Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN KASUS “GEA”
(Gastroenteritis Akut)

DI RUANG RAWAT INAP (RANAP) ANAK


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK TRISNA MEDIKA
TULUNGAGUNG

Di Susun Oleh :
MAHASISWA

LINDA YUNITA SARI


NIM. A3R21023

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING RUANGAN

(AMITA A, S.Kep, Ns, M.Kep) (____________________)


LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KASUS “GEA”
(Gastroenteritis Akut)

DI RUANG RAWAT INAP (RANAP) ANAK


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK TRISNA MEDIKA
TULUNGAGUNG

Di Susun Oleh :
MAHASISWA

LINDA YUNITA SARI


NIM. A3R21023

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING RUANGAN

(AMITA A, S.Kep, Ns, M.Kep) (___________________)


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK I
RESUME KASUS GEA
(Gastroenteritis Akut)

DI RUANG RAWAT INAP (RANAP) ANAK


25 Oktober – 30 Oktober 2021
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK TRISNA MEDIKA
TULUNGAGUNG

Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi
Husada Tulungagung

DOSEN FASILITATOR : AMITA A, S.Kep, Ns, M.Kep.

Disusun Oleh :

LINDA YUNITA SARI


NIM. A3R21023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS/ TINGKAT IX


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DAN MATERNITAS
PADA PASIEN DENGAN KASUS GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

A. DEFINISI
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin
2011).
Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan
sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair
(setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya
berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak (Herdman, 2015).
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik
oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Price, 2016). Gastroenteritis adalah
penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan usus yang di tandai berak-
berak encer 5 kali atau lebih.Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3
kali perhari dapat atau tanpa lender dan darah ( Murwani. 2019)
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung
dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir dan darah

B. ETIOLOGI
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2019), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam , antara lain sebagai berikut :

1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus,
dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus
Rotavirus.
c. Jamur : candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
a. Alergi makanan, misal susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sodikin (2016), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus
otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat
kering
i. Berat badan menurun
j. Pucat, lemah
D. WOC
Faktor malabsorbsi : Faktor psikologi : Faktor makanan : Faktor kebersihan Faktor infeksi:
Karbohifdrat , Lemak, Protein Rasa takut, Cemas Makanan basi, Beracun , Alergi makanan lingkungan Virus, Bakteri

Bakteri, virus, parasit, masuk sauran cerna (mulut, faring, esofagus)

Terdapat zat-zat yang tidak diserap Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran pencernaan tidak adekuat Gangguan motilitas usus

Tekanan osmotik meningkat Peradangan pada usus, gangguan sekresi Hiperperistaltik

Reabsorbsi dalam usus terganggu Sekresii air dan elektrolit dalam usus meningkat Usus tidak mampu menyerap makanan

DIARE

BAB sering konsistensi cair Inflamasi saluran pencernaan

Kehilangan cairan dan Frekuensi defekasi Agen pirogenik Mual dan muntah
elektrolit berlebih

Suhu tubuh meningkat anoreksia


BAB encer dengan
Dehidrasi atau tanpa darah
Hipertermi (D.0130 ) Nutrisi/intake tidak adekuat
Resiko hipovolemi
(D. 0034) Gangguan eliminasi
BB menurun
Diare (D.0020 )
Defisit Nutrisi (D.0019 )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) &
elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
 makroskopik dan mikroskopik
 pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi laktosa
 bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan
sensitivity test
9. Pemeriksaan analisa gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan
fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia

F. PENATALAKSANAAN

1. Medis
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Cairan
oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung
Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L.
Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al.,
2015). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3
dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap
2) Cairan parentral
Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal.
Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan
evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (dalam Wicaksana, 2015).
b. Pengobatan Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada :
Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral
4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).

G. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DAN MATERNITAS
DENGAN KASUS GASTROENTERITIS AKUT

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
 Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
 Riwayat Keperawatan
 Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh anak meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
 Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari
4 kali dengan konsistensi encer.
 Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
- Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
- Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan
koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
- Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
 Riwayat sosial
- Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yang mengasuh anak?
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya?
 Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
 Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
- Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis?
- Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
 Pola nutrisi
- Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak?
- Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera
makan anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?
 Pola Eliminasi
- BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
- BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
 Pola aktivitas dan latihan
- Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam? Aktivitas apa yang
disukai?
 Pola tidur/istirahat
- Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam
berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Keadaan umum: Anak tampak lemah.
2. Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik.
Keadaan ini terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan mengalami
gangguan biokimiawi akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.
3. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka
pucat, akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
4. Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena
terjadi penumpukan natrium dalam serum.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat
(jika terjadi syok hipovolemik).
6. Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah,
bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras (kram
abdomen).
7. Sistem integument
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah
perianal merah, lecet.
8. Sistem musculoskeletal
Kelemahan pada ekstremitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b.d inflamasi gastroenteritis d.d defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam,
feses lembek atau cair, nyeri/kram abdomen, frekuensi peristaltik mmeningkat,
bising usus hiperaktif, diare.
2. Defisit nutrisi b.d penurunan intake cairan d.d BB menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen,
nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, diare
3. Hipertermi b.d dehidrasi d.d suhu tubuh diatas normal, kulit merah, kejang,
takikardia, takipnea, kulit terasa hangat
4. Resiko hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif d.d frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat, merasa lemah, mengeluh haus, pengisian
vena menurun, status mental berubah, suhu tubh meningkat, konsentrasi urin
meningkat, BB tiba-tiba turun
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. (D. 0020)
Diare b.d inflamasi gastroenteritis d.d defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam, feses lembek atau cair, nyeri/kram abdomen, frekuensi peristaltik
mmeningkat, bising usus hiperaktif, diare.

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
(D. 0020) Eliminasi fekal (L.04033) MANAJEMEN DIARE (I.03101)
Diare b.d inflamasi gastroenteritis Setelah dilakukan intervensi Observasi
d.d keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
Gejala Tanda Mayor : diharapkan tingkat diare menurun. gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)
DS : - Dengan kriteria hasil :  Identifikasi riwayat pemberian makanan
DO : - Kontrol pengeluaran feses  Identifikasi gejala invaginasi
 Defekasi lebih dari tiga kali menurun  Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinja.
dalam 24 jam - Keluhan defekasi lama dan  Monitor tanda dan gejala hipovolemia
 Feses lembek atau cair sulit mneurun  Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal
- Mengejan saat defekasi  Monitor jumlah pengeluaran diare
Gejala Tanda Minor : menurun  Monitor keamanan penyiapan makanan
DS : - Konsistensi feses membaik Terapeutik
 Urgency - Frekuensi defekasi membaaik  Berikan asupan cairan oral
 Nyeri/kram abdomen - Peristaltik usu membaik  Pasang jalur intravena
DO :  Berikan cairan intravena
- Frekuensi peristaltic  Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
meningkat dan elektrolit
- Bising usus hiperaktif  Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
- Diare Edukasi
 Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan,  pembentuk gas, pedas,
dan mengandung lactose
 Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik
 Kolaborasi pemberian obat pengeras feses

2. (D.0019)
Defisit nutrisi b.d penurunan intake cairan d.d BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen,
nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, diare
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
(D. 0019) Status Nutrisi (L.03030) MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
penurunan intake cairan d.d keperawatan 3x24 jam status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
Gejala Tanda Mayor : terpenuhi dengan kriteria hasil :  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
DS : - - Porsi makan dihabiskan  Identifikasi makanan yang disukai
DO : - Nafsu makan meningkat  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Berat badan menurun - Frekuensi makan meningkat  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
minimal 10 % di bawah  Monitor asupan makanan
rentang ideal  Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Gejala Tanda Minor : Terapeutik
DS :  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Cepat kenyang setelah  Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makan makanan)
 Kram/nyeri abdomen  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Nafsu makan menurun  Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
DO :  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Bising usus hiperaktif  Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Otot pengunyah lemah  Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
- Otot menelan lemah Edukasi
- Membrane mukosa pucat  Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Sariawan  Ajarkan diet yang diprogramkan
- Serum albumin turun Kolaborasi
- Rambut rontok berlebih  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
- Diare Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

3. (D.0130)
Hipertermi b.d dehidrasi d.d suhu tubuh diatas normal, kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, kulit terasa hangat
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
(D. 0019) Termoregulasi (L. 14134) MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
Hipertermi b.d dehidrasi d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
Gejala Tanda Mayor : keperawatan 3x24 jam status  Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
DS : - hipertermi meurun dengan kriteria lingkungan panas penggunaan incubator)
DO : hasil :  Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh diatas normal - Menggigil menurun  Monitor kadar elektrolit
- Suhu tubuh membaik  Monitor haluaran urine
Gejala Tanda Minor : - Suhu kullit membaik Terapeutik
DS : -  Sediakan lingkungan yang dingin
DO :  Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Kulit merah  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Kejang  Berikan cairan oral
- Takikardi  Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
- Takipneu hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Kulit terasa hangat  Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

4. (D.0034)
Resiko hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif d.d frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, merasa lemah, mengeluh haus, pengisian
vena menurun, status mental berubah, suhu tubh meningkat, konsentrasi urin meningkat, BB tiba-tiba turun.

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
(D. 0034) Status cairan MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
Resiko hipovolemia b.d kehilangan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
cairan secara aktif d.d keperawatan 3x24 jam status cairan  Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. frekuensi nadi
Faktor resiko : membaik dengan kriteria hasil : meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
- Kehilangan cairan secara - Asupan cairan meningkat nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa, kering,
aktif - Dehidrasi menurun volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Gangguan absobsi cairan - Membran mukosa membaik  Monitor intake dan output cairan
- Kegagalaan mekanisme - Turgor kulit membaik Terapeutik
regulasi  Hitung kebutuhan cairan
- Kekurangan intake cairan  Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotons (mis. Nacl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
Nacl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
mebantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehtan yang
lebih baik yang menggambarkan krireria hasilyang di harapkan.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap penilaian atau perbandingan yang sistematik yang
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakuka
dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga
kesehatan lainya.
Merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan yang berguna apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendkatan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2016 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan

Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan

Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria

Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai