Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I
Disusun oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.6, Turangga, Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat
40264.
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya.
Tak lupa pula Salawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya
keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang menderang saat ini,semoga apa
yang beliau perjuangkan dapat kita tegakkan untuk pedoman kita umat manusia.
Yang semoga bermanfaat bagi semua belah pihak yang telah membacanya
dan ingin menabah ilmu pengetahuan. Penulis sadar di dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan begitu banyak kekurangan. Oleh kerena itu
penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan
penulis buat pada berikutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Leukemia menjadi penyebab utama kematian karena kanker pada anak di
Amerika. Di Indonesia data dari Pediatric Cancer Units (PCU) empat rumah sakit
selama tiga periode (Maret 2006-July 2010) terdapat 541 pasien leukemia akut,
diantaranya ALL sebesar 381 (77%) . Kanker leukemia saat ini masih menduduki
peringkat tertinggi pada anak, dari waktu ke waktu jumlah penderita leukemia
pada anak juga terus meningkat, LLA sering dihubungkan dengan sindroma
gangguan genetik, namun penyebab utama LLA sampai saat ini masih belum
diketahui. Faktor lingkungan yang memperberat resiko terjadinya LLA adalah
pemaparan terhadap radiasi ion dan elektromagnetik.Selain itu beberapa jenis virus
juga berkaitan dengan insiden LLA, terutama infeksi virus yang terjadi pada masa
prenatal seperti virus influenza dan varicella.Leukemia limfoblastik akut juga
dapat terjadi pada anak dengan gangguan imnunodefisiensi kongenital seperti
Wiscot-Aldrich Syndrome, congenital Hypogammaglobulinemia danAtaxia-
Telangiectasia. World Health Association (WHO) telah menetapkan istilah HL-A
Human leucocyte locus A.Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum
genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia
tidak dapat diabaikan.
Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen pada darah?
2. Apa Definisi Leukemia Limfositik Akut?
3. Apa etiologi Leukemia Limfositik Akut?
4. Apa saja tanda dan gejala Leukemia Limfositik Akut?
5. Apa saja faktor dan resiko Leukemia Limfositik Akut?
6. Bagaimana patofisiologi Leukemia Limfositik Akut?
7. Apa saja Komplikasi Leukemia Limfositik Akut?
8. Bagaimana Klasifikasi Leukemia Limfositik Akut?
9. Bagaimana Penaksanaan Leukemia Limfositik Akut?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
3. Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau
kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan
agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia
sumsum tulang belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom
yang akhirnya dapat menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T
Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang
penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum
penderita leukemia sel T.
2. Faktor Endogen
a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter
seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20x lipat dan
riwayat leukemia dalam keluarga. insiden leukemia lebih tinggi dari
saudara kandung anak-anak yang terserang, dengan insiden yang
meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
b. Kelainan genetik, mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah
yang tidak diturunkan.
- Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian
besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakain obat anti kanker, meningalkan resiko terjadinya
leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya
Trisomy 21 (Down Syndrome) memiliki risiko 95% untuk
mengalami leukemia. Bloom syndrome memiliki risiko 8% untuk
mengalami leukemia. Anemia fanconi memiliki risiko 12% untuk
mengalami leukemia)
- Kembar identik- apabila anak kembar yang pertama didiagnosa
leukemia pada 5 tahun pertama, maka risiko untuk anak kembar
kedua meningkat menjadi 20% didiagnosa leukemia.
- Kejadian leukemia pada saudara yang didiagnosa leukemia akan
meningkat sebanyak 4 kali lipat dibandingkan pada populasi umum.
(Lanzkowsky P, 2011)
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang terjadi pada leukemia disebabkan kurangnya sel darah yang
normal, karena berlebihannya sel darah normal yang membentuk sel darah baru pada
sumsum tulang belakang. Akibatnya tidak memiliki sel darah merah, sel darah putih,
dan platelet yang cukup. Hal-hal tersebut dapat diketahui pada pemeriksaan darah,
namun dapat juga menyebabkan suatu gejala. Adapun beberapa tanda dan gejala yang
ditimbulkan dengan leukemia adalah: (American Cancer Society, 2012)
a. Lemah dan kulit yang pucat Tanda-tanda ini merupakan tanda anemia(kurangnya
sel darah merah). Hal ini menyebabkan anak merasa lemah, lelah, pusing, dan
nafas yang pendek. Hal ini juga dapat menyebabkan kulit menjadi pucat(American
Cancer Society, 2012).
b. Infeksi dan demam Gejala yang sering ditimbulkan leukemia pada anak adalah
demam. Hal ini sering disebabkan infeksi, bahkan hal ini tidak berpengaruh
setelah diberikan antibiotik sekalipun(American Cancer Society, 2012).
c. Mudah berdarah
Pada penderita leukemia sering terjadi mimisan,gusi berdarah, dan bahkan
perdarahan besar pada luka gores yang kecil. Pada kulit terlihat bercak-bercak
kemerahan yang disebabkan perdarahan pada pembuluh darah yang kecil. Hal ini
disebabkan karena kurangnya platelet normal yang berfungsi memberhentikan
perdarahan(American Cancer Society, 2012).
d. Nyeri pada tulang atau sendi Nyeri pada tulang dan sendi disebabkan penumpukan
sel-sel darah muda pada tulang ataupun sendi(American Cancer Society, 2012).
e. Perut yang membesar Gejala yang jelas terlihat adalah hepatomegali dan
spleenomegali. Hal ini terjadi karena penumpukan sel-sel leukemia menumpuk
pada limpa dan hati(American Cancer Society, 2012).
f. Penurunan selera makan, penurunan berat badan Gejala penurunan selera makan
dan penurunan berat badan disebabkan pembesaran dari organ pada abdomen
penderita. Sehingga banyaknya makanan yang bisa masukpun juga
berkurang(American Cancer Society, 2012).
g. Kelenjar limph yang membengkak Sel-sel leukemia dapat menyebar pada kelenjar
limph. Hal ini menyebabkan terlihat pembengkakan pada leher, ketiak, atau tempat
lainnya. Untuk mengetahui penyebab pasti biasanya dilakukan biopsi(American
Cancer Society, 2012).
h. Batuk atau gangguan bernafas Sel T limfosit pada leukemia juga melibatkan
kelenjat timus yang berada di belakang sternum dan di depan trakea. Pembesaran
dari kelenjar limph dapat menyebabkan batuk(American Cancer Society, 2012).
i. Pembesaran pada wajah dan tangan Pada leukemia, terjadi Superior Vena Cava
(SVC) syndrome. Hal ini disebabkan karena pembesaran kelenjar timus yang
dilalui oleh vena cava superior sehingga menyebabkan pembengkakan wajah dan
tangan penderita(American Cancer Society, 2012).
j. Nyeri kepala, kejang, muntah Pada leukemia, terjadi penyebaran ke seluruh tubuh.
Nyeri kepala yang di timbulkan karena sel-sel leukemia telah menyebar hingga
otak. Selain itu pandangan kabur juga menjadi gejala leukemia yang menyebar
hingga sistem saraf pusat(American Cancer Society, 2012).
k. Ruam, masalah gusi Pada penderita leukemia mieloblastik akut terjadi pembesaran
gusi karena sel-sel leukemia menyebar pada gusi(American Cancer Society, 2012).
l. Kelemahan pada alat gerak Gangguan ini jarang ditemukan. Namun hal ini terjadi
karena penumpukan sel-sel leukemia yang sangat banyak pada
exxtremitas(American Cancer Society, 2012).
5. Faktor Resiko
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait
dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal
pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar
(splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu
produksi normal sel hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan
sel yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al, 2015).
6. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait
dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal
pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar
(splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu
produksi normal sel hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan
sel yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al, 2015).
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial
akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi, manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi
sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor
pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe, dan nyeri persendian (Friehling et al,
2015)
Istilah HL-A (Human n Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap jaringan
telah ditetapkan (WHO). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetik,
sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat
diabaikan. Prosesnya meliputi : normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang
malignan, imaturnya sel blast (David, 2015).
Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti unsur-
unsur sel yang normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah
yang tidak mencukupi. Timbulnya perdarahan akibat menurunya jumlah trombosit
yang bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit.
Penyusupan sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-organ vital menimbulkan
hepatomegaly, splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi sum-sum tulang,
menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit. Sel-sel leukemia
menyusipi limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf pusat (David,2015).
Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan
elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk
menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda
dan gejala dari leukemia merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3
manifesatsi yaitu anemia dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan
karena produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur-angsur
pada sumsum menimbulkan nyeri. Ginjal, hati dan kelenjar limfe mengalami
pembesaran dan akhirnya fibrosis, leukemia juga berpengaruh pada SSP dimana
terjadinya peningkatan tekanan intra kranial sehingga menyebabkan nyeri pada kepala,
latergi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku kuduk (Friehling et al, 2015).
Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada LLA yang paling
sering muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah (50%), pucat (40%),
manifestasi perdarahan (petekie, purpura) (48%), serta nyeri tulang (23%).
Hepatosplenomegali terjadi kebanyakan penderita tetapi umumnya tidak menimbulkan
keluhan. Pemeriksaan laboratorium menunjukan anemia, trombositopenia dan
neutropenia yang menggambarkan kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-
sel tersebut. Dapat juga terjadi eosinophilia relative (Lanzkowsky, 2011).
7. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa :
- Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit).
- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak
efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang
normal.
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi
saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan
limpa bertambah besar bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjer
getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.
8. Klasifikasi
Faktor prognostik Leukemia limfoblastik Leukemia mieloblastik
akut akut
Umur saat diagnosa Umur 2-9 tahun prognosa Umur 10 tahun prognosa
baik buruk
Jumlah sel darah putih Lebih dari 50.000 Lebih dari 50.000 mm2
prognosa buruk prognosa buruk
Jenis kelamin Wanita lebih sering -
sembuh
Translokasi kromosom - -
Down syndrome - Jika didiagnosa sebelum 4
tahun, prognosa baik
Jumlah kromosom yang Sisa kromosom yang -
sehat sehat lebih dari 50,
prognosa baik
Myelodisplastic - Memiliki riwayat
syndrome myelodisplastic syndrome
prognosis buruk
9. Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
b. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan).
d. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
e. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
f. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
g. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
h. Pantau selalu intake dan out put pasien.
i. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar
pasien merasa nyaman.
Medis
a. Transfusi darah Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan
transfuse trombosit.
b. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan
gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
c. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan
dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan
prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah kraniospinal dan
injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan
pada system saraf pusat. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin
penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).
d. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi
dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi
diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian
imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar
terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
e. Transplantasi sumsum tulang.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap :
1. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
2. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm).
3. Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan
sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada
sel blast leukemia.
b. Pemeriksaan sel darah tepi : Biasanya menunjukkan anemia dan
trobositopenia, tetapi juga dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis
tergantung pada jumlah sel yang beredar.
c. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.
d. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari
50% atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% -
90% dari sel blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis
menurun.
e. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel
leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti
limfosit normal dan granulosit Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-
200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitive. (Doengoes,
2000).
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a. Riwayat kehamilan/persalinan.
b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c. Riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e. Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b. Tanda-tanda vital - TD : Tekanan Darah - N : Nadi - P : Pernapasan -
S : Suhu
c. Antropometri - TB : Tinggi Badan - BB : Berat Badan
d. Sistem pernafasan Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas,
gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan wheezing
e. Sistem cardiovaskular Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut
nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.
f. Sistem Pencernaan Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia
atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi
peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g. Sistem Muskuloskeletal Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas
bawah.
h. Sistem Integumen Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut
atau tidak. Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban. Kuku :
Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.
i. Sistem endokrin Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi
urine.
j. Sistem Pengindraan Mata : Lapang pandang dan visus. Hidung :
Kemampuan penciuman. Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan
pendengaran.
k. Sistem reproduksi Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik
sistem reproduksi.
l. Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan
menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS). )
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
a. Nervus I (Olfaktorius) : Suruh Klien menutup mata dan
menutup salah satu lubang hidung, mengidentifikasi
dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan
kapas alkohol).
b. Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya dan
warna, periksa diskus optikus, penglihatan perifer.
c. Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap
posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.
d. Nervus IV (Troklearis) : Suruh Klien menggerakkan
mata kearah bawah dan kearah dalam.
e. Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis
dan rahang ketika Klien merapatkan giginya dengan
kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan
apakah anak dapat merasakan sentuhan diatas pipi
dekati dari samping, sentuh bagian mata yang berwarna
dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji
refleks berkedip dan refleks kornea.
f. Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan Klien untuk
menggerakkan mata secara lateral.
g. Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan Klien untuk
mengidentifikasiLarutan manis (gula), Asam (jus
lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji
fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih besar
untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau
memperlihatkan gigi
h. Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran Klien.
i. Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan Klien
untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah posterior.
j. Nervus X (vagus) : Kaji Klien terhadap suara parau dan
kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke
posterior faring untuk menentukan apakah refleks
muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi
respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika
terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula
pada posisi tengah.
k. Nervus XI (aksesorius) : Suruh Klien memutar kepala
kesamping dengan melawan tahanan, minta anak untuk
mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
l. Nervus XII (hipoglosus) : Minta Klien untuk
mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi
garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral
ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan
kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan
spatel lidah di sisi lidah
6) Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Fungsi sensorik : Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Fungsi cerebrum : Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normostik, anemia normostik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah. Jumlah trombosit : Mungkin
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
SDP : Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan peningkatan SDP imatur
(“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel blast leukemia
a) PT/ PTT : Memanjang.
b) LDH : Mungkin meningkat.
c) Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.
d) Muramidase serum (lisozim) :
e) Penikngkatan pada leukemia monositik Akut dan mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat.
g) Zink serum : Menurun.
h) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari
50% atau lebih darin sel blast, dengan prekusor eritroid, sel
imatur, dan megakariositis menurun
i) Foto dada dan biospy nodus limfe : Dapat mengidentifikasi
derajat keterlibatan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
SDKI (2016 & 2017), diagnosa keperawatan yang akan muncul adalah :
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke
Jaringan Otak.
3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat
(penurunan Hb). 6. Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan
Kehilangan Berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan
cairan (mual, anoreksia).
6. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
7. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.
8. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi.
BAB III
KASUS
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT
Ny. N (29 tahun) Pasien mengeluh lemas seluruh tubuh. 1 minggu Sebelum masuk
rumah sakit pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan di rasakan terus menerus,
kemudian pasien memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan yang berada di
kotanya, dan kemudian di rujuk ke Hasan sadikin, sebelum masuk keruangan
pasien masuk UGD hasan sadikin dengan mengeluhkan sesak, lemas di UGD
psien mendapatkan oksigenisasi , kemudian pada tanggal 7 maret 2020 pasien
dipindahkan keruangan fresia 2 Pada saat dikaji pasien mengatakan seluruh badan
lemas dan nyeri sendi , tulang sehingga selalu merasakan lemas ketika melakukan
aktivitas. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Anemia sejak 3 tahun
yang lalu. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga yang
menurun atau pun menular. Saat di RS, pasien mahan habis hanya setengah
piring, pasien juga mual-muntah, Belum BAB sudah 2 hari, badan terasa lengket
dan rambut kusam. TD = 100/60 mmHg, HR = 79 kali/menit, RR = 18
kali/menit, S = 36,5 OC, BB skrng = 37 kg BB dulu = 41 kg, TB = 150 cm,
Konjungtiva anemis, CRT < 2 detik. Warna bibir pucat, lidah klien bersih, bising usus
11 kali/menit.
Pemeriksaan Hasil satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin L 7.8 12.3- 15.3
Hematokrit L 25.6 36.0- 45.0
Eritrosit L 2. 65 4.5 – 5.1
Leukosit 9.90 4.4 – 11 .3
Trombosit L 86 150 – 450
Index Eritrosit
MCV H 96.6 80 – 96
MCH 29.4 27.5 – 33.2
MCHC 30.5 33.4 – 35.5
Hitung jenis Leukosit
Basofil 0 0–1
Eosinofil 0 0–4
Neutrofil Batang 0 3–5
Neutrofil Segmen 76 40 – 70
Limfosit 18 22 – 44
Monosit 6 3–8
RDW – SD 23.7 11.5 – 14.5
RDW – CV 58.4 36.4 – 46.3
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : NY.N
Umur : 29 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cimahi
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana pendidikan
Status : Menikah
Nomor RM : 1002980
Diagnosa Medis : Leukemia Limfositik Akut
Tanggal Pengkajian : 07 Maret 2021
Tanggal Masuk RS : 06 Maret 2021
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh lemas seluruh tubuh
Aktivitas Pasien
mengatakan nyeri
sendi ketika
melakukan
aktivitas
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Sadar
Kesadaran : Compos Mentis - GCS 15 E:4V:5M:6
Tanda-tanda vital : TD = 100/60 mmHg
HR = = 79 kali/menit
RR = 18 kali/menit
S = 36,5 OC
Status Antopometri : BB sebelumnya : 40 kg
BB = 37 kg
TB = 150 cm
IMT = 15,20 (kurang)
a. Sistem Pernapasan
RR 18x/menit, pasien mendapatkan okseignasi. (Data lainnya
Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung,
tidak ada penggunaan otot bantu napas tambahan, bentuk dada
simetris, irama napas reguler, pengembangan dada seimbang, vocal
fremitus seimbang kanan kiri. Terdapat nyeri tekan di area dada.
Terdengar suara resonan di area dada, terdengar bunyi vesikuler di
sekitar area paru, saat di auskultasi tidak terdengar wheezing (-/-))
b. Sistem Kardiovaskular
CRT < 2 detik,Konjungtiv anemis, Tekanan Darah : 100/60 mmHg
HR : 79 kali/menit. (Data lainnya Tidak terdapat peningkatan JVP,
tidak terlihat kebiruan pada bagian dada/jantung, tidak terdapat
kardiomegali, saat di perkusi pada daerah lapang jantung terdengar
suara dullness, saat dipalpasi tidak terdapat pulsasi di 4 area katup
jantung, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lub dub. Akral pasien
hangat).
c. Sistem Pencernaan
Warna bibir pucat, lidah klien bersih, bising usus 11 kali/menit,
pasien merasa mual dan muntah. (Data lainnya : tidak ada luka pada
daerah bibir, bentuk bibir simetris, gigi klien tidak lengkap, terdapat
caries. Abdomen datar lembut, suara perkusi area lambung tympani,
tidak terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada hepar dan lien,
tidak terdapat asites.
d. Sistem Endokrin
f. Sistem Persarafan
Tidak terkaji (data lainnya : Memori Panjang, perhatian dapat
mengulang, bahasa baik, kongnisi baik, orientasi orang, saraf
sensori nyeri tusuk. Tingkat kesadaran compos mentis. Tanda
rangsangan otak (meningeal sign)
1. N I (olfaktorius) : penciuman baik, bisa membedakan bau bauan.
2. N II (optikus) : jarak pandang baik
3. NIII (okulomotorius) : adanya reflek rangsangan pada pupil
4. N IV (troklearis) : bisa menggerakkan bola mata ke atas dan ke
bawah 5. N V (trigeminus) : tidak ada kesulitan mengunyah
6. N VI (abdusen) : bisa menggerakan bola mata ke kanan dan ke
kiri
7. N VII (facialis) : pengecapan terhadap rasa-rasa baik
8.NVIII(vestibulotroklearis) : pendengaran baik
9. NIX (glosofaringeus): tidak ada nyeri telan
10. N X (vagus) : bisa mengucap “ah” dan menelan saliva
11. N XI (assesorius) : bisa mengangkat bahu dan menoleh dengan
adanya tahanan
12. NXII (hipoglosus): bisa menjulurkan, menggerakkan lidah ke
kanan dan ke kiri
Fungsi motorik klien normal, bisa menggerakkan ekstremitas atas
dan bawah, nilai motorik 6 (mengikuti perintah), Fungsi sensorik
normal, tidak ada masalah pada fungsi sensorik, reflek fisiologis :
patella (-), reflek patofisiologis : babinski (-)
g. Sistem muskuslokeletal
CRT < 2 detik, nyeri sendi. (data lainnya : Pergerakan sendi bebas,
ada kelainan ekstermitas, tidak ada kelainan tulang belakang, tidak
fraktur, reflek patella Kekuatan otot : 5 5 3 3)
h. Mamae
Tidak terkaji (data lainnya : Payudara simetris, putting menonjol,
tidak terdapat pembengkakan pada payudara)
i. Sistem integumen
wajah pucat, CRT, suhu 36,5 OC, CRT < 2 detik, badan terasa lengket
dan rambut kusam.
j. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada area genital
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tidak terkaji
“Tambahkan foto ct-scan jika ada”
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin L 7.8 g/dL 12.3- 15.3
Hematokrit L 25.6 % 36.0- 45.0
juta/uL
Eritrosit L 2. 65 4.5 – 5.1
/mm3
Leukosit 9.90 4.4 – 11 .3
/mm3
Trombosit L 86 150 – 450
Index Eritrosit
MCV H 96.6 fL 80 – 96
MCH 29.4 pg 27.5 – 33.2
MCHC 30.5 % 33.4 – 35.5
Hitung jenis Leukosit
Basofil 0 0–1
%
Eosinofil 0 % 0–4
%
Neutrofil Batang 0 3–5
%
Neutrofil Segmen 76 % 40 – 70
%
Limfosit 18 22 – 44
%
Monosit 6 3–8
RDW – SD 23.7 11.5 – 14.5
fL
RDW – CV 58.4 36.4 – 46.3
%
c. Program Terapi
B. ANALISA DATA
No. Data Fokus (Data Senjang) Etiologi Masalah
1. Ds: Faktor : imun Intoleran
- Pasien mengatakan aktivitas
lemas seluruh tubuh Sel neoplasma bd kelemahan
berproliferasi di dalam
- Pasien mengatakan
sumsum tulang
pernah mempunyai
riwayat anemia
Kerusakan sumsum
Do: tulang
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat nyeri
Hematoiesis terhambat,
ketika melakukan
trombosit,eritrosit
aktivitas menurun.leukosit
normal
- Hemoglobin : L 7.8
g/dL
Eritrosit menurun
- TD : 100/60 mmHg
Hipoksia
Anemia
Lelah
Intoleransi aktivitas
2. DS : Faktor :Kelainan Defisit nutrisi bd
- pasien mengeluhkan kromosom peningkatan
mual dan muntah kebutuhan
- pasien belum BAB metabolisme
Sel neoplasma
sudah 2 hari berproliferasi di dalam
sumsum tulang
- pasien kehilangan
nafsu makan
Kerusakan sumsum
DO :
tulang
- warna bibir pasien
pucat
- IMT : 15,20 (kurang) Hematoiesis terhambat,
trombosit,eritrosit
- Hemoglobin : L 7.8
meningkat.leukosit
g/dL normal
-
Maligna sel leukosit
Beredar ke seluruh
tubuh
Usus
Peradangan pada
dinding usus
Penyumbatan ususu
parsial menahun
Penyerapan nutrisi
terganggu
Gangguan nutrisi
Defisit nutrisi
DO : Terjadi peradangan
- Pasien terlihat nyeri
- pasien terlihat lemas
dan nyeri sendi ketika Menekan saraf
melakukan aktivitas
- Pasien makan ½ piring
Pelepasan indicator
kimiawi
Thalamus
Konteks selebri
Persepsi nyeri
Nyeri
Kerusakan sumsum
DS : tulang
Hematoiesis terhambat,
trombosit,eritrosit
menurun.leukosit
normal
Eritrosit menurun
Imunitas
menurun
Resiko infeksi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Edukasi
Kolaborasi Edukasi
Kolaborasi
10.Untuk mempercepat proses
penyembuhan
2. Defisit nutrisi bd Setelah dilakukan manajemen nutrisi (Siki
peningkatan
2x24 jam Dengan 1.03119)
kebutuhan
metabolisme kriteria hasil: observasi :
observasi :
1.porsi makan yang 1.Untuk mengathui status nutrisi
1.identifikasi status nutrisi
dihabisan meningkat pasien
2.identifikasi alergi dan
2.membrane mukosa 2.Untuk mengetahui alergi dan
intoleransi makanan
membaik intoleransi makanan pada pasien
3.identifikasi kebutuhan kalori
3.Nafsu makan 3.Untuk mengetahui kebutuhan
dan nutrisi
meningkat kalori dan nutrisi pasien tiap
4.monitor asupan makanan
harinya
5.monitor berat badan
4.Untuk melihat asupan nutrisi
teurapeutik: yang adekuat pada pasien
5.Untuk melihat ada atau tidak
6.berikan makanan tinggi serat
kenaikan berat badan pada pasien
untuk mencegah konstipasi
7.berikan makanan tinggi teurapeutik:
kalori dan tinggi protein
6.berikan makanan tinggi serat
edukasi: untuk mencegah konstipasi
7. TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
8.anjurkan posisi duduk,jika
Protein). memerlukan 20 gram
perlu
protein diatas kebutuhan normal
kolaborasi: dan membutuhkan 2300 – 2700
kalori.Protein diperlukan untuk
9.kolaborasi dengan ahli gizi
pertumbuhan dan pergantian sel –
untuk menentukan jumlah
sel yang rusak atau mati. Sumber
kalori dan jenis nutrisi yang
protein dapat diperoleh dari protein
dibutuhkan,jika perlu
hewani (telur, daging, susu, udang,
kerang, keju) dan protein nabati
(banyak terkandung dalam tahu,
tempe, dan kacang – kacangan)
(Siwi Walyani, 2015).
edukasi:
kolaborasi:
Edukasi
Kolaborasi
7.Untuk meningkatkan daya tahan
tubuh pasien dan tidak tepajan
bakteri yang masuk kedalam tubuh
Implementasi
DX Jam
No Tanggal Keperawat Implementasi Evaluasi Tanda tangan
an
1. Senin DX 1 08.00 Mengidentifiasi gangguan fungsi tubuh yang DX 1 pukul 14.00
08 mengakibatan kelelahan, monitor kelelahan, S:
maret
pola dan jam tidur dan monitor lokasi dan
2021 1. Pasien tampak lemas saat
ketidakyamanan selama melakukan aktivitas
mekakukan aktivitas Tikaaaa
menggunakan strategi komunikasi terapeutik
O:
Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus, lakukan latihan rentang 1. pasien melakukan gerak pasif/aktif
gerak pasif /aktif dan berikan disraksi yang di lingkungan nyaman dan
Tikaaaa
Diagnosa Pembahasan
DX I
Kelelahan pada pasien leukemia disebabkan oleh anemia dan penurunan nafsu makan yang
menyebabkan berkurangnya kebutuha energy. Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan
dan metabolism tubuh, serta factor-faktor yang mempengaruhi secara umum fakor kebutuhan nutrisi
adalah factor fisiologis/psikologis untuk metabolism basal, factor patofidiologi sperti adanya penyakit
tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, factor fisio (mis,stress,
atau keengangan untuk makan) nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan,dan penyakit termasuk keseluruha proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bhan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nurisi merupakan proses pemasukan dan
pengeloaan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses
kimia dalam tubuh (ballestas&caico 2014)
DX 2
menganjurkan pasien makan dengan porsi kecil tetapi sering.Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015)
tindakan ini bertujuan untuk mengurangi rasa mual dan meningkatkan asupan nutrisi.Tindakan kedua
menjaga kebersihan lingkungan pasien seperti membersihkan dan merapikan tempat tidur karena
lingkungan yang bersih dan nyaman dapat meningkatkan selera makan.Tindakan ketiga menyajikan
makanan dalam keadaan hangat dan kemasan yang menarik, tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan selera makanan pasien. Tindakan keempat yaitu berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diet yang sesuai untuk merencanakan jenis, jumlah kalori dan diet yang dibutuhkan. Diet
bagi ibu post sectiocaesarea adalah TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein). Ibu memerlukan 20 gram
protein diatas kebutuhan normal dan membutuhkan 2300 – 2700 kalori.Protein diperlukan untuk
pertumbuhan dan pergantian sel – sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari
protein hewani (telur, daging, susu, udang, kerang, keju) dan protein nabati (banyak terkandung dalam
tahu, tempe, dan kacang – kacangan) (Siwi Walyani, 2015).
DX 3 Pemasangan kompres hangat biasanya dilakukan hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu
dengan ddurasi 10 menit dan suhu airnya sekitar 37-38 derajat celcius . Dengan pemberian panas,
pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan
tersebut. Dengan cara ini penyaluaran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan
pembuangan dari zatzat yang dibuang akan diperbaiki. Aktivitas sel yang meningkat akan mengurangi
rasa sakit/nyeri dan akan menunjang proses pemyembuhan luka dan proses peradangan (Stevens dkk,
2002). Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah
memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus, memperlancar
pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan rasa nyaman atau hangat dan tenang. Pemberian
kompres panas dilakukan pada klien dengan perut kembung, klien yang mengalami radang,
kekejangan otot (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan, tubuh dengan abses atau
hematom (Kusyati, 2006)..
Terapi lain untuk mengontrol nyeri adalah Relaksasi slow deep breathing (SDB) adalah bentuk latihan
nafas yang terdiri atas pernafasan abdomen (diafragma) dan purse lips breathing (Kozier, et al., 2010,
hlm.914). SDB akan menstimulasi saraf otonom yang mempengarui kebutuhan oksigen dengan
mengeluarkan neurotransmiter. Respons saraf simpatis dari SDB adalah dengan meningkatkan
aktivitas tubuh. Sedangkan respons saraf parasimpatis adalah menurunkan aktivitas tubuh (Hidayat,
2007 hlm.7). Hasil penelitian yang dilakukan Cahyaningrum (2015) terhadap 22 responden
DX 4 menunjukkan bahwa relaksasi slow deep breathing (SDB) mampu menurunkan nyeri. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing (JIKK), Vol.., No
4. untuk membantu
kesehatan, emosional,
spiritual pasien
Indikasi
Pasien yang
:
Membutuhkan
Tindakan 1. Dengan gangguan
kecemasan
NO KEGIATAN RASIONAL
(Integrasi Jurnal)
Pra-interaksi
1. headphone
2. speaker
3.Al-qur’an
4.headset
TERMINASI
17. Evaluasi hasil kegiatan
18. Simpulkan hasil kegiatan
19. Berikan feedback positif
20. Kontrak waktu selanjutnya
21. Akhiri dengan hamdallah
22. Bereskan alat alat
23. Cuci tangan
Dokumentasi
24. Catat hasil kegiatan dalam
catat keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC Digiulo, dkk.
2014. Keperawatan Medikal bedah. Jogjakarta :