Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY N USIA 29 thn

LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANGAN FRESIA RS HASAN


SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I

yang dibimbing oleh Ibu Anggriyana Tri Widianti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Tika Meliyanti (102018067)

PROGAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG

Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.6, Turangga, Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat
40264.
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya.

Tak lupa pula Salawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya
keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang menderang saat ini,semoga apa
yang beliau perjuangkan dapat kita tegakkan untuk pedoman kita umat manusia.

Syukur allahamdulilah penulis mampu menyelesaikan Makalah yang berjudul


“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N 29 thn DENGAN DIAGNOSA
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANG FRESIA UGD RS HASAN
SADIKIN BANDUNG”

Yang semoga bermanfaat bagi semua belah pihak yang telah membacanya
dan ingin menabah ilmu pengetahuan. Penulis sadar di dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan begitu banyak kekurangan. Oleh kerena itu
penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan
penulis buat pada berikutnya.

Bandung, 15, Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Leukemia menjadi penyebab utama kematian karena kanker pada anak di
Amerika. Di Indonesia data dari Pediatric Cancer Units (PCU) empat rumah sakit
selama tiga periode (Maret 2006-July 2010) terdapat 541 pasien leukemia akut,
diantaranya ALL sebesar 381 (77%) . Kanker leukemia saat ini masih menduduki
peringkat tertinggi pada anak, dari waktu ke waktu jumlah penderita leukemia
pada anak juga terus meningkat, LLA sering dihubungkan dengan sindroma
gangguan genetik, namun penyebab utama LLA sampai saat ini masih belum
diketahui. Faktor lingkungan yang memperberat resiko terjadinya LLA adalah
pemaparan terhadap radiasi ion dan elektromagnetik.Selain itu beberapa jenis virus
juga berkaitan dengan insiden LLA, terutama infeksi virus yang terjadi pada masa
prenatal seperti virus influenza dan varicella.Leukemia limfoblastik akut juga
dapat terjadi pada anak dengan gangguan imnunodefisiensi kongenital seperti
Wiscot-Aldrich Syndrome, congenital Hypogammaglobulinemia danAtaxia-
Telangiectasia. World Health Association (WHO) telah menetapkan istilah HL-A
Human leucocyte locus A.Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum
genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia
tidak dapat diabaikan.

Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen pada darah?
2. Apa Definisi Leukemia Limfositik Akut?
3. Apa etiologi Leukemia Limfositik Akut?
4. Apa saja tanda dan gejala Leukemia Limfositik Akut?
5. Apa saja faktor dan resiko Leukemia Limfositik Akut?
6. Bagaimana patofisiologi Leukemia Limfositik Akut?
7. Apa saja Komplikasi Leukemia Limfositik Akut?
8. Bagaimana Klasifikasi Leukemia Limfositik Akut?
9. Bagaimana Penaksanaan Leukemia Limfositik Akut?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui komponen darah


2. Untuk mengetahui Pengertian Leukemia Limfositik Akut
3. Untuk mengetahui Etiologi Leukemia Limfositik Akut
4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala Leukemia Limfositik Akut
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Leukemia Limfositik Akut
6. Untuk mengetahui Komplikasi Leukemia Limfositik Akut
7. Untuk mengetahui Klasifikasi Leukemia Limfositik Akut
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Leukemia Limfositik Akut
9. Untuk mengetahui Leukemia Limfositik Akut
BAB II TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Penyakit
1. Komponen Darah
Darah terdiri atas dua komponen penyusun yaitu plasma darah dan elemen-
elemen pembentuk :
a. Plasma Darah adalah suatu cairan yang berwarna kekuningan.
Pada plasma darah dapat ditemukan beberapa protein dalam tubuh,
atau yang lebih sering dikenal dengan plasma protein, Plasma
protein memiliki peran penting dalam mempertahankan tekanan
osmotik yang merupakan faktor penting dalam pertukaran cairan
melewati dinding kapiler(Tortora G J,2009).
b. Elemen-elemen pembentuk dari darah terdiri atas eritrosit,
leukosit, dan trombosit.
1. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit atau sel darah merah adalah sel darah yang
khusus dalam proses transport oksigen. Eritrosit tidak
memiliki nucleus (inti), oleh karena itu seluruh bagian
dalamnya tersedia untuk mengankut oksigen. Eritrosit
tidak banyak memiliki mitokondria sehingga ATP yang
diperoreh melalui anaerobik(Tortora G J,2009).
Fungsi utama dari sel darah merah adalah transport
hemoglobin yang berguna membawa oksigen dari paru
menuju jaringan tubuh. ketika sel darah merah bebas
dalam plasma,sekitar 3% berpindah melalui kapiler
membran melalui membrana glomerular pada ginjal
menuju filtrasi glomerulus setiap kali darah melewati
kapiler(Tortora G J,2009).
2. Leukosit (Sel Darah Putih) Leukosit adalah sel darah yang
aktif pada sistem pertahanan tubuh yaitu berfungsi
melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal
jumlah sel darah putih berkisar dari 4.000 sampai
10.000/mm3. Sel darah putih diklasifikasikan atas 2
kelompok berdasarkan granula sitoplasma yaitu leukosit
granular dan leukosit agranular mengandung granula
spesifik dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang
memperlihatkan banyak variasi pada bentuknya. Leukosit
granular terdiri atas 3 jenis yaitu:
a. Neutrofil Neutrofil merupakan sistem pertahanan
tubuh primer melawan infeksi bakteri dengan cara
Phagocytosis(Tortora G J,2009).
b. Eosinofil Eosinofil memiliki fungsi Phagocytosis
yang kurang baik. Pada pewarnaan, granula tidak
menutupi nukleus yang terdiri atas dua lobus yang
saling berhubungan(Tortora G J,2009).
c. Basofil Basofil berfungsi dalam pengaktifan
histamin. Pada pewarnaan dijumpai berwarna biru-
keunguan. Biasanya granula menutupi nukleus yang
terdiri atas dua lobus(Tortora G J,2009). b)
Leukosit agranular Leukosit ini tidak memiliki
granula spesifik dalam sitoplasmanya.
Leukosit agranular terdiri atas 2 jenis yaitu:
a. Limfosit Limfosit berbentuk bulat dan sedikit ada
lekukan dan berwarna gelap. Terdapat dua jenis
limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T
bergantung timus. Limfosit B tidak bergantung
timus, tersebar dalam folikel-folikel kelenjar getah
bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons
kekebalan selular melalui pembentukan sel yang
reaktif antigen sedangkan limfosit B, jika
dirangsang dengan semestinya, berdiferesiansi
menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan
imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas
respons kekebalan hormonal(Tortora G J,2009).
b. Monosit Monosit memiliki fungsi phagocytosis dan
sangat aktif, membuang sel-sel cedera dan mati,
fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme(Tortora
G J,2009).
3. Trombosit
Trombosit berdiameter 2-4 μm. Siklus hidupnya 5-9 hari
dan memiliki banyak vesikel tetapi tidak memiliki nukleus.
Trombosit berfungsi untuk membentuk plug dalam
hemostasis dan mengeluarkan bahan kimia yang
menyebabkan spasme pembuluh darah dan pembekuan
darah(Tortora G J,2009).
2. Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang
yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia dkk,
2012). klasifikasikan menurut jenis sel :
a. Leukemia Myeloid Akut (AML): kanker sel darah myeloid. Merupakan jenis
leukemia yang paling umum, kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
b. Leukemia Limfoblastik Akut (ALL): kanker sel limfoid yang belum dewasa.
Lebih sering terjadi pada anak-anak dan merupakan leukemia yang paling
umum diderita oleh anak-anak.
c. Leukemia Myeloid Kronis (CML): kanker sel myeloid yang terkait dengan
adanya kromosom Philadelphia dan lebih umum terjadi pada orang dewasa.
d. Leukemia Limfositik Kronis (CLL): kanker sel limfoid dewasa. Sebagian
besar diderita oleh individu yang berusia lanjut (>60 tahun). Jenis ini jarang
terjadi pada anak-anak.
Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas dalam
sumsung tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat
sistematik (Smelrzer et sl, 2008).
Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang
berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit
immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal
(Friehlig et al, 2015). Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi
secara tidak teratur dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal
sehingga mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).

3. Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau
kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan
agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia
sumsum tulang belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom
yang akhirnya dapat menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T
Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang
penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum
penderita leukemia sel T.
2. Faktor Endogen
a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter
seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20x lipat dan
riwayat leukemia dalam keluarga. insiden leukemia lebih tinggi dari
saudara kandung anak-anak yang terserang, dengan insiden yang
meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
b. Kelainan genetik, mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah
yang tidak diturunkan.
- Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian
besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakain obat anti kanker, meningalkan resiko terjadinya
leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya
Trisomy 21 (Down Syndrome) memiliki risiko 95% untuk
mengalami leukemia. Bloom syndrome memiliki risiko 8% untuk
mengalami leukemia. Anemia fanconi memiliki risiko 12% untuk
mengalami leukemia)
- Kembar identik- apabila anak kembar yang pertama didiagnosa
leukemia pada 5 tahun pertama, maka risiko untuk anak kembar
kedua meningkat menjadi 20% didiagnosa leukemia.
- Kejadian leukemia pada saudara yang didiagnosa leukemia akan
meningkat sebanyak 4 kali lipat dibandingkan pada populasi umum.
(Lanzkowsky P, 2011)
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang terjadi pada leukemia disebabkan kurangnya sel darah yang
normal, karena berlebihannya sel darah normal yang membentuk sel darah baru pada
sumsum tulang belakang. Akibatnya tidak memiliki sel darah merah, sel darah putih,
dan platelet yang cukup. Hal-hal tersebut dapat diketahui pada pemeriksaan darah,
namun dapat juga menyebabkan suatu gejala. Adapun beberapa tanda dan gejala yang
ditimbulkan dengan leukemia adalah: (American Cancer Society, 2012)
a. Lemah dan kulit yang pucat Tanda-tanda ini merupakan tanda anemia(kurangnya
sel darah merah). Hal ini menyebabkan anak merasa lemah, lelah, pusing, dan
nafas yang pendek. Hal ini juga dapat menyebabkan kulit menjadi pucat(American
Cancer Society, 2012).
b. Infeksi dan demam Gejala yang sering ditimbulkan leukemia pada anak adalah
demam. Hal ini sering disebabkan infeksi, bahkan hal ini tidak berpengaruh
setelah diberikan antibiotik sekalipun(American Cancer Society, 2012).
c. Mudah berdarah
Pada penderita leukemia sering terjadi mimisan,gusi berdarah, dan bahkan
perdarahan besar pada luka gores yang kecil. Pada kulit terlihat bercak-bercak
kemerahan yang disebabkan perdarahan pada pembuluh darah yang kecil. Hal ini
disebabkan karena kurangnya platelet normal yang berfungsi memberhentikan
perdarahan(American Cancer Society, 2012).
d. Nyeri pada tulang atau sendi Nyeri pada tulang dan sendi disebabkan penumpukan
sel-sel darah muda pada tulang ataupun sendi(American Cancer Society, 2012).
e. Perut yang membesar Gejala yang jelas terlihat adalah hepatomegali dan
spleenomegali. Hal ini terjadi karena penumpukan sel-sel leukemia menumpuk
pada limpa dan hati(American Cancer Society, 2012).
f. Penurunan selera makan, penurunan berat badan Gejala penurunan selera makan
dan penurunan berat badan disebabkan pembesaran dari organ pada abdomen
penderita. Sehingga banyaknya makanan yang bisa masukpun juga
berkurang(American Cancer Society, 2012).
g. Kelenjar limph yang membengkak Sel-sel leukemia dapat menyebar pada kelenjar
limph. Hal ini menyebabkan terlihat pembengkakan pada leher, ketiak, atau tempat
lainnya. Untuk mengetahui penyebab pasti biasanya dilakukan biopsi(American
Cancer Society, 2012).
h. Batuk atau gangguan bernafas Sel T limfosit pada leukemia juga melibatkan
kelenjat timus yang berada di belakang sternum dan di depan trakea. Pembesaran
dari kelenjar limph dapat menyebabkan batuk(American Cancer Society, 2012).
i. Pembesaran pada wajah dan tangan Pada leukemia, terjadi Superior Vena Cava
(SVC) syndrome. Hal ini disebabkan karena pembesaran kelenjar timus yang
dilalui oleh vena cava superior sehingga menyebabkan pembengkakan wajah dan
tangan penderita(American Cancer Society, 2012).
j. Nyeri kepala, kejang, muntah Pada leukemia, terjadi penyebaran ke seluruh tubuh.
Nyeri kepala yang di timbulkan karena sel-sel leukemia telah menyebar hingga
otak. Selain itu pandangan kabur juga menjadi gejala leukemia yang menyebar
hingga sistem saraf pusat(American Cancer Society, 2012).
k. Ruam, masalah gusi Pada penderita leukemia mieloblastik akut terjadi pembesaran
gusi karena sel-sel leukemia menyebar pada gusi(American Cancer Society, 2012).
l. Kelemahan pada alat gerak Gangguan ini jarang ditemukan. Namun hal ini terjadi
karena penumpukan sel-sel leukemia yang sangat banyak pada
exxtremitas(American Cancer Society, 2012).
5. Faktor Resiko
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait
dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal
pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar
(splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu
produksi normal sel hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan
sel yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al, 2015).
6. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait
dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal
pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar
(splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu
produksi normal sel hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan
sel yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al, 2015).
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial
akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi, manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi
sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor
pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe, dan nyeri persendian (Friehling et al,
2015)
Istilah HL-A (Human n Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap jaringan
telah ditetapkan (WHO). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetik,
sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat
diabaikan. Prosesnya meliputi : normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang
malignan, imaturnya sel blast (David, 2015).
Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti unsur-
unsur sel yang normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah
yang tidak mencukupi. Timbulnya perdarahan akibat menurunya jumlah trombosit
yang bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit.
Penyusupan sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-organ vital menimbulkan
hepatomegaly, splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi sum-sum tulang,
menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit. Sel-sel leukemia
menyusipi limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf pusat (David,2015).
Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan
elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk
menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda
dan gejala dari leukemia merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3
manifesatsi yaitu anemia dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan
karena produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur-angsur
pada sumsum menimbulkan nyeri. Ginjal, hati dan kelenjar limfe mengalami
pembesaran dan akhirnya fibrosis, leukemia juga berpengaruh pada SSP dimana
terjadinya peningkatan tekanan intra kranial sehingga menyebabkan nyeri pada kepala,
latergi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku kuduk (Friehling et al, 2015).
Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada LLA yang paling
sering muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah (50%), pucat (40%),
manifestasi perdarahan (petekie, purpura) (48%), serta nyeri tulang (23%).
Hepatosplenomegali terjadi kebanyakan penderita tetapi umumnya tidak menimbulkan
keluhan. Pemeriksaan laboratorium menunjukan anemia, trombositopenia dan
neutropenia yang menggambarkan kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-
sel tersebut. Dapat juga terjadi eosinophilia relative (Lanzkowsky, 2011).
7. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa :
- Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit).
- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak
efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang
normal.
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi
saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan
limpa bertambah besar bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjer
getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.

8. Klasifikasi
Faktor prognostik Leukemia limfoblastik Leukemia mieloblastik
akut akut
Umur saat diagnosa Umur 2-9 tahun prognosa Umur 10 tahun prognosa
baik buruk
Jumlah sel darah putih Lebih dari 50.000 Lebih dari 50.000 mm2
prognosa buruk prognosa buruk
Jenis kelamin Wanita lebih sering -
sembuh
Translokasi kromosom - -
Down syndrome - Jika didiagnosa sebelum 4
tahun, prognosa baik
Jumlah kromosom yang Sisa kromosom yang -
sehat sehat lebih dari 50,
prognosa baik
Myelodisplastic - Memiliki riwayat
syndrome myelodisplastic syndrome
prognosis buruk

9. Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
b. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan).
d. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
e. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
f. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
g. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
h. Pantau selalu intake dan out put pasien.
i. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar
pasien merasa nyaman.
Medis
a. Transfusi darah Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan
transfuse trombosit.
b. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan
gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
c. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan
dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan
prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah kraniospinal dan
injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan
pada system saraf pusat. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin
penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).
d. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi
dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi
diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian
imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar
terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
e. Transplantasi sumsum tulang.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap :
1. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
2. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm).
3. Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan
sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada
sel blast leukemia.
b. Pemeriksaan sel darah tepi : Biasanya menunjukkan anemia dan
trobositopenia, tetapi juga dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis
tergantung pada jumlah sel yang beredar.
c. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.
d. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari
50% atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% -
90% dari sel blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis
menurun.
e. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel
leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti
limfosit normal dan granulosit Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-
200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitive. (Doengoes,
2000).
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a. Riwayat kehamilan/persalinan.
b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c. Riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e. Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b. Tanda-tanda vital - TD : Tekanan Darah - N : Nadi - P : Pernapasan -
S : Suhu
c. Antropometri - TB : Tinggi Badan - BB : Berat Badan
d. Sistem pernafasan Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas,
gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan wheezing
e. Sistem cardiovaskular Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut
nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.
f. Sistem Pencernaan Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia
atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi
peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g. Sistem Muskuloskeletal Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas
bawah.
h. Sistem Integumen Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut
atau tidak. Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban. Kuku :
Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.
i. Sistem endokrin Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi
urine.
j. Sistem Pengindraan Mata : Lapang pandang dan visus. Hidung :
Kemampuan penciuman. Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan
pendengaran.
k. Sistem reproduksi Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik
sistem reproduksi.
l. Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan
menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS). )
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
a. Nervus I (Olfaktorius) : Suruh Klien menutup mata dan
menutup salah satu lubang hidung, mengidentifikasi
dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan
kapas alkohol).
b. Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya dan
warna, periksa diskus optikus, penglihatan perifer.
c. Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap
posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.
d. Nervus IV (Troklearis) : Suruh Klien menggerakkan
mata kearah bawah dan kearah dalam.
e. Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis
dan rahang ketika Klien merapatkan giginya dengan
kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan
apakah anak dapat merasakan sentuhan diatas pipi
dekati dari samping, sentuh bagian mata yang berwarna
dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji
refleks berkedip dan refleks kornea.
f. Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan Klien untuk
menggerakkan mata secara lateral.
g. Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan Klien untuk
mengidentifikasiLarutan manis (gula), Asam (jus
lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji
fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih besar
untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau
memperlihatkan gigi
h. Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran Klien.
i. Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan Klien
untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah posterior.
j. Nervus X (vagus) : Kaji Klien terhadap suara parau dan
kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke
posterior faring untuk menentukan apakah refleks
muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi
respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika
terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula
pada posisi tengah.
k. Nervus XI (aksesorius) : Suruh Klien memutar kepala
kesamping dengan melawan tahanan, minta anak untuk
mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
l. Nervus XII (hipoglosus) : Minta Klien untuk
mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi
garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral
ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan
kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan
spatel lidah di sisi lidah
6) Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Fungsi sensorik : Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Fungsi cerebrum : Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normostik, anemia normostik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah. Jumlah trombosit : Mungkin
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
SDP : Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan peningkatan SDP imatur
(“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel blast leukemia
a) PT/ PTT : Memanjang.
b) LDH : Mungkin meningkat.
c) Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.
d) Muramidase serum (lisozim) :
e) Penikngkatan pada leukemia monositik Akut dan mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat.
g) Zink serum : Menurun.
h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari
50% atau lebih darin sel blast, dengan prekusor eritroid, sel
imatur, dan megakariositis menurun
i) Foto dada dan biospy nodus limfe : Dapat mengidentifikasi
derajat keterlibatan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
SDKI (2016 & 2017), diagnosa keperawatan yang akan muncul adalah :
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke
Jaringan Otak.
3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat
(penurunan Hb). 6. Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan
Kehilangan Berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan
cairan (mual, anoreksia).
6. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
7. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.
8. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi.
BAB III

KASUS
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT

Ny. N (29 tahun) Pasien mengeluh lemas seluruh tubuh. 1 minggu Sebelum masuk
rumah sakit pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan di rasakan terus menerus,
kemudian pasien memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan yang berada di
kotanya, dan kemudian di rujuk ke Hasan sadikin, sebelum masuk keruangan
pasien masuk UGD hasan sadikin dengan mengeluhkan sesak, lemas di UGD
psien mendapatkan oksigenisasi , kemudian pada tanggal 7 maret 2020 pasien
dipindahkan keruangan fresia 2 Pada saat dikaji pasien mengatakan seluruh badan
lemas dan nyeri sendi , tulang sehingga selalu merasakan lemas ketika melakukan
aktivitas. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Anemia sejak 3 tahun
yang lalu. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga yang
menurun atau pun menular. Saat di RS, pasien mahan habis hanya setengah
piring, pasien juga mual-muntah, Belum BAB sudah 2 hari, badan terasa lengket
dan rambut kusam. TD = 100/60 mmHg, HR = 79 kali/menit, RR = 18
kali/menit, S = 36,5 OC, BB skrng = 37 kg BB dulu = 41 kg, TB = 150 cm,
Konjungtiva anemis, CRT < 2 detik. Warna bibir pucat, lidah klien bersih, bising usus
11 kali/menit.
Pemeriksaan Hasil satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin L 7.8 12.3- 15.3
Hematokrit L 25.6 36.0- 45.0
Eritrosit L 2. 65 4.5 – 5.1
Leukosit 9.90 4.4 – 11 .3
Trombosit L 86 150 – 450
Index Eritrosit
MCV H 96.6 80 – 96
MCH 29.4 27.5 – 33.2
MCHC 30.5 33.4 – 35.5
Hitung jenis Leukosit
Basofil 0 0–1
Eosinofil 0 0–4
Neutrofil Batang 0 3–5
Neutrofil Segmen 76 40 – 70
Limfosit 18 22 – 44
Monosit 6 3–8
RDW – SD 23.7 11.5 – 14.5
RDW – CV 58.4 36.4 – 46.3

Nama Obat Dosis Manfaat


Ceftriaxon 2x1 pengobatan sejumlah
infeksi bakteri
AS. Folat 1x1 mencegah kekurangan
darah
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY N USIA 29 thn

LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANG FRESIA RS HASAN


SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : NY.N
Umur : 29 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cimahi
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana pendidikan
Status : Menikah
Nomor RM : 1002980
Diagnosa Medis : Leukemia Limfositik Akut
Tanggal Pengkajian : 07 Maret 2021
Tanggal Masuk RS : 06 Maret 2021

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana pendidikan
Hubungan dengan Pasien : Suami
Alamat : Cimahi

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh lemas seluruh tubuh

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


1 minggu Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan badan
terasa lemas dan di rasakan terus menerus, kemudian pasien
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan yang berada di kotanya,
dan kemudian di rujuk ke Hasan sadikin, sebelum masuk keruangan
pasien masuk UGD hasan sadikin dengan mengeluhkan sesak, lemas
di UGD psien mendapatkan oksigenisasi , kemudian pada tanggal 7
maret 2020 pasien dipindahkan keruangan fresia 2
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Anemia sejak 3 tahun
yang lalu. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
keluarga yang menurun atau pun menular.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit menurun atau
pun menular
“Munculkan Genogram jika ada terkait penyakit keturunan”
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
Tidak terkaji (data lainnya: kaji apakah klien telah mengetahui
tentang leukimia,perasaan klien pas didiagnosa penyakit
leukima,apakah klien menerima keadaanya sekarang, Klien merasa
lemah, tidak berdaya karena penyakitnya ini.)
b. Data Sosial
Tidak terkaji (data lainnya : kaji apakah keluarga pasien mendukung
untuk kesembuhan pasien, tetangga pasien peduli dengan ke adaan
pasien)
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
Tidak terkaji ( data lainnya : pasien menjalankan solat 5 waktu,
mengaji)
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
Tidak terkaji ( data lainnya : pasien menjalankan solat 5 waktu
dengan sendiri atau di bombing bareng perawat,berdo’a dan
mengaji)

5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)


No Kebiasaan di rumah di rumah sakit
1 Nutrisi
Makan Ketika pasien sakit
- Jenis pasien hanya
- Frekuensi menghabiskan
- Porsi setengah piring
- Keluhan makan
Minum
- Jenis
- Frekuensi
- Jumlah (cc)
- Keluhan
2 Eliminasi
BAB Sudah tidak bab 2
- Frekuensi hari
- Warna
- Konsistensi
- Keluhan
BAK
- Frekuensi
- Warna
- Jumlah (cc)
- Keluhan
3 Istirahat dan tidur
- Waktu tidur
o Malam, pukul
o Siang, pukul
- Lamanya
- Keluhan
4 Kebiasaan diri
- Mandi Badan terasa
- Perawatan kuku lengket dan
- Perawatan gigi rambut kusam
- Perawatan rambut
- Ketergantungan
- Keluhan/gangguan

Aktivitas Pasien
mengatakan nyeri
sendi ketika
melakukan
aktivitas

6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Sadar
Kesadaran : Compos Mentis - GCS 15 E:4V:5M:6
Tanda-tanda vital : TD = 100/60 mmHg
HR = = 79 kali/menit
RR = 18 kali/menit
S = 36,5 OC
Status Antopometri : BB sebelumnya : 40 kg
BB = 37 kg
TB = 150 cm
IMT = 15,20 (kurang)
a. Sistem Pernapasan
RR 18x/menit, pasien mendapatkan okseignasi. (Data lainnya
Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung,
tidak ada penggunaan otot bantu napas tambahan, bentuk dada
simetris, irama napas reguler, pengembangan dada seimbang, vocal
fremitus seimbang kanan kiri. Terdapat nyeri tekan di area dada.
Terdengar suara resonan di area dada, terdengar bunyi vesikuler di
sekitar area paru, saat di auskultasi tidak terdengar wheezing (-/-))
b. Sistem Kardiovaskular
CRT < 2 detik,Konjungtiv anemis, Tekanan Darah : 100/60 mmHg
HR : 79 kali/menit. (Data lainnya Tidak terdapat peningkatan JVP,
tidak terlihat kebiruan pada bagian dada/jantung, tidak terdapat
kardiomegali, saat di perkusi pada daerah lapang jantung terdengar
suara dullness, saat dipalpasi tidak terdapat pulsasi di 4 area katup
jantung, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lub dub. Akral pasien
hangat).
c. Sistem Pencernaan
Warna bibir pucat, lidah klien bersih, bising usus 11 kali/menit,
pasien merasa mual dan muntah. (Data lainnya : tidak ada luka pada
daerah bibir, bentuk bibir simetris, gigi klien tidak lengkap, terdapat
caries. Abdomen datar lembut, suara perkusi area lambung tympani,
tidak terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada hepar dan lien,
tidak terdapat asites.
d. Sistem Endokrin

Tidak terkaji (data lainnya : Thiperpigmentasi di leher,


tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan
thyroid.)
e. Sistem Perkemihan
Tidak terkaji(data lainnya :Kebersihan genitalia bersih,
tidak ada keluhan kencing, kemampuan berkemih spontan,
produksi urin 1300 ml/hari warna kuning bau amoniak,
tidak ada nyeri tekan.)

f. Sistem Persarafan
Tidak terkaji (data lainnya : Memori Panjang, perhatian dapat
mengulang, bahasa baik, kongnisi baik, orientasi orang, saraf
sensori nyeri tusuk. Tingkat kesadaran compos mentis. Tanda
rangsangan otak (meningeal sign)
1. N I (olfaktorius) : penciuman baik, bisa membedakan bau bauan.
2. N II (optikus) : jarak pandang baik
3. NIII (okulomotorius) : adanya reflek rangsangan pada pupil
4. N IV (troklearis) : bisa menggerakkan bola mata ke atas dan ke
bawah 5. N V (trigeminus) : tidak ada kesulitan mengunyah
6. N VI (abdusen) : bisa menggerakan bola mata ke kanan dan ke
kiri
7. N VII (facialis) : pengecapan terhadap rasa-rasa baik
8.NVIII(vestibulotroklearis) : pendengaran baik
9. NIX (glosofaringeus): tidak ada nyeri telan
10. N X (vagus) : bisa mengucap “ah” dan menelan saliva
11. N XI (assesorius) : bisa mengangkat bahu dan menoleh dengan
adanya tahanan
12. NXII (hipoglosus): bisa menjulurkan, menggerakkan lidah ke
kanan dan ke kiri
Fungsi motorik klien normal, bisa menggerakkan ekstremitas atas
dan bawah, nilai motorik 6 (mengikuti perintah), Fungsi sensorik
normal, tidak ada masalah pada fungsi sensorik, reflek fisiologis :
patella (-), reflek patofisiologis : babinski (-)

g. Sistem muskuslokeletal
CRT < 2 detik, nyeri sendi. (data lainnya : Pergerakan sendi bebas,
ada kelainan ekstermitas, tidak ada kelainan tulang belakang, tidak
fraktur, reflek patella Kekuatan otot : 5 5 3 3)
h. Mamae
Tidak terkaji (data lainnya : Payudara simetris, putting menonjol,
tidak terdapat pembengkakan pada payudara)
i. Sistem integumen
wajah pucat, CRT, suhu 36,5 OC, CRT < 2 detik, badan terasa lengket
dan rambut kusam.
j. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada area genital

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tidak terkaji
“Tambahkan foto ct-scan jika ada”
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin L 7.8 g/dL 12.3- 15.3
Hematokrit L 25.6 % 36.0- 45.0
juta/uL
Eritrosit L 2. 65 4.5 – 5.1
/mm3
Leukosit 9.90 4.4 – 11 .3
/mm3
Trombosit L 86 150 – 450
Index Eritrosit
MCV H 96.6 fL 80 – 96
MCH 29.4 pg 27.5 – 33.2
MCHC 30.5 % 33.4 – 35.5
Hitung jenis Leukosit
Basofil 0 0–1
%
Eosinofil 0 % 0–4
%
Neutrofil Batang 0 3–5
%
Neutrofil Segmen 76 % 40 – 70
%
Limfosit 18 22 – 44
%
Monosit 6 3–8
RDW – SD 23.7 11.5 – 14.5
fL
RDW – CV 58.4 36.4 – 46.3
%

c. Program Terapi

Nama Obat Dosis Manfaat


Ceftriaxon 2x1 pengobatan sejumlah
infeksi bakteri
AS. Folat 1x1 mencegah kekurangan
darah

B. ANALISA DATA
No. Data Fokus (Data Senjang) Etiologi Masalah
1. Ds: Faktor : imun Intoleran
- Pasien mengatakan aktivitas
lemas seluruh tubuh Sel neoplasma bd kelemahan
berproliferasi di dalam
- Pasien mengatakan
sumsum tulang
pernah mempunyai
riwayat anemia
Kerusakan sumsum
Do: tulang
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat nyeri
Hematoiesis terhambat,
ketika melakukan
trombosit,eritrosit
aktivitas menurun.leukosit
normal
- Hemoglobin : L 7.8
g/dL
Eritrosit menurun
- TD : 100/60 mmHg

Hipoksia

Anemia
Lelah

Intoleransi aktivitas
2. DS : Faktor :Kelainan Defisit nutrisi bd
- pasien mengeluhkan kromosom peningkatan
mual dan muntah kebutuhan
- pasien belum BAB metabolisme
Sel neoplasma
sudah 2 hari berproliferasi di dalam
sumsum tulang
- pasien kehilangan
nafsu makan
Kerusakan sumsum
DO :
tulang
- warna bibir pasien
pucat
- IMT : 15,20 (kurang) Hematoiesis terhambat,
trombosit,eritrosit
- Hemoglobin : L 7.8
meningkat.leukosit
g/dL normal
-
Maligna sel leukosit

Masuk pembuluh darah

Beredar ke seluruh
tubuh

Usus

Peradangan pada
dinding usus

Penyumbatan ususu
parsial menahun

Penyerapan nutrisi
terganggu
Gangguan nutrisi

Defisit nutrisi

3. DS : Faktor endogen/eksogen Nyeri akut


-Pasien megeluhkan
nyeri sendi
-Pasien mengeluh nyeri Proliferasi sel darah
tulang putih
-Pasien mengeluhkan
nyeri ketika melakukan Imunosupresi pada
aktivitas sumsum tulang

DO : Terjadi peradangan
- Pasien terlihat nyeri
- pasien terlihat lemas
dan nyeri sendi ketika Menekan saraf
melakukan aktivitas
- Pasien makan ½ piring
Pelepasan indicator
kimiawi

Thalamus

Konteks selebri
Persepsi nyeri

Nyeri

4. DO : Faktor : Imun Resiko infeksi


- IMT = 15,20 (kurang)
- Hemoglobin : L 7,8 Sel neoplasma
g/dL berproliferasi di dalam
sumsum tulang

Kerusakan sumsum
DS : tulang

Hematoiesis terhambat,
trombosit,eritrosit
menurun.leukosit
normal

Eritrosit menurun

Imunitas
menurun

Resiko infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Intoleran aktivitas bd kelemahan
2. Defisit nutrisi bd peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Nyeri akut bd agen pencedera kimiawi
4. Resiko infeksi
Rencana Asuhan Keprawatan
Nama : Ny.N Tanggal : 07 Maret 2021
No.Rm : - Dx Medis : Leukimia Limfositik Akut

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

1. Intoleran aktivitas bd Setelah dilakukan Manajemen energi (siki


kelemahan 2x24 jam Respon 1.05178)
Observasi
fisiologis terhadap
Observasi
aktivitas yang 1.Untuk mngetahui gangguan
membutuhkan tenaga 1.Identifiasi gangguan fungsi fungsi tubuh yang mengakibatan
ekspetasi meningkat tubuh yang mengakibatan kelelahan
dengan kriteria hasil: kelelahan 2.Untuk mengetahui tingkat
1.pasien kelelahan pasien
2.Monitor kelelahan
mengekpresikan tidak 3.Untuk mengetahui pola tidur dan
3.Monitor pola dan jam tidur
keluhkan lemas jam tidur pasien
4.Monitor lokasi dan
4.Untuk mengetahuin lokasi
2.pasien ketidakyamanan selama
ketidaknyamanan saat melakukan
mengekpresikan bisa melakukan aktivitas
melakukan aktivitas Terapeutik aktivitas
sehari-hari membaik.
5.Sediakan lingkungan nyaman Terapeutik
dan rendah stimulus
5.Untuk meningkatkan kenyamanan
6.Lakukan latihan rentang
dan keamanan pada pasien
gerak pasif /aktif
6.Untuk meminimalkan atrofi otot,
7.Berikan aktivitas disraksi
meningkatkan sirkulasi dan
yang menenangkan (Tuntun
mencegah edema dan fibrosis pada
pasien membaca do’a
pasien
kesembuhan :
‫س‬َ ْ‫أ‬VVVVVVَ‫ب ْالب‬ ِ ‫اس أَ ْذ ِه‬
ِ َّ‫ اللَّهُ َّم َربَّ الن‬7. hanya Engkau Allah SWT yang
َّ َ‫ف أَ ْنت‬
‫افِ َي إاَّل‬V ‫افِي اَل َش‬V ‫الش‬ ِ V ‫اش‬ ْ Maha Menyembuhkan. Tidak ada
‫أَ ْنتَ ِشفَا ًء اَل يُغَا ِد ُر َس ْق ًما‬ kesembuhan selain kesembuhan
Allahumma rabban-nas dari-Mu, kesembuhan yang tidak
'adzhibil-ba'sa, isyfi antasy- menyisakan rasa sakit.
syafi la syifa'a illa syifa uka
syifa'a al la yughadiru saqama 8.Untuk meminimalkan fungsi
semua sistem organ pasien

Artinya: Ya Allah, Tuhan 9.meminimalkan atrofi otot,


meningkatkan sirkulasi, mencegah
manusia, hilangkan lah
penyakit ini, sembuhkan lah, terjadinya kontraktur
hanya Engkau lah yang Maha
10.Untuk meningkatkan selera
Menyembuhkan. Tidak ada makan pasien terjaga
kesembuhan selain
kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan yang tidak
menyisakan rasa sakit."

Edukasi

8.Anjurkan tirah baring


9.Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

Kolaborasi Edukasi

10.Kolaborasi dengan ahli gizi 8.Untuk mengetahui perkembangan


kekuatan otot atau mobilitas
tentang cara meningkatkan
asupan makanan 9.Untuk menghindari pasien terlalu
lelah

Kolaborasi
10.Untuk mempercepat proses
penyembuhan
2. Defisit nutrisi bd Setelah dilakukan manajemen nutrisi (Siki
peningkatan
2x24 jam Dengan 1.03119)
kebutuhan
metabolisme kriteria hasil: observasi :
observasi :
1.porsi makan yang 1.Untuk mengathui status nutrisi
1.identifikasi status nutrisi
dihabisan meningkat pasien
2.identifikasi alergi dan
2.membrane mukosa 2.Untuk mengetahui alergi dan
intoleransi makanan
membaik intoleransi makanan pada pasien
3.identifikasi kebutuhan kalori
3.Nafsu makan 3.Untuk mengetahui kebutuhan
dan nutrisi
meningkat kalori dan nutrisi pasien tiap
4.monitor asupan makanan
harinya
5.monitor berat badan
4.Untuk melihat asupan nutrisi
teurapeutik: yang adekuat pada pasien
5.Untuk melihat ada atau tidak
6.berikan makanan tinggi serat
kenaikan berat badan pada pasien
untuk mencegah konstipasi
7.berikan makanan tinggi teurapeutik:
kalori dan tinggi protein
6.berikan makanan tinggi serat
edukasi: untuk mencegah konstipasi
7. TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
8.anjurkan posisi duduk,jika
Protein). memerlukan 20 gram
perlu
protein diatas kebutuhan normal
kolaborasi: dan membutuhkan 2300 – 2700
kalori.Protein diperlukan untuk
9.kolaborasi dengan ahli gizi
pertumbuhan dan pergantian sel –
untuk menentukan jumlah
sel yang rusak atau mati. Sumber
kalori dan jenis nutrisi yang
protein dapat diperoleh dari protein
dibutuhkan,jika perlu
hewani (telur, daging, susu, udang,
kerang, keju) dan protein nabati
(banyak terkandung dalam tahu,
tempe, dan kacang – kacangan)
(Siwi Walyani, 2015).

edukasi:

8.Untuk posisi duduk yang benar


dapat membuat otot dan jaringan
sekitarnya bekerja lebih tenang dan
menjadi rilex, sehingga aliran darah
pun lancer.

kolaborasi:

9.kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
pasien mencegah kelebihan protein,
cukup pastikan dalam 1 porsi
makanan kita hanya terdapat 1-2
Jenis sumber protein seperti ayam,
ikan atau ganti dengan protein
nabati seperti kacang-kacangan,
biji-bijian, tempe, dan sayur hijau
,jika perlu

3. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (Siki


Imunosupresi pada 2x24 jam pengalaman I.08238)
Observasi:
sumsum tulang sensorik atau Observasi: 1.Untuk mengetahui tingkat nyeri
emosional yang pada pasien
1.identifikasi skala nyeri
berkaitan dengan 2.Untuk mengetahui faktor aktivitas
2.identifikasi faktor yang
kerusakan jarngan apa saja yang dapat memperberat
memperberatdan memperingan
actual atau fungsional dan memperingan nyeri pasien
nyeri
dengan onset 3.Untuk mengetahui apakah pasien
3.identifikasi pengetahuan dan
mendadak atau lambat dapat mengetahui tetang nyentuk
keyakinan tentang nyeri
dan berintensitas mengetahui apakah pasien dapat
ringan hingga berat Terapeutik: mengetahui tetang nyeri yang
dan konstan ekspetasi dialami pasien
4.berikan teknik
menurun.
nonfarmakologisuntuk
Terapetik
Dengan kriteria hasil: mengurangi rasa nyeri
4.Pemberian kompres hangat adalah
(Melakukan kompres hangat
1.nyeri sendi pasien memberikan rasa hangat pada klien
selama 10 menit dengan suhu
membaik dengan menggunakan cairan atau
air 37-38 Derajat Celcius)
2.Tingkat kelemahan alat yang menimbulkan hangat pada
5.kontrol lingkungaan yang
fisik pasien membaik bagian tubuh yang memerlukannya.
memperberat rasa nyeri
Tujuannya adalah memperlancar
6.Berikan posisi yang nyaman
sirkulasi darah, mengurangi rasa
edukasi: sakit, merangsang peristaltik usus,
memperlancar pengeluaran getah
7.jelaskan penyebab,pemicu
radang (eksudat), memberikan rasa
nyeri
nyaman atau hangat dan tenang.
8.anjurkan memonitor nyeri
Pemberian kompres panas
secara mandiri
dilakukan pada klien dengan perut
9.Tuntun pasien membacakan
kembung, klien yang mengalami
do’a menghilangkan rasa nyeri
radang, kekejangan otot (spasmus),
: ‫ ُد‬VV‫ا أَ ِج‬VV‫رِّ َم‬VV‫ ِه ِم ْن َش‬VVِ‫و ُذ بِاهَّلل ِ َوقُ ْد َرت‬VVُ‫أَع‬
adanya abses (bengkak) akibat
‫َوأُ َحا ِذ ُر‬
suntikan, tubuh dengan abses atau
“Audzubillahi wa qudratihi
hematom (Kusyati, 2006).
min syarrima ajidu wa
5. untuk mengetahui lingkungan
uhadiru”
yang dapat menganggu dan
(Aku berlindung kepada Allah
menimbulkan nyeri pada pasien
dan kekuasaan-Nya dari
(bising)
kejelekan sesuatu yang aku
6.Karena dengan posisi nyaman
jumpai dan yang aku takuti).
pasien nyaman pasien dapat reileks
10. Ajarkan teknik
yang akan mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologi untuk
Edukasi
mengurangi rasa nyeri (slow
deep breathing)
7.Untuk mengetahui penyebab yang
dialami pasien
8.Supaya pasien tahu jika nyerinya
kolaborasi :
kambuh bisa langsung melakukan
11.kolaborasi pemberian teknik non farmakologis ( misalnya
analgetik jika perlu dengan relaksasi nafas dalam)
supaya myeri berkurang
9. Apabila pasien merasakan nyeri,
bisa membaca do”a menghilangkan
rasa nyeri insyaalloh nyeri
berkurang.

10.Relaksasi slow deep breathing


(SDB) adalah bentuk latihan nafas
yang terdiri atas pernafasan
abdomen (diafragma) dan purse lips
breathing pasien kanker di RS
Tugurejo Semarang Mei 2016
Kozier, et al., 2010, hlm.914)
Kolaborasi
11. untuk mengurangi rasa nyeri
Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (Siki
1.14539)
4. Risiko infeksi Tindakan 2×24 jam Observasi
dapat memenuhi Observasi:
1.Monitor tanda dan gejala 1.Untuk memantau tanda yang
kemampuan untuk
infeksi local dan siskemik menunjukan tanda dan gejala
mengerti, mencegah,
Terapetik infeksi pada pasien
mengeliminasi atau
mengurangi ancaman 2.Batasi jumlah pengunjung Terapetik
3.Cuci tangan sebelum dan
kesehatan yang dapat 2.Faktor keperawatan: lamanya hari
sesudah kontak dengan pasien
di modifikasi dengan dan lingkungan pasien perawatan pasien, turunnya standar
pelayanan perawatan, serta
kriteria hasil sebagai kepadatan pasien dalam satu
Edukasi
berikut : ruangan Infeksi nosokomial dapat
4.Jelaskan tanda dan gejala memberikan penyakit baru yang
Kontrol Risiko dapat membahayakan kesehatan
infeksi
L.14128 5.Ajarkan cara mencuci tangan pasien(PENERAPAN
dengan benar KESELAMATAN PASIEN UNTUK
1.Pasien mampu MENGURANGI RESIKO INFEKSI
6.Anjurkan meningkatkan
NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT
mengidentifikasi asupan nutrisi
Rahmadani Syahputri / 181101001)
faktor risiko
Kolaborasi 3. Salah satu pencegahan infeksi
2.Pasien mampu rumah sakit adalah dengan menjaga
7.Kolaborasi pemberian kebersihan tangan (Khoiriyati,
mencari informasi
imunisasi, jika perlu 2013). Kepatuhan petugas
tentang faktor risiko kesehatan dalam melakukan hand
hygiene dengan teknik enam
langkah dan waktu lima momen
(five moments) di rawat inap
merupakan salah satu indikator
mutu area sasaran patient safety
yang ada pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM), adalah metode
terbaik untuk mencegah penularan
infeksi.

Edukasi

4.pasien dengan munculnya tanda


tanda infeksi seperti : ruam
kemerahan,suhu meningkat atau
demam,luka terasa
panas,pembengkakan,munculnya
nanah, itu adalah tanda dan gejala
risiko infeksi yang harus di ketahui

5. untuk enam langkah cuci tangan


adalah :
1) menggosok bagian dalam telapak
tangan
2) menggosok punggung tangan
bergantian
3) menggosok sela-sela jari tangan,
4) menggosok ruas jari tangan
dengan mengkaitkan kedua tangan,
5) menggosok ibu jari tangan
bergantian
6) menggosok ujung jari tangan
(Depkes RI, 2013).

6.Untuk mengantisipasi terjadinya


risiko infeksi pada pasien

Kolaborasi
7.Untuk meningkatkan daya tahan
tubuh pasien dan tidak tepajan
bakteri yang masuk kedalam tubuh
Implementasi
DX Jam
No Tanggal Keperawat Implementasi Evaluasi Tanda tangan
an
1. Senin DX 1 08.00 Mengidentifiasi gangguan fungsi tubuh yang DX 1 pukul 14.00
08 mengakibatan kelelahan, monitor kelelahan, S:
maret
pola dan jam tidur dan monitor lokasi dan
2021 1. Pasien tampak lemas saat
ketidakyamanan selama melakukan aktivitas
mekakukan aktivitas Tikaaaa
menggunakan strategi komunikasi terapeutik
O:
Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus, lakukan latihan rentang 1. pasien melakukan gerak pasif/aktif

gerak pasif /aktif dan berikan disraksi yang di lingkungan nyaman dan

menenangkan (Tuntun pasien membaca do’a lemasnya mulai berkurang

kesembuhan : 2. pasien mengatakan setelah di


tuntun do’a sama perawat, pasien
‫ف أَ ْنتَ ال َّشافِي اَل‬ َ ْ‫ب ْالبَأ‬
ِ ‫س ا ْش‬ ِ ‫اس أَ ْذ ِه‬
ِ َّ‫اللَّهُ َّم َربَّ الن‬ menjadi relax dan tidak terlalu
‫َشافِ َي إاَّل أَ ْنتَ ِشفَا ًء اَل يُغَا ِد ُر َس ْق ًما‬ lemas, pasien meminta pada
Allahumma rabban-nas 'adzhibil-ba'sa, isyfi
antasy-syafi la syifa'a illa syifa uka syifa'a al perawat untuk menuntun do’a
la yughadiru saqama kembali.
Anjurkan pasien melakukan tirah baring dan 3. Pasien mengatakan sekarang
melakukan aktivitas secara makannya habis satu porsi
bertahap,untukKolaborasi dengan ahli gizi meskipun lama
tentang cara meningkatkan asupan makanan A: Manajemen energi belum teratasi
R: P: Lanjutkan intervensi, 7 dan 8
Pasien mengatakan lemas seluruh tubuh
dan pernah mempunyai riwayat anemia

Mengidentifikasi status nutrisi ,identifikasi


alergi dan intoleransi,asupan makanan pada
DX 2
pasien menggunakan strategi komunikasi
DX 2 pukul 15.00
terapeutik berikan makanan tinggi serat
08:30 untuk mencegah konstipasi, anjurkan posisi S:
duduk,jika perlu kolaborasi dengan ahli gizi pasien mengatakan nafsu makan masih
untuk menentukan jumlah kalori dan jenis belum ada
nutrisi yang dibutuhkan,jika perlu
R : pasien mengeluhkan mual dan muntah O:
pasien kehilangan nafsu makan dan belum 1. Pasien hanya makan sedikit
BAB sudah 2 hari 2. Pasien makan dengan posisi duduk,
karena kalo posisi berbaring
bawaanya mual dan muntah
A: pencegahan manajemen nutrisi belum
teratasi

P: lanjutkan intervensi 7 dan 9


memonitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan siskemik, batasi jumlah pengunjung
Jelaskan seperti apa tanda dan gejala infeksi,
DX 4 pukul 15.00
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
DX 4 S: pasien mengerti tentang tanda dan gejala
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
adanya risiko infeksi
11:00
R : Pasien mengerti tentang tanda dan
O: Pasien terlihat antusias pas perawat
gejala adanya infeksi, dan apabila pasien menjelaskan tentang risiko infeksi Tikaaa

mengalaminya,pasien langsung lapor ke


perawat biar bisa ditangani secepat A: manajemen pencegahan infeksi teratasi
mungkin. P: intervensi dihentikan

selasa DX 3 07:00 Mengidentifikasi skala nyeri, faktor yang DX 3 pukul 14.00


09 memperberatdan memperingan nyeri,
S: Pasien megeluhkan nyeri sendi dan
maret pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
tulang nyeri dirasakan ketika melakukan Tikaaaa
2021 memberikan teknik nonfarmakologis untuk
aktivitas
mengurangi rasa nyeri yaitu (Melakukan
kompres hangat selama 10 menit dengan
O:
suhu air 37-38 Derajat Celcius), anjurkan
memonitor nyeri secara mandiri ,Tuntun 1.pasien mengatakan setelah dilakukan
kompres hangat pada sendi selama 10
pasien membacakan do’a menghilangkan menit, nyerinya berkurang
rasa nyeri : ‫أَعُو ُذ بِاهَّلل ِ َوقُ ْد َرتِ ِه ِم ْن َش ِّر َما أَ ِج ُد َوأُ َحا ِذ ُر‬ 2.pasien mengatakan saat dituntun
“Audzubillahi wa qudratihi min syarrima membaca do’a ,hati dan pikiran pasien
ajidu wa uhadiru” menjadi tenang

Dan Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk 3.Pasien mengatakan setelah diajarkan


mengurangi rasa nyeri (slow deep breathing) teknik slow deep breathing bisa
menghadapi jika nyeri dating tinggal
ngelakuin, dan nyeri tidak terlalu
R : Pasien megeluhkan nyeri sendi dan menganggu aktivitasnya
tulang nyeri dirasakan ketika melakukan A: Manajemen nyeri teratasi
aktivitas

Tikaaaa

Memberikan aktivitas disraksi yang


09:00
menenangkan (Tuntun pasien membaca do’a
DX 1 kesembuhan :
‫ف أَ ْنتَ ال َّشافِي اَل‬ ِ ‫س ا ْش‬ َ ْ‫ب ْالبَأ‬ِ ‫اس أَ ْذ ِه‬
ِ َّ‫ اللَّهُ َّم َربَّ الن‬O : Pasien mengatakan setelah dibacakan
‫َشافِ َي إاَّل أَ ْنتَ ِشفَا ًء اَل يُغَا ِد ُر َس ْق ًما‬ do’a perasaan sama pikiran menjadi tenang

Allahumma rabban-nas 'adzhibil-ba'sa, isyfi Pasien mengatakan sudah bisa melakukan


antasy-syafi la syifa'a illa syifa uka syifa'a al tirah baring tanda dibantu
la yughadiru saqama dan menganjurkan
A : Manajemen energi teratasi
tirah baring
P : intervensi dihentikan
R : pasien tidak tampak lemas

memberikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein dan kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
10:15 jenis nutrisi yang dibutuhkan,jika perlu S : pasien mengatakan nafsu makan
kembali normal dan porsi makan 1 piring
DX R : pasien mengatakan nafsu makannya habis
udah kembali,dan makan 1 porsi habis
2 O : Pasien mengatakan sudah tidak mual
A : manajemen nutrisi teratasi
P : intervensi berhenti
Pembahasan
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Pembahasan

DX I
Kelelahan pada pasien leukemia disebabkan oleh anemia dan penurunan nafsu makan yang
menyebabkan berkurangnya kebutuha energy. Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan
dan metabolism tubuh, serta factor-faktor yang mempengaruhi secara umum fakor kebutuhan nutrisi
adalah factor fisiologis/psikologis untuk metabolism basal, factor patofidiologi sperti adanya penyakit
tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, factor fisio (mis,stress,
atau keengangan untuk makan) nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan,dan penyakit termasuk keseluruha proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bhan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nurisi merupakan proses pemasukan dan
pengeloaan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses
kimia dalam tubuh (ballestas&caico 2014)
DX 2
menganjurkan pasien makan dengan porsi kecil tetapi sering.Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015)
tindakan ini bertujuan untuk mengurangi rasa mual dan meningkatkan asupan nutrisi.Tindakan kedua
menjaga kebersihan lingkungan pasien seperti membersihkan dan merapikan tempat tidur karena
lingkungan yang bersih dan nyaman dapat meningkatkan selera makan.Tindakan ketiga menyajikan
makanan dalam keadaan hangat dan kemasan yang menarik, tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan selera makanan pasien. Tindakan keempat yaitu berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diet yang sesuai untuk merencanakan jenis, jumlah kalori dan diet yang dibutuhkan. Diet
bagi ibu post sectiocaesarea adalah TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein). Ibu memerlukan 20 gram
protein diatas kebutuhan normal dan membutuhkan 2300 – 2700 kalori.Protein diperlukan untuk
pertumbuhan dan pergantian sel – sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari
protein hewani (telur, daging, susu, udang, kerang, keju) dan protein nabati (banyak terkandung dalam
tahu, tempe, dan kacang – kacangan) (Siwi Walyani, 2015).
DX 3 Pemasangan kompres hangat biasanya dilakukan hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu
dengan ddurasi 10 menit dan suhu airnya sekitar 37-38 derajat celcius . Dengan pemberian panas,
pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan
tersebut. Dengan cara ini penyaluaran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan
pembuangan dari zatzat yang dibuang akan diperbaiki. Aktivitas sel yang meningkat akan mengurangi
rasa sakit/nyeri dan akan menunjang proses pemyembuhan luka dan proses peradangan (Stevens dkk,
2002). Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah
memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus, memperlancar
pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan rasa nyaman atau hangat dan tenang. Pemberian
kompres panas dilakukan pada klien dengan perut kembung, klien yang mengalami radang,
kekejangan otot (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan, tubuh dengan abses atau
hematom (Kusyati, 2006)..

Terapi lain untuk mengontrol nyeri adalah Relaksasi slow deep breathing (SDB) adalah bentuk latihan
nafas yang terdiri atas pernafasan abdomen (diafragma) dan purse lips breathing (Kozier, et al., 2010,
hlm.914). SDB akan menstimulasi saraf otonom yang mempengarui kebutuhan oksigen dengan
mengeluarkan neurotransmiter. Respons saraf simpatis dari SDB adalah dengan meningkatkan
aktivitas tubuh. Sedangkan respons saraf parasimpatis adalah menurunkan aktivitas tubuh (Hidayat,
2007 hlm.7). Hasil penelitian yang dilakukan Cahyaningrum (2015) terhadap 22 responden
DX 4 menunjukkan bahwa relaksasi slow deep breathing (SDB) mampu menurunkan nyeri. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing (JIKK), Vol.., No

Do’a melawan rasa sakit


Dengan meletakan tangan pada tempat yang sakit dan baca Bissmillah 3x lalu lafalkan :
A’uudzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru” (Aku berlindung kepada Allah dan
kekuasaanNya dari keburukan yang sedang aku rasakan dan yang aku khawatirkan)” (HR. Muslim),
dan dengan keteguhan hati insyaallah seembuh dan dibri kesabaran.
Salah satu pencegahan infeksi rumah sakit adalah dengan menjaga kebersihan tangan (Khoiriyati,
2013). Kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene dengan teknik enam langkah dan
waktu lima momen (five moments) di rawat inap merupakan salah satu indikator mutu area sasaran
patient safety yang ada pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). Petugas kesehatan harus menerapkan
five moments for hand hygiene, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur
kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan
setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang
tercemar. Sedangkan untuk enam langkah cuci tangan adalah :
1) menggosok bagian dalam telapak tangan
2) menggosok punggung tangan bergantian
3) menggosok sela-sela jari tangan
4) menggosok ruas jari tangan dengan mengkaitkan kedua tangan
5) menggosok ibu jari tangan bergantian
6) menggosok ujung jari tangan (Depkes RI, 2013), American Journal of Infection Controle
mengemukakan bahwa kebersihan tangan adalah metode terbaik untuk mencegah penularan infeksi

Resume Analisis Tindakan Keperawatan


Nama : Terapi Murottal Al-qur’an
Prosedur
Tujuan : 1. untuk mengurangi tingkat
Tindakan skala nyeri

2. untuk mengurangi tingkat


kecemasan
3. untuk meningkatkan
spiritual terhadap Tuhan
Yang Maha Esa

4. untuk membantu
kesehatan, emosional,
spiritual pasien
Indikasi
Pasien yang
:
Membutuhkan
Tindakan 1. Dengan gangguan
kecemasan

2. Dengan gejala nyeri

3. Dengan nyeri kepala akut

NO KEGIATAN RASIONAL

(Integrasi Jurnal)
Pra-interaksi

1. Persiapan: 1. Untuk mempersiapkan alat


yang digunakan dalam terapi
1. Alat:

1. headphone
2. speaker
3.Al-qur’an
4.headset

2. Tahap orientasi: 2. untuk menjalin silaturahmi


terhadap pasien dan keluarga
2. Beri salam kepada pasien
3. untuk memudahkan pasien
3. jelaskan prosedur tindakan
mengerti dalam tindakan yang
kepada pasien
akan dilakukan
Langkah kerja:

1. Membaca basmallah terlebih


dahulu
2. Cuci tangan 6 langkah
3. Berikanlah kesempatan kepada
psien bertanya
4. Menanyakan keluhan utama
klien
5. Jaga privasi klien
6. Atur posisi pasien senyaman
mungkin
7. Pilih surat surat murottal
8. Dekatkan alat dengan pasien
9. Batasi stimulasi eksternal
seperti cahaya, suara, pengunjung,
panggilan telpon selama terapi
10. Pastikan headphone dan tape
dalam kondisi baik
11. Pastikan volume tidak terlalu
keras
13. Hindari menghidupkan musik
dengan keras dan
meninggalkannya terlalu lama
14. Hindari stimulasi musik setelah
nyeri kepala/akut
15. Menetapkan perubahan
perilaku dan atau fisiologi yang
diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan
mengurangi rasa sakit
16. Menetapkan ketertarikan
terhadap terapi murotal

TERMINASI
17. Evaluasi hasil kegiatan
18. Simpulkan hasil kegiatan
19. Berikan feedback positif
20. Kontrak waktu selanjutnya
21. Akhiri dengan hamdallah
22. Bereskan alat alat
23. Cuci tangan

Dokumentasi
24. Catat hasil kegiatan dalam
catat keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC Digiulo, dkk.
2014. Keperawatan Medikal bedah. Jogjakarta :

Rapha Publishing Herdman. H. T & Kamitsuru. S. 2015. Diagnosis Keperawatan


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC Huda Amin. N &
Hardhi. K. 2015]

Anda mungkin juga menyukai