Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“TETANUS”

Disusun Oleh:

1. SHINTA SALSABILA (P1337420618051)


2. NOVIA ANGGI ASTUTI (P1337420618074)
3. TAJUDIN HUDAIBY NIZAR (P1337420618057)
4. SEKAR AYUDYA DWI P (P1337420618014)
5. EKO HARMOKO NUR P (P1337420618039)
6. ROISUL FAHMI ILYAS (P1337420618085)
7. MAULINA AYU M (P1337420618065)
8. LARASATI NUGRAHENI (P1337420618070)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN NERS KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah
penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai
gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan
cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang
mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat
tinggi. Spora kuman Clostridium tetani di tahan kering dapat bertebaran di mana-
mana.

Kuman C. tetani tersebar luas ditanah, terutama tanah garapan, dan dijumpai
pula pada tinja manusia dan hewan. Perawatan luka yang kurang baik di samping
penggunaan jarum suntik yang tidak steril (misalnya pada pecandu
narkotik).merupakan beberapa faktor yang sering dijumpai sebagai pencetus
timbulnya tetanus. Tetanus dapat menyerang semua golongan umur, mulai dari bayi
(tetanus neonatorum), dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) sampai orang-orang
tua. Dari Program Nasional Surveillance Tetanus di Amerika serikat diketahui rata-
rata usia pasien tetanus dewasa berkisar antara 50-57 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah
dari makalah ini adalah:
1. Apakah definisi dari tetanus?
2. Bagaimana klasifikasi tetanus?
3. Apakah etiologi dari tetanus?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari tetanus?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis dari klien dengan tetanus?
6. Bagaimanakah WOC dari tetanus?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan dari tetanus?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk klien dengan tetanus?
9. Apa saja komplikasi dari tetanus?

1.3 Tujuan
2. Memahami definisi dari tetanus.
3. Mengetahui klasifikasi dari tetanus
4. Mengetahui etiologi dari tetanus.
5. Memahami patofisiologi dari tetanus.
6. Mengetahui manifestasi kinis dari klien dengan tetanus.
7. Mengetahui WOC dari tetanus.
8. Mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien dengan tetanus.
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus.
10. Mengetahui komplikasi dari tetanus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus
adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tetanus adalah penyakit infeksi
yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai dengan gejala
kekakuan dan kejang otot.(Ritharwan,2004)

2.2 Klasifikasi

Tetanus berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Tetanus local: biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas
dan spasme pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam
beberapa minggu dan menghilang.
2. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering, biasanya timbul
mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung daan sakit
kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat kontraksi otot
somatic meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan
aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme
berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode
relaksasi.
3. Tetanus segal: varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari
terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol
adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti
tetanus umum.

Berdasarkan berat gejala dapat dibedakan menjadi 3 stadium, yaitu:

1. Trismus (3 cm) tanpa kejang torik umum meskipun dirangsang.


2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
3. Trismus (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.

2.3 Etiologi

Penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang dapat
masuk melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tidak
dirawat dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang
tidak steril, dan penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman
Clostridium tetani lebih mudah bila klien belum terimunisasi

2.4 Patofisiologi

Toksin kuman C. tetani berbentuk spora. Bentuk spora dalam suasana anaerob
dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini
menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya
keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun
mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga
terpengaruh.
2.5 Manifestasi Klinis

Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin
bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi
nyata dengan gejala umum:

1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris


2. Kaku kuduk sampai epistotonus karena ketegangan otot-otot erector trunki
3. Ketegangan otot dinding perut
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alias tertarik ke atas), sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan (sering
merupakan gejala dini)
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas inferior
dala keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Keadaan tetap
sadar, spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi, kemudian
tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. Kadang-kadang
terjadi perdarahan intramuscular karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktur kolumna
vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan
cairan otak.

2.7 Penatalaksanaan Tetanus

Penatalaksanaan pada klien dengan tetanus ada 2 macam yaitu farmakologi dan
non-farmakologi.
1. Farmakologi

a) Antitoksin: antitoksin 20.000 1u/ 1.M/5 hari. pemberian baru diberikan


setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.
b) Anti kejang (antikonvulsan)

 Fenobarbital (luminal): 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikan mula-


mula 60-100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6x30 mg/hari (max.
200mg/hari).
 Klorpromasin: 3x25 mg/1.M/hari. Untuk anak-anak mula-mula 4-6
mg/kg BB.
 Diazepam: 0,5-10 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll.

c) Antibiotic: penizilin procain 1juta 1u/hari atau tetrasifilin 1gr/hari/1.V.


Dapat memusnahkan tetani tetapi tidak mempengaruhi proses
neurologiknya.
2. Non-farmakologi
a) Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,
b) Diet TKTP. Pemberian tergantung kemampuan menelan. Bila trismus,
diberikan lewat sonde parenteral.
c) Isolasi pada ruang yang tenang, bebas dari rangsangan luar.
d) Menjaga jalan nafas agar tetap efisien.
e) Mengatur cairan dan elektrolit.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus meliputi:

1. Darah, Glukosa darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang.


2. BUN: peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
3. Elektrolit (K, Na): ketidakseimbangan elektroit merupakan predisposisi
kejang kalium (normal 3,80-5,00 meq/dl).
4. Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
5. EEG: teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
untuk mengetahui focus aktifitas kejang, hasil biasanya normal.

2.9 Komplikasi pada klien Tetanus

1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di


rongga mulut. Hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat
terjadi pneumonia aspirasi.
2. Asfiksia.
3. Atelektasis karena obstruksi secret.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani,
tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah penyakit
infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan
kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain, Nuzulul. 2015. Asuhan Keperawatan (Askep) Tetanus. Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai