Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

KRITIS PADA PASIEN COVID


19 DENGAN GAGAL NAFAS
OLEH:
HANA ARIYANI, M. KEP., NS.
PENDAHULUAN

 Sejak akhir Desember, 2019, terjadi outbreak Novel Coronavirus (COVID19;


sebelumnya dikenal sebagai 2019-nCoV) dilaporkan di Wuhan, Cina, yang kemudian
menyebar ke 26 negara di seluruh dunia.
 COVID19 adalah penyakit akut yang bisa sembuh tetapi bisa juga mematikan, dengan
tingkat kasus fatal sebesar 2%.
 Onset penyakit yang parah dapat menyebabkan kematian karena kerusakan alveolar
yang masif dan kegagalan pernapasan progresif. Pada 15 Februari 2020, sekitar
66.580 kasus telah Terkonfirmasi positif dan terdapat lebih dari 1524 kematian.
 Namun, tidak adapatologi yang dilaporkan karena kesulitan otopsi atau biopsi.
DEFINISI

 Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat
bahkan sampai terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok
septik.
MANIFESTASI KLINIS

 Tanda dan gejala umum gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan
sesak napas.
 Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.
 Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
 Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
ETIOLOGI

 Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
 Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2.
 Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui.
 Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia
dan MERS dari unta ke manusia.
PENULARAN

 Berdasarkanbukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke


manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara.
 Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak
erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.
 Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui
cuci
PASIEN DALAM PENGAWASAN (PDP)

 Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (=38oC) atau
riwayat demam; disertai salah satu Gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/ sesak
nafas/ sakit tenggorokan/ pilek//pneumonia ringan hingga berat.
 DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
 DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut:
riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal*; riwayat
perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia
 Seseorang dengan demam (=38oC) atau riwayat demam atau ISPA
 DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi atau probabel COVID-19; Seseorang dengan ISPA berat/ pneumonia berat***
di area transmisi local di Indonesia** yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
 DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
ORANG DALAM PEMANTAUAN (ODP)

 Seseorang yang mengalami demam (=380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk.
 DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
 DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria
berikut: riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal;
riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia
KASUS PROBABEL

 Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi inkonklusif (tidak
dapat disimpulkan).
KASUS KONFIRMASI

 Seseorang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan laboratorium


positif.
Termasuk kontak erat adalah:

 a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan


ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai standar.
 b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk tempat
kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga
14 hari setelah kasus timbul gejala.
 c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat
angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala.
PATOFISIOLOGI

 Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas


 kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).
 Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah.
 Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut
meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan.
PENGKAJIAN

 Pengkajian cepat yang berfokus pada keluhan utama


 Pengkajian Komprehensif di ruang perawatan intensif
 Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk
kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak. Tapi perlu dicatat bahwa
demam dapat tidak didapatkan pada beberapa keadaan, terutama pada usia geriatri atau
pada mereka dengan imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri
otot, lemas, diare dan batuk darah.
 Pada beberapa kondisi dapat terjadi tanda dan gejala infeksi saluran napas akut berat
(Severe Acute Respiratory Infection-SARI). Definisi SARI yaitu infeksi saluran napas
akut dengan riwayat demam (suhu= 38 C) dan batuk dengan onset dalam 10 hari terakhir
serta perlu perawatan di rumah sakit. Tidak adanya demam tidak mengeksklusikan infeksi
virus.
DIAGNOSA

 Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.d. hipersekresi jalan nafas, proses infeksi
 Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membrane alveolus-kapiler
 Gangguan ventilasi spontan b.d. gangguan metabolism, kelelahan otot pernafasan
 Gangguan sirkulasi spontan b.d. penurunan fungsi ventrikel
 Resiko syok (factor resiko: hipoksia, sepsis, SIRS)
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.d.
hipersekresi jalan nafas, proses infeksi

 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)


 Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
 Posisikan semifowler atau fowler
 Berikan minum hangat, jika pasien sadar
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik, jika pasien tidak sadar
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari → Jika tidak ada kontraindikasi
 Kolaborasikan pemberian terapi mukolitik atau ekspektoran atau bronkodilator → Jika
perlu
Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membrane
alveolus-kapiler

 Identifikasi penyebab ketidakseimbangan asam basa


 Monitor frekuensi dan kedalaman nafas
 Monitor irama dan frekuensi jantung
 Monitor perubahan pH, PCO2, dan HCO3
 Ambil specimen darah arteri untuk pemeriksaan AGD
 Berikan oksigen sesuai indikasi
 Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik → Jika perlu
Gangguan ventilasi spontan b.d. gangguan
metabolism, kelelahan otot pernafasan

 Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas


 Monitor status respirasi dan oksigenasi (misalnya frekuensi dan kedalaman nafas,
penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi oksigen)
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Berikan posisi semifowler atau fowler
 Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (misalnya nasal kanul, masker wajah, masker
rebreathing atau non rebreathing).
 Gunakan bag-valve mask → jika perlu
 Kolaborasikan pemberian brokhodilator → jika perlu
Gangguan sirkulasi spontan b.d. penurunan
fungsi ventrikel

 Monitor tingkat kesadaran


 Monitor irama jantung
 Panggil bantuan jika klien tidak sadar
 Aktifkan code blue
 Lakukan resusitasi jantung paru, jika perlu
 Berikan bantuan nafas, jika perlu
 Pasang monitor jantung
 Pasang akses vena, jika perlu
 Siapkan intubasi, jika perlu
 Akhiri tindakan jika ada tanda-tanda sirkulasi spontan (misalnya nadi karotis teraba,
kesadaran pulih)
 Kolaborasi pemberian defibrilasi atau kardioversi, jika perlu
 Kolaborasi pemberian epinefrin atau adrenalin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian amiodaron, jika perlu
Resiko syok (factor resiko: hipoksia, sepsis,
SIRS)

 Monitor status kardiopolmunal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi nafas, tekanan
darah, MAP)
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Berikan oksigen untuk mempertahankan sturasi oksigen >94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
 Kolaborasi pemberian intravena, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai