GENERALISATA
Kelompok 1 :
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
Napas Tidak 3x24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas membaik • Observasi
Efektif b.d dengan kriteria hasil : Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
hipersekresi jalan 1. Batuk efektif meningkat napas)
napas d.d Batuk 2. Produksi sputum menurun Monitor bunyi napas tambahan (gurgling, wheezing)
tidak efektif atau 3. Sulit bicara membaik Monitor sputus (jumlah, warna, aroma)
tidak mampu 4. Gelisah membaik • Terapeutik
batuk (D. 0001) 5. Pola napas membaik 16-20x/menit Pertahankan kepatenan jalan napas dengan Head-tilt
dan Chin-lift
Berikan posisi semi fowler
Berikan minuman hangat
Lakukan fisioteri dada
Berikan oksigen, jika perlu
• Edukasi
Anjurkan tingkatkan asupan cairan 2000ml/hari, jika
tidak ada kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
• Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. Resiko infeksi d.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Pencegahan Infeksi (I. 14934)
timbulnya 3x24 jam, diharapkan tingkat infeksi menurun, • Observasi
inflamasi ( D. dengan kriteria hasil : Monitor suhu tubuh
0142) 1. Tidak ada demam (<37,5 derajat celcius) Monitor tanda dan gejala infeksi local atau sistemik
2. Tidak ada kemerahan • Terapeutik
3. Nyeri menurun Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan ke klien
4. Nafsu makan meningkat Pertahankan teknik aseptic dalam perawatan luka
• Edukasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Ajarkan cuci tangan secara benar
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik
Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Implementasi
P : Seorang laki laki berusia 29 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Arifin Ahcmad Provinsi Riau
dengan keluhan utama badan terasa tegang dan kaku sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
memiliki riwayat terkena benda tajam 8 hari sebelum keluhan muncul yaitu pada terkena parang pada daerah
lutut kanan saat bekerja di kebun, kemudian lukanya dijahit oleh mantri dikampungnya. Pasien dibawa oleh
keluarga ke RS Kabupaten, dirawat selama 3 hari, kemudian dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
I : Tata laksana yang diberikan sebagai berikut: oksigen 3-4 liter/menit, pasang NGT, diet makanan cair tinggi
kalori, pasang kateter, IVFD Aminofluid: D5%: RL per 8jam, injeksi ATS 1500 IU subkutan, drip diazepam 30 mg/24
jam dititrasi bertahap sampai keluhan kaku berkurang, dosis mencapai 120 mg/ hari. Metronidazole 4x500 mg
intravena, tetagam loading dose 3000 IU intra muskular, omeperazole 2x40 mg iv, ceftriaxone 2x1 gr iv, dan
ondansetron 3x8 mg iv.
O : Pasien dirawat di ICU selama 10 hari, kemudian pindah keruangan rawatan biasa selama 3 hari, setelah itu
pasien pulang dalam kondisi membaik, tidak ada kaku dan sudah bisa berjalan sendiri.
T:-
PICOT JURNAL
TETANUS GENERALISATA DENGAN JARINGAN NEKROTIK DIGITI III PEDIS SINISTRA: SEBUAH LAPORAN
KASUS
P : Pasien perempuan, 66 tahun, suku Bali, datang ke UGD RSUP Sanglah dengan keluhan kaku pada mulut sejak
2 hari sebelum masuk rumah sakit, kaku diikuti tidak bisa menelan, minum air bisa sedikit-sedikit, makanan
bubur dan nasi tidak bisa, tidak ada mual dan muntah. Pasien juga mengeluh perut dan punggung yang kaku.
Pasien dengan riwayat luka pada jari ketiga kaki kiri karena tersandung batu sejak 8 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien tidak berobat sehingga luka di kakinya busuk dan berbau, dua hari setelah luka di kakinya busuk
pasien mulai merasa panas badan dan pusing. Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan
seperti ini, riwayat penyakit sistemik disangkal.
I : Telah dilakukan debridement untuk perawatan luka dan pemasangan nasogastric tube. Diberikan terapi
Human tetanus imunoglobulin(Tetagam) 3.000 IU secara intramuskular. Pemberian antibiotik ceftriaxone 2x1
gram intravena, metronidazole 3x500 mg intravena, diazepam 20 mg dalam D5% ( 20 tetes per menit), dan diet
cair 6x200 cc setiap 24 jam.
T:-
PICOT JURNAL
TETANUS GENERALISATA, DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN: LAPORAN KASUS
P : Seorang laki laki berusia 58 tahun datang ke Instalasi gawat Darurat RSUD Kabupaten Karanganyar dengan
keluhan utama leher terasa kaku dan mulut tidak dapat membuka. Keluhan dirasakan sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan adanya kekakuan pada perut sebelah kanan dan kiri yang dirasakan
hingga ke punggung. Pasien memiliki riwayat terkena gergaji sekitar empat bulan yang lalu dan sebulan
setelahnya pasien terkena paku pada kakinya saat bekerja, pasien membersihkan luka tersebut menggunakan
minyak tanah. Tiga bulan setelah kejadian tersebut pasien mulai mengeluhkan susah untuk menelan dan
akhirnya timbul kekakuan yang menyebabkan mulutnya susah untuk membuka. Sebelum dibawa ke IGD, pasien
sudah dirawat inap di puskesmas daerah dan tidak adanya perbaikan kondisi sehingga akhirnya dibawa ke RSUD
Kabupaten Karanganyar.
I : Terapi pada pasien ini meliputi Infus ringer laktat 20 tpm, drip Diazepam 60mg tiap ganti infus, Infus
Metronidazol 3x500 mg, injeksi IM human tetanus imonoglobulin 3000IU single dose, injeksi ceftriaxone 2x1gr,
Injeksi Ondansetron 2x4mg, Injeksi Ketorolac 3x30mg. Pasien dirawat di ruang isolasi.
O : Selama perawatan pasien tidak mengalami kejang dan menunjukkan tanda-tanda vital yang tidak stabil.
T:-
Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama
kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh
kumanclostridium tetani, tetapi akibat toksin
(tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus
adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh
kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai
gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin
kuman closteridium tetani.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan
toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi
sebagai kejang otot paroksismal, diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus
otot ini selalu tampak pada otot masseter dan
otot-otot rangka.
Terimakasih…