. Otot punggung, seringnya epistotonus
3. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
4. Iritabilitas
5. Demam
1. Keringat berlebihan
2. Sakit menelan
3. Spasme tangan dan kaki
4. Produksi air liur
5. BAB dan BAK tidak terkontrol
6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang
D. PATOFISIOLOGI
tetanus dimulai dengan masuknya spora bakteri Clostridium Tetani melalui luka sebagai port
d’entree. Luka tusuk, jaringan nekrotik dan luka yang terinfeksi merupakan luka yang lebih berisiko
menimbulkan tetanus. Pada luka-luka tersebut tercipta kondisi anaerob yang kemudian menjadi
lingkungan optimal bagi proses germinasi (spora berubah menjadi bentuk vegetatif) dan multiplikasi
bakteri Clostridium Tetani. Pada proses tersebut bakteri Clostridium Tetani akan memproduksi 2 jenis
toksin, yakni tetanospasmin dan tetanolisin. [4,5] Clostridium Tetani juga merupakan bakteri yang
menyebabkan terjadinya tetanus neonatorum.
G. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten
SLKI :
Produksi sputum menurun
Dispnea menurun
Ortopnea menurun
Kesulitan bicara menurun
Sianosis menurun
Gelisah menurun
Frekuensi napas membaik
Pola napas membaik
SIKI :
Latihan batuk efektif
Observasi
Identifikasi kemampuan batuk
Monitor adanya retensi sputum
Monitor dada dan gejala infeksi saluran nafas
Monitor input dan output cairan
Terapeutik
Atur posisi semi Fowler atau Fowler
Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
Buang alua pada tempat sputum
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Anjurkan alua nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Anjurkan mengulangi alua nafas dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah alua nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.
3. Resiko infeksi
Definisi :
Derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi
SLKI :
Kebersihan badan meningkat
Nafsu makan meningkat
Demam menurun
Kemerahan menurun
Nyeri menurun
Bengkak menurun
Cairan berbau busuk menurun
Sputum berwarna hijau menurun
Menggigil menurun
Kadar sel darah putih membaik
Kultur darah membaik
Kultur urine membaik
Kultur area luka membaik
SIKI :
Pencegahan infeksi
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeurik
Batasi jumlah pengunjung
Berikan perawatan kulit pada area edema
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di lingkungan pasien
Pertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Anjurkan mengingkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Hipertermi
Definisi :
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
SLKI :
Menggigil menurun
Kulit merah menurun
Kejang menurun
Konsumsi oksigen menurun
Pucat menurun
Takikardi menurun
Takipnea menurun
Bradikardi menurun
Hipoksia menurun
Suhu tubuh membaik
Suhu kulit membaik
Kadar glukosa darah membaik
Tekanan darah membaik
SIKI :
Manajemen hipertemia
Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (missal: dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
incubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdrosis (keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal ( alua : selimut,hipotermia atau kompres dingin pada leher,
dahi, dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen , jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
5. Deficit nutrisi
Definisi :
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolism
SLKI :
Porsi makan yang dihabiskan meningkat
Kekuatan otot mengunyah meningkat
Kekuatan oto menelan meningkat
Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
Nyeri abdomen menurun
Berat badan indeks massa tubuh (IMT) Membaik
Frekuensi makan membaik
Nafsu makan membaik
Bising usu membaik
Membrane mukosa membaik
SIKI :
Manajemen Nutrisi
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Monitor asupan cairan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan labolatorium
Terapuetik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi memnentukan pedoman diet ( alua : piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (missal: Pereda nyeri, antiemetic). Jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis alua nt yang
dibutuhkan, jika perlu
6. Gangguan mobilitas fisik
Definisi :
Kemampuan dalam Gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
SLKI :
Pergerakan ekstremitas meningkat
Kekuatan otot meningkat
Rentang gerak (ROM) meningkat
Nyeri menurun
Kecemasan menurun
Kaku sendi menurun
Gerakan tidak terkoordinasi menurun
Gerakan terbatas menurun
Kelemahan fisik menurun
SIKI :
Dukungan Mobilisasi
Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Ondentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (missal: pagar tempat tidur)
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Fasilitasi melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (missal: duduk ditempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG: interval CT memanjang karena segment ST. Bentuk takikardi ventrikuler (Torsaderde
pointters)
2. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih rendah kadar fosfat dalam
serum meningkat.
3. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto Rontgen pada jaringan subkutan atau basas
ganglia otak menunjukkan klasifikasi
I. PENATALAKSANAAN
1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
a. hiperimun globulin (paling baik)
Dosis: 3.000-6.000 unit IM
Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan
Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak dapat menembus barier darah-
otak
b. Pemberian ATS (anti tetanus)
ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat clostridium: luka paku
berkarat), luka yang besar, luka yang terlambat dirawat, luka tembak, luka yang terdapat
diregio leher dan muka, dan luka-luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak 1500
IU – 4500 IU ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak berfungsi membunuh kuman
tetanus tetapi untuk menetralisir eksotoksin yang dikeluarkan clostridium tetani disekitar
luka yang kemudian menyebar melalui sirkulasi menuju otak.
2. Perawatan luka
a. Bersihkan, alua perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan terbuka (jaringan nekrosis
atau pus membuat kondisis baik C. Tetani untuk berkembang biak)
b. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24 jam IV) selama 10 hari
c. Alternatif
- Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4 dosis
- Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
- Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat dihentikan
dengan membasmi kuman tersebut.
3. Berantas kejang
a. Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang
b. Preparat anti kejang
c. Barbiturat dan Phenotiazim
- Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2 jam untuk optimum
level, yaitu pasien tenag setengah tidur tetapi berespon segera bila dirangsang
- Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
- Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15 mg/kg BB/24 jam: mungkin
2-6 minggu
4. Terapi suportif
a. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
b. Perawatan umum, oksigen
c. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi
d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral, hindari dehidrasi. Selama
pasase usus baik, nutrisi interal merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah atropi
saluran cerna.
e. Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin
J. KOMPLIKASI
1. Hipertensi
2. Kelelahan
3. Asfiksia
4. Aspirasi pneumonia
5. Fraktur dan robekan otot
K. PENCEGAHAN
1. Imunisasi tetanus
Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah suntukan
a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak
b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa.
Ada juga yang menganjurkan dilakukan imunisasi setiap interval 5 tahun
2. Membersihkan semua jenis luka setelah injuri terjadi, sekecil apapun.
3. Melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
DAFTAR PUSTAKA
Komite medik RSUP Dr. Sardjito, 2000. Standar Pelayanan Medis, Edisi 2, Cetakan I, Medika FK
UGM, Yogyakarta
Mc Closkey, Joanne C and Bulechek, Gloria M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC),
Second edition, Mosby Year Book Inc, St. Louis
Nanda, 2001, Nursing Diagnosis: Definitions & Classification 2001-2002, Ed-, United States of America
Arif, Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis& nanda nic noc jilid 1.
Media Action publishing. Yogyakarta
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1, 2, 3, edisi keempat. Internal Publising.
Jakarta
Sumarmo, herry. 2002. Buku ajar nfeksi dan pediatric tropis edisi kedua.IDAI. Jakarta
http://health.yahoo.com/ency/adam/00615.last diakses pada tanggal 12 Januari 2015
http://Medindia.net/patients/patientinfo/poll/vote_comfirm.asp diakses pada tanggal 12 Januari 2015
http://www.nfid.org/factsheets/tetanusadult.html. diakses pada tanggal 12 Januari 2015
Fadhillah, Hanif, et. al. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : PPNI
Fadhillah, Hanif, et. Al. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : PPNI
Fadhillah, Hanif, et. al. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : PPNI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
NO. MR : xxx
DATA IDENTITAS PASIEN
Kendaraan : Ambulan
Ambulan Mobil pribadi Lainya .......
Lain-lain: -
TRIAGE: Merah
S.Ax : 38,3°C N : 88 x/mnt
Dilakukan jam : 08.50 WIB S.Rec : 38,2 °C T : 140/80 mmHg
Oleh perawat : Ns. I P : 28 x/mnt
Keluhan Utama : BB : 65 Kg
Riwayat Penyakit:
DM
PJK
Asma
Tidak ada
Riwayat Alergi : Kategori Triage :
Ya P1 P2 P3 P4
Tidak
Lain – lain
Keadaan Umum:
Baik
Sedang
Buruk
PRIMARY SURVEY
AIRWAY (A) BREATHING (B) CIRCULATION (C)
Jalan Nafas : Pola Nafas: Nadi:
Paten Apneu Teraba
Tidak Paten Dispneu Tidak teraba
Obstruksi : Bradipneu Sianosis:
Lidah Tachipneu Ada
Cairan Lain ................ Tidak
Benda Asing Bunyi nafas: CRT:
Lain: ....... Vesukuler < 2 detik
Suara Nafas : Bronchovesikuler > 2 detik
Snoring Bronkhial Akral:
Gurgling Suara nafas tambahan: Hangat
Stridor Whezing Dingin
Lain ............ Ronchi Pendarahan:
Rales Ada
Keluhan Lain: Pleural friction rub Tidak
Gerakan dada : Jika ada ........cc
Simetris Lokasinya .................
Asimetris
Irama Nafas: Keluhan Lain:
Reguler .........................................
Ireguler ...
Penggunaan otot bantu nafas:
Retraksi otot dada
Cuping hidung
Sesak Nafas :
Ya
Tidak
RR : 28 x/mnt
Keluhan Lain:
DISABILITY (D) EXPOSURE (E) Keluhan Lain:
Respon :
Alert
Verbal
Pain
Unrespon
Kesadaran kualitatif:
CM
Apatis
Delirium
Somnolen
Lain-lain: ...............
GCS:
Eye :3
Verbal : 3 Deformitas : Ya Tidak
Motorik : 4 Contusio : Ya Tidak
Pupil: Abrasi : Ya Tidak
Isokor
Penetrasi : Ya Tidak
Anisokor
Pinpoint Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Medriasis
Respon cahaya: Di kaki
Ada
Tidak Lokasi trauma : ekstremitas bawah kiri
Luas / kedalaman luka : ±3cm
Keluhan Lain: Skala nyeri : 4
..............................
Keluhan Lain:
.............................................
THERAPI:
Jam Terapi / Tindakan / Konsul Jawaban / catatan
08.30 1. Mengobservasi TTV (11.00)
2. Pemasangan alat oksigenasi
3. Mempertahankan Teknik isolasi TD: 130/80 mmHg, S: 37,8°C
4. Manajemen hipertermi RR: 28 X/Mnt, N: 88 X/mnt
5. Kolaborasi pemberian tx obat :
a. Inf. RL 20 tpm WBC : 11,8 103/ul
b. Ceftriaxone 50 mg
c. PCT 500 mg
6. Mengkonsulkan ke dokter spesialis
a. Pengecekan labolatorium
JAM KELUAR IGD : 11.10 WIB ICU
TINDAK LANJUT
KRS
MRS
PP
Operasi
Pindah ke bag……..
Lain – lain ……….
IDENTITAS
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 42 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki- Laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
6. Bahasa : Jawa dan Indonesia
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan : karyawan bangunan
9. Alamat : Ds. S
10. Alamat yg mudah dihubungi : Ds. S
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit:
Kejang, klien sesal napas, badan terasa kaku semua
b. Keluhan Utama:
Saat awal MRS : Tn. A mengalami penurunan kesadaran dan mengalami kejang, sesak napas
Saat pengkajian : penurunan kesadaran, sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :
Saat awal MRS:
Keluarga Tn. A mengatakan 5hari sebelum dibawa di RSUD Dr. Iskak Tulungagung, dengan
keluhan kaku di kaki tidak bisa digerakkan, kepala terasa berat, pusing, demam. Keluarga Tn.
A mengatakan ada luka di telapak kaki kaki kiri karena terkena pecahan sejak 10 hari sebelum
dibawa ke RSUD Dr. Iskak Tulungagung. Luka cukup dalam tapi tidak lebar, luka sudah di
jahit di Poliklinik dekar rumah klien dan diberi obat, saat mandi sebelum dibawa ke RSUD Dr.
Iskak Tulungagung klien tiba-tiba sesak napas, dada terasa nyeri sehingga keluarga
memanggil ambulance dn saat itu klien mengalami penurunan kesadaran, tim ambulan
memberikan terapi oksigenasi dan infus. Sesampai di IGD dilakukan observasi TTV
didapatkan TD 140/80 mmHg, S: 38.3 °C, N: 88 x/menit, RR: 28 x/menit. Lalu dokter
mendiagnosa tetanus dan mendapat terapi inf. RL 20 tpm, , terapi pentolin nebulizer
Saat pengkajian:
Klien masuk ruang ICU dari IGD Pada tanggal 29 maret 2021 pukul 11.30 dengan keluhan
badan kaku semua, dan sesak napas , pada kaki kiri klien bengkak, ada luka bekas jahitan
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Keluarga Tn A mengatakan Tn.A belum pernah mengalami sakit sampai parah seperti ini, Tn.
A hanya sakit biasa dan sembuh dengan minum obat di warung
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien
Masalah Tidur Tidak ada masalah tidur Saat tidur sering bangun
karena tiba- tiba merasa
nyeri
B. Pola Eliminasi
BAB
- Warna Coklat pekat Coklat
- Bau Khas ammonia Khas ammonia
- Konsistensi Padat Padat
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 1x/ hari 1x/ hari
- Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
- Spontan / Catheter Spontan catheter
- Warna Kuning Kuning pekat
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji 600 cc
- Frekwensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Kesulitan BAK Tidak ada Klien bedrest
- Upaya mengatasi Tidak ada Pemasangan kateter
2. Minum
- Frekwensi ± 1500 ml ± 1000 ml
- Jenis Cair Cair
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Teh manis Air putih
- Yang Tdk disukai Susu Susu
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
- Cairan IV Tidak ada Tidak ada
E. Pola Kegiatan / Aktifitas Bekerja sebagai karyawan Hanya tidur dengan posisi
Lain bangungan miring kanan/ kiri, sesekali
berbaring
F. Kebiasaan
- Merokok Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Alkohol Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Jamu, dll Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KONSEP DIRI
Gambaran Diri :
Dari semua anggota tubuh, klien paling menyukai hidung karena menurut klien mancung
Harga Diri
Klien percaya bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
Ideal Diri
Klien ingin cepat sembuh
Identitas Diri
Klien seorang laki-laki berusia 42 tahun dan mempunya 1 orang istri, 2 anak, dan 1 cucu
Peran
Kepala keluarga
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Klien beribadah sesuai kemampuannya
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Klien meyakini bahwa sehat/ sakit adalah kehendak tuhan
C. Keyakinan terhadap penyembuhan
Klien yakin akan sembuh
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
k/u lemah, mudah tertidur, anemis, mata kecing, mukosa kering
B. Tanda – tanda vital
Suhu Tubuh : 38, 3 °C Nadi : 88 x/menit
Tekanan darah : 140/80 mmHg Respirasi : 28 x/menit
Tinggi Badan : 170 cm Berat Badan : 65 kg
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : oval
Ubun-ubun : normal
Kulit kepala : bersih tidak ada ketombe
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih
Bau : tidak berbau
Warna : hitam
c. Wajah
Warna Kulit : sawo matang
Struktur Wajah : simetris
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan :
Lengkap normal, simetris kanan dan kiri
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
normal, tidak ada odem
c. Konjuctiva dan sklera :
konjungtiva anemis, sclera bening
d. Pupil :
isokor
e. Kornea dan iris
normal
f. Ketajaman penglihatan / visus:
klien tidak berkacamata dan masih bisa melihat jarak jauh dan pendek
g. Tekanan bola mata :
tidak terkaji
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi :
simetris kanan dan kiri
b. Lubang Hidung :
terdapat sputum
c. Cuping hidung :
tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga
a. Bentuk telinga : normal kanan dan kiri
Ukuran telinga : normal kanan dan kiri
Ketenggangan telinga : normal kanan dan kiri
b. Lubang telinga :
liang telinga sedikit kotor, tampak serumen kering
c. Ketajaman pendengaran :
normal kanan dan kiri
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir :
kering, anemis
b. Keadaan gusi dan gigi :
tidak terdapat benjolan dan perdarahan, gigi bersih
c. Keadaan lidah :
normal
d. Orofarings :
tidak terkaji
Leher
a. Posisi trakhea : normal
b. Tiroid : tidak ada pembesaran
c. Suara : tidak ada perubahan
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : tidak ada bendungan
f. Denyut nadi coratis : teraba
Pemeriksaan Integumen ( Kulit )
a. Kebersihan : kulit kering
b. Kehangatan : kulit teraba panas
c. Warna : sawo matang
d. Turgor : Kembali <2detik
e. Tekstur : kasar dan kering
f. Kelembaban : kelembapan berkurang
g. Kelainan pada kulit : tidak ditemukan
Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara :
normal kanan dan kiri
b. Warna payudara dan areola :
normal kanan dan kiri
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting :
tidak ditemukan
d. Axila dan clavicula :
normal kanan dan kiri
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : tidak teraba
- Ictus cordis : ICS 5 mid clavicula sinistra
Perkusi
Pekak / redup
Batas-batas jantung :
bawah : ICS II linea sternalis dextra dan sinistra
atas : ICS IV linea sternalis sinistra dan ICS V linea midclavicular sinistra
Auskultasi
- Bunyi jantung I : Terdengar (lup)
- Bunyi jantung II : terdengar (dup)
- Bunyi jantung Tambahan : tidak ada
- Bising / Murmur : tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 88 x/menit
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : normal, datar
- Benjolan / Massa : tidak ada benjolan
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : tidak terlihat
Auskultasi
- Peristaltik Usus : 9 x/menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa : tidak ada
- Tanda-tanda ascites : tidak ada
- Hepar : Tidak ada pembesaran
- Lien : tidak ada pembesaran
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi
- Suara Abdomen
timpani
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada ascites
5 5
5 4
Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
Samnolen (3-3-4)
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada masalah
3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) :
Tidak ada masalah
4. Fungsi Motorik :
Tidak ada masalah
5. Fungsi Sensorik :
Tidak ada masalah
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
Normal kanan dan kiri
b. Refleks Patologis
normal kanan dan kiri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : tetanus
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
Leukosit meningkat
Inf. RL 20 tpm
D5% + Diazepam 3 ampul 16tpm → Mengatasi kejang otot
Ceftriaxone 1gr → mengatasi infeksi bakteri
Metronidazole 500mg → antibiotik mengatasi infeksi bakteri
Ketorolac → mengatasi demam, bengkak, nyeri
Nebulizer – pentolin → 2Lpm
Diit TKTP
Mahasiswa
menurun Terapeutik
20.00
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN