B TETANUS
Dosen Pembimbing:
Angga Wilandika, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Nenden Syalma Munggaran Asih
102018043
1
BAB I
A. Pengertian
Tetanus penykit dengan utama kekakua otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung,tetapi sebagai
dampak eksotoksin (tetonoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pda sinaps
ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro
muscular jungtion)dan saraf autonom. ( Smarno 2010).
1. Keringat berlebihan
2. Sakit menelan
3. Spasme tanggan dan kaki
4. Produksi air liur
5. BAB dan BAK tidak terkontrol
6. Terganggunya pernafasan karena otot laring terserang.
D. Patofisiologi
Clostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam
bentuk spora. Penyakit akan muncul apabila spora tumbuh pada keadaan tekanan
oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi oksigen.
Masa inkubasi dan beratnya penyakit terutama di tentukan oleh kondisi
luka. Beratnya penyakit terutama berhubungan dengan jumlah dan kecepatan
produksi toksin serta jumlah toksin yang mencapai susunan saraf pusat. Faktor –
faktor tersebut selain ditentukan oleh kondisi luka, mungkin juga ditentukan oleh
strain Clostridium tetani.Pengetahuan tentang patofisiologi.
TETANUS
HIPERTERMI
Kejang berulang
Resiko injury
Kekakuan dan kejang otot yang
khas pada tetanus
Otot-otot erector
Otot mas tikatorius pada batang tubuh Otot pernapasan dan laring
Trismus
Kaku kuduk Suplai 02 cerebral
Penurunan kemampuan Sulit bernapas
batuk menurun
Sulit menelan
Gangguan
mobilitas fisik Penumpukan secret Sesak napas Hipoksia berat
Gangguan perfusi
jaringan serebral
F. Pemeriksaan penunjang
1. EKG: interval CT memanjang karena segmen ST. Bentuk takikarda ventrikuler
2. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/atau 1,2-1,5, mmol/L atau lebih rendah kadar
fosfat dalam serum meningkat.
3. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jaringan subkutan
atau batas ganglia otak menunjukan klasifikasi
G. Penatalaksanaa
1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
a. Hiperimun globulin (paling baik)
Dosis : 3.000-6.000 unit IM
Waktu paruh: 24 hari jadi dosis ulang tidak diperlukan
Tidak berefek pada toksin yang terikan dijaringan saraf; tidak dapat
menembus barier darah otak.
b. Pemberian ATS (anti tetanus)
ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat
clostridium: luka paku berkarat),luka yang besar, luka yang terlambat di
rawat, luka tembak, luka yang terdapat diregio leher dan muka, dan luka-
luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak 1500 IU-4500 IU ATS
terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak berfungsi membunuh kuman
tetanus tetapi untuk menetralisir eksotoksin yang dikeluarkan clostridium
tetani disekitar lukayang kemudian menyebarmelalui sirkukasi menuju
otak. Untuk terapi UTS ada 3 cara yaitu :
1) Disuntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul)
2) IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul lengan kiri)
3) IM di region gluteal 10.000 IU
c. Perawatan luka
d. Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan
terbuka (jaringan nekrosis atau pus membuat kondisi baik C. Tetani
untuk berkembang biak)
e. Penicilin G 100.000 U/kg BB/6 jam IV ( atau 2.000.000 U/kg BB/24
IV) selama 10 hari
f. Alternativ
Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi 3 atau 4 dosis
metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat
dihentikan dengan membasmi kuman tersebut.
g. Berantas kejang
1) Hindari rangsan, kamar terang/silau, suasana terang
2) Preparat anti kejang
3) Barbiturat dan phenotiazim
a) Sekobarbital/pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2 jam
untuk optimum level, yaitu pasien tenang setengah tidur tapi
berespon segera bila terangsang
b) Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
c) Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalu perlu10-15 mg/kg
BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu
h. Terafi suportif
1) Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
2) Perawatan umum, oksigen
3) Bebas jalan nafas dari lendir, bila perlu trakeostomi
4) Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutri parental,
hindari dehidrasi. Sekama pasase usus baik, nutrisi interal
merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah antropi
saluran cerna.
5) Kebersihan mulut, kulit, hidrasi obstipasi, retensi urin
H. Komplikasi
1. Hipertensi
2. Kelelahan
3. Asfiksia
4. Aspiransi pneunomia
5. Fraktur dan robekan otot
I. Pencegahan
1. Imunisasi tetanus
Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah suntikan
a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak
b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa.
2. Membersihkan semua jenis lukaa setelah injuri terjadi, sekecil apapun
BAB II
1. Pengkajian
2. Identitas
3. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui
predisposisi penyebab sumber luka. Biasanya pasien tetanus sering
menimbulkan kejang, dan harus diberikan tindakan untuk menurunkan
keluhan kejang tersebut (Muttaqin, 2008, p.221).
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat psikososial
Psikososial tetanus biasanya timbul ketakutan akan ke cacatan, rasa
cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguancitra tubuh).
(Muttakin,2008, p. 222).
4. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
- Kesadaran : Kesadaran klien biasanya composmetis, pada keadaan lanjut
tingkat kesadaran klien tetanus mengalami penurunan pada tingkat letargi,
stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah megalami koma maka
penilaian GCS sangat penting untuk melihat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk monitoring pemberian asuhan (Muttakin,2008, p.223).
- Sistem pernafsan : inspeksi apakah klien terdapat batuk, produksi sputum,
sesak nafas, penggunaan otot pernafasan yang sering di dapatkan pada
klien tetanus yang disertai adanya ketidakaefektifan bersihan jalan nafas.
Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada klien peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun (Muttakin,2008, p.
223).
- Sistem kardiovaskuler : pengkajian paada system kardiovaskuler terdapat
syok hipovolemik yang sering pada klien tetanus. Peningkatan hear rate,
adanya anemis, karena hancurnya eritrosit (Muttakin, Arif, 2012, p.138)
- Sistem persarafan
- Sistem motorik : kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan
koordinasi pada tetanus tahap lanjut mengalami perubahan
- Pemeriksaan refleks
- Sistem sensorik
- Sistem perkemihan
- Sistem pencernaan
- Sistem integumen
- Sistem muskuloskeletal
- Sistem endokrin
5. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: Biasanya tekanan darah pada pasien tetanus normal
(Muttakin, 2008, p.223).
- Nadi : penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan perfusi jaringan
di otak (Muttakin,2008, p. 222).
- RR : Frekuensi pernapasan pada pasien tetanus meningkat karena
berhubungan dengan peningkatan meju metabolisme umum (Baticca,
2012, p.127).
- Suhu
J. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien tetanus antara lain:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Resiko infeksi
3) Ketidak seimbangan nut2risi
4) Defisit perawatan diri
5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.B TETANUS
Seorang laki-laki, Tn.B, 40 tahun, mengeluh sesak napas. Keluhan sesak napas dirasakan jika
beraktivitas berat, sesak kadang-kadang muncul. Keluhan sesak juga disertai batuk berdahak.
Keluhan sesak meningkat ketika setelah batuk. Pasien bekerja sebagai supir taksi online.
Pada saat pengkajian pasien terlihat lemah dan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5).
Tanda-tanda vital: TD 110/80 mmHg; nadi 80 kali/menit; RR 26 kali/menit; suhu 36,3 oC. Status
antoprometri: BB 59,5 kg; TB 178 cm. Pada pemeriksaan fisik: terpasang tracheostomy, kulit
sekitar luka tracheostomy tidak berwarna kemerahan dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. PCH
(-). Napas terlihat cepat, terdapat otot bantu pernapasan, pengembangan dada simetris, tidak
terdengar ronchi. Konjunctiva anemis; tidak terdapat peningkatan JVP; tidak terdapat
kardiomegali; akral hangat; CRT < 2 detik. Warna bibir sedikit hitam, mulut pasien kotor, bentuk
bibir simeris, dan terdapat karies. Bising usus 10 kali/menit. Ekstremitas atas terasa kaku, ROM
ekstremitas atas dapat bergerak ke segala arah., kekuatan otot ekstremitas atas 4/5. ROM
ekstremitas bawah dapat bergerak ke segala arah tetapi sedikit lemah, kekuatan otot ekstremitas
bawah 4/4 Turgor kulit elastis. Rambut terlihat lengket dan kusam; badan terasa lengket.
Riwayat ADL selama sakit: bubur 3 kali sehari, makan habis 1 porsi, minur air dan jus 3 kali
sehari. BAB 2 kali sehari, warna coklat, konsistensi lunak. BAK terpasang kateter, warna kuning
jernih, jumlah 400 cc/24 jam. Pasien mengatakan sulir tidur pada malam hari. Risiko jatuh
sedang (Skor Skala Morse 30)
Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan kimia klinik: Creatinin Kinase (CK) 2550 U/L;
Ureum 18,0 mg/dl; Kreatinin 0,81 mg/dl; Natrium 137 mEq/L; Kalium 3,8 mEq/L.
Pemeriksaan AGD: pH 7,425; PCO2 32,2 mmHg; PO2 90,8 mmHg; HCO3 21,4
mmol/L; TCO2 22,4 mmol/L; Base Excess -1,6 mmol/L; Saturasi O2 96,6%.
Program terapi: IVFD RL dan Dextrose 3000 cc/24 jam; Omeprazole 2 x 40 mg (IV);
Lactulac 1 x 15 cc (IV); N-Coltylsistein 2 x 200 mg (PO); Paracetamol 3 x 500 mg (PO) jika
demam;
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 40 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pekerjaan : Sebagai supir taksi online
Agama : -
Pendidikan : -
Status : -
Nomor RM : -
Diagnosa Medis : Tetanus
Tanggal Pengkajian : 9 Maret 2021
Tanggal Masuk RS : 8 Maret 2021
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak napas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, keluhan sesak nafas dirasakan jika beraktivitas berat,
sesak kadang-kadang muncul. Keluhan sesak juga disertai batuk berdahak. Keluhan
sesak meningkat ketika setelah batuk. Pada saat pengkajian pasien terlihat lemah
dan terpasang tracheostomi
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
-
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita tetanus
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
………………
b. Data Sosial
………………
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
4 Kebiasaan diri
Mandi 2 kali sehari 1 kali sehari (di
Perawatan kuku 1 minggu sekali washlap)
Perawatan gigi 2 kali sehari belum
Perawatan rambut 2 hari sekali belum
Ketergantungan Mandiri Belum keramas
Keluhan/gangguan Tidak ada Ketergantungan
Badan terasa lengket
dan rambut kusam
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran : Compos mentis - GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda vital : TD = 110/80 mmHg
N = 80 kali/menit
RR = 26 kali/menit
S = 36,3 OC
Status Antopometri : BB = 59,5 kg
TB = 178 cm
IMT = 18,6 ( cukup)
b. Sistem Pernapasan
Nafas klien terlihat cepat, terdapat otot bantu pernafasan,pengembangan dada
simetris, tidak terdengar ronchi Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji adalah
Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, irama napas
reguler, vocal fremitus seimbang kanan kiri.Terdapat nyeri tekan di area dada.
Terdengar suara resonan di area dada, terdengar bunyi vesikuler di sekitar area
paru, saat di auskultasi tidak terdengar wheezing (-/-)
c. Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva anemis. Tidak terdapat peningkatan JVP, tidak terdapat kardiomegali,
Akral pasien hangat. CRT < 2 detik. Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji
adalah tidak terlihat kebiruan pada bagian dada/jantung, saat di perkusi pada
daerah lapang jantung terdengar suara dullness, saat dipalpasi tidak terdapat pulsasi
di 4 area katup jantung, bunyi antung S1 dan S2 terdengar lub dub
d. Sistem Pencernaan
Warna bibir sedikit hitam, mulut klien kotor, bentuk bibir simetris, terdapat caries.
bising usus 10 kali/menit. Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji adalah lidah
klien bersih, tidak ada luka pada daerah bibir, gigi klien tidak lengkap Abdomen
datar lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat
pembengkakandan nyeri tekan pada hepar dan lien, tidak terdapat asites, pasien
tidak merasa kembung dan mual.
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
dan getah bening
f. Sistem Perkemihan
terpasang kateter Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji adalah Kandung kemih
tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada rasa nyeri.
g. Sistem Persarafan
N1 (Olfaktorius): pasien dapat membedakan bau kopi.
N2 (Optikus): pasien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm
tanpa mengguanakan alat bantu.
N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke segala
arah, respon pupil miosis (mengecil)
N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang diusapkan
pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar, halus, tajam, dan
tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).
N7 (Fasialis): wajah simetris, tidak ada kelumpuhan di muka
N8 (Auditorius): kemempuan mendengar dapat mendengar dengan baik.
N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien sedikit kesulitan untuk makan dan minum
karena terpasang tracheostomy
N11 (Asesorius): terasa kaku
N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah dengan bebas.
Pemeriksaan Tanda Meningeal
h. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: terasa kaku, ROM kedua tangan kiri dan kanan dapat digerakan
dengan bebas ke segala arah. Dapat melakukan fleksi dan ekstensi pada persendian
tidak ada nyeri pada area tangan. Kekuatan otot kanan dan kiri: 4/5
Ektremitas bawah: ROM ekstremitas bawah dapat bergerak ke segala arah tetapi
sedikit lemah, kekuatan otot ekstremitas bawah 4/4 turgor kulit elastis.
i. Sistem Integumen
Kulit elastis, rambut terlihat lengket dan kusam, badan lengket.
j. Sistem Reproduksi
Terpasang kateter
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Tanggal 9 maret 2021
Kimia klinik
Creatinin Kinase 2550 20-200 U/L
Ureum 18,0 Mg/dl
Kreatinin 0,81 Mg/dl
Natrium 137 mEq/L
Kalium 3,8 Mg/dl
Pemeriksaan AGD
pH 7,425 7,35-7,45
PCO2 32,2
mmHg; PO2 90,8
mmHg; HC03 21,4 20-26 mEq/I
TCO2 22,4
Base Excess -1,6
Saturasi O2 96,6%
b. Program Terapi
Tanggal 9 maret 2021
IVFD RL dan Dextrose 3000cc/24 Paracetamol 3x 500 mg (PO)
jam Ceftriaxson 2 x 1grv(IV)
Omeprazole 2x40 mg (IV) Diazepam 1 x 10 mg (PO)
Lactulac1x15 cc (IV)
N-Coltylsistein 2x200 mg (PO)
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etilogi Masalah
.
1. Ds: faktor predisposisi (mis, luka Bersihan jalan
1. Klien mengeluh tusuk,luka bakar,luka tembak nafas tidak efektif
sesak nafas belum terimunisasi )
2. Klien mengeluh
sesak napas clostridium tetani masuk
dirasakan jika kedalam tubuh dan
beraktivitas berat berfoliferasi
3. Klien mengatakan
sesak dan disertai clostridium tetani masuk
batuk berdahak kedalam ubuh dan
Do: berfoliferasi
1. Nafas terlihat cepat
2. Terdapat otot bantu TETANUS
pernafasan
3. Terpasang Kekakuan dan kejang otot
tracheostomy yang khas pada tetanus
4. RR : 26 x/menit
otot pernapasan dan laring
penumpukan secret
Diagnosa Keperawatan 3
1. Memonitor tingkat kemandirian
S : : klien mengatakan sudah menyikat gigi dan
R: tingkat kemandirian klien belum di bantu oleh istrinya karena masih lemas
III 16.50 klien mengatakan bersemangat untuk sembuh
2. mengidentifikasi kebutuhan alat bantu dari penyakitnya dan mau melakukan tindakan
personal hygien.
kebersihan diri
R: sudah terfasilitasi
O : klien tampak lemas
3. menyiapkan keperluan pribadi misal (parfum, A : Masalah teratasi
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
Rasionalisasi Prosedur
N RASIONAL
KEGIATAN
O (Integrasi Jurnal)
1. Persiapan alat Untuk kelancaran dalam
Alat-alat steril pelaksanaan memastikan
1. Kateter dengan ukuran sesuai kebutuhan peralatan yang dibutuhkan
pasien tersedia
2. Sarung tangan steril
3. Container steril
4. Nacl steril
5. Tongue steril
6. Kassa steril
Alat-alat non steril
1. Tabung oksigen dan isinya
2. Mesin suction
3. Stetoskop
4. Pengalas/handuk
5. Bengkok
6. Tissue
7. Masker
8. Larutan desinfektan dalam tempat yang
agak besar
9. Lidi watten atau cotton bud
10. Pelumas larut air
11. Barack scort
Referensi
1. NANDA international.2012.Diagnosa Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi 2012-
2014.jakarta : EGC
2. Bayu Irawan, S. K. (2017) Pengaruh Tindakan Suction Terhadap Perubahan Saturasi
Oksigen Perifer Pada Pasien Yang Di Rawat Di Ruang Icu Rsud Abdul Wahab
Samarinda. Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya, 1(2).
3. Saifudin zukri, D. (2017) . Pengaruh isap lendir (suction) sistem terbuka terhadap
saturasi oksigen pada pasien terpasang ventilator.
4. https://youtu.be/2ITmxMpQVVo